Anda di halaman 1dari 1

Tugas IV Matematika Lanjutan B Pagi

1. Diketahui vekor A terbentuk oleh garis PQ sementara vektor B terbentuk oleh garis PR.
P(3, 0, 0), Q(0, −2, 0), R(0, 0, 5)
a. Gambarkan titik-titik tersebut pada diagram Kartesius
b. Cari luas segitiga PQR
c. Carilah sudut yang terbentuk antara vektor A dengan vektor B
2. Salah satu persamaan keadaan ekspansi gas pada termodinamika adalah persamaan Benedict-
Webb-Rubine:
  
C1   
RT  Co  1 A 2  1   2
p   B o RT  A o    bRT  a 
1
   V   e V
V  2 2
T V V 3
V 6
T 2 3
V 
Buktikan bahwa
  
 2p 6 C     V2 
  1  e  Co 
T 2 V 2 T 4  V  V 2  
 
3. Jari-jari sebuah silinder bertambah dengan laju 8 mm/s tetapi tingginya berkurang dengan
laju 15 mm/s. Hitung laju perubahan volumenya dalam cm3/s jika jari-jari silinder 40 mm
dan tinggi 150 mm.

BERPIKIR POSITIF
(Putu Wijaya)
Bagian dua:
Akhirnya Amat mencari air. Tapi air pun belum ada yang sudah matang. Dengan kesal
kemudian Amat ke dapur untuk menyalakan kompor menjerang air. Terhambat lagi karena tidak
ada geretan (korek api). Setelah membongkar-bongkar akhirnya Amat berhasil menarik geretan
yang jatuh ke bawah rak piring. Namun sial lagi, sesudah api menyala di tangannya, ternyata
kompor tak berisi minyak.
Waktu itu Amat tak sanggup lagi berpikir positif.
‘Ini kacau!’ kata Amat sambil membanting geretan itu.
Ia bergegas ke warung, karena badannya gemetar. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh.
Sudah beberapa kali amat jatuh sakit karena terlambat makan. Tapi apa lacur, warung tutup,
karena tukang warung sedang hendak mengawinkan anaknya. Ada tempat makan yang lain, tapi
Amat tidak bawa uang. Di kantungnya memang tidak pernah ada uang, karena keuangan ada di
tangan istrinya. Lagi pula itu memang kiat khas Amat untuk menahan diri sendiri agar tidak
jajan.
Sambil menenangkan pikiran di bawah pohon asam, Amat mulai mengeluh.
‘Jangankan sunami yang menggaruk lebih dari dua ratus ribu jiwa, tidak ada makanan satu
kali saja dunia rasa kiamat,’ kata Amat jengkel.’Berpikir postif boleh saja, tapi apa gunanya
kalau mata sudah berkunang-kunang dan kepala mau jatuh ke jalan seperti ini?’.
Amat cepat memegang pohon asam itu, ketika hendak jatuh. Tapi tangannya meleset.
Hampir saja ia terpelanting ke selokan kalau Bu Ani yang hendak pergi ke kantor polisi, tidak
segera menangkapnya.
‘Pak Amat kenapa? Sakit?’
Pak Amat ketawa, untuk menutupi malunya. Demi harga diri, dan untuk meyakinkan bahwa
ia tak apa-apa, Amat langsung mengalihkan perhatian dengan memuji bu Ani.
‘Bu Ani kok kelihatan muda sekali hari ini,’kata Amat tersenyum.
Bu Ani terkejut.

Bersambung………….

Anda mungkin juga menyukai