Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,


proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang
terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Nurarif &
Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang
meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema
(Wong, 2008).
Di indonesia angka kejadian sindroma nefrotik pada anak belum
diketahui pasti, namun diperkirakan pada anak usia dibawah 16 tahun
berkisar antara 7 sampai 2 kasus per tahun pada setiap 1.000.000 anak.
Insiden sindroma nefrotik primer ini 2 kasus pertahun tiap 1.00.000 anak
berumur kurang dari 16 thn dengan angka prevalensi kommulatif 16 dari
1.00.000 anak kurang dari 14 tahun. Rasio antara laki-laki dan perempuan
pada anak sekitar 2 : 1.(israr,2008)
Sindrom Nefrotik ini sering terjadi pada umur 2 dan 6 tahun.
.Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk sindrom nefrotik di Negara
dengan keadaan musim yang berbeda. Berdasarkan dengan uraian diatas
penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan anak dengan
syndrome nefrotik agar tercapainya pelayanan keperawatan yang sesuai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sindrom Nefrotik Akut?
2. Bagaimana Etiologi Sindrom Nefrotik?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Sindrom Nefrotik?
4. Bagaimana Patofisiologi Sindrom Nefrotik?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang anak dengan Sindrom
Nefrotik?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Keperawatan ?

1
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan anak dengan Sindrom Nefrotik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Sindrom Nefrotik Akut
2. Untuk mengetahui Etiologi dan Faktor resiko Sindrom Nefrotik
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Sindrom Nefrotik
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Sindrom Nefrotik
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang anak dengan Sindrom
Nefrotik
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Keperawatan
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan anak dengan Sindrom
Nefrotik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah entilitas klinis yang terjadi akibat kehilangan
masif protein melalui urine ( terutama albuminuria) yang menyebabkan
hipoprotenimi a(kebanyakan hipoalbuminemia) dan karenanya menyebabkan
edema(Rodolf,2006).
Sindrom nefrotik ini biasanya terjadi hiperlipid demia,hiperkolesterolmian
dan peningkatan lipiduria yang menyertai. Sindrom nefrotik adalah status klinis
yang ditandai dengan peningkatan permiabilitas membrane glomelurus terhadap
protein yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang massif.
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema
(Betz & Sowden, 2009).

B. Etiologi Sindrom nefrotik (Siburian, 2013)


Etiologi sindroma nefrotik ini belum diketahui, namun akhir-akhir ini
dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen-antibodi. Dimana 80%
anak dengan sindroma nefrotik yang dilakukan biopsi ginjal menunjukkan hanya
sedikit ke abnormalannya, sementara sisanya 20 % biopsi ginjal menunjukkan
keabnormalan seperti glomerulonefritis (Novak & Broom, 1999).
Patogenesis mungkin karena gangguan metabolisme, biokimia dan
fisiokimia yang menyebabkan permeabilitas membran glomerulus meningkat
terhadap protein (Whalley and Wong, 1998). Sedangkan menurut Behrman
(2001), kebanyakan (90%) anak yang menderita nefrosis mempunyai beberapa
bentuk sindroma nefrotik idiopatik, penyakit lesi minimal ditemukan pada sekitar
85%. Sindroma nefrotik sebagian besar diperantarai oleh beberapa bentuk
glomerulonefritis (infeksi pada glomerulus)

3
Whaley and Wong (1998) Dalam KTI Shiburian (2013)membagi
tipe-tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik
Sindroma) Merupa kan kondisi yang tersering yang menyebabkan
sindroma nefrotik pada anak usia sekolah.
` 2. Sindroma Nefrotik Sekunder Terjadi selama perjalanan penyakit
vaskuler kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura
anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis,
bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital Faktor herediter sindroma nefrotik
disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena
sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya
adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua
pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama
kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis.
C. Manifestasi Klinis Sindrom Nefrotik (Rudolph,2006)
Manifestasi utama pada sindrom ini adalah edema, tanda yang ditemuakan
pada sekitar 95% anak. Edema pada saat onset sering kali tersembunyi sehingga
keluarga mungkin hanya sekedar tumbuh dengan cepat, pada banyak anak ,edema
bersifat intermiten. Edema biasanya mula mula tampak di periorbita, skrotum,
serta daerah labia, tetapi akhirnya menyeluruh dan massif. Edema pada sindrom
nefrotik ini bersifat dependen dan pitting(membentuk cekungan).
Pada semua subkelompok histologik biasanya mengalami anoreksia,
iritabilitas, lelah, rasa tidak nyaman di perut, diare serta distress pernapasan.
Tanda gejala lainnya yaitu proteinuria, distensi abdomen, penurunan jumalah
urine, urin tampak berbusa dan gelap.hematuria, nafsu makan menurun dan
kepucatan
D. Patofisiologi Sindrom Nefrotik( Rudolph, 2006)
Ekskresi sejumlah besar protein di urine, terutama albumin dengan berat
molekul rendah , adalah kelainan primer pada sindrom nefrotik. Derajat protenuria
sangat bervariasi dari satu anak ke anak yang lain dan setidaknya sebagian,

4
proporsional terhadap konsentrasi protein plasma. Oleh karena itu, anak dengan
sindrom nefrotik aktif yang mempunyai konsentrasi albumin serum 2 g/Dl akan
menyekresikan albumin dalam jumlah lebih besar daripada anak yang sama
dengan konsentrasi albumin serum 0,5 g/dL. Beberapa anak akan mengekresikan
sebanyak 15 g/m2 luas permukaan tubuh dalam periode 24 jam dan ekskresi
minimal yang cocok dengan diagnosis adalah sekitar 1 g/m2/hari.
Kejadian awal yang mengakibatkan proteinuria belum diketahui.
Permeabilitas kapiler glomelurus terhadap albumin meningkat, dan peningkatan
pada beban hasil filtrasi ini akan melebihi kemampuan sedherhana tubulus untuk
menyerap protein kembali, permiabilitas berubah secara selektif sedemikian rupa
untuk meningkatkan pengangkutan partikel yang bermuatan anion, seperti
albumin di kapiler. Protein plasma yang sangat kationik yang mungkin dapat
menetrasasi muatan anionik di dinding kapiler glomelurus telah ditemukan pada
anak nefrotik. Pada nefrosis ekspemental serta pada beberapa anak dengan
sintrom nefroti primer terjadi pengurangan kandungan normal asam sialat
(polianion) daei basalis, defisiensi ini memungkinkan meningkatnya
pengangkutan komponen-komponen anionic. Peram sistem kinin juga sedang
diteliti karena ekskresi kinin urine beberapa bukti yang menunjukan bahwa
pasien MCNS mempunyai kelainan fungsi sel T.
Hipoalbuminemia terjadi akibat meningkatnya kehilangan protein melalui
urine. Meskipun demikian, faktor lain dapat turut menyebabkan hipoalbuminemia,
dengan diantarnya adalah penurunan sintesis, peningkatan katabolisme, serta
peningkatan kehilangan saluran cerna. Hipoalbuminemia menghasilkan temuan
klinis utama edema, penurunan tekanan onkotik plasma dan akibatnya
pengurangan volume plasma, yang menghasilkan akumulasi cairan interstisial
serta penurunan perfusi ginjal, yang terakhir ini merangsang aktivitas sistem
renin aldosteron.
Walaupun GFR biasanya sedikit menurun , faktor ginjal utama yang turut
menyebabkan produksi dan mempertahankan edema adalah penambahan
reabsorbsi natrium serta air oleh tubulus ginjal. Sebuah hubungan rumit di antara
sejumlah faktor fisiologi(yaitu penurunan tekanan onkotik, peningkatan aktivitas

5
aldosteron serta vasoprin , penyusutan hormone natriuretik atrium, dan faktor fisik
dalam vasa rektil turut berperan dalam menyebabkan akumulasi serta bertahannya
edema.
E. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan
keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk
mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat
badan yang cepat.
2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200
ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi
diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan
masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif
nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan
protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak
yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan
yang adekuat.
3. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit.
Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau
verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus
diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara
mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum
harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan
menggosok kulit.
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata
dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air
hangat.
5. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen
dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus
plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.

6
6. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung
mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga
merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan siklofosfamid.
7. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat,
penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
8. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu
dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang
penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga dengan
masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini
harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat mengerti
perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka
karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumahn sakit.

F. Penatalaksanaan medis
1. Terapi glukokortikoid
Terapi ini telah mengubah morbiditas serta mortalitas sindrom ini sehingga
membuatnya hampir spesifik. Dosis predmison yang lazim adalah 2mg/kg/hari
dibagi menjadi 3 atau 4 dosis dan diberikan setiap hari selama 4 minggu. Sekitar
92% pasien dengan MCNS berespon terhadap terapi ini. (Rudolph, 2006) .
2. Pemberian Diuretik
Jenis diet yang direkomendasikan adalah diet seimbang dengan protein dan kalori
yang adekuat. Kebutuhan protein anak ialah 1,5 – 2 g/kg, namun anak-anak
dengan proteinuria persisten yang seringkali mudah mengalami malnutrisi
diberikan protein 2 – 2,25 g/kg per hari. Maksimum 30% kalori berasal dari
lemak. Karbohidrat diberikan dalam bentuk kompleks seperti zat tepung dan
maltodekstrin. (Rudolph, 2006) .
3. Pemberian antibiotic jika terdapat infeksi
4. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital

7
G. Pemeriksaan Penunjanng
a. Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine
kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin,
porfirin.
2) Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.
Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat
sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis) atau
pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fosfat dan magnesium
meningkat. Albumin <>
b. Biosi ginjal
Dicadangkan untuk anak yang lebih tua dengan hematuria, Tekanan darah tinggi,
urea tinggi, dan pada anak yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
steroid (10%)( Axton, 2013)
c. USG ginjal
Penyakit ginjal lain dapat menyebabkan proteinuria, missal penyakit ginjal
polikistik( Axton, 2013)
d. USG Doppler, angiogram ginjal, CT, MRI : Jika dicurigai biopsy ginjal
(Axton, 2013)

8
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Fokus Pengkajian ( Wong, 2003) :
1. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya
edema
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang
berhubungan dengan penambahan berat badan saat ini,
disfungsi ginjal
3. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
4. Penambahan berat badan
5. Edema
6. Wajah sembab
a. Kususnya disekitar mata
b. Timbul pada saat bangun pagi berkurang pada siang
hari
7. Pembengkakan abdomen(asites)
8. Kesulitan pernapasan(efusi pleura)
9. Pembengkakan labil atau scrotal
10. Edema mukosa usus menyebabkan diare, Anoreksia,
Absorbsi usus buruk
11. Pucat kulit ekstrim(sering)
12. Peka rangsang
13. Mudah lelah
14. Letargi
15. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
16. Kerentanan terhadap infeksi
17. Perubahan urin:

9
a. Penurunan volume
b. Gelap
c. Berbau buah

B. Diagnosa Keperawatan
1. 00026. Kelebihan volume cairan (ekstravaskuler)
berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi
2. 00047. Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor
risiko gangguan sirkulasi
3. 00032. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
4. 00002.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
5. 00016. Gangguan eliminasi yang berhubungan dengan
penyebab multiple
6. 00016. Gangguan eliminasi yang berhubungan dengan
penyebab multiple
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Outcome Intervensi
Keperawatan
00026. 0601. Keseimbangan 4120. Manajemen Cairan
Kelebihan Cairan Definisi : Meningkatkan
volume Definisi : Keseimbangan kesemimbangan cairan dan
cairan(Eks cairan di dalam ruang pencegahan komplikasi yang
travaskula intraseluler dan dihasilkan tingkat cairan tidak
r) ekstraseluler tubuh normal atau tidak diinginkan
berhubung Setelah dilakukan Aktifitas-Aktisivitas:
an dengan tindakan keperawatan 1. Timbang berat badan
Gangguan selama 3x24 jam.Pasien setiap hari dan monitor
mekanism dapat memenuhi criteria status pasien
e regulasi hasil: 2. Hitung atau timbang

10
1. Tekanan darah popok dengan baik
dari skala 2 3. Jaga intake atau asupan
sampai ke 4 yang akurat dan catat
2. Denyut nadi output pasien
radial skala 2 4. Monitor status hidrasi
sampai ke 4 5. Kaji lokasi dan luasnya
3. Tekanan arteri edema
rata-rata skala 2 6. Dorong aktivitas yang
sampai ke 4 sesuai
4. Denyut perifer 7. Berikan cairan IV sesuai
skala 2 sampai ke suhu kamar
4 8. Tingkatkan asupan oral
5. Keseimbangan yang sesuai
intake dan output 9. Dukung pasien dan anak
dalam 24 jam untuk membantu dalam
skala 2 sampai ke pemberian makan
4 dengan baik
6. Berat badan stabil 10. Konsultasikan dengan
skala 2 sampai ke dokter jika tanda tanda
4 dan gejala kelebihan
7. Turgor kulit skala volume cairan menetap
2 sampai ke 4 atau memburuk
8. Berat jenis urin 2380.Manajemen Obat
skala 2 sampai ke Definisi: Fasilitasi pengguanan
4 dan efektifitas resep yang aman
serta penggunaan obat bebas
Aktivitas-
1. Tentukan obat apa yang
diperlukan,dan kelola
menurut resep
2. Tentukan kemampuan

11
anak untuk mengobati
diri sendiri dengan cara
yang tepat
3. Monitor efektivitas cara
pemberian obat yang
sesuai
4. Monotor pasien
mengenai efek
terapeutik obat
5. Kaji ulang pasien dan
atau keluarga secara
berkala mengenai jenis
dan jumlah obat yang
dikonsumsi
6. Fasilitasi perubahan
pengobatan dengan
dokter
Kaji ulang strategi
bersama anak dan
keluarga dalam
mengelola obat-obatan
00047. Risiko 1101. Integritas 3590. Pengecekan Kulit
kerusakan Jaringan: Kulit dan Defiinisi: Pengumpulan dan
integritas membrane mukosa. analisa data pasien untuk
kulit dengan Definisi : Keutuhan mengjaga kulit dan integritas
faktor risiko struktur dan fungsi membrane mukosa
gangguan fisiologis kulit dan Aktivitas-Aktivitas:
sirkukasi. selaput lendir secara 1. Periksa kulit dan selaput
norma. lendir terkait dengan
Setelah dilakukan adanya kemerahan,
tindakan keperawatan kehangatan ekstrim,

12
selama 3 x 24 jam, edema atau drainase
pasien dapat 2. Amati warna kehangatan,
memenuhi criteria bengkak,pulsasi,teksture,e
hasil: dema dan ulserasi pada
1. Suhu kulit dari ekstremitas
skala 2 3. Monitor warna dan suhu
ditingkatkan ke 4 kulit
2. Hidrasi dari skala 4. Monitor infeksi, terutama
1 ditingkatkan ke daerah yang edema
4 5. Dokumentasikan
3. Perfusi jaringan perubahan membrane
dari skala mukosa
1ditingkatkan ke 4120. Manajemen Cairan
4 Definisi : Meningkatkan
4. Integritas kulit kesemimbangan cairan dan
dari skala 2 pencegahan komplikasi yang
ditingkatkan ke 4 dihasilkan tingkat cairan tidak
normal atau tidak diinginkan
Aktifitas-Aktisivitas:
1. Timbang berat badan
setiap hari dan monitor
status pasien
2. Hitung atau timbang
popok dengan baik
3. Jaga intake atau asupan
yang akurat dan catat
output pasien
4. Monitor status hidrasi
5. Kaji lokasi dan luasnya
edema
6. Dorong aktivitas yang

13
sesuai
7. Berikan cairan IV sesuai
suhu kamar
8. Tingkatkan asupan oral
yang sesuai
9. Dukung pasien dan anak
untuk membantu dalam
pemberian makan
dengan baik
10. Konsultasikan dengan
dokter jika tanda tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan menetap
atau memburuk

00032. 0402.Status pernapasan : 3320. Terapi


Ketidakefekti pertukaran gas Oksigen
fan pola Setelah dilakukan Definisi : Pemberian
napas tindakan keperawatan oksigen dan
berhubungan anak/keluarga mampu. pemantauan
dengan posisi 1. Tekanan parsiel mengenai
tubuh yang oksigen di darah arteri Dari aktivitasnya.
menghambat skala 2 ditingkatkan ke Aktivitas-aktivitas:
ekspansi skala 4 1. Pertahankan kepatenan jalan
2. Saturasi oksigen
paru napas
Dari skala 2 ditingkatkan
2. Berikan oksigen seperti
ke skala 4
yang diperintahkan
3. Keseimbangan
3. Monitor aliran oksigen
fentilasi dan perkusi Dari
4. Monitor efektifitas terapi
skala 2 ditingkatkan ke
oksigen
skala 4
5. Pastikan pergantian masker

14
4. Dispnea dengan oksigen(nasal kanul) setiap
aktivitas ringan Dari skala kali perangkat diganti.
1 ditingkatkan ke skala 4 6. Anjurkan anak dan keluarga
5. Sianosis Dari mengenai penggunaan
skala 2 ditingkatkan ke oksigen tambahan selama di
skala 4 rumah.

00002.Ketida (1004) Status Nutrsisi : Manajemen Nutrisi


kseimbanga Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi
n nutrisi asuhan keperawatan makanan.(Sesuai diet yang
kurang dari … jam klien tepat)
kebutuhan menunjukan status 2.Kolaborasi
tubuh nutrisi adekuat dengan team gizi untuk
KH: penyediaan
1.Asupan makanan Dari nutrisi terpilih
skala 2 ditingkatkan ke sesuai dengan
skala 4 kebutuhan klien.
2.Hidrasi 3.Anjurkan klien
3.Nutrisi adekuat Dari untuk
skala 2 ditingkatkan ke meningkatkan
skala 4 asupan
4.Berat Badan Stabil nutrisinya.
Dari skala 2 4 .Monitor jumlah
ditingkatkan ke skala 4 nutrisi dan
kandungan
kalori.
5Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi.

15
00016. 0503 Eliminasi Urin 2380.Manajemen Obat
Gangguan Definisi: pengumpulan Definisi: Fasilitasi pengguanan
eliminasi dan pembuangan urine. dan efektifitas resep yang aman
yang Setelah dilakukan serta penggunaan obat bebas
berhubungan tindakan keperawatan Aktivitas-
dengan selama 3 x 24 jam di 1. Tentukan obat apa yang
penyebab harapkan klien dapat diperlukan,dan kelola
multiple mengontrol eliminasi menurut resep
urin dengan kriteria 2. Tentukan kemampuan
hasil: anak untuk mengobati
a. Pola eliminasi diri sendiri dengan cara
dari skala 1 yang tepat
ditingkatkan ke skala 3 3. Monitor efektivitas cara
b. Jumlah urin dari pemberian obat yang
skala 1 ditingkatkan ke sesuai
skala 3 4. Monotor pasien
c. Warna urin dari mengenai efek
skala 1 ditingkatkan ke terapeutik obat
skala 3 5. Kaji ulang pasien dan
d. Kejernihan urin atau keluarga secara
dari skala 1 berkala mengenai jenis
ditingkatkan ke skala 3 dan jumlah obat yang
e. Frekuensi urin dikonsumsi
dari skala 1 6. Fasilitasi perubahan
ditingkatkan ke skala 3 pengobatan dengan
dokter
7. Kaji ulang strategi
bersama anak dan
keluarga dalam

16
mengelola obat-obatan
00004 1924 Kontrol Risiko: 6540. Kontrol Infeksi
Resiko Proses Infeksi Definisi : Minimalkan
infeksi Definisi : penerimaan dan trasmisi agen
berhubunga Tindakan individu infeksi
n dengan untuk Aktivitas-Aktivitas :
imunosupres mengerti,mencegah, 1.Bersihkan lingkungan
i mengeliminasi, atau dengan baik.
mengurangi ancaman 2.Dorong intake nutrisi yang
terkena infeksi telah tepat
dilakukan tindakan 3.Dorong untuk beristirahat
keperawatan selama 4.Berikan terapi antibiotic
3x24 jam pasien akan yang sesuai
dilakukan tindakan
sebagai berikut :
a. Mengetahui
perilaku yang
berhubungan dengan
infeksi dari skala 1
(tidak pernah
menunjukkan
ditingkatkan menjadi
skala 5
b. Mempraktikkan
strategi untuk
mengontrl nyeri dari
skala 1 (tidak pernah
menunjukkan
ditingkatkan menjadi
skala 5

17
c. Melakukan
tindakan segera untuk
mengurangi risiko dari
skala 1 ditingkatkan
menjadi skala 5

D. Evaluasi (Axton, 2013)


1.Dokumentasikan asupan dan haluan. Jelaskan karakteristik haluaran urine
2. Dokumentasikan rentang tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi
pernapasan
3. Dokumentasikan lingkar dada saat ini dan tunjukan apakah terjadi peningkatan
atau penurunan dari pengukuran sebelumnya
4. Dokumentasikan rentang protein urine dan berat jenis urine.
5. Dokumentasikan hasil nilai laboratorium jika di indikasikan dan tentukan
apakah nilai tersebut mengalami peningkatan atau penurunan dari nilai
sebelumnya. Jelaskan setiap tanda ataupun gejala ketidakseimbangan cairan yang
terlihat
6. Dokumentasikan berat badan dan tentukan apakah terjadi peningkatan atau
penurunan dari berat badan sebelumnya

18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sindrom nefrotik adalah entilitas klinis yang terjadi akibat kehilangan
masif protein melalui urine ( terutama albuminuria) yang menyebabkan
hipoprotenimi a(kebanyakan hipoalbuminemia) dan karenanya menyebabkan
edema(Rodolf,2006). Etiologi sindroma nefrotik ini belum diketahui, namun
akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen-
antibodi. Dimana 80% anak dengan sindroma nefrotik yang dilakukan biopsi
ginjal menunjukkan hanya sedikit ke abnormalannya, sementara sisanya 20 %
biopsi ginjal menunjukkan keabnormalan seperti glomerulonefritis (Novak &
Broom, 1999).
Penatalaksanaan Medis terdiri dari terapi diuretic, glukotiroid, antibiotic
dan pungsi asites sedangkan Penatalaksanaan Keperawaatan terdiri dari tirah
baring, diit yang tepat, perawatan kulit, perawatan mata, pencegahan infeksi dan
dukungan bagi orang tua dan anak. Dalam makalah ini juga terdapat asuhan
keperawatan pada anak dengan sindrom nefrotik mulai dari proses pengkajian,
diagnose keperawatan, rencana keperawatan dan evaluasi.

B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat, penting untuk memahami
konsep teori dan asuhan keperawatan anak dengan sindrom nefrotik agar mampu
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai, demi meningkatkan derajat
kesehatan pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Axton, Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatri Sharon Axton.


Jakarta : EGC
Rudolph, Abraham M et al. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph/ Ann Pers… et
al. Alih bahasa : Anna P. Bani (et al). Ed.20. Jakarta : Buku Penerbit
Kedokteran EGC.
Wong, Donna L. 2003. Wong and Whaley’s clinical of manual pediatric
nursing(Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik). Alih bahasa: Sari
kurnianingsih.- Ed 4.-Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.
Moorhead, Sue dkk .2016. Nursing Interventions Clasification (NIC). Alih bahasa
Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. Singapore: Elsevier
Singapore Pte Ltd.
Herdman, T Herdman & Kamitsuru, Shigemi. 2015. NANDA Internasional Inc.
nursing diagnoses: definitions & classification. Alih bahasa, Budi Anna
keliat…..(et al).; editor penyelaras, Monica ester-Ed 10- Jakarta : Penerbit
Buku kedokteran EGC
Helen, Brought. 2008. Rujukan Cepat Kesehatan Pediatri& Kesehatan Anak.
Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M dkk. 2016. Nursing Interventions Clasification (NIC). Alih
bahasa Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. Singapore:
Elsevier Singapore Pte Ltd.

20

Anda mungkin juga menyukai