Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kehamilan Risiko Tinggi


Kehamilan berisiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
komplikasi bagi ibu dan janin yang dikandung selama masa kehamilan,
melahirkan atau nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas
pada ibu normal. Kehamilan risiko tinggi dapat mempengaruhi optimalisasi ibu
maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.7
Keadaan yang dapat meningkatkan risiko kematian ibu secara tidak langsung
disebut sebagai faktor risiko, semakin banyak faktor risiko yang ditemukan pada
kehamilan maka semakin tinggi pula risikonya. Komplikasi pada saat kehamilan
dapat dikategorikan dalam risiko kehamilan, sebanyak 90% penyebab kematiab
terjadi karena komplikasi obstetric yang tidak terduga saat kehamilan, saat
persalinan atau pasca persalinan.8

II.2 Kriteria Kehamilan Berisiko


Penentuan kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil
untuk menentukan apakah memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan ibu
atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian. Cara menentukan
kehamilan risiko tinggi terdiri dari 2 cara yaitu dengan cara skoring dan cara
kriteria.8,9
a. Cara skoring
 Kelompok Faktor Risiko I:
Ada – Potensi – Gawat – Obstetrik/APGO dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah.
Tujuh terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur ≥ 19 tahun,
grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah ≤ 145 cm dan 3
Pernah adalah riwayat obstetri jelek, persalinan sebelumnya mengalami
perdarahan pascapersalinan dengan infuse/transfuse, uri manual, tindakan
pervaginam, bekas operasi sesar. (masing-masing memilki skor 4)
 Kelompok Faktor Risiko II:

4
Ada – Gawat – Obstetrik/AGO – penyakit ibu, preklampsia ringan, hamil
kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak
lintang.(masing-masing memiliki skor 4, kecuali letak lintang dan letak sungsang
dengan skor 8)
 Kelompok Faktor Risiko III:
Ada – Gawat – Darurat – Obstetrik/AGDO; perdarahan antepartum dan
preeklampsia berat/eklampsia (masing-masing memiliki skor 8). Berdasarkan
jumlah skor, ada 3 kelompok risiko:
1. Kelompok Non risiko tinggi (KRR) – jumlah skor 2, selama hamil tanpa
faktor risiko (FR).
2. Kelompok Risiko Tinggi (KRT) – jumlah skor 6 – 10, dapat dengan FR
tunggal dari kelompok FR I, II, atau III, dan dengan FR ganda 2 dari
kelompok FR I dan II.
3. Kelompok Risiko Sangat Tinggi (KRST)–jumlah skor ≥ 12, ibu hamil dengan
FR ganda dua atau tiga dan lebih.
Menurut Gastelazo Ayala, kehamilan berisiko tinggu dipengaruhi oleh faktor
berikut :7
 Faktor antenatal
 Faktor intrapartum
 Faktor obstetri dan neonatal
 Faktor umum serta pendidikan
Menurut Puji Rochyati, kehamilan berisiko tinggi adalah sebagai berikut :7
 Primipara muda usia kurang dari 16 tahun
 Primipara tua usia lebih dari 35 tahun
 Primipara sekunder dengan usia anak terkecil lebih dari 5 tahun
 Tinggi badan kurang 145 cm
 Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan
prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan [seperti
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, sectio caesaria], preeklampsia/eklampsia,
gravida serotinus, dan kehamilan dengan perdarahan antepartum)
 Kehamilan dengan penyakit ibu yang memengaruhi kehamilan

5
Tabel 1 Skor Pudji Rochjati
I II III IV
Triwulan
KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR
NO. I II III.1 III.2
F.R
Skor Awal Ibu Hamil 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥19 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4
4
Tahun
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 19 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a. terikan tang/vakum
9
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfusi 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
a. Kurang Darah b. Malaria,
11 c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4

6
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 18 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

b. Cara Kriteria8,9
Apabila dalam anamnesis dan pemeriksaan ibu hamil didapatkan satu atau lebih
faktor risiko (kriteria) maka dapat digolongkan sebagai ibu hamil dengan risiko
tinggi. Sedangkan apabila tidak terdapat faktor risiko digolongkan sebagai faktor
risiko rendah. Faktor-faktor risiko atau kriteria ibu hamil risiko tinggi adalah:
1. Kondisi ibu, yaitu :
- Primigravida usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 19 tahun
- Usia kehamilan lebih dari 42 minggu
- Berat badan ibu tergolong obesitas
- Ukuran lingkar lengan atas ibu hamil kurang dari 19,5 cm
- Tekanan darah sistole lebih dari 130 mmHg dan diastole antara lebih dari 95
mmHg
- Jumlah kelahiran anak lebih dari 5
- Jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun
2. Penyakit, yaitu :
- Terdapat riwayat asma
- Terdapat riwayat hipertensi
- Terdapat riwayat diabetes melitus
- Terdapat riwayat sakit kronik lainnya
3. Riwayat persalinan, yaitu :
- Riwayat persalinan prematur
- Riwayat perdarahan
- Riwayat operasi
- Riwayat penyulit persalinan

7
II.3 Anemia pada Kehamilan
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu terjadinya
peningkatan produksi eritroproteinh. Akibatnya, volume plasma bertambah dan
sel darah merah (eritrosit) meningkat, namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (hb) akibat hemodilusi.
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapatnya kekurangan sel darah merah
atau hemoglobin.10,11
Rata-rata kebutuhan zat beso pada waktu hamil berdasarkan usia kehamilan
adalah sebagai berikut (Husaini, 1989) :
1. Trimester I : Kebutuhan zat besi ± 1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)
ditambah 30 -40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah
2. Trimester II : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)
ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg
3. Trimester III : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari
ditambah kebutuhan sel darah merah dan conceptus 223 mg
Tabel 2 Kebutuhan Fe pada Ibu Hamil

Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika
ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen ke jaringan. Selama kehamilan, tubuh
memproduksi lebih banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika anemia
terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko
komplikasi serius, seperti kelahiran prematur atau berat lahir rendah.11
Penyebab anemia pada kehamilan dan jumlahnya tergantung pada beberapa
faktor seperti geografi, etnis, status nutrisi, status zat besi dan suplemen besi
prenatal. tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi.Penyebab mendasar anemia

8
nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat,
bertambahnya zat gizi yang hilang, dan kebutuhan yang berlebihan. Anemia
dalam kehamilan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi, selanjutnya
penyebab tersering yang pertama adalah anemia megaloblastik yang dapat
disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12.12

II.3.1 Anemia Defisiensi Besi


Penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan ini secara relatif disebabkan
karena peningkatan volume plasma dibandingkan dengan volume sel darah merah.
Ketidakseimbangan rasio terbesar antara plasma dan eritrosit tersebut terjadi pada
trimester kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, peningkatan plasma berangsur-
angsur menurun, sedangkan massa hemoglobin terus meningkat.13 Pada
kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin
untuk eritropoeisis, kehilangan darah saat persalinan, dan laktasi yang jumlah
keseluruhannya mencapai 900 mg atau setara 2 liter darah. Oleh karena sebagian
besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka
kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.14
Anemia defisiensi besi ini merupakan salah satu anemia yang paling sering terjadi
pada ibu hamil di berbagai penjuru dunia. Prevalensi anemia defisiensi besi pada
wanita hamil sangat tinggi, sekitar 55-60% wanita hamil mengalami anemia
dengan penyebab tersering defisiensi besi. Anemia pada ibu hamil merupakan
salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia, hal ini dapat
meningkatan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.15

II.3.2 Etiologi
anemia defisiensi besi bisa terjadi karena beberapa hal antara lain intake besi yang
kurang. Hal ini terjadi pada individu yang gizinya tidak baik (sosial ekonomi
rendah). Adanya gangguan resorpsi mauapun metabolisme besi. Intake atau
gizinya mungkin sudah cukup baik tetapi ada masalah dalam pencernaan (usus)
sehingga resorpsi besi tidak terjadi dengan optimal yang akan menyebabkan
kebutuhan akan besi dari makanan tidak terpenuhi.16

9
II.3.3 Manifestasi Klinis
Gejala yang disebabkan oleh anemia merupakan gejala yang dihasilkan dari
hipoksia jaringan, upaya sistem kardiovaskular untuk kompensasi anemia, atau
penyakit yang mendasarinya. Gejala yang ditimbulkan yaitu pusing, kelemahan
dan dyspneu saat aktivitas. Kompensasi kardiovaskular mengarah ke sirkulasi
hiperdinamik dengan gejala tambahan palpitasi dan takikardi.15

II.4 Pre-Eklampsia
Preeklampsia adalah kondisi pada kehamilan saat memasuki usia kehamilan 20
minggu, yang ditandai dengan tingginya tekanan darah walaupun ibu hamil tidak
memiliki riwayat darah tinggi. Preeklampsia biasanya disertai dengan gejala
proteinuria dan bengkak pada kaki dan tangan.17

II.4.1 Faktor Risiko13


Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Faktor risiko maternal :
- Kehamilan pertama
- Primipaternity
- Usia < 18 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat preeklamsi
- Riwayat preeklamsi dalam keluarga
- Ras kulit hitam
- Obesitas (BMI ≥ 30)
- Interval antar kehamilan < 2 tahun atau > 10 tahun.
2. Faktor risiko medikal maternal :
- Hipertensi kronis, khusunya sebab sekunder hipertensi kronis seperti
hiperkortisolisme, hiperaldosteronisme, faeokromositoma, dan stenosis
arteri renalis
- Diabetes yang sedang diderita (tipe 1 atau 2), khususnya dengan
komplikasi mikrovaskular dan penyakit ginjal
- Systemic Lupus Erythematosus
- Obesitas

10
- Trombofilia
- Riwayat migrain
- Pengguna anti depresan selective serotonin uptake inhibitor > trimester I.
3. Faktor risiko plasental atau fetal :
- Kehamilan multipel
- Hidrops fetalis
- Penyakit trofoblastik gestasional
- Triploidi

II.4.2 Etiologi13
Sebab-sebab potensial yang mungkin menjadi penyebab preeklamsi adalah
sebagai berikut :
1. Invasi trofoblastik abnormal pembuluh darah uterus.
2. Intoleransi imunologis antara jaringan plasenta ibu dan janin.
3. Maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari
kehamilan normal.
4. Faktor nutrisi.
5. Pengaruh genetik.

II.5 Ante Natal Care (ANC)


Untuk deteksi dini faktor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan
skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali
selama kehamilan Satu kali pada Triwulan I (K1), satu kali pada Triwulan II, dua
kali dalam Triwulan III (K4). Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar
kehamilan dan persalinan berakhir dengan:18
a. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa
trauma fisik meupun mental yang merugikan.
b. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
c. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
d. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga
berencana setelah kelahiran bayinya.

11
Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil; dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan
skrining merupakan komponen penting dalam pelayanan kehamilan, yang harus
diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada ibu hamil,
suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan persiapan
rujukan terencana bila diperlukan. Oleh karena itu kegiatan skrining harus
dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara dini faktor risiko yang
berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut.18

II.6 Kedokteran Keluarga6


Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter
harus memahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga
makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik,
sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah
sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya
usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga
berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup
keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal
yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga
lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan
keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas
hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang
meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola
perilakuk dan kebiasaannya.

12
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses
dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang
berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
 Proses dinamika dalam keluarga
 Potensi keluarga
 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
 Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu
kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga
sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.

II.7 Pendekatan Kedokteran Keluarga6


Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga
agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga
dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam
pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota
keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat
dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi
kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran

13
perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik,
yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan
keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu
pelayanan terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.

14

Anda mungkin juga menyukai