Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI

A. Pengertian
Istilah “Strategi” pertama kali dikenal di kalangan militer, khususnya strategi
perang. Seiring berjalannya waktu istilah “Strategi” tersebut diadopsi ke dalam dunia
pendidikan, digunakan untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan
baik. Dengan kata lain, dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi serangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru serta peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah sebagai
kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi (guru sebagai fasilitator) peserta
didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Gerlach dan Ely (2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-
cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik
dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Definisi yang lebih komprehensif mengenai pembelajaran didefinisikan oleh
Dick dan Carey (1990). Mereka menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri dari
seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar
yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
adalah langkah-langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar
yang ada, guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

B. Jenis/Macam strategi secara umum

Strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi sepuluh, yaitu:


1. Pembelajaran Active Learning
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam
bentuk interaksi antar peserta didik ataupun pesrta didik dengan guru dalam
proses pembelajaran (Hamruni, 2009)
Pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama,
interaksi yang timbul selama pembelajaran menumbuhkan positive
interpendence, dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat
diperoleh secara bersama-sama melalui esplorasi dalam belajar. Kedua, setiap
individu harus aktif dalam pembelajaran, dan guru harus mendapatkan penilaian
dari peserta didik. Ketiga, pembelajaran aktif memerlukan tingkat kerjasama
yang tinggi sehingga memupuk social skills.

2. Pembelajaran Cooperative Learning


Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan dengan latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Kemudian sistem penilaian dilakukan
dengan dua cara, yakni individu dan kelompok. Penilaian individu dilihat dari
kontribusinya dalam tugas kelompok, sedangkan tugas kelompok dilihat dari
kekompakan tim dan hasil atau unjuk kerja. Nilai akhir atau nilai final adalah
gabungan dari keduanya.
Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika mampu menunjukkan
prestasi. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan yang akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap
kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.

3. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)


Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara
penuh untuk menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas
kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari (Elaine B. Johnson, 2010). CTL menyeting kelas
menjadi miniatur lingkungan mini, dimana di dalamnya terjadi diaolog antara
teori dan praktik, atau idealitas dan realitas.
Proses pembelajaran CTL menekankan pada 3 hal. Pertama, proses
keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi pelajaran. Kedua,
mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan realitas kehidupan nyata. Ketiga, mendorong peserta didik
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran Quantum Learning


Quantum diartikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Dalam hal ini, peserta didik dianalogikan sebagai interaksi, kurikulum
dianalogikan sebagi matero, dan cara belajar dianalogikan sebagai kecepatan
massa. Dengan cara mengalikan antara kurukulum dengan cara belajar, peserta
didik akan meraih lompatan prestasi belajar dengan cepat, secepat cahaya
melesat.

5. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh
kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga peserta didik dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan dengan cara tanya jawab antara guru dengan
peserta didik.
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong peserta didik untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa
ingin tahu mereka.

6. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimualai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta
didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya (Hamruni,
2009).
Peserta didik akan menyusunpengetahuan dengan cara membangun penalaran
dari seluruh pengetahuan yang telah dimiliki dan dari semua pengetahuan baru
yang diperoleh (Hamruni, 2009:150).
Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran aktif dan kolaboratif, serta berpusat pada peserta didik, sehingga
mampu mengembangkan kemampuanpemecahan masalah secara mandiri. Dapat
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik.

7. Pembelajaran Ekspositori
Sebutan lain bagi strategi ini adalah ceramah, dikte, dialog, dan sejenisnya.
Oleh karena itu, strategi ekspositori sering kali diserupakan-bukan disamakan-
dengan metode ceramah. Namun demikian, ekspositori bukan semata-mata
ceramah. Terdapat beberapa perbedaan yang signifikan antara ceramah dengan
ekspositori. Strategi ekspositori bukan semata-mata ceramah, melainkan
mengombinasikan dengan gerak tubuh atau bahasa verbal, semangat belajar yang
membara dan gaya komunikatif yang menantang.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada guru. Melalui strategi ini, guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi
pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai peserta didik dengan baik. Tetapi
strategi ini hanya bisa dilakukan pada saat tertentu saja, seperti pada awal
pembelajaran, menerangkan materi, memberi contoh soal dan sejenisnya.

8. Pembelajaran Aktif, Kratif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)


Istilah “Aktif” dalam PAKEM dimaksudkan agar guru menciptakan suasana
belajar sedemikian rupa, sehingga peserta didik aktif bertanya maupaun
berpendapat; “Kreatif” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana yang
beragam, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh. “Efektif” dimaksudkan agar
guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga pembelajaran
berjalan secara maksimal dengan memanfaatkan sumber belajar yang minimal.
“Menyenangkan” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar
sedemikian rupa, sehingga peserta didik senang mengikuti pelajarannya,
termasuk senang pada gurunya.
Dalam konteks psikologi pendidikan, PAKEM juga dapat dimaknai sebagai
sebuah strategi dengan pendekatan introduksional yang memungkinkan peserta
didik mengerjakan kegiatan secara beragam untuk mengembangkan
keterampilan, sikap dan pemahaman.

9. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang sifatnya baru
dan tidak seperti yang biasanya dilakukan.
Tujuan strategi ini adalah untuk memfasilitasi peserta didik dalam
membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku kea ah
yang lebih baik sesuai dengan potensi masing-masing. Dalam konteks tertentu,
dalam proses pembelajaran inovatif dapat berarti pembelajaran yang berorientasi
pada pemecahan masalah dengan cara-cara baharu.
Tekanan utama pada strategi ini adalah penyelesaian masalah baru dengan
cara-cara baru atau metode-metode baru yang selama ini belum dilakukan.

10. Pembelajaran Afektif


Strategi pembelajaran afektif adalah strategi pembelajaran yang mampu
membentuk sikap peserta didik melalui proses pembelajaran (Hamruni, 2009).
Pembelajaran afeksi untuk membentuk sikap peserta didik tidak bisa dibebankan
pada hanya satu mata pelajaran tertentu saja. Dengan kata lain, pembentukan
sikap (afeksi) harus menjadi tanggung jawab semua mata pelajaran.
Strategi pembelajaran menjadi jembatan antar mata pelajaran dalam
membentuk sikap peserta didik. Dengan kata lain, mata pelajaran apapun yang
diajarkan dengan metode afektif dapat membentuk sikap dan mental peserta
didik.
Dengan demikian, jelas bahwa strategi pembelajaran afektif adalah strategi
pembelajaran pembentukan sikap, moral atau karakter peserta didik melalui
semua mata pelajaran.
DAFTAR RUJUKAN

1. Saefudin, Asis, dan Ika Berdiati. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung : Rosda.
2. Suyadi. 2013 Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : Rosda

Anda mungkin juga menyukai