Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Hadist, Kedudukan Hadist dan Fungsi Hadist

A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna dari semua sisi . Islam juga merupakan agama yang
indah. Keindahan agama Islam adalah kemudahan dalam melaksanakan ajaran Islam. Aturan
dalam Islam bertujuan untuk memberikan kemudahan dan mewujudkan kemaslahatan
(kebaikan), bukan untuk mempersulit kehidupan (urusan) seorang manusia.
Akan tetapi, Inti ajaran Islam dibangun di atas dua pondasi, yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama dalam Islam. Sumber yang kedua, yaitu Hadist
merupakan penjabaran dari sumber yang pertama yang maksudnya masih belum jelas (tersirat),
khususnya yang berkaitan dengan masalah kehidupan umat.
Hadits Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tak
dapat diragukan lagi.Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam, di samping al-
Qur’an.“Hadits atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau
didasarkan kepada Nabi SAW., baik berupa perketaan, perbuatan, atau taqrir-nya.Hadits
sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur’an, sejarah perjalanan hadits tidak terpisahkan dari
sejarah perjalanan Islam itu sendiri.Akan tetepi, dalam beberapa hal terdapat ciri-ciri tertentu
yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan khusus”.
Hadist adalah pedoman yang dijadikan sumber hukum islam yang kedua. Hadist merupakan
tata perilaku, perbuatan dan juga perkataan nabi yang dijadikan contoh untuk seluruh umat
manusia. Pembahasan mengenai hadist sangatlah luas.Agar memahami hadist lebih jelas
terlebih dahulu kita harus mengerti makna hadist ini. Bagaimana kedudukannya dalam islam ,
dan apa fungsi dari hadist . Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih paham dan jelas
untuk mempelajari hadist.

B.Pembahasan
A.Pengertian Hadist
Hadist atau disebut juga As-Sunah menurut bahasa berarti ketetapan, cara, atau hal yang
biasa (Nabi Muhammad saw) lakukan.
1. Arti Hadis Menurut KBBI
Hadis merupakan sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) Nabi Muhammad saw. yang
diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menentukan hukum Islam

1
2. Arti Hadis Secara Etimologi
kata’hadis’ berasal dari bahasa Arab, yaitu al-hadis, jamaknya al-haditsan, dan al-hudtsan.
Secara etimologis, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya :

a. Al-Khabar – Ini artinya warta atau berita, dalam istilahnya ini banyak diartikan dengan
segala sesuatu yang diperbincangkan atau ucapan yang dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain atau yang lebih dikenal dengan “ma yatahaddatsu bihi wa yunqalu”.
Dari makna ini yang kemudian disebut perkataan “hadis Nabi”

b. Al-Jadid – Artinya baru, ini adalah lawan kata dari qadim yang berarti yang sudah lama.
Jadi, hadis bisa juga diartikan dengan sesuatu yang baru jika disandarkan dalam katanya
saja, kecuali jika disandarkan pada nabi maka maknanya lain lagi.

c. Al-Qarib – Bermakna yang dekat, atau yang belum lama ini berlangsung atau terjadi,
misalnya dalam kalimat “haditsul ahdi bil-Islam” yang artinya orang yang baru masuk
Islam. Adapun jamaknya huduts atau hidats.
M.M Azami mendefinisikan kata ‘hadis’, secara etimologi (lughawiyah), berarti
komunikasi, kisah, percakapan, religious atau sekular, historis atau kontemporer.dalam Al-
Quran, kata hadis ini digunakan sebanyak 23 kali. Berikut contoh-contohnya.
a. Komunikasi religius : risalah atau Al-Quran
Allah SWT berfirman : “Allah Ta’ala menurunkan secara bertahap hadis
(risalah) yang paling baik dalam bentuk kitab (Q.S. Az-Zumar 39:23)”.
Firmanya lagi :”Maka serahkanlah (ya muhammad) kepadaku (urusan) orang-orang
yang mendustakan hadis (Al-Quran) ini (Q.S. Al-Qalam 68:64)”.
b. Kisah tentang suatu watak sekular atau umum
Allah SWT berfirman : “Dan apabila kamu melihat orang-orang meperolokkan
ayat ayat kami, tinggalkanlah mereka sehingga membicarakan hadis (perkataan)
yang lain (Q.S. An’am 6:68)”.
c. Kisah historis
Allah SWT berfirman : “Apakah telah sampai kepadamu hadis (kisah)
Musa? (Q.S. Thaha 20:9)”.
d. Kisah kontemporer atau percakapan
Allah SWT berfirman : “Ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah
seorang dari istri-istrinya suatu hadis (kisah) (Q.S. At-Tahrim 66:3)”.

2
Dari ayat tersebut bahwasanya kita dapat menyimpulkan kata hadis dalam AL-Quran
artinya kisah, komunikasi atau risalah religius maupun sekular, dari masa lampau ataupun masa
kini.
3. Hadis Secara Terminologis
Para ulama, baik muhadisin, fuqaha ataupun ulama ushul, merumuskan pengertian hadis
berbeda-beda. Perbedaan tersebut karena keterbatasan dan tinjauan objek masing-masing, yang
mengandung kecenderungan pada aliran ilmu yang didalaminya.
4. Menurut istilah dari ahli hadis
Oleh al-Hafidh dalam syarah Al-Bukhary menyebutkan soal pengertian hadis ini, yakni
“Segala ucaban Nabi saw, segala perbuatannya dan juga segala keadaan beliau.”
Dikatakan juga bahwa makna segala keadaan Nabi adalah termasuk juga dengan apa yang
diriwayatkan dalam kitab sejarah yang sahih, seperti kelahiran beliau, tempatnya dan segal yang
menyangkut dengan itu.
5. menurut ulama Ushul Hadits
Ada yang berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh ulama Ushulul Hadis, yang mana
ada penegasan di akhirnya bahwa segala yang disandarkan kepada Nabi hanya pada hal yang
berkaitan dengan hukum. Sebagaimana disebutkan:
“Segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi, yang berkaitan dengan masalah hukum.”
Ini artinya, walaupun disandarkan kepada Nabi tapi tidak ada kaitannya dengan soal hukum
maka ia tidak termasuk hadis Nabi. Kurang lebih seperti itu maknanya jika kita merujuk pada
pendapat ini.
Adapun pengertian hadis secara luas, yang dikatakan oleh Muhammad Mahfudz At-
Tirmidzi.
“sesungguhnya hadis bukan hanya yang dimarfukan kepada Nabi Muhammad SAW. melainkan
dapat pula disebutkan pada yang mauquf (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari
sahabat) dan maqthu’ (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari tabiin)”.
6. Menurut ahli ushul fiqih
“Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, selain AL-Quran Al-
karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang bersangkut-paut dengan
hukum Syara”.

7. Menurut ahli fuqaha

3
Hadist adalah “Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW. Yang tidak bersangkut paut
dengan masalah-masalah fardhu atau wajib”.
8. Menurut Jumhur Al-Muhaditsin
Hadist adalah “sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan,
perbuatan, pernyataan (taqrir) dan sebagainya”.
Dengan demikian menurut ulama hadis, esensi dari hadis adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ikhwal (sifat dan kepribadian) Nabi
Muhammad SAW.
B.Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam.
Seluruh umat islam, tanpa kecuali telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu sumber
ajaran islam. Ia menempati kedudukannya yang sangat penting setelah Al Qur’an. Kewajiban
mengikuti hadits bagi umat islam sama wajibnya dengan mengikuti Al Qur’an. Hal ini karena
hadits merupakan mubayyin (Penjelasan) terhadap Al Qur’an. Tanpa memahami dan
menguasai hadits siapa pun tidak bisa memahami Al Qur’an. Sebaliknya siapapun tidak akan
bisa memahami hadits tanpa memahami Al Qur’an karena Al Qur’an merupakan dasar hukum
pertama, yang didalamnya berisi garis besar syariat, dan hadits merupakan dasar hukum kedua
yang didalamnya berisi penjabaran dan penjelasan Al Qur’an. Dengan demikian antara hadits
dan Al Qur’an memiliki kaitan yang sangat erat, yang satu sama lain tidak bisa dipisah-pisahkan
atau berjalan sendiri-sendiri.
Kedudukan Hadits atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam, hadits berada satu tingkat di
bawah Al-Qur’an. Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an,
yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadits tersebut. Hal ini sebagaimana firman
Allah Swt:

َ ‫وُلتَا ُك ُم َو َما فَ ُخذُوهُ ُهوا َع ْن ُهنَ َها ُك ْم َو َمافَا ْن‬


‫ت‬ ُ ‫س‬ُ ‫الر‬
َّ
Artinya : “... dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa-apa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr/59:7)

ً ‫َاك َح ِفي‬
‫ظا َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫س ْلن‬
َ ‫ّللاَ ت َ َولَّ ٰى َو َم ْن فَ َما أ َ ْر‬
َّ ‫ع‬ َ َ ‫سو َل فَقَ ْد أ‬
َ ‫طا‬ َّ ‫يُ ِط ِع َم ْن‬
ُ ‫الر‬

Artinya: “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati


Allah Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu
(Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.” (QS. an-Nisa’:80)

4
Dengan demikian dapat dipahami hadits itu sebagai sumber hukum Islam kedua setelah
Al-Qur’an.
C . Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur'an.
sebagai pembawa risalah yang menjelaskan ajaran yang diturunkan Allah Swt melalui Al-
Qur’an kepada umat manusia. Oleh karena itu, hadits berfungsi untuk menjelaskan (bayan) serta
menguatkan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an
dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Menjelaskan Ayat-ayat Al-Qur’an yang Masih Bersifat Umum.
Contohnya adalah ayat Al-Qur’an yang memerintahkan shalat. Perintah shalat dalam Al-
Qur’an masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadits-hadits Rasulullah Saw. tentang
shalat, baik tentang tata caranya maupun jumlah bilangan raka’at-nya. Untuk menjelaskan
perintah shalat tersebut misalnya keluarlah sebuah hadits yang artinya:
”shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”. (HR. Bukhari)
2. Memperkuat Pernyataan yang Ada Dalam Al-Qur’an.
Seperti dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di antara kalian
melihat bulan, maka berpuasalah!” Maka ayat tersebut diperkuat oleh sebuah hadist yang
artinya :
“... berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya ...” (HR. Bukhari
dan Muslim)
3. Menerangkan Maksud dan Tujuan ayat Al-Qur'an.
Misal, dalam Qur'an Surat. at-Taubah ayat 34 dikatakan,

َّ ‫الو ْال ِف‬


‫ضةَ ِب َعذَابفَبَش ِْر ُه ْم أ َ ِليم‬ َ ‫َاوالَّذِينَ الذَّ َهبَيَ ْكنزونَ اللَّ ِه‬
َ ‫س ِبي ِل ِفييُ ْن ِفقُونَ َه َاو‬
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di
jalan Allah Swt., gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih!” (QS. At-Taubah :34)
Ayat ini dijelaskan oleh hadits yang berbunyi, “Allah Swt. tidak mewajibkan zakat kecuali
supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati.” (HR. Baihaqi)
4. Menetapkan Hukum Baru yang Tidak Terdapat dalam Al-Qur’an.
Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya dalam Al-Qur’an,
diambil dari hadist yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya seorang laki-laki yang
menikahi saudara perempuan istrinya.

5
Maka hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah Saw : Artinya: “Dari Abi
Hurairah ra. Rasulullah Saw. bersabda: “Dilarangseseorang mengumpulkan (mengawini secara
bersama) seorang perempuan dengan saudara dari ayahnya serta seorang perempuan dengan
saudara perempuan dari ibunya.” (HR. Bukhari)
D. Penutup
Berdasarkan referensi dari segala sumber penyusunanan makalah ini, dapat disimpulan
Hadist adalah pedoman yang dijadikan sumber hukum islam yang kedua. Hadist merupakan
tata perilaku, perbuatan dan juga perkataan nabi yang dijadikan contoh untuk seluruh umat
manusia.
Kedudukan Hadits atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam, hadits berada satu tingkat
di bawah Al-Qur’an. Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an,
yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadits tersebut.
hadits berfungsi untuk menjelaskan (bayan) serta menguatkan hukum-hukum yang terdapat
dalam Al-Qur’an, menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum,memperkuat
pernyataan yang ada dalam Al-Qur’an, menerangkan maksud dan tujuan ayat Al-Qur'an, serta
menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
E. Daftar Pustaka
Ismail dan M. Syuhudi. Ilmu Hadist,(Bandung: Angkasa, 1985)
Suparta Munzier. Ilmu Hadist, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
Hasbi Ash Shiddieqy. Tengku Muhammad, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadist,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009)
Ichwan, M. Nor. Studi Ilmu Hadist, (Semarang: RaSail, 2007)
Utang Ranu Wijaya. Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996)
Al Qadhi Abu Syuja. 2009. Fikih Sunnah Imam Syafi’i
(Pedoman Amaliyah Muslim Sehari-hari). Bandung: Penerbit Padi.

6
7

Anda mungkin juga menyukai