REFORMASI
REFORMASI
A. Latarbelakang Reformasi
Latar belakang utama rubuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis
moneter di kawasan Asia yang menyebar mulai dari Thailand, Malaysia,
Korea Selatan, dan terakhir Indonesia pada tahun 1997. Sejak tahun 1997
kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan
yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela dan
timbulnya gerakan anti KKN, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat.
Pada Sidang Umum tersebut juga dilaksanakan pemilihan umum presiden dan
wakil presiden. MPR menyeleksi tiga kandidat presiden, yaitu K.H.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan dan Yusril Ihza
Mahendra. Namun, Yusril menyatakan mundur dari pencalonan sebelum
pemungutan suara dilakukan.
1. Krisis Politik
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan
permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan
sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa.
Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa "Kedaulatan adalah
ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR". Pada dasarnya
secara de jore (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh
MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam
kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga
sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan
(nepotisme).
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai
Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden.
Timbul tekanan pada kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari
para mahasiswa dan kalangan intelektual.
2. Krisis Hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh
kalangan mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya.
Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat
mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang
sebenarnya.
3. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan
Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.
Ekonomi Indonesia ternyata belum mampu untuk menghadapi krisi global
tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah semakin
melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan
berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi
moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya
sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk membantu
bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan pemerintah
ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank bermasalah
tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan begitu
saja.
4. Krisis Kepercayaan
Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah
pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos Elang Mulia
Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.
Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan
kampus dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang
dipandang tidak demokratis dan tidak merakyat.Soeharto kembali ke
Indonesia, namun tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri semakin banyak disampaikan. Rencana kunjungan
mahasiswa ke Gedung DPR / MPR untuk melakukan dialog dengan para
pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah menjadi mimbar bebas dan
mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat tersebut
sebelum tuntutan reformasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para
mahasiswa lewat demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan
diri akhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR /
MPR. Maka pada tanggal 18 Mei 1998 pimpinan DPR/MPR
mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.
Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-
tokoh masyarakat di Jakarta. Kemudian Presiden mengumumkan tentang
pembentukan Dewan Reformasi, melakukan perubahan kabinet, segera
melakukan Pemilihan Umum dan tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai
Presiden.Dalam perkembangannya, upaya pembentukan Dewan Reformasi
dan perubahan kabinet tidak dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21 Mei
1998 Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri/berhenti sebagai
Presiden Republik Indonesia dan menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil
Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan langsung diambil sumpahnya
oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di
Istana.
F. ISI REFORMASI
G. Arti “Sola Gracia” dan “Sola Fide”
Sola gratia adalah satu dari lima sola yang menjadi rangkuman kepercayaan
dasar para pelopor Reformasi Protestan. Asalnya dari bahasa Latin yang
berarti hanya karena anugerah-Nya. Hal ini dikemukakan untuk membedakan
dari ajaran Gereja Katolik Roma pada saat itu.
Sola Fide adalah pemahaman iman yang sangat mengandalkan iman kepada
Yesus Kristus. Ajaran imannya disebut Solafidianisme. Ajaran ini bermula
dari zaman reformasi pada abad 16 yang dipelopori oleh Martin Luther,
Yohanes Kalvin dan Zwingli.
TUGAS
PEMBIMBING PENGANTAR
PERJANJIAN BARU
REFORMASI
DISUSUN OLEH: