Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mampu melakukan penentuan berat molekul suatu zat yang tidak mudah menguap
dengan metode titik beku dan menentukan harga kb suatu pelarut
2. Mampu melakukan penentuan berat molekul senyawa yang mudah menguap dengan
pengukuran massa jenis
1.2 Dasar Teori

Penentuan berat molekul jenis larutan yang bersifat tidak menguap yaitu dengan cara
penurunan titik beku. Untuk larutan jenis nonvolatile tetap menurunkan tekanan uap larutan,
makin banyak larutan makin jauh juga penurunan ini. Pengaruh ini di tunjukkan dalam
gambar 14.1. disini kurva tekanan uap dan kurva peleburan / pencairan pelarut merupakan
cermin satu sama lain pada diagram fasa pelarut murninya.

Diagram fasa pelarut murni digambarkan sebagai garis tipis, sedangkan untuk yang
mengandung larutan sebagai garis tebal.titik beku dan titik didih pelarut dituliskan sebagai
tb0 dan td0 . Titik yang serupa untuk larutan dituliskan sebagai tb dan td. Penurunan titik beku
dan penaikan titik didih ditunjukan sebagai ∆Tb dan ∆Td. Perpotongan kurva tekanan uap
dan dengan kurva sublimasi untuk pelarut yang mengandung larutan volatile terletak pada
suhu yang lebih rendah dibandingkan pelarut murninya. Demikian juga kurva pelebur
tergeser ka arah suhu yang lebih rendah.

1 atm

cair

Padat

Uap

Td0 Td
gambar 14.1 penurunan tekanan uap oleh larutan non – volatile
Perhatikan cara memperoleh kurva titik beku dan titik didih pada diagram ini, yaitu
dengan mendapatkan titik potong kurvanya dengan garis tekanan uap tetap pada P =1 atm,
pada gambar 14.1 dihasilkan 4 titik yaitu untuk pelarut murni maupun untuk larutan turun,
sedangkan untuk titik didihnya naik. Syarat yang diperlukan disini adalah bahwa larutan larut
dalam pelarut, tetapi tidak larut dalam pelarut bentuk padatan dan kebanyakan larutan
memang demikian. Penurunan titik beku dan penaikan titik didih berbanding lurus dengan
penurunan tekanan uap,artinya berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, atau artinya
berbanding lurus dengan fraksi mol. Untuk larutan sangat encer, maka tekanan uap zat teralut
dapat diabaikan.

P1 P2

Murni larutan

Kb = konstanta penurunan titik beku molal, merupakan sifat khusus pelarut menunjukkan
penurunan titik beku apabila 1 mol zat dilarutkan dalam 100 gram pelarut

Konstanta penurunan titik beku disebut juga kiroskopik, dan konstanta kenaikan titik
didih disebut juga ebulioskopik.

Suhu Suhu

Waktu Waktu
Gambar 1.2. Kurva Pendinginan Pelarut Murni dan Larutan

Kurva pendinginan pelarut murni patah horizontal pada titik A sampai B, sedangkan
untuk larutan patah pada titik X, pada titik X pelarut mulai membeku keluar dari larutannya
( titik beku). Sedangkan garis horizontal Y dan Z menunjukkan pembekuan kedua
komponen campuran padatan (suhu eutetik). Yang dimaksud dengan titik beku larutan
adalah titik X (diasumsikan larutan tidak larut dalam pelarut padat). Pada titik A,X dan Y
dapat pula terjadi peristiwa lewat dingin (supercooling).

1.2.1 Tabel konstanta-konstanta penurunan titik beku (Kb) dan kenaikan titik didih
(Kd)

Pelarut Kba Kda

3,90 3,07
Asam Asetat

4,90 2,53
Benzena

7,00 5,24
Nitrobenzena

7,40 3,56
Fenol

1,86 0,512
Air

Nilai-nilai ini adalah untuk penurunan titik beku dan kenaikan titik didih terhitung
untuk suhu dalam derajat celcius (0C), dan larutan 1 mol dalam 1 kg pelarut.

Satuan : C kg pelarut (mol larutan).

Penentuan berat molekul untuk zat yang mudah menguap (volatil) dapat dilakukan
dengan metode penentuan massa jenis gas dengan menggunakan alat Victor Meyer.
Persamaan gas ideal bersamaan dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan
berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatil).

Menurut hukum Boyle, hubungan antara volume dan tekanan jika massa gas dan suhunya
tetap. Maka dinyatakan dalam volume berbanding terbalik dengan tekanan, yaitu

atau PV = konstanta. . . (1)

Menurut hukum Charles, hubungan antara volume dan suhu dapat dinyatakan sebagai
volume berbanding lurus dengan suhu jika massa dan tekanan gas dijaga tetap,
Dari hukum Avogadro, suhu dan tekanan yang sama pada semua gas yang
volumenya sama mengandung jumlah molekul atau mol yang sama banyak.

Dari ketiga hukum tersebut, maka suhu tekanan dan jumlah mol gas itu dapat dinyatakan
sebagai berikut :

( P dan n tetap )

Jadi, volume (V) berbanding langsung dengan T dan n, dan berbanding terbalik dengan P,
sehingga dengan demikian didapat suatu pernyataan atau persamaan baru, yaitu :

atau PV = n R T

PV =

BM = RT

Dengan :

BM = berat molekul (

P = tekanan (atm)

V = volume gas (liter)

R = tetapan gas ( )

ρ = massa jenis (

T = suhu mutlak (

Bila suatu cairan volatil dengan titik didih lebih kecil dari 100 ditempatkan dalam
labu erlenmeyer terhadap yang mempunyai lubang kecil pada bagian tutupnya, kemudian
labu erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai 100 , cairan yang ada dalam erlenmeyer
tersebut akan menguap dan uapnya akan mendorong udara yang terdapat pada labu
erlenmeyer keluar melalui lubang kecil tadi. Setelah semua udara keluar, uap cairannya
sendiri yang keluar sampai akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila keadaan
kesetimbangan dicapai, yaitu tekanan uap cairan dalam labu erlenmeyer sama dengan
tekanan udara luar.

Pada kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan tekanan
atmosfer, volume sama dengan volume labu erlenmeyer dan suhu sama dengan suhu titik
didih air dalam penangas air. Labu erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air,
didinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya dapat diketahui.
Kemudian dengan menggunakan persamaan : BM = R T berat molekul senyawa

dapat ditentukan.
BAB 2

METODOLOGI

2.1 Alat
1. Labu Ukur 8. Piknometer
2. Pengaduk 9. Desikator
3. Gelas Piala 10.Gelas Ukur
4. Tabung 11.Karet
5. Alumnium Foil 12.Stopwatch
6. Termometer 13.Jarum
7. Neraca Analitik 14.Termostat
2.2 Bahan

1. Aquades
2. Larutan Standar Naftalen
3. Zat X non volatil yang dicari BM-nya
4. Zat X volatil yang dicari BM-nya
5. Asam Asetat Glasial
6. Es Batu
2.2 Langkah Kerja

Penentuan berat molekul zat non volatile

Menetukan berat jenis asam asetat glasial dengan menggunakan piknometer

Mengambil 50 ml pelarut (asam asetat glasial) dan memasukkan dalam alat sambil
mendinginkan dan mencatat suhunya setiap 30 detik hingga suhu konstan
Mengambil 50 ml pelarut yang sama, lalu ditambahkan zat yang sudah diketahui BM-
nya(naftalen), didinginkan dan mencatat suhunya setiap 30 detik hingga suhu konstan

Mencatat selisih titik beku pelarut dengan pelatut + naftalen

Mengulangi percobaan yang sama dengan mengambil zat terlarut yang akan dicari
BM-nya dengan menggunakan pelarut yang sama

Penentuan Berat Molekul Zat Volatil


Mengambil erlenmeyer bersih dan kering yang berleher kecil, tutup denagn
alumunium foil

Menimbang erlenmeyer tadi dengan alumunium foilnya

Mengambil 5 ml cairan yang mudah menguap dan memasukkan ke dalam erlenmeyer


tadi, menutup kembali dengan alumunium dan mengencangkannya dengan karet
gelang. Dengan jarum dibuat lubang kecil pada penutup agar uap dapat keluar

Meletakkan erlenmeyer dalam penangas air mendidih. Biarkan sampai cairan volatil
menguap. Kemudian mencatat suhu pengangas air tersebut ketika cairan volatil telah
habis menguap
BAB 3
HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

3.1.1 Zat Non Volatil

Tabel 3.1.1.a Penimbangan Sampel

Piknometer kosong Piknometer + Asam Asetat Glasial Naftalen Zat X

14, 4625 gr 25,1999 gr 1,0094 gr 1,1021 gr

Tabel 3.1.1.b Titik Beku Percobaan (dalam 0C)

Suhu Asam Asetat Glasial Asam Asetat Glasial + Naftalen Asam Asetat Glasial + Zat X

t0 280C 300C 290C

t1 190C 190C 180C

t2 160C 150C 140C

t3 150C 150C 140C

t4 150C 140C 130C

t5 150C 140C 130C

t6 150C 140C 130C

3.1.2 Penentuan Zat Volatil

Tabel 3.1.2.a Penimbangan Sampel

Erlenmeyer Kosong + Erlenmeyer + Alumunium Volume Suhu Saat larutan


Alumunium Foil (M0) Foil (M1) Erlenmeyer Habis

41, 8809 gr 42, 0201 gr 69 ml 353 K


3.2 Pembahasan

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat molekul suatu zat yang mudah
menguap dengan metode titik beku dan menentukan harga Kf suatu larutan serta menentukan
berat meloekul suatu senyawa yang mudah menguap dengan pengukuran massa jenis gas.

Pada percobaan yang pertama adalah menentukan berat molekul dari zan non volayil (at
yang tidak mudah menguap) menggunakan metode penurunan titik beku, serta menentukan harga
Kf suatu larutan. Sampel zat terlarut yang digunakan adalah naftalena dan zat x (urea), serta
pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam asetat glasial. Naftalena disini
digunakan untuk menentukan harga Kf asam asetat glasial dan zat yang dicari BM nya adalah zat
x (urea). Langkah pertama yang dilakukan yaitu menentkan massa jenis dari asam asetat glasial
dengan metode penimbangan menggunakan piknometer 10 ml. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh massa jenis asam asetat glasial yaitu 1,08376 g/ml. Langkah selanjutnya menentukan
titik beku dari pelarutnya (asam asetat glasial) dengan cara menentukan suhu konstan pelarut
dengan menggunakan metode titik beku dimana pelarut direndam dengan es yang bercampur
dengan air sampai mencapai suhu yang konstan. Suhu konstan zat pelarut yang diperoleh yaitu
150C. Setelah menentukan suhu konstan pelarut adalah menentukan suhu konstan zat terlarut
dengan cara yang sama. Untuk suhu konstan pada naftalen diperoleh suhu 140C sehingga
penurunan titik beku yaitu 10C. Penurunan titik beku tersebut digunakan untuk menghitung Kf
larutan, sehingga diperoleh nilai Kf yaitu 6,90C. Selanjutnya menentukan BM zat yang x (urea).
Untuk dapat menentukan Bm zat x, dilakukan metode titik beku.

Penurunan titik beku zat x harus diketahui, dengan menentukan titik beku asam asetat
glasial dan zat x (urea) dengan cara merendam dalam air es hingga suhu konstan, diperoleh suhu
konstannya adalah 130C. Dari data tersebut, dapat dihitung BM zat x nya dan didapat BM zat x
yaitu 70,16 g/mol. Hasil ini berbeda dengan BM urea secara teori yaitu sebesar 60,06 g/mol, hal
ini karena nilai suhu yang didapat dan digunakan kurang akurat.
Pada percobaan kedua, yaitu menentukan BM zat volatil dengan cara pengukuran massa
jenis zat. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah zat x (aseton), langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan mssa erlenmeyer kosong dan alumunium yang
digunakan untuk menutupnya, hal ini bertujuan agar mssa zat x (aseton) dapat diketahui dengan
tepat, yaitu 41,8809 g. Selanjutnya memasukkan aseton ke erlenmeyer, menutupnya dengan
rapat agar aston tidak menguap keluar erlenmeyer, sedangkan lubang kecil di alumunium foil
bertujuan agar udara didalam erlenmeyer terdorong keluar dari erlenmeyer oleh uap aseton saat
erlenmeyer dimasukkan kedalam air bersuhu 750C-800C, hingga aseton dalam erlenmeyer
berubah fase menjadi gas atau kesetimbangan tercapai yaitu tekanan uap cairan dalam labu
erlenmeyer sama dengan tekanan udara luar.

Pada kondisi ini labu erlenmeyer hanya berisi uap aseton hingga volume aseton sama
dengan volume erlenmeyer dan suhu sama dengan titik didih air. Kemudian labu erlenmeyer
dididinginkan didesikator untuk mengeringkan uap air dan menghitung massa aseton, diperoleh
yaitu 42,0201g, setelah dilakukan perhitungan diperoleh massa uap aseton yaitu 0,1392 g.
Selanjutnya erlenmeyer diisi penuh dengan air dan air dimasukkan kedalam gelas ukur untuk
menentukan volume dari erlenmeyer, diperoleh volume yaitu 69 ml. Data data yang didapat dari
percobaan, BM sampel x (aseton) dapat dihitung, didapatkan BM zat x yaitu 58,49 g/ mol.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Massa jenis AAG yang didapatkan adalah 1,08374 g / mL


2. BM urea yang didapatkanadalah 70,16 g / mol
3. BM etanol yang didapatkan adalah 58,49 g / mol

4.2 Saran

1. Dalam menggunakan larutan asam asetat glasial jangan sampai tercecer diluar botol
karena akan merusak kulit bila tersentuh.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Budiman, 2005, RingkasanMateri 1,2,dan 3 SMA/MA Kimia,Yrama:Bandung

Sumarna, 2006, Kimia Untuk SMA / MA kelas XII, Cv regina : Bandung

Tim penyusun, 2010, penuntun praktikum Kimia Fisika,POLNES : Samarinda


LAMPIRAN
Perhitungan
1. Zat Non Volatil
a) Berat AAG
(𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝐴𝐴𝐺) − 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
p=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
25,1999 g − 14,3625 g
p= = 1,08374 g/ml
10
Massa AAG = 1,08374 g/ml x 50 ml
= 54, 187 g
b) Harga Kf zat non volatile
∆Tf = Tfpel – Tflar
∆Tf = 15°C - 14°C = 1°C
1,0094 𝑔 1000
∆Tf = Kf x 𝑥
128,17 𝑔/𝑚𝑜𝑙 54,187 𝑔
∆Tf = Kf x 0,145

10C = Kf x 0,145

Kf = 6,90C

c) Penentuan BM urea
∆Tf = Tfpel – Tflar
∆Tf = 15°C - 13°C = 2°C
∆Tf = 𝑘𝑓 𝑥 𝑚
1,1021 𝑔 1000
20C = 6,90𝐶 𝑥 𝑥
𝑀𝑟 𝑥 54,187 𝑔

140,325
20C =
𝑀𝑟 𝑥
Mr x = 70,16 9/ mol
2. Zat Volatil

P .V
n =
𝑅.𝑇

1 atm .0,069 L
= 𝑎𝑡𝑚.𝐿
0,08206 𝑥 353 𝐾
𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾

= 2,38 x 10-3

𝑔
Mr =
𝑛

42,0201 𝑔−41,8809 𝑔
=
2,38𝑥10−3

= 58,49 g/mol
Gambar Alat

Erlenmeyer labu ukur

stirrer thermometer

stopwatch desikator
Piknometer botol semprot

Neraca analitik gelas kimia

Anda mungkin juga menyukai