Case Report Asfiksia Berat Hasna Vina (DR - Dar)
Case Report Asfiksia Berat Hasna Vina (DR - Dar)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 2 hari
ANAMNESIS Nama : By. Ny. W
Ruang : Perinatologi (NICU)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : 3
Dokter yang merawat : dr. Eko , Sp.A Ko Asisten : Hasna H Aulia, S. Ked
dan Marlina Elviana S.Ked
1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
28 th 24 th
2 hari
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
RIWAYAT PRIBADI
e. Riwayat Vaksinasi
3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Vaksin
Hepatitis B 1 kali Pada umur : 0
BCG - -
DPT - -
Polio - -
Campak - -
MR - -
Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan nenek. Rumah terdiri dari ruang tamu, dapur, 3
kamar tidur, dan 1 kamar mandi dan WC. Sumber air berasal dari sumur dan Pom. Air
minum menggunakan air sumur. Atap terbuat dari genteng, dinding dari batu bata, lantai
rumah dari semen. Ventilasi udara dan penerangan cukup. Tidak terdapat pabrik disekitar
rumah.
Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup baik.
4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 2 hari
PEMERIKSAAN Nama : By. Ny. W
Ruang : Perinatologi (NICU)
JASMANI Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : 3
PEMERIKSAAN OLEH Hasna H Aulia, S. Ked dan Marlina Elviana S.Ked
Tanggal 1 Februari 2018 Jam 09.30
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah, menangis
Vital Sign
HR : 125/menit
RR : 36/menit
Suhu : 37,3ºC
SpO2 : 95%
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Ubun-ubun besar datar, rambut hitam, bentuk normocephali.
Mata : mata cowong (-), anemis (-/-),reflek cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : sekret (+/+), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (+/+)
Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-), kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)
5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Retraksi dinding dada (+) Retraksi dinding dada (+)
Palpasi Fremitus (tdk dilakukan) Fremitus (tdk dilakukan)
massa (-) massa (-)
Perkusi Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Kesan : Terdapat kelainan kedua lapang paru yaitu retraksi dinding dada (+)
Abdomen :
Inspeksi : distended (-), sikatrik (-), purpura (-)
Auskultasi : peristaltik dalam batas normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba.
Kesan : Tidak terdapat kelainan pada abdomen .
Ekstremitas : akral dingin (-), deformitas (-), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-)
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : entrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)
Kesan : extremitas superior et inferior normal.
6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
RINGKASAN ANAMNESIS
HMRS : Pasien dibawa ke ruang peritanologi dengan keluhan gawat nafas setelah lahir,
sesak(+), ikterik (+), sianosis (+), BAB (+), BAK (+)
Riwayat penyakit dahulu,keluarga dan lingkungan disangkal
Riwayat ANC baik, persalinan sectio caesarea, PNC ASI tidak segera diberikan.
Apgar skor saat lahir 1-3, saat lahir pasien tidak menangis, sianosis, dan gerak tidak ada
Imunisasi dasar sesuai usia pasien saat ini.
Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup baik.
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
DIAGNOSA KERJA
Neonatus Asfiksia berat (Skor APGAR 1-3)
Neonatus Preterm (34 minggu)
Neonatus Sectio Caesaria
TATALAKSANA
Infus RL 10 tpm
- Rerusitasi BBL
- O2 CPAP + Inf umbilikal
- Inj Antibiotik + perawatan tali pusat
- Pasang NGT
- Foto terapi
- Aff Infus
Rencana Tindakan
Obsevasi Keadaan Umum
Observasi Vital Sign
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubua ad bonam
8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINSI
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis.1
WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir.2
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:3
9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia
disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan
dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003
asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak
diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.1,3
Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup
dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan
belajar.4 Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian
perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%). 5
Menurut data-data di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2004 bayi baru
lahir berjumlah 184 orang, meninggal 9 orang (4,89%) 1 bayi meninggal dengan asphyxia
neonatorum. Tahun 2005 bayi baru lahir berjumlah 215, meninggal 9 orang (4,19%) dimana
1 bayi meninggal dengan asphyxia neonatorum.6
Di Rumah Sakit Dr Pirngadi Medan. Tahun 2005, bayi baru lahir berjumlah 754
orang, 27 bayi (3,58%) meninggal dan tahun 2006 dari jumlah kelahiran 1.185 bayi, bayi
dengan asphyxia neonatorum 205 meninggal sebelum usia 7 hari sejumlah 134 (11,31%),
dimana asphyxia neonatorum merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 108
bayi (81%) dan tahun 2007 angka kelahiran 757, bayi lahir dengan asfiksia neonatorum
sebanyak 234 (30,31%) dan meninggal sebelum usia 7 hari sebanyak 59 (77,94 per seribu)
dan bayi meninggal dengan asphyxia neonatorum sebanyak 20 bayi (34%). 6
III. ETIOLOGI
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan
melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran
plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada
aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.5
Perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan dan persalinan
akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan
gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi sel ini dapat ringan dan sementara atau menetap,
tergantung dari perubahan homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini
10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya anoksia atau hipoksia yang diderita dan
mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi sistem kardiovaskuler. 6
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio
plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor Fetus
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu : (a)
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. (b) Trauma yang terjadi pada persalinan,
11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam
keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari
jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga
darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus
kemudian masuk ke aorta.5
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama
oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan
berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam
pembuluh darah di sekitar alveoli. 5
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan
peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi
sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang. 5
13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. 7
15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
VI. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gangguan/ kesulitan bernapas waktu lahir dan
lahir tidak bernafas/menangis.5 Pada anamnesis juga diarahkan untuk mencari faktor
resiko. 10
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat berat ringannya
asfiksia 10
Klinis 0 1 2
Warna Biru Pucat Tubuh merah, Merah seluruh
Kulit
ekstremitas biru tubuh
(Appearance)
Frekuensi Tidak Ada <100x/ menit >100x/menit
Jantung
(Pulse)
Rangsangan Tidak Ada Gerakan sedikit Batuk/ Bersin
Refleks
(Grimace)
Tonus Otot Lunglai Fleksi ekstremitas Gerakan aktif
(Activity)
16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
1. Skor apgar 7-10 ( Vigorous Baby). Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa. 12
2. Skor apgar 4-6 (Mild-moderate asphyxia)- Asfiksia sedang. Pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 12
3. A. Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
menjadi 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. 10
C. Pemeriksaan Penunjang
Pa O2 < 50 mm H2O
PaCO2> 55 mm H2O
pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang
diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
VII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul dikemudian hari.
Tindahakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.
Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentukan apakah
tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan penilaian pada
semua bayi dengan cara melihat:
a. Apakah bayi lahir cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
c. Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis ?
d. Apakah tonus otot baik ?
Apakah semua jawaban diatas “YA”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan
tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan asuhan bayi normal. Bila
salah satu lebih atau lebih jawaban “TIDAK” bayi memerlukan tindakan
resusitasi segera.
1) Langkah Awal dalam Stabilisasi
a) Memberikan kehangat
Bayi diletakan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam
keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
21
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
VIII. KOMPLIKASI
Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan berbagai macam gangguan organ.
Sistem Pengaruh
22
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
IX. PROGNOSIS
Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metabolik dan
kardiopulmonalnya (hipoksia, hipoglikemia, syok) dapat diobati, pada umur kehamilan
bayi (hasil akhir paling jelek jika bayi preterm), dan pada tingkat keparahan
ensefalopati hipoksik-iskemik.16
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak.
Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa
mendatang. 16
23
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
DAFTAR PUSTAKA
1 IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV)
4 Lee, et.al. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal: A
Prospective, Community-Based Cohort Study. Pediatrics 2008; 121:e1381e1390
(doi:10.1542/peds.2007-1966). (Level of evidence IIb)
6 Desfauza, Evi. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada bayi
Baru Lahir yang Dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. 2007. Medan :Universitas Sumatera Utara.
7 Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. 2008.
Jakarta : Salemba Medika.
8 Davidson JO, Wassink G, Heuji LG, Bennet L, Gunn AJ. Therapeutic hypothermia for neonatal
hypoxic-ischemic encephalopathy – where to from here? Frontiers in Neurology 2015;6(198):1-10.
10 Utomo, Martono Tri. Asfiksia Neonatorum. Cited on : December 28th. 2011. Updated on : 2006.
Available on http://www.pediatrik.com
11 Desfauza, Evi. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada bayi
Baru Lahir yang Dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. 2007. Medan :Universitas Sumatera Utara.
24
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
12 Dr. Rusepno Hassan,dkk. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Info Medika Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI.
14 Davidson JO, Wassink G, Heuji LG, Bennet L, Gunn AJ. Therapeutic hypothermia for neonatal
hypoxic-ischemic encephalopathy – where to from here? Frontiers in
Neurology 2015;6(198):1-10
15 For additional / next level management please refer to WHO Guidelines (Managing Newborn
Problems and Pocket Book of Hospital Care of Children), http://www.ontop-in.org/sick-newborn/,
http://www.newbornwhocc.org/
16 Behrman, Kliergman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol. 1.
Jakarta : EGC.
25
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 33-87-97
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
26