Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

PENATALAKSANAAN PREEKLAMSIA BERAT (PEB) PADA


PRIMIGRAVIDA TUA DENGAN OLIGOHIDROAMNION

Disusun oleh:

Dhini Aiulie Novri


Farida
Kamalia Susanti
Kemalasari
Kevin Audriano Budiman
Ridwan
Shinta Puja Tilu Sari
Tuti Seli S
Vidya Nur Fakhriany
M. Ogi Yuhamzi
Hasbi

Pembimbing :
Dr. dr. Syamsul Bahri, Sp.OG

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN


OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PEKANBARU
2015
BAB I

PENDAHULUAN

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi


organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Gangguan hipertensi yang menjadi
penyulit kehamilan sering dijumpai dan termasuk dalam tiga trias kematian bersama
perdarahan dan infeksi. Hipertensi dalam kehamilan merupakan faktor resiko medis
yang paling sering dijumpai. Penyakit ini dijumpai pada 3,7% di antara semua
kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup dan kematian ibu akibat penyulit ini
tetap merupakan ancaman.1
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
peningkatan tekanandarah disertai proteinuria pada wanita hamil yang
sebelumnya tidak mengalami hipertensi.Biasanya sindroma ini muncul pada
akhir trimester kedua sampai ketiga kehamilan.Gejalanya berkurang atau
menghilang setelah melahirkan sehingga terapi definitifnya mengakhiri
kehamilan.Preeklampsia dapat berakibat buruk baik pada ibu maupun janin
yang dikandungnya.Komplikasi pada ibu berupa sindroma HELLP
(Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet), edema paru, gangguan
ginjal, perdarahan, solusio plasenta bahkan kematian ibu.Komplikasi
pada bayi dapat berupa kelahiran premature, gawat janin, oligohidroamnion,
berat badan lahir rendah atau intra uterine fetaldeath (IUFD).3

Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar antara 2 – 6 % dari


ibu hamil nulipara yang sehat.Di Negara berkembang, kejadian preeklampsia
berkisar antara 4 – 18 %.Penyakit preeklampsia ringan terjadi 75 % dan
preeklampsia berat terjadi 25 %.Dari seluruh kejadian preeklampsia, sekitar
10% kehamilan umurnya kurang dari 34 minggu.Kejadian preeklampsia
meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda,
hipertensi kronis dan penyakit ginjal. Pada ibu hamil primigravida terutama
dengan usia muda lebih sering menderita preeklampsia dibandingkan dengan
multigravida.Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu
penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB
diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena
kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan
proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti,
namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia
uteroplacentol.1Sampai saat ini etiologi preeklampsia belum diketahui
secara pasti. Terdapat beberapa hipotesis mengenai etiologi preeklampsia
antara lain iskemik plasenta,maladaptasi imun dan faktor genetic. Akhir-akhir
ini disfungsi endotel dianggap berperan dalam patogenesis preeklampsia.3

Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah


perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit
yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal,
untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya
komplikasi-komplikasi.1Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin
mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan
preeklampsia berat, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor
predisposisi yang lain.2

Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas


kasus tentang Penatalaksanaan Preeklamsia Berat (Peb) Pada Primigravida
Tua Dengan Oligohidroamnion.
BAB II
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PENDERITA
Nama pasien : Ny.R
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Melayu
Alamat : Marpoyan damai
No. MR : 679100

ANAMNESIS
Pasien masuk Kamar Bersalin IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 20
Januari 2015 Jam 21.20 WIB, rujukan dari RS Cempakadengan:G1 hamil 32-
34 minggu, preterm, dan tekanan darah tinggi.
a. Keluhan Utama:
Tekanan darah tinggi dalam kehamilan
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh mules yang masih hilang timbul sejak tadi siang, bercak lendir
dan darah tidak ada, keluar air-air dari jalan lahir disangkal. Karena keluhannya
pasien datang control ke rumah bersalin cempaka, oleh pihak rumah bersalin
pasien segera di rujuk ke RSUD Arifin Achmad karena tekanan darah tinggi.
Pasien mengaku hamil 8 bulan, HPHT lupa, kontrol kehamilan teratur di bidan,
pemeriksaan USG dilakukan 3 kali, terakhir 1 minggu yang lalu dikatakan
kondisi ibu dan janin baik. Gerak janin dirasa aktif, nyeri kepala frontal, nyeri
ulu hati, dan pandangan kabur disangkal oleh pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Alergi (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga:


Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Alergi (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-)
e. Riwayat Ante Natal Care :
Periksa kehamilan rutin setiap bulan ke bidan, pada usia kehamilan 8 bulan
tekanan darah tinggi 160/110 mmHg. USG sudah 3x selama hamil.
f. Riwayat Minum Obat:
Vitamin dari bidan dan tidak ada riwayat minum obat untuk penyakit tertentu.
g. Riwayat Haid:
Pertama menstruasi usia 13 tahun, siklus teratur 28 hari, selama 5-6 hari,
banyaknya 3 kali ganti pembalut/hari, disminorrhea (-)
h. Riwayat Perkawinan:
1 kali menikah saat usia ibu 38tahun
i. RiwayatKehamilan/ Persalinan/Abortus:
Hamil ini
j. Riwayat KB :
Pasien dan suaminya tidak ada menggunakan KB.
k. Riwayat Sosial Ekonomi
Suami bekerja sebagai pegawai swasta, ibu sebagai ibu rumah tangga, hasil kerja
suami cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari

ANAMNESIS TAMBAHAN
 Pasien rutin memeriksa kehamilan nya ke bidan setempat, pemeriksaan pertama kali
dilakukan pada usia kehamilan 2 bulan saat pertama kali pasien tau dirinya hamil,
dilanjutkan dengan pemeriksaan rutin tiap bulan sebanyak 6x selama hamil.
 Selama hamil, pasien sudah 3x melakukan USG di rumah sakit swasta, pada saat usia
kehamilan 5 bulan dan 7 bulan dikatakan hasil USG keadaan ibu dan janin baik, saat
memeriksa kehamilan pada usia 8 bulan dan dikatakan tekanan darah ibu tinggi lalu
dilakukan USG yang ketiga.
 Pasien mengaku massa dikemaluan nya sudah ada sejak dia kecil dan massa tidak
bertambah besar , tidak nyeri dan tidak ada keluhan keputihan sehingga pasien tidak
pernah mengeluhkan massa dikemaluannya tersebut dan tidak pernah memeriksakan
diri ke rumah sakit untuk keluhan tersebut.Riwayat hubungan seksual bebas
disangkal oleh pasangan suami-istri.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Baik
b. Kesadaran
Komposmentis
c. Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 160 / 110 mmHg
Frek. Nadi : 82 x / menit
Frek. Nafas : 18 x / menit
Suhu : 36,70C
TB : 150cm
BB sebelum hamil: 55 kg
BB sesudah hamil : 65 kg
IMT : 24,4 kg/m2 (BB Lebih (Overweight)/berisiko obesitas)
d. Status Generalis
 Kepala
Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
 Leher
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
 Thoraks
Paru :vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : dalam batas normal
 Abdomen : Status Obstetrikus
 Genitalia : Status Obstetrikus
 Ekstremitas : Edema pada kedua tungkai (+/+)CRT < 2 detik,akral hangat,
kedua
tungkai simeteris.
e. Status Obstretikus
 Muka : Kloasma gravidarum (-)
 Mammae : Hiperpigmentasi areola mammae, mammae membesar dan
menegang,
papilla mammae menonjol.
 Abdomen
Inspeksi :Perut tampak membesar sesuai dengan usia kehamilan, striae
gravidarum
(+), hiperpigmentasi linea mediana (+),skar (-).
Palpasi :
L I:Teraba massa bulat, lunak, tidak melenting. TFU 3 jari dibawah
processus xypoid
L II: Teraba tahanan terbesar disisi kanan, tahanan kecil disisi kiri
(Puka)
L III:Teraba massa bulat, keras, melenting.
L IV: Belum masuk PAP (Konvergen)
TFU : 27 cm ; TBJ : 2170 gram.
His : 1x10’/15’’
Auskultasi : DJJ : 145 x/ menit, teratur (terdengar di sisi kanan)

Genitalia eksterna
Inspeksi / palpasi : V/U tenang, tampak lesi kondiloma pada vulva
sinistra

Genitalia interna
Inspekulo : tidak dilakukan
VT / bimanual palpasi :
- Panggul dalam
Promontorium : tidak teraba
Linea innominata : teraba 1/3 anterior dekstra dan sinistra
Sakrum : konkaf
Spina ischiadica : tajam
Arkus pubis : >900
Os koksigis : mobile
- Janin
Presentasi : kepala
Situs : memanjang
Penurunan : Hodge I
Ketuban : (+)
- Porsio
Konsistensi : kenyal
Arah sumbu : posterior
Pembukaan : 2 cm
Penipisan : 50%

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium (21/1/2015 )
Hemoglobin : 11,0gr/dl
Hematokrit : 36,3%
Leukosit :15100/ul
Trombosit : 283000/ul
Ptotein urin : Stik: +2, urin bakar (+2), Lab : (-)
Ureum : 9,7 mg/dl
Kreatinin :0,80 mg/dl
Albumin : 3,2mg/dl
DIAGNOSIS KERJA
Gravida 1 Hamil 32-34 minggu, preterm labor , kontraksi (std 5), Pereklamsia
berat, Janin Hidup Tunggal Intra Uterin, Presentasi Kepala.
RENCANA
 Observasi Hemodinamik ibu dan janin ( KU, TTV, His, DJJ/jam)
 Pemberian regimen MgSO4 40% sesuai protap
 Awasi fetal distress, perburukan PEB dan solusio plasenta
 Nifedipine 10 mg/ 20 menit sampai His 9-)
 Pematangan paru : dexametasone 6 mg/12 jam selama 2 hari
 Rencana USG konfirmasi
 Cek DPL lengkap, kimia darah dan GDS
 CTG Kategori I  Observasi dan managemen konservatif
CTG Kategori II-III  SC cito
FOLLOW UP

20Januari 2015 pukul 22.30 wib (VK Camar)

S: mulas (+), keluar air – air (-), lendir darah (-), gerak janin (+), nyeri
kepala frontal (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-).

O: KU : tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

TD: 160/110 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,50C

Status generalis: Dalam Batas Normal

Status obstetrikus:

TFU pertengahan pusat dan proceseus xypoideus (27cm) PUKA


presentasi kepala 5/5.

Inspeksi : v/u tenang, tampak lesi kondiloma pada vulva sinistra

VT : portio kenyal, aksial, pembukaan 3 cm, penipisan 50% hodge I,

ketuban utuh.

A: Gravida 1 Hamil 32-34 minggu, preterm labor , kontraksi (skor tokolitik


5), Pereklampsia berat, Janin Hidup Tunggal Intra Uterin, Presentasi
Kepala.

P: Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, USG konfirmasi, konsul


kulit kelamin, nifedipin 10mg, dexamethasone 6mg/12 jam, regimen
MgSO4 40% loading dose dan maintenance dose.

21 Januari 2015 pukul 07: 00 wib (VK Camar)

S: mulas (-), keluar air – air (-), gerak janin (+)

O: KU : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

TD: 130/90 mmHg

Nadi : 82kali/menit
RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,50C

Status generalis dalam batas normal

Status obstetrikus : His : -

DJJ: 150 dpm

Inspeksi : v/u tenang, tampak lesi kondiloma pada vulva

sinistra

VT : portio lunak, aksial, pembukaan 3 cm, penipisan 50%

hodge I, UUK kanan depan.

A: G1 gravid 32-34 minggu bebas kontraksi 10 jam + PEB tekanan darah


terkontrol, primigravida tua, kondiloma akuminata, janin tunggal hidup
intrauterin, letak memanjang, presentasi kepala.

P: Observasi hemodinamik ibu dan janin, MgSO4 40%, kontrol tekanan


darah (nifedipin 10mg) dan dexamethasone 6mg/12 jam. Persiapan SC
cito dan Konsul ke dokter spesial kulit kelamin dan USG Konfirmasi.

USG dengan operator dr. Edy Pangaribuan, SpOG :


Janin Tunggal Hidup Intrauterine. Fetal Heart Rate(+) 144 dpm, presentasi
kepala
Biometri: BPD: 31,94 (37-38 minggu)
AC : 7,31 (36 minggu)
FL : 7,31 (37-38 minggu)
SDAL: 2,3
EFBW: 2986 gram
Plasenta fundus: corpus anterior grade III
Air ketuban habis
Kesimpulan: Gravid aterm 37-38 minggu dengan oligohidroamnion, janin
tunggal hidup intrauterin.
Konsul dengan dokter spesialis kulit kelamin
Diagnosis = Nevvus pigmentosa

21Januari 2015 pukul 13:20 wib (VK Camar)

S: mulas (+), lendir darah (+) keluar air – air (-), gerak janin (+)

O: KU : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

TD: 130/90 mmHg

Nadi : 82kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,50C

Status generalis dalam batas normal

Status obstetrikus : His : 2/10’/30”

DJJ: 150 dpm

Inspeksi : v/u tenang, massa kondiloma pada vulva


kiri.

VT : portio lunak, aksial, hodge II, UUK kanan depan.

A: G1 gravid 37-38 minggu preterm labour, PEB tekanan darah terkontrol,


epidermal nevus, janin tunggal hidup intrauterin, letak memanjang,
presentasi kepala + ologohidramnion.

P: Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, his dan DJJ, tatalaksana


PEB dengan 2 gram/jam MgSO4 40% dalam RL 500 cc. Ikuti
kemajuan persalinan/4 jam.

21Januari 2015 pukul 22:00 wib (VK Camar)

S: mulas (+), keluar lendir darah (+), keluar air – air (+), gerak janin (+)

O: KU : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

TD: 130/90 mmHg

Nadi : 82kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,50C

Status generalis dalam batas normal

Status obstetrikus : His : 4/10’/40”

DJJ: 154 dpm

Inspeksi : vulva membuka, perineum menonjol,


tampak lesi epiderermal nevus di vulva sebelah
kiri.

VT : pembukaan lengkap, ketuban (+), ketuban (+)

A: G1 gravid 37-38 minggu inpartu kala II + PEB tekanan darah terkontrol,


epidermal nevus, janin tunggal hidup intrauterin, letak memanjang,
presentasi kepala + ologohidramnion.

P: Pimpin persalinan sesuai datangnya his, bantu kala II ekstraksivacum.

Laporan ekstraksi vacum 21 Januari 2015

Operator : dr. Noviardi, Sp.OG (K)

Diagnosis preoperative :G1 gravid 37-38 minggu inpartu kala II


+ PEB tekanan darah terkontrol,
primigravida tua, epidermal nevus janin tunggal
hidup presentasi kepala + ologohidramnion berat.

Prosedur vacum :

 Pasien dalam posisi litotomi.


 Aseptik dan antiseptik daerah genitalia eksterna dan sekitarnya.
 Kandung kemih dikosongkan
 Dilakukan pemeriksaan dalam ulang, pembukaan lengkap ketuban (-), jernih,
kepala Hodge III, ubun-ubun kecil kanan depan.
 Dipasang mangkuk antara sutura sagitalis sedekat mungkin dengan ubun-ubun
kecil.
 Setelah diyakini tidak ada jaringan yang terjepit dibuat tekanan negative dan
dipertahankan selama 2 menit.
 Kembali diyakini tidak ada jaringan yang terjepit dilakukan traksi bersamaan
dengan his.
 Perineum meregang. Tampak kepala bayi lahir, tekanan pada mangkok vakum
dilepas.
 Dengan pegangan biparietal tarikan kebelakang dan kedepan dilahirkan bahu
depan dan bahu belakang. Dengan menyusur badan sampai tungkai lahir bayi
perempuan. BB 2700gr, PB 4 cm dan Apgar Score 7/9. Kemudian dilakukan
peregangan tali pusat terkendali.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu penyakit hipertensi yang terjadi setelah umur
kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria. 4 Dahulu, preeklampsia
didefinisikan sebagai penyakit dengan 3 tanda yaitu: hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan tetapi dapat juga terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.3
3.2 Etiologi dan patofisiologi
Hingga saat ini penyebab preeklampsia belum diketahui dengan pasti.
Beberapa teori telah dikemukakan tentang hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak
ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Adapun teori-teori yang saat
ini banyak diterima adalah sebagi berikut:3
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Terjadinya kegagalan remodelling arteri spiralis yang karena tidak terjadinya
invasi tropoblas pada arteri spiralis dan jaringan matriks di sekitarnya sehingga lumen
arteri spiralis tidak mengalami distensi dan vasodilatasi Hal ini menyebabkan aliran
darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Iskemia plasenta akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas atau oksidan
yang beredar dalam sirkulasi sehingga disebut toxaemia. Radikal bebas akan
mengikat asam lemak tak jenuh menjadi peroksida lemak yang akan merusak endotel
pembuluh darah. Kerusakan endotel pembuluh darah menyebabkan disfungsi endotel
dan berakibat sebagai berikut:

 Gangguan metabolisme prostaglandin sehingga protasiklin sebagai


vasodilator kuat menurun
 Agregasi trombosit pada endotel yang rusak dan produksi tromboksan
sebagai vasokonstriktor kuat
 Perubahan endotel glomerolus ginjal
 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Peningkatan bahan vasopresor endotelin dan penurunan nitrit oxide
(NO)
 Peningkatan faktor koagulasi
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Hasil konsepsi pada kehamilan normal tidak terjadi penolakan karena adanya
HLA-G pada plasenta sehingga melindungi tropoblas dari lisis oleh sel NK ibu.
HLA-G juga akan membantu invasi tropoblas pada jaringan desidua ibu. Pada
penurunan HLA-G, invasi tropoblas terhambat sehingga tidak terjadi dilatasi arteri
spiralis.
d. Teori adaptasi kardiovaskulatori genetik
Pada wanita hamil normal, terjadi refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor sehingga membutuhkan kadar yang tinggi untuk menyebabkan
vasokonstriksi, hal tersebut terjadi karena adanay perlindungan protasiklin. Pada
keadaan menurunnya protasiklin maka kepekaan terhadap vasokonstriktor meningkat
sehingga mudah terjadi vasokonstriksi.
e. Teori genetik
Adanya faktor keturunan dan familial dengan gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial dibanding dengan
genotip janin. Terbukti bahwa ibu dengan preeklampsia memungkinkan 26% anak
perempuannya juga mengalami preeklampsia.Bukti yang mendukung berperannya
faktor genetik pada penderita preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte
antigen (HLA). Menurut beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA
dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita
preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.
f. Teori defisiensi gizi
Penelitian membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati
halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia. Minyak ikan mengandung banyak
asam lemak tak jenuh yang akan menghambat terbentuknya tromboksan, aktivasi
trombosit dan vasokonstriksi pembuluh darah. Konsumsi kalsium menurut penelitian
juga menurunkan insidensi preeklampsia. Selain itu, beberapa peneliti juga
menganggap bahwa defisiensi kalsiumm pada diet perempuan hamil mengakibatkan
risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia.
g. Teori stimulasi inflamasi
Lepasnya debris tropoblas didalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama
terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal , plasenta juga melepaskan
debris tropoblas sebagai sisa proses apoptosis dan nekrotik akibat stres oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai benda asing yang kemudian merangsang timbulnya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal jumlahnya dalam batas wajar. Bebeda dengan
kehamilan pada preeklampsia, dimana terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga
produksi debris apoptosis dan nekrotik tropoblas juga meningkat. Makin banyak sel
tropoblas plasenta, mislanya pada plasenta yang besar, kehamilan ganda, dan mola
maka debrisnya juga semakin banyak dan terjadi reaksi sistemik inflamasi pada ibu.
Respons inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel dan sel-sel makrofag/granulosit
yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan
gejala preeklampsia pada ibu.
3.3 Faktor predisposisi
Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia bila
mempunyai faktor-faktor predisposing sebagai berikut:3,5
 Paritas
Dari penelitian didapatkan bahwa Primigravida mengalami kejadian preeklampsia
dan eklamsia sebesar 3-8 % dari semua kasus hipertensi pada kehamilan.13 Dan
faktor yang mempengaruhi preeklampsia dan eklamsia lebih tinggi frekuensinya
pada primigravida dibandingkan dengan multigravida, terutama pada
primigravida dengan usia muda.
 Kehamilan ganda
 Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar
 Usia < 20 atau > 35 th (umur yang ektrem)
 Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
 Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
 Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum
kehamilan
 Obesitas.

3.4 Manifestasi klinis pada penderita preeklampsia3


 Kardiovaskuler : vasospasme menyeluruh, resistensi pembuluh darah perifer
meningkat, stroke work index ventrikel kiri meningkat, central venous
pressure menurun, pulmonary wedge pressure menurun.
 Hematologi : volume plasma menurun, viskositas darah meningkat,
hemokonsentrasi, koagulopati.
 Ginjal : glomerular filtration rate menurun, renal plasma flow
menurun, uric acid clearence menurun
 Hepar : necrosis periportal, kerusakan hepatoselluler, subcapsular
hematome.
 Sistem Saraf Pusat : edema serebri dan perdarahan cerebri.
 Otak : Tekanan darah meningkat, cerebral perfusion pressure
meningkat dari 60-120 mmHg pada kondisis normal
menjadi 130-150 mmHg, akan terjadi kegagalan
autoregulasi sehingga pembuluh darah vasodilatasi yang
akhirnya menimbulkan iskemia, terjadi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah otak, eksudasi plasma,
edema otak, kompresi pembuluh darah otak sehingga
aliran darah otak menurun. Pada CT scan otak
didapatkan: edema cerebral, perdarahan otak
(diintraventrikular, bisa diparenkim), infark otak.
3.5 Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:3.4.6,7
a. Preeklampsia ringan
 Definisi: Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi
organ yang berakibat vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
 Kriteria diagnostik : hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa udema
setelah usia kehamilan 20 minggu.
- Tekanan darah  140/90 mmHg yang diukur pada posisi terlentang;
kenaikan sistolik  30 mmHg; atau kenaikan tekanan diastolik  15
mmHg tidak dipakai sebagai kriteria preeclampsia. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 4 jam.
- Proteinuria kuantitatif  300 mg/24 jam ataui ≥ +1 dipstik; pada urin
kateter atau mid stream
- Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik
kecuali anasarka
 Manajemen umum preeklampsia ringan
- Rawat jalan : ibu hamil dengan preeklampsia ringan dianjurkan
banyak istirahatdengan posisi miring kekiri dan diet mengandung
2 gram natrium atau 4-6 gram NaCL serta diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan roboransia pranatal. Tidak
diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif. Dilakukan
pemeriksaan laboratprium hemoglobin, hematokrit, fungsi hati,
urin lengkap dan fungsi ginjal.
- Rawat inap dengan kriteria: (a) bila tidak ada perbaikan tekanan
darah, kadar proteinuria selama 2 minggu; (b) adanya satu atau
lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat
- Perawatan obstetrok yaitu sikap terhadap kehamilan: (a) pada
kehamilan preterm (<37 minggu), bila tekanan darah mencapai
normotensif selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai
aterm; (b) pada kehamilan aterm (>37 minggu) persalinan
ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal
persalinan. Persalinan daat dilakukan secara spontan, bila perlu
memperpendek kala II.
 Tujuan utama perawatan preeklampsiaRawat jalan
Mencegah kejang , perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi
organ vital, dan melahirkan bayi sehat.
b. Preeklampsia berat
 Definisi: preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5
gram/24 jam.
 Preeklampsia digolongkan berat bila terdapat satu atau lebih gejala:

- Tekanan sistole 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole


110 mmHg atau lebih dan tidak turun walaupun sudah
menjalani perawatan di RS dan tirah baring
- Proteinuria 5 gr atau lebih per jumlah urin selama 24 jam atau
+4 dipstik
- Oliguria, air kencing kurang dari 500 cc dalam 24 jam.
- Kenaikan kreatinin serum
- Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma, dan pandangan kabur
- Nyeri di daerah epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan
abdomen karena teregangnya kapsula Glisson
- Terjadi edema paru-paru dan sianosis
- Hemolisis mikroangiopatik
- Terjadi gangguan fungsi hepar peningkatan SGOT dan SGPT
- Pertumbuhan janin terhambat
- Trombositopenia berat (< 100.000 sel/mm3) atau penurunan
trombosit dengan cepat
- Sindroma HELLP.
 Pembagian preeklampsia berat:
- Preeklampsia berat dengan impending eklampsia
Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-
gejala edema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan
obyektif. Gejala subyektif antara lain : nyeri kepala, gangguan visual
dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain
hiperreflexia, eksitasi motorik dan sianosis.3
- Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia

 Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat


Pengelolaan preeklampsia dan eklamsia mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hi[ertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap
penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuyk persalinan.
 Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-
tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri episgatrium, dan
kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan
berat bdan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan laboratorium, pemriksaan USG dan NST.
 Manajemen umum perawatan preeklampsia berat, dibagi menjadi 2:
- Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi
medisialis
- Sikap terhadap kehamilannya
 Sikap terhadap penyakit
 Penderita PEB harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inao dan
dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang
penting pada PEB adalah pengelolaan cairan atau monitoring input
cairan (melalui oral atau infus) dan out[ut cairan (melalui urin, sebab
PEB memiliki risiko untuk terjadi edema paru dan oligouria)
 Pemberian obat anti kejang, berupa: MgSO4 dan obat-obat lainnya
yang dipakai untuk anti kejang adalah diasepam dan fenitoin.
Pemberian magnesium sulfat lebih efektif dan banyak dipakai di
Indonesia. Magnesium sulfat dapat menghambat atau menurunkan
kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular, transmisi neuromuskular membutuhkan
kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesiuma
akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidka terjadi
(terjadi kompetitif inhibitor antara ion kalsium dan ion magnesium).
Cara pemberian :

Syarat pemberian SM :2

- Reflex patella harus positif -Respiration rate > 16 /m


- Produksi urine dalam 4 jam 100cc
- Tersedia antidotum MGSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu calcium
glukonas 10 %. Bila timbul gejala intoksikasi SM dapat
diberikan injeksi Calcium gluconas 10 %, iv pelan-pelan dalam
waktu 3 menit Bila refrakter terhadap SM dapat
diberikan preparat berikut:
- 1.Sodium thiopental 100 mg iv
- 2.Diazepam 10 mg iv
- 3.Sodium amobarbital 250 mg iv
- 4.Phenytoin dengan dosis :-Dosis awal 100 mg iv-16,7
mg/menit/1 jam500 g oral setelah 10 jam dosis awal
diberikan selama 14 jam .
 Diuretikum, tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-
paru, payah jantung kongesif atau anasarka, yaitu furosemida.
 Pemberian anti hipertensi: Antihipertensi yang secara mutlak harus
dihindari adalah: diazokside, ketaanserin, nimodipin, dan magnesium
sulfat.
 Antihipertensi lini pertama
Nifedipin : dosis 10-20 mg per oral, diulangi setalah 30 menit;
maksimum 120 mg dalam 24 jam.
 Antihipertensi lini kedua adalah sodium nitroprusside dan diazokside
 Anti hipertensi yang sedang dalam penelitian ialah calcium channel
blockers dan serotinin reseptor antagonis
 Sikap terhadap kehamilan
- Aktif (agressive management): berarti kehamilan segera
diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan
medikamentosa. Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu/lebih
keadaan dibawah ini:
a. Ibu
- Umur kehamilan ≥ 37 minggu.
- Adanya tanda-tanda/gejala-gejala impending eclampsia
- Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu:
keadaan klinik dan laboratorik memburuk.
- Diduga solusio plasenta
- Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
b. Janin
- Adanya tanda-tanda fetal distress
- Adanya tanda-tanda intra uterine groeth restriction
(IUGR)
- NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
- Terjaidnya oligohidroamnion (Oligohidramnion adalah
suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500 cc)
c. Laboratorik : adanya tanda-tanda HELLP syndrom, khususnya
menurunnya trombosit dengan cepat.
 Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan)
dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada waktu itu,
apalah sudah inpartu atau belum. Konservatif (ekspektatif):
berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikamentosa. Dengan indikasi: bila
kehamilan ≤ 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eclamsia dengan keadaan janin baik.
- Perawatan konservatif, bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa
disertai tanda-tanda impending eclampsiadengan keadaan janin baik.
Siakp terhadap kehamilan adalah observasi dan evaluasi, kehamilan
tidak diakhiri. Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan
medikamentosa pada pengelolaan secara aktif. Magnesium sulfat
dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan,
selambatnya dalam eaktu 24 jam, bila setelah 24 jam tidak ada
perbaikan , dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa
dan harus diterminasi.
3.6 Komplikasi Preeklampsia/eklamsia
Nyeri epigastrium menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver dalam
bentuk kemungkinan:3
 Perdarahan subkapsular
 Perdarahan periportal sistem dan infark liver.
 Edema parenkim liver.
 Peningkatan pengeluaran enzim liver.
Tekanan darah dapat meningkat sehingga menimbulkan kegagalan
dari kemampuan sistem otonom aliran darah sistem saraf pusat (ke otak) dan
menimbulkan berbagai bentuk kelainan patologis sebagai berikut: 3

1) Edema otak karena permeabilitas kapiler bertambah


2) Iskemia yang menimbulkan infark serebal

3) Edema dan perdarahan menimbulkan nekrosis

4) Edema dan perdarahan pada batang otak dan retina

5) Dapat terjadi herniasi batang otak yang menekan pusat vital medula
oblongata. Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin.Usaha
utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
preeklampsia dan eklamsia.

Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada preeklampsia berat


dan eklamsia :

a. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita


hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.
b. Hipofibrinogenemia. Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh
karena itu dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang
menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum
diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakkan sel hati atau
destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan
pada autopsi penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklamsia.
e. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang
terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia
serebri.
f. Edema paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan
perubahan karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-
kadang ditemukan abses paru-paru.
g. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklamsia
merupakan akibat vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas
untuk eklamsia, tetapi ternyata juga dapat ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low
platelet merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan
fungsi hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala
subjektif [cepat lelah, mual, muntah, nyeriepigastrium], hemolisis akibat
kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak
jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di
dinding vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
Terapi medikamentosa preeklampsia-eklampsia :
 Melakukan monitoring kadar trombosit tiap 12 jam. Bial trombosit
< 50.000/ml atau ada tanda koagulopati konsumtif, maka harus
diperiksa waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, dan
fibrinogen.
 Jika kadar trombosit < 100.00/ml atau 100.000-150.000/ml dengan
disertai tanda-tanda eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium,
maka diberikan deksamethason 10 mg. i.v. tiap 12 jam. Pada
postpartum diberikan 10 mg i.v. tiap 12 jam 2 kali, kemudian diikuti
5 mg i.v. tiap 12 jam 2 kali. Terapi deksamethason dihentikan bila
terjadi perbaikan laboratorium yaitu trombosit > 100.000/ml dan
penurunan LDH serta perbaikan tanda dan gejala-gejala klinik
preeklampsia-eklampsia. Pertimbangkan transfusi trombosit jika
<50.000/ml dan antioksidan.
 Sikap tehadap obstetrik adalah aktif yaitu kehamilan diakhiri
(terminasi) tanpa memandang umur kehamilan. Persalinan dapat
dilakukan pervaginam atau perabdominam.
i. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan
struktur yang lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.
j. Komplikasi lain. Tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-
kejang, pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular
cogulation).
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari uraian kasus diatas didapatkan permasalahan sebagai berikut:


1. Apakah sistem rujukan pada pasien ini sudah tepat?
2. Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?
3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?

1. Apakah sistem rujukan pada pasien ini sudah tepat?


Jawaban: Belum tepat
Pasien ini datang ke VK IGD Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Pekanbaru bersama suami tanpa didampingi oleh pihak perujuk. Pasien tidak
terpasang infus dan mengaku belum diperiksa air seni-nya sebelum datang ke VK
IGD RSUD AA Pekanbaru. Pasien mengaku hanya diperiksa tekanan darahnya
kemudian pasien disuruh untuk datang ke VK IGD RSUD AA karena tekanan darah
tinggi. Kemudian pasien dan suaminya pergi ke RSUD AA Pekanbaru.
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012 pasal 9, tentang sistem
rujukan menyebutkan bahwa fasilitas kesehatan dapat melakukan rujukan vertikal
apabila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik
dan perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan atau ketenagaan, tidak berdasarkan
indikasi sosial. Fasilitas kesehatan harus dapat menangani tatalaksana awal kasus
PEB. Sebelum merujuk pasien harus memenuhi kriteria untuk dirujuk.
Jika kriteria telah terpenuhi maka pihak perujuk harus mengisi surat rujukan
sebanyak 3 rangkap yang berisi:
a. Identitas jelas pasien beserta jaminan kesehatan yang digunakan serta
tanggal rujukan.
b. Mencantumkan nama rumah sakit tujuan dan atau poliklinik yang dituju.
c. Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang dilakukan.
d. Mencantumkan tindakan dan terapi sementara yang telah diberikan
e. Mencantumkan tanda tangan perujuk.
Pasien tidak perlu didampingi oleh tenaga medis, apabila di rujuk ke poliklinik
dengan kondisi stabil, namun jika kondisi pasien PEB ini tidak stabil, maka wajib
didampingi oleh tenaga medis.
Kesalahan pihak perujuk dalam hal ini yaitu tidak memberikan surat rujukan
dan tidak melakukan tatalaksana awal pada pasien yaitu pemberian regimen sulfas
magnesikus.

2. Apakah diagnosispada pasien ini sudah tepat?


Jawaban: Belum Tepat
Diagnosis pasien ini di VK IGD yaitu:G1 hamil 32-34 minggu (TFU),
preterm labour, kontraksi (ST 4), preeklampsia berat, kondiloma
akuminata, primigravida tua +Janin presentasi kepala tunggal
hidup.Diagnosis pada pasien ini belum tepat dengan kaidah penulisan
diagnosis,yaitu penulisan diagnosis ibu yangtidak mencantumkan riwayat
partus, abortus, dan jumlah bayi hidup. Kemudian, kata preterm labour
seharusnya dilengkapi untuk menandakan kala berapa, lalu penulisan kata
“kontraksi” yang seharusnya tidak perlu digunakan karena sudah tergambar
dalam frase in partu atau pun belum in partu. Selain itu, juga ditulis kondiloma
akuminata yang sebenarnya belum dapat ditegakkan diagnosisnya hanya
dengan inspeksi saja. Selain itu, pasien mengakui massa pada genitalia
eksterna tersebut telah ada sejak pasien masih kecil dan suami hingga saat
ini tidak memiliki keluhan yang sama. Pada penulisan diagnosis janin juga
tidak dinyatakan letak janin serta susunan penulisannya yang tidak sesuai.
Seharusnya diagnosis pada pasien ini adalah G1P0A0H0 gravid 32-34
minggu, preterm, inpartu kala I fase laten, preeklampsia berat,
primigravida tua, suspect kondiloma akuminata + Janin hidup tunggal
intra uterin letak memanjang presentasi kepala.
Hal yang juga dapat menjadi pusat perhatian pada pasien ini yaitu
pada pemeriksaan fisik obstetri, didapatkan penipisan 50% dengan
pembukaan telah mencapai 2 cm. Menurut teori, primigravida mengalami
penipisan sempurna terlebih dahulu, barulah akan mencapai tahap
pembukaan. Namun, pada ibu ini tergambar seperti penipisan dan
pembukaan terjadi berbarengan layaknya yang terjadi pada multigravida.
Dapat dianalisis yaitu kemungkinan pemeriksaan fisik penipisan yang salah,
atau perhitungan pembukaan yang keliru dilakukan, atau salah dalam
menulis statusnya.
Hal lain yang dapat menjadi pembahasan adalah usia gestasi. Untuk
menyatakan usia gestasi dicari berdasarkan HPHT (rumus Neagle)dan tinggi
fundus uteri. Pada kasus ini pasien ini tidak ingat tanggal serta bulan HPHT,
sehingga rumus neagle tidak dapat digunakan.Pasien mengaku usia
kehamilan sekarang ialah 8 bulan menurut USG terakhir dan diperkirakan
taksiran persalinan bulan Januari hingga Februaritahun 2014. Berdasarkan
tinggi fundus uteri pada pasien ini didapatkan TFU tiga jari di bawah procesus
xyphoideus (27cm). Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung
usia kehamilan ialah rumus menurut Spiegelberg, yang menghasilkan usia
gestasi 28-30 minggu. Menurut rumus Bartholomew, ukuran 3 jari di bawah
processus xyphoideus menghasilkan kesimpulan bahwa kehamilan telah
dalam status aterm. Sedangkan menurut rumus Mc Donald yaitu 27x8:7= 30-
31 minggu.
Sebenarnya dalam hal ini terlihat suatu kejanggalan yaitu tinggi fundus
uteri 3 jari di bawah prosesus xyphoideus sedangkan jika diukur dalam
sentimeter hanya menghasilkan angka 27 cm.Pada pemeriksaan USG di
keesokan hari barulah diketahui bahwa pasien juga didiagnosis sebagai
oligohidramnion berat dan telah aterm (37-38 minggu) sehingga dapat
disimpulkan bahwa hal inilah yang membuat kejanggalan antara menghitung
TFU dengan patokan jari dengan menghitung TFU dengan pita ukur. Hal ini
mengakibatkan taksiran berat janin juga menjadi salah. Yaitu awalnya (27-13)
x 155 gram = 2170 gram sedangkan menurut USG adalah 2986 gram.
Menurut status, diagnosis pasien setelah masuk ruangan (setelah
dilakukan USG) berubah menjadi G1 hamil aterm (37-38 minggu), belum
inpartu, PEB tekanan darah terkontrol, oligohidramnion berat, janin
presentasi kepala tunggal hidup.Diagnosis pada pasien ini belum tepat
dengan kaidah penulisan diagnosis. Seharusnya diagnosis pada pasien ini
G1P0A0H0 gravid 37-38 minggu, preterm, inpartu kala I fase laten,
preeklampsia berat, oligohidramnion berat, primigravida tua + Janin
hidup tunggal intra uterin letak memanjang presentasi kepala. Pada
diagnosis yang tercantum ketika masuk ruangan VK Camar, tertulis belum in
partu, padahal sebelumnya telah tertulis diagnosis in partu, yaitu pada kala I
fase laten dengan pembukaan 2 cm. Hal ini menimbulkan ketidakcocokan
data satu dengan yang lainnya.

3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?


Jawaban : Belum tepat.

Kesimpulan terakhir ialah kehamilan masih dalam status preterm,


sebelum dapat dibuktikan melalui pemeriksaan USG untuk konfirmasi.Status
preterm ditegakkan berdasarkan TFU dalam pita ukur dan dalam hitungan
jari. Namun, seharusnya ketika melihat kejanggalan data antara sentimeter
dengan jari, dapat memicu pertanyaan, apakah salah dalam mengukur, atau
ada hal lain yang menyebabkan angka sentimeternya menurun. Setelah
disimpulkan bahwa pasien dalam status preterm tanpa tanda-tanda
impending eklampsi dan keadaan janin baik (menurut djj), maka pada pasien
diambil tindakan PEB secara ekspektatif/ konservatif. Tindakan ini berarti
mengatasi PEB dalam waktu maksimal 24 jam dengan sulfas magnesikus
untuk mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan, bukan untuk terminasi
kehamilan. Namun, pada pasien ini dilakukan pemeriksaan dalam. Terlihat
bahwa adanya ketidakcocokan dengan keputusan terapi yang diambil
dengan tindakan yang dilakukan.
Pada saat tiba di VK IGD RSUD AA, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini dilakukan tindakan yang dilakukan
antara lain pemberian regimen SM dengan tepat. Serta dilakukan penanganan PEB
ekspektatif yaitu pemberian Dexametason 2x6 mg untuk pematangan paru dan titrasi
nifedipin 10 mg per 20 menit hingga his tidak ada maksimal pemberian 8 kali/ 24
jam.
Namun ternyata setelah USG ditemukan bahwa kehamilan telah
aterm, maka penatalaksanaan pada pasien berbelok arah menjadi perawatan
aktif / agresif atau terminasi kehamilan. Pasien telah mengalami in partu,
sehingga persalinan direncanakan diterminasi secara pervaginam. Pada
pasien ini dilakukan akselerasi persalinan karena pada kehamilan dengan
hipertensi merupakan indikasi untuk dilakukan mempercepat persalinan, hal
ini dilakukan dengan syarat ukuran panggul normal, kehamilan aterm, janin
presentasi kepala, dan nilai skor pelvic menurut Bishop skor bernilai:
(pembukaan = 2, penipisan = tidak dapat dinilai (pada objective hanya
disebutkan tipis, namun pada pemeriksaan sebelumnya di IGD disebutkan 50
%=1, seharusnya 100% ) , penurunan= 2, konsistensi = 2, posisi anterior = 2,
peb = +1). Total bishop skor pada pasien = 10. Hal ini berarti rencana
tindakan akselerasi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
Evaluasi kemajuan pembukaan servik dapat dilakukan dengan
pemeriksaan dalam bila HIS telah adekuat. Pada waktu pemberian infus
oksitosin bila ternyata kemudian persalinan telah berlangsung, maka infus
oksitosin dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera setelah kala II
dimulai, maka tetesan infus oksitosin dipertahankan dan ibu dipimpin
mengejan atau dibimbing dengan persalinan buatan sesuai dengan indikasi
yang ada pada waktu itu, tetapi bila sepanjang pemberian infus oksitosin
timbul penyulit pada ibu maupun janin, maka infus oksitosin harus segera
dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio sesaria.
Tekanan darah pada saat masuk yaitu 160/110 mmHg. Dan
diharapkan tekanan darah turun hingga mencapai 20% MAP, yaitu 136/76
mmHg. Tekanan darah pasien saat diruangan sudah turun yaitu 140/100
mmHg. Pada pasien tidak perlu diberikan lagi obat antihipertensi. Pemberian
antihipertensi jika sistolik > 160 mmHg dan diastolik >110 mmHg dengan
penurunan tekanan darah mendadak dibawah 130/80 mmHg harus
dihindarkan. Hal ini menyebabkan gangguan perfusi plasental dan distress
janin. Obat pilihan pada pasien preeklamsia yaitu nifedipin. Hal ini dilakukan
pada saat di ruangan dan sesuai dengan teori. Nifedipin merupakan obat
golongan ca channel blocker dimana menyebabkan menurunnya influks ion
kalsium melalui kanal kalsium kedalam sel pada saat pompa Na-K. Nifedipin
bekerja pada sel-sel miokardium dan sel-sel otot polos arteri. Menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah.
Terminasi kehamilan pervaginam dengan membantu kala II pada
pasien PEB yaitu dengan forcep jika syarat terpenuhi. Indikasi ekstraksi
forceps yaitu untuk ibu : keadaan yang membutuhkan pemendekan kala II
seperti preeklamsia, penyakit jantung, pulmonary injury, infeksi intrapartum,
kelelahan. Syarat dilakukannya adalah jika pembukaan lengkap, ketuban
sudah pecah, bagian terbesar kepala sudah melewati PAP, janin hidup dan
panggul tidak sempit. Pada pasien ini dilakukan vakum padahal ekstraksi
vakum merupakan kontraindikasi pada PEB dikarenakan pada ekstraksi
vakum ibu disuruh untuk mengedan.
Alasan menggunakan ekstraksi vakum pada pasien ini karena
(menurut operator) tidak tersedianya alat. Persalinan berlangsung lancar
dengan kontrol post partum dalam batas normal dan anak yang dilahirkan
sehat. Plasenta ketika diperiksa dalam keadaan utuh tanpa kalsifikasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Sistem rujukan pada pasien ini belum tepat karena perujuk tidak memberikan
surat rujukan dan tidak melakukan tatalaksana awal pada pasien
b. Diagnosis pasien di VK IGD G1 hamil 32-34 minggu (TFU), preterm labour,
kontraksi, preeklampsia berat, kondiloma akuminata, primigravida tua +
Janin presentasi kepala tunggal hidup. Seharusnya diagnosis pada pasien ini
G1P0A0H0 gravid 32-34 minggu, preterm, inpartu kala I fase laten,
preeklampsia berat, primigravida tua + Janin hidup tunggal intra uterin letak
memanjang presentasi kepala.
c. Penatalaksanaan pada pasien ini belum tepat. Pada saat awal pasien
disimpulkan dalam status preterm tanpa tanda-tanda impending eklampsi dan
janin baik (menurut djj), maka tindakan yang dilakukan pada pasien ini adalah
secara ekspektatif/konservatif. Setelah dilakukan pemeriksaan USG
ditemukan kehamilan aterm, maka penatalaksanaan pasien berbelok arah
menjadi perawatan aktif atau terminasi kehamilan.

5.2 Saran

a. Pemberian pelatihan kepada petugas kesehatan di layanan primer.


b. Meningkatkan pengetahuan dalam menegakkan diagnosis.
c. Meningkatkan kemampuan dalam hal penatalaksanaan penyakit sesuai dengan
diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2001
2. Laporan Kasus: Hipertensi Dalam Kehamilan. Sagung DK. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar- Bali.
3. Sarwono, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
4. Kelompok Kerja Penyusunan “Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia”.,2005. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI.
5. Rozikhan.Faktor-Faktor Risiko Terjadinya PreeklampsiaBerat Di Rumah
Sakit Dr. H. Soewondo Kendal [tesis]. Semarang: Program Magister
Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang, 2007.
6. M. Dikman Angsar. 1995. Kuliah Dasar Hipertensi dalam Kehamilan (EPH-
Gestosis). Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR/RSUD Dr. Sutomo.
7. Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Editor: Delfi Lutan, EGC, Jakarta.
LAMPIRAN

Nevus
epidermal

Bayi Plansenta

Anda mungkin juga menyukai