Anda di halaman 1dari 59

Di sebuah toko elektronik.

Orientasi

Penjual: Mari mas, ada yang bisa saya bantu?

Permintaan

Pembeli: ada dong mbak, di sini jual kabel nggak ya?

Penjual: Kabel yang kayak apa ya mas?

Pembeli: Kabel yang hitam lurus kayak rambut mbaknya ini lho!

Penjual: Hahaha, bisa aja masnya ini! Kabel yang gimana? Nanti saya cariin.

Pembeli: Kabel ukuran 1,5 100 meter, kabel ukuran 2,75 50 meter.

Penjual: Merek apa mas?

Pembeli: Yang bagus apa ya mbak?

Penjual: Biasanya yang dicari banyak orang itu Eterna mas, murah, bagus.

Pembeli: Coba mbak lihat barangnya boleh?

Penjual: Kabelnya kan mas? Bentar ya, saya ambilkan dulu.

Pemenuhan

Penjual: Mas, ini kabelnya yang tersedia tinggal yang panjangnya 50 meter-an,
yang 100 meter kosong. Ada sih yang langsung 100 meter tapi warna putih.
Gimana mas?

Pembeli: Wah, putih kayak kulit mbaknya dong, hahaha. Yang item aja mbak, 50
meter-an gak apa-apa.

Penjual: Brarti kabel Eterna ukuran 1,5 panjangnya 2 x 50 meter sama ukuran
2,75 50 meter ya mas?

Pembeli: Iya mbak, oh iya lupa, itu harganya berapa ya mbak?

Penjual: Bentar mas tak lihat dulu...ini yang ukuran 1,5 50 meternya 350 ribu mas,
terus yang 2,75 550 ribu, jadi totalnya 1.300.000 mas.
Penawaran

Pembeli: Wah, mahal juga ya...gak bisa kurang mbak?

Penjual: Ini sudah murah mas, toko lain gak segini harganya.

Pembeli: Masak nggak ada potongan mbak? Kalau ada besok saya belanja ke sini
lagi deh.

Penjual: Buat pasang di mana mas?

Pembeli: Itu lho, proyek pembangunan kantor di ujung jalan sana.

Penjual: Bentar ya mas, tak tanya si Bos dulu, siapa tahu kalau buat proyek ada
bonus buat masnya kalau belanja di sini.

Pembeli: Asik....di tunggu mbak.

Penjual: Ada mas, tapi nggak banyak. Harganya tetep segitu, terus buat masnya 70
ribu. Gimana mas?

Persetujuan

Pembeli: Siap mbak, saya ambil. Pakai nota ya mbak.

Penjual: Iya mas, Tunggu bentar ya.

Pembelian

Pembeli: 1.300.000 ya mbak...ini mbak uangnya.

Penjual: Maaf, saya hitung sebentar ya mas.... Sip, uangnya pas ya mas. Terus ini
notanya, lunas, sama ini bonus buat masnya.

Penutup

Pembeli: Siap, terimakasih banyak ya mbak.

Penjual: Sama-sama mas, kalau besok-besok belanjanya lebih banyak lagi


bonusnya juga banyak lho mas kata si bos.

Pembeli: Siap mbak, besok-besok masih ada yang harus dibeli kok. Terimakasih
mbak.

Penjual: Sama-sama mas.


#####

Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Rumah

via pinterest.com

Pada suatu siang, Pak Tomo mendatangi rumah Pak Juki untuk bernegosiasi harga
rumah

Orientasi

Pak Tomo: Permisi....Kulonuwun....

Pak Juki: Monggo Pak, eh tumben sekali Pak Tomo mampir, mari silahkan
masuk.

Pak Tomo: Iya pak.

Pak Juki: Silahkan duduk pak, ada apa ini kok tumben mampir ke rumah?

Permintaan
Pak Tomo: Hahaha, itu lho pak, saya dengar dari pak RT katanya rumah bapak
yang dipojokan gang itu mau dijual ya?

Pemenuhan

Pak Juki: Betul sekali pak, itu rumahnya memang mau saya jual, lha sudah ga
sanggup ngurus dua rumah mas, kalau dikontrakin misalnya saya pasang harga
mahal ya susah cari yang sewa, kalau murah kok ya saya rugi perawatannya.

Kebetulan juga itu saya mau jual, karena rencananya mau beli tanah buat
perkebunan saja mas, buat kesibukan di hari tua.

Pak Tomo: Hahaha, Pak Juki ini memang pantang menyerah, sudah umur tapi
masih bisa saja usahanya.

Pak Juki: Dari pada bingung Pak, lha anak-anak juga sudah pada berkeluarga dan
pada bikin rumah sendiri, gak mau pakai rumah yang itu.

Pak Tomo: Ini kebetulan saya kok berminat ya pak, tentunya kalau harganya
cocok dengan kondisi keuangan saya, hahaha...

Pak Juki: Wah, kalau sama tetangga sendiri ya saya gak mahal kok pak jualnya.

Pak Tomo: Kalau boleh tahu, rumahnya dijual dengan harga berapa ya pak?

Pak Juki: Itu karena banyak yang harus direnovasi, terus terang saya pasang harga
tanah sama harga bahan bangunannya saja pak biar realistis.

Luas tanah 200 meter, luas bangunan 150 meter, untuk detailnya sudah ada di
sertifikat tanah yang nanti bisa dicek.

Ya pakai ukuran harga tanah disini dan harga bahan bangunan sekarang ini, rumah
itu saya jual seharga 750 juta pak. Tentu kalau buat orang lain ya gak segitu
harganya.

Penawaran

Pak Tomo: Hahaha, iya pak. Tapi ini saya boleh nawar nggak ya pak?

Pak Juki: Mongga pak, silahkan ditawar, kalau jodoh pasti ketemu pak.

Pak Tomo: Hahaha, Iya pak, kebetulan saya punya budget 500 juta, apa boleh
kalau harganya segitu pak?
Pak Juki: Ya, kalau untuk orang lain, rencananya rumah itu mau saya jual 850 juta
pak, tapi karena hari ini bapak duluan datang, harga yang saya pasang 750 juta.
Tentu banyak yang saya pertimbangkan.

Jadi kalau untuk harga yang masih jauh dari 750 juta saya belum bisa lepasnya
pak karena rencananya memang uang hasil penjualan rumah itu nantinya mau
saya belikan tanah di daerah Bantul, punya tetangga dari saudara saya dan
harganya kebetulan segitu.

Kalau misalnya laku 850 juta kan saya masih punya modal buat bikin usaha di
tanah itu pak.

Persetujuan

Pak Tomo: Ya pak, saya paham sekali kalau harga 750 juta itu sudah sangat
realistis untuk ukuran rumah di sini. Tapi ya itu pak, saat ini saya masih punya
uang 500 juta.

Bulan depan baru saya bisa punya uang lagi dari hasil perkebunan saya. Ini kalau
misalnya bapak tidak keberatan, apa boleh kalau saya nego waktu dulu untuk
pembayaran penuh atas rumah itu pak?

Pak Juki: Ya ndak apa-apa pak, saya juga nggak buru-buru kok pak ini. Ya kalau
Pak Tomo berminat dan bisa bulan depan saya nggak masalah pak.

Pak Tomo: Kalau begitu apa perlu saya kasih uang muka dulu pak?

Pak Juki: Ah, nggak usah pak, sama tetangga sendiri juga kok, hahaha. Jadi kalau
bulan depan malah kita bisa sambil ngobrolin tetang notarisnya.

Ya kalau jadi, nanti saya nggak keberatan cari notarisnya pak, biaya notaris biar
saya yang tanggung.

Pak Tomo: Wah, ya boleh lah kalau begitu pak. Tapi baiknya saya DP aja ya pak
biar sama-sama enak.

Pak Juki: Ya saya ikut bapak saja enaknya gimana.

Pembelian

Pak Tomo: Ini saya DP 300 juta dulu ya pak, sisa pelunasannya bulan depan
sekalian.

Pak Juki: Sebentar pak, kalau begitu saya ambil kwitansi dulu sama materai.
Soalnya ini uang bukan sedikit jumlahnya, biar saya lega dan bapak juga ada
pegangan hukum, maaf bukan maksudnya gimana-gimana lho pak, hahaha.
Pak Tomo: Iya pak, hahaha, saya ikut bapak saja.

(Pak Juki mengambil kwitansi dan materai, lalu menulis)

Pak Juki: Ini sudah betul ya pak? Silahkan bapak tanda tangan di sini.

Pak Tomo: Baik pak (Menandatangani)

Pak Juki: Jadi ini deal ya pak.

Pak Tomo: Deal pak, dan semoga tidak ada halangan sama sekali pak.

Pak Juki: Mudah-mudahan pak, Amin. Kalau begitu bisa kita rembug segala
macamnya dengan notaris bulan depan sekalian ya pak.

Pak Tomo: Iya pak. Deal ini ya pak.

Pak Juki: Deal pak, semoga lancar sampai bulan depan.

Pak Tomo: Amin.

Penutup

Pak Juki: Wah sampai lupa bikin suguhan buat bapak ini.

Pak Tomo: Hahaha, santai saja pak. Kalau begitu ini saya tak pamit dulu.

Pak Juki: Lho kok buru-buru pak? Nggak ngopi-ngopi dulu?

Pak Tomo: Wah, terimakasih pak, saya tak langsungan saja, ngurus kebun dulu,
bentar lagi panen biar maksimal hasilnya.

Pak Juki: O, ya sudah kalau gitu, mudah-mudahan lancar rejekinya ya pak,


terimakasih banyak.

Pak Tomo: Sama-sama Pak, saya juga terimakasih.

#####

Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Di Pasar - Daging


via pinterest.com

Di sebuah pasar tradisional, Bu Heri mau membeli daging di salah satu lapak
langganannya.

Orientasi

Penjual: Selamat pagi Bu Heri, wah sudah belanja macem-macem ini...

Bu Heri: Iya nih pak, mau ada arisan nanti sore, jadi rencananya masak agak
banyak hari ini.

Penjual: Ini kebetulan dagingnya segar-segar Bu, baru sampai subuh tadi, belum
kena freezer. Ibu Heri mau daging apa? Kambing apa sapi?

Permintaan

Bu Heri: Sapi aja lah pak, ga berani makan kambing, bapak lagi naik tensinya,
bisa gawat kalau makan daging kambing.

Penjual: Oh, tensinya sering naik to buk? Kalau saya tiap hari makan daging kalau
gak sapi ya kambing.
Sejauh ini tensi saya aman bu, tapi ya itu, rajin makan ketimun, melon, semangka,
apel, kangkung, hahaha, biar seimbang bu. Sama banyak minum air putih dan
yang terpenting itu harus ikhlas bu.

Bu Heri: Ikhlas bagaimana pak?

Penjual: Ya kalau menjalani hidup ini ikhlas pasti kan adem ayem aja, jadi
tensinya nggak bakalan naik, hahaha.

Bu Heri: Betul juga bapak ini...

Penjual: Nah, ini ibu silahkan pilih, mau bagian mana? Paha? Iga?

Bu Heri: Kalau paha sekilonya berapa pak?

Penjual: Masih sama bu kayak kemarin, 110 ribu.

Bu Heri: kalau iga?

Penjual: buat Bu Heri tak diskon aja deh, 105 ribu untuk 1 kg iga.

Penawaran

Bu Heri: kalau begitu saya ambil daging bagian paha 1 kg, iga ½ kg. Tapi
harganya mbok jangan segitu pak, belanjaan saya pas banyak ini lho...

Penjual: Hahaha, ya sudah, khusus buat Ibu nanti semuanya tak kasih harga 210
ribu saja.

Bu Heri: Hehehehe, tambah bonus tulang dong pak, buat bikin kaldu.

Persetujuan

Penjual: Siap Bu Heri. Pokonya beres. (penjual daging itu mulai menyiapkan
pesanan Bu Heri)

Bu Heri: Terimakasih pak.

Pembelian

Penjual: Ini Bu, sudah siap, tak pisah jadi dua ya buk, yang ini iga sama tulang,
yang ini paha. Semua 210 ribu.

Bu Heri: Sip. Ini pak uangnya.


Penjual: Uangnya 250 ribu. Ibu nggak punya uang pas?

Bu Heri: Wah, habis pak buat beli cabe tadi, lha gimana pak? Nggak ada
kembalian ya?

Penjual: Iya ini dari tadi yang beli pake uang besar semua. Gini aja bu, 200 ribu
dulu aja, yang 10 ribu besok aja kalau pas ibu belanja ke sini lagi.

Bu Heri: Oh, ya sudah kalau begitu, yang 10 ribu tak kasih besok ya pak.

Penutup

Penjual: Ya Bu, gampang lah, hahaha...

Bu Heri: Ini terimakasih ya pak, saya tak langsungan dulu.

Penjual: Ya bu, terimakasih banyak, salam buat Pak Heri.

Bu Heri: Ya pak, mari...

Penjual: Mari Bu Heri...

#####

Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Baju


via pinterest.com

Di sebuah toko baju, Dito sedang mencari kemeja kerja.

Orientasi

Karyawati: Mari Mas, ada yang bisa dibantu?

Dito: Mau lihat-lihat dulu boleh mbak?

Karyawati: Oh iya silahkan mas, yang deretan ini celana, sebelah sana kemeja,
sebelah situ kaos, di pojokan sana ada celana dalam, jaket, topi, silahkan lihat-
lihat dulu mas.

Dito: Iya mbak, terimakasih, tak ke deretan kemeja aja mbak.

Karyawati: Masnya cari kemeja?

Permintaan

Dito: Iya mbak, buat kerja.

Karyawati: Oh, kalau buat kerja yang deretan itu bagus-bagus mas.
Dito: Hahaha, iya mbak. Maunya sih nyari yang bagus tapi murah.

Karyawati: Wah, kebetulan, merek itu barangnya bagus-bagus dan diskon 30%
mas, lagi promo.

Dito: Coba saya lihat dulu mbak. Oh iya, bisa dicoba kan ya?

Karyawati: Bisa mas, ruang ganti sebelah sana.

Dito: Oke mbak. Saya lihat-lihat dulu kalau begitu.

(Dito mulai memilih kemeja)

Pemenuhan

Dito: Mbak, menurutmu kemeja ini pas nggak buat saya kalau pas kerja?

Karyawati: Pas sih mas, tapi kalau boleh tahu masnya kerja apa ya?

Dito: Masih mau nglamar kerja sih mbak...

Karyawati: Di mana mas?

Dito: Di kebun binatang.

Karyawati: Kalau menurut saya, masnya cocok kalau pakai yang warna coklat
mas, lengan pendek, biar kesannya kayak peneliti satwa di acara TV itu lho.

Coba saya pilihkan, yang ini...ini..ini...nah, ini dia mas, ini kalau dipadukan
dengan celana hitam yang sedang mas pakai ini sangat cocok, tampak santai,
luwes dan masih berkesan formal kok mas kalau buat wawancara kerja.

Dito: Wah, mbaknya ini jago juga ya pilihin baju...

Karyawati: Lha kan ini memang kerjaan saya mas.

Penawaran

Dito: Mbak, kemeja ini harga pas ya?

Karyawati: Iya mas, persis seperti yang tertera pada label harga, labelnya itu
belum didiskon mas, jadi nanti akan dipotong 30%.

Dito: Oh, kirain bisa ditawar harganya.


Karyawati: Kecuali kalau masnya belanja minimal 5 item, nanti akan ada
potongan harga lagi kok mas, tergantung bosnya kalau soal ini.

Dito: Wah, cuma butuh 1 kemeja mbak...

Karyawati: Brarti masnya Cuma bisa dapat diskon mas, hahaha, lumayan lho mas.

Persetujuan

Dito: Ini aja deh mbak.

Karyawati: Baik mas, saya buat notanya dulu ya, nanti bayarnya di kasir sekalian
ambil barangnya di sana.

Pembelian

Dito: Oke mbak, aku langsung ke kasir kalau gitu. Makasih banyak ya sudah
dibantu pilih kemeja.

Karyawati: Sama-sama mas. Jangan kapok belanja baju di sini ya.

Dito: Siap. Nggak kapok kok mbak, asal kalo saya ke sini mbak yang bantuin,
hahaha...

Karyawati: Hahaha, bisa aja masnya. Ini mas notanya.

(Dito langsung ke kasir)

Kasir: Semuanya 125 ribu rupiah mas.

Dito: Ini mbak.

Kasir: Uangnya 130 ribu, kembali 5000 rupiah ya mas.

Penutup

Dito: Terimakasih mbak.

Kasir: Sama-sama mas, selamat belanja kembali lain waktu.

#####

Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Hp


via liputan6.com

Di sebuah kios HP, Jarwo sedang ingin membeli HP android baru.

Orientasi

Penjual: Selamat siang mas, ada yang bisa saya bantu?

Jarwo: Mau lihat-lihat dulu mas...

Penjual: Oh iya, silahkan mas...

Permintaan

Jarwo: HP android yang bagus itu merek apa ya mas?

Penjual: Wah, tergantung kebutuhan, spesifikasi sama budget mas...

Jarwo: Maksudnya mas? Saya nggak paham, baru kali ini nyari android soalnya.

Penjual: Kira-kira nanti mau dipakai buat apa saja mas?

Jarwo: Ya macem-macem mas, komunikasi sama temen-temen, WA, Fesbuk,


browsing, lihat vidio, buat foto-foto, sama buat main game mas. Apa ya yang
bagus?
Penjual: Mau yang merk mahal apa ekonomis mas?

Jarwo: Yang sedang aja mas

Penjual: Oh, kalau gitu pilih merk USUS, LENOGO, atau SAMSUL Semesta aja
mas. Itu merek bagus, ada yang harganya ekonomis, sedang, sampai yang mahal
mas.

Jarwo: Bedanya yang murah sama yang mahal apa sih mas?

Penjual: Spesifikasinya mas, mereknya bisa apa saja, tapi biasanya orang nyari itu
pilih speknya yang sesuai sama kebutuhan mas.

Jarwo: Kalau kebutuhanya kayak saya tadi enaknya apa ya mas?

Penjual: Itu sih standard mas, apa saja masuk. Tinggal pilih kameranya sama ram
nya aja, mau kamera berapa Mp sama ram berapa giga?

Jarwo: Oh, kalau itu dong aku, aku mau yang di atas 8 Mp sama ram minimal 2
giga aja mas.

Penjual: Coba tak carikan yang kameranya 13 Mp ya mas, ram 2 giga....dari tiga
merek tadi ada semua mas, tapi harganya beda dikit.

Jarwo: Yang paling miring merek apa mas?

Penjual: Merek USUS mas yang sesuai spesifikasi masnya...

Jarwo: Coba mas, boleh saya lihat barangnya?

Pemenuhan

Penjual: Ini dia mas yang merk USUS, sekalian tak bawain yang merek lain mas,
SAMSUL dan LENOGO.

Jarwo: Kalau masnya pilih mana mas?

Penjual: Kalau saya sih pakai SAMSUL mas, ini Hp saya (menunjukkan Hpnya)
harganya sedikit lebih mahal, tapi ngetrend mas, banyak yang pakai.

Penawaran

Jarwo: Oh...gitu ya...bentar, kalau USUS harganya berapa mas?

Penjual: Kalau yang seri ini, 1.850.000 mas.


Jarwo: Mahal amat mas...

Penjual: Bisa ditawar, tapi nggak bisa turun banyak mas, ini sudah murah lho
kalau dibandingin tempat lain.

Jarwo: Kalau SAMSUL?

Penjual: SAMSUL 2,3 mas

Jarwo: Trus kalau LENOGO?

Penjual: LENOGO 2,1 mas

Jarwo: Wah...kirain 1,5 udah bisa dapet...

Penjual: Ya bisa aja, tapi ya spesifikasinya turun....ada kok mas USUS yang
spesifikasinya lumayan bagus, ram 2 giga, kamera 13 Mp...harganya
segituan...tapi Cuma bisa sinyal 3G...

Jarwo: Wah bingung aku mas...

Penjual: Selow mas, dipikir-pikir dulu, ini lho ada air mineral gratis, silahkan
diambil. Ini ada katalog, siapa tahu dapat merk yang cocok.

Jarwo: Sip mas, ini kalau saya beli hpnya udah bisa langsung pakai kan mas?

Penjual: Bisa mas, nanti diinstalin di sini gratis sama dapat kartu perdana gratis
buat aktivin Hp

Jarwo: Masak bonusnya Cuma kartu perdana mas?

Penjual: Tergantung masnya mau beli apa dulu, bonus bisa diatur...

Jarwo: Aku ambil USUS aja mas, tapi harganya turunin dong...

Penjual: 1,8 aja mas, boleh dibawa pulang tuh hp...

Jarwo: 1,75 mas...

Penjual: Wah, kejauhan mas...gini aja deh, 1,8 aku kasih bonus kartu sama casing
pelindung hp mas, sekalian pelindung layarnya bias nggak gampang lecet.

Jarwo: Dapat charger kan mas?

Penjual: Dapat lah mas, itu kan bawaan dari pabrik.


Jarwo: Dapat power bank nggak?

Penjual: Dapet tapi habis itu aku digantung bosku mas, hahaha...belum mas kalau
itu, mahal soale...

Persetujuan

Jarwo: Oke lah, aku ambil yang ini mas.

Penjual: Deal ya!

Jarwo: Deal mas.

Penjual: Kalau begitu ini aku instal sama tak isi programnya ya mas.

Jarwo: Siap mas.

Pembelian

Penjual: Ini notanya, 1,8 juta mas.

Jarwo: Siap, ini uangnya mas.

Penjual: Siap, tak hitung dulu ya mas. (menghitung uang) Sip, pas ya mas. Ini
Hpnya butuh waktu 30 menitan mas soalnya baterainya harus diisi dulu baru bisa
diinstal.

Jarwo: Siap mas, tak tunggu di sini boleh?

Penjual: Boleh banget mas, ini lho mas ada minum sama majalah biar gak bosan
nunggu.

Jarwo: Oke deh. (Jarwo menunggu)

Penutup

(30 menit kemudian)

Penjual: Ini mas dah jadi, masnya tinggal aktifin dulu gmailnya biar bisa masuk
ke googleplay. Silahkan diaktifkan dulu gmailnya mas, nanti download aplikasi
disini aja gratis.

Jarwo: Siap mas. Sebentar ya. Sudah nih mas.


Penjual: Sip, ini sudah ada aplikasi bawaan mas, terus sudah diaktifin juga pake
gmail masnya. Nah kalau ada aplikasi yang pengen ditambahin boleh lho
download di sini.

Jarwo: Sip mas, sementara ini aja dulu, aplikasi yang lain bisa tak download lain
kali.

Penjual: Oke kalo gitu mas, ini box sama perlengkapan lainnya, casing udah,
pelindung layar sudah, kartu udah di dalam, sama ini kartu garansinya ya mas. 1
tahun. Tapi garansi servis.

Notanya jangan sampai ilang dulu biar kalau ada apa-apa bisa dapat garansi mas.
Nanti bisa langsung ke sini aja kok mas.

Jarwo: Oke mas, terimakasih banyak ya mas.

Penjual: Sama-sama mas, jangan kapok beli hp di sini ya mas kalau perlu lagi.

Jarwo: Hahaha, yoi mas.

#####

Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Sepatu


via pinterest.com

Di sebuah lapak sepatu baru dan bekas, Hasan hendak berburu sepatu kulit bekas.

Orientasi

Penjual: Mari mas, silahkan dipilih sepatunya, ada yang baru, ada yang bekas,
masih bagus-bagus ini mas, barang import.

Hasan: Lihat-lihat dulu boleh pak?

Penjual: Boleh banget mas, dicoba-coba juga boleh.

Pemenuhan

Hasan: Coba lihat sepatu yang di rak itu pak, sepatu bot kulit warna coklat...

Penjual: Yang ini mas?

Hasan: Iya pak?

Penjual: Silahkan dicek...

Hasan: Yang ini berapaan pak?

Penjual: Yang itu 250 ribu mas.

Hasan: Kalau yang sebelahnya itu pak?

Penjual: Itu sama mas, seukuran juga dengan yang coklat ini.

Hasan: Kok mahal amat pak?

Penjual: Ya biar bekas itu asli dari perancis mas...saya belinya juga mahal dan
susah nyarinya.

Penawaran

Hasan: Boleh turun gak pak harganya?

Penjual: Ya boleh aja ditawar dulu mas, kalau cocok bisa dibawa.

Hasan: Dua-duanya boleh gak kalau 300 ribu?

Penjual: Wah, jauh amat mas. Belum bisa kalau segitu.


Hasan: Tak beli dua lho pak...

Penjual: Ya 400 ribu deh mas.

Hasan: Wah, uangnya ga sampai kalau segitu pak...

Penjual: Hehehe, kalau gitu beli 1 dulu mas, yang 1 bisa tak simpen buat masnya
kalau mau, gimana mas? Terus terang ini barang bagus mas dan cepat laku di sini.

Hasan: Brarti kalau gitu 1 pasang 200 ribu pak?

Penjual: Iya mas, boleh kalau segitu.

Hasan: Ini ada uang 350 sih pak, nih lihat nih di dompet cuma segini pak, boleh
nggak dua pasang 350 ribu?

Penjual: Wah...berat mas...390 bisa deh.

Hasan: Yah...lha yang 40 gak ada nih pak...

Penjual: Hahaha, masnya ini bisa aja, kan di ATM masih buanyak, hahaha...

Hasan: Hahaha...ya namanya juga usaha pak. Gini aja deh pak, kalau boleh dua
pasang 350, kalau nggak ya sudah deh, brarti belum jodoh.

Penjual: Gak mau beli 1 dulu aja mas?

Hasan: Nggak pak, saya maunya dua harganya segitu, kalau boleh sih pak.

Penjual: 360 deh mas...masak gak ada sih tambah 10 ribu aja? Biar saya dapat
untungnya agak mendingan lah mas.

Persetujuan

Hasan: Oke deh, 360 aku bisa pak.

Penjual: Deal mas.

Pembelian

Hasan: Oke pak! Bungkus. Ini uangnya, pas 360 ribu.

Penjual: Terimakasih mas. Oh iya, Ini mau tak wadahin kardus apa adanya atau
dibungkus plastik aja mas?

Hasan: Plastik aja pak biar muat masuk tas. Ribet kalau masuk kardus.
Penjual: Oke mas, silahkan, ini sepatunya sah jadi milik masnya.

Penutup

Hasan: Sip. Terimakasih banyak pak. Oh iya pak, tiap bulan saya cari sepatu. Ini
kartu nama saya dan nomor hp ada disitu, bapak kasih tau saja kalau ada barang
bagus.

Penjual: Lho masnya memang jual lagi kok tiap bulan cari sepatu?

Hasan: Sebenarnya sih koleksi aja pak, saya suka. Nggak saya jual tapi kadang
saya sewain pak buat anak-anak yang suka bikin film sama teater itu lho.

Tapi kalau sudah bosan dan kepepet gak ada uang ya ada juga koleksi yang saya
jual pak.

Penjual: Oalah, ya mas, kalau ada barang baru tak kabarin, lewat WA aja mas biar
ada fotonya.

Hasan: Sip pak, kalau cocok dan harganya masuk pasti saya beli kok pak.
Terimakasih ya pak, ini sepatunya tak bawa dulu.

Penjual: Sama-sama mas, terimakasih banyak.

#####

Contoh Teks Negosiasi Pemecah Konflik


via wahyuarigayo.blogspot.co.id

Di daerah rawan konflik, kepala desa A sedang berunding dengan kepala desa B
untuk menemukan solusi agar masing-masing warga mereka berhenti tawuran.

Pembukaan

Kepdes A: Jadi bagaimana ini pak, situasi yang terjadi di desa saya dan desa
bapak semakin panas ini. Aparat polisi malah mengembalikan kasus ini kepada
kita.

Kepdes B: Ya kasus seperti ini juga repot kalau ditangani polisi pak, memang
baiknya dirundingkan secara kekeluargaan, tapi ya kita berdua yang harus jadi
tumbal kali ini.

Isi

Kepdes A: Sebenarnya saya dan para tetua desa sudah musyawarah, warga kami
bisa tenang kalau pabrik kertas yang baru dibangun di desa bapak di tutup,
soalnya limbah pabrik itu dibuang ke sungai dan warga kami sebagian besar
menggantungkan nasib perikanannya di sungai itu pak.

Saya mengerti kalau sebagian besar warga bapak mulai bekerja di pabrik itu dan
desa bapak dapat donatur tetap, tetapi kalau kemudian warga yang diadu domba
seperti ini gara-gara pabrik tidak mau rugi mengolah limbah kan bisa jatuh banyak
korban pak...

Kepdes B: Ya seandainya warga bapak koordinasi dahulu dan tidak langsung


ramai-ramai mendatangi pabrik dan akhirnya bentrok dengan warga kami kan
seharusnya kekacauan ini tidak terjadi.

Ini masalahnya sudah lebih dari sekedar limbah pak, beberapa warga kami yang
terluka jelas tidak terima dan mungkin warga bapak juga demikian...

Kepdes A: Nah, kalau seperti ini terus kan tetap tidak ada titik temu. Ya gimana
lah caranya agar bapak rapat dengan warga atau tetua desa supaya persoalannya
ini difokuskan kembali ke limbah pabrik.

Jadi desa kami dan desa bapak sepakat kalau pabrik harus mengolah limbahnya
dan tidak membuang limbah itu ke sungai. Terus terang kali ini warga kami
kehilangan ribuan ikan gara-gara limbah itu pak.

Kepdes B: Ya pak, saya mengerti, memang ini kasus yang sulit sekali dan baru
terjadi di desa kita.

Kepdes A: Gini aja deh pak, kami tidak akan menuntut apa-apa lagi kalau pabrik
itu berhenti membuang limbah ke sungai.

Jika bapak sepakat, maka kita berdua nanti harus lapor ke dinas lingkungan hidup
terlebih dahulu lalu ke kantor polisi untuk sama-sama menyelesaikan masalah ini.

Kepdes B: Baik kalau begitu, sore nanti saya akan merundingkan ini dengan para
warga desa, lalu besok kita berdua selaku lurah sama-sama ke pihak berwajib.

Biar hal ini jadi urusan pabrik dengan lembaga hukum, jadi warga kita sama-sama
aman.

Kepdes A: Saya sepakat pak. Sementara kita berdua harus sebisa mungkin
mencegah adanya bentrok susulan, saya sudah kerahkan para tokoh masyarakat
desa untuk menenangkan warga.

Kepdes B: Baik pak, saya juga pasti akan melakukan hal serupa.

Penutup
Kepdes A: Ya sudah kalau begitu pak, saya pamit dahulu.

Kepdes B: Ya pak, sampai ketemu lagi besok siang. Kita langsung saja ketemu di
kantor dinas lingkungan hidup ya pak.

Kepdes A: Iya pak, asalamualaikum.

Kepdes B: wa’alaikum salam.

#####

Contoh Teks Negosiasi Formal

via pinterest.com

Di sebuah istana negara, Presiden A bertemu dengan Presiden B untuk membahas


kerjasama anti terorisme.

Orientasi
Presiden A: Senang berjumpa dengan anda pak, bagaimana perjalanan anda?
Menyenangkan?

Presiden B: Senang berjumpa dengan anda lagi, hahaha, perjalanan saya kali ini
sangat mengesankan. Negara anda sudah banyak mengalami perubahan ternyata.
Sangat berbeda dengan 10 tahun yang lalu saat saya berkunjung ke sini.

Presiden A: Ya, tentu perkembangan teknologi global ikut serta mengubah wajah
negara kami saat ini. Tapi bagaimanapun juga saya salut dengan negara anda,
meski wilayahnya kecil namun semua warganya hidup makmur.

Presiden B: Ah, itu yang tampak dari luar pak presiden, kami juga punya banyak
masalah internal, terutama terkait dengan keamanan negara.

Mengingat jumlah penduduk negara kami tidak sebanyak jumlah penduduk negara
anda, dan mayoritas penduduk kami adalah pebisnis, jadi kami sangat kekurangan
pasukan untuk menjaga keamanan negara.

Presiden A: Ah, anda selalu merendah pak presiden, bagaimanapun juga peralatan
tempur kami sebagian diproduksi oleh negara anda, jadi saya kira negara anda
tetap memiliki sistem keamanan yang bagus.

Presiden B: Hahaha, ya saat ini kami sedang khawatir dengan pesebaran terorisme
yang sulit sekali dideteksi.

Badan intelejen negara kami sangat kekurangan orang. Apalah gunanya peralatan
canggih jika tidak ada yang mengoperasikannya.

Presiden A: Betul, terorisme kini mulai tumbuh merebak dimana-mana dan sangat
sulit dideteksi. Kami juga mengalami permasalahan serupa.

Beberapa waktu belakangan ini sudah ada tiga titik yang dijadikan sasaran bom
bunuh diri oleh para teroris. Kami sudah bekerja siang malam untuk memantau
keberadaan teroris namun tetap saja ada yang lolos.

Isi

Presiden B: Ya, untuk itulah kita perlu melakukan kerjasama untuk melawan
terorisme di kedua negara kita.

Presiden A: Saya sangat sepakat dan menyambut baik kerjasama ini. Semoga
kerjasama ini menguntungkan keduabelah pihak.

Presiden B: Sebagaimana yang telah anda ketahui, kami memiliki peralatan yang
canggih yang telah kami kembangkan belakangan ini.
Peralatan ini terhubung dengan satelit kami yang bisa sangat membantu untuk
memantau pergerakan teroris pada titik-titik yang telah kita kehendaki. Tentu
negara anda yang luas ini membutuhkan peralatan semacam ini.

Presiden A: Anda benar pak presiden. Sementara itu kami punya ribuan pasukan
terlatih untuk bergerak dalam bidang intelejen yang telah kami sebar di seluruh
dunia.

Bilamana diperlukan, kami bisa menugaskan pasukan kami dan menempatkannya


di negara anda untuk bekerjasama dibawah komando negara anda.

Presiden B: Itu yang sangat kami harapkan. Semua ini tak lain hanya untuk
menjaga negara kita dari ancaman terorisme. Tak kurang tak lebih.

Presiden A: Saya sepakat dengan hal itu. Jika dalam 10 tahun ke depan kita
bekerjasama untuk hal ini. Jikapun kita tak lagi menjabat sebagai presiden, maka
perjanjian ini tetap berlaku hingga 10 tahun ke depan.

Presiden B: Baik, saya sepakat.

Presiden A: Nah, saya kira kita telah menemukan sedikit solusi untuk hal ini.
Selain pokok utama terkait dengan terorisme, apakah anda ingin bekerjasama
dalam hal yang lain dengan negara kami?

Presiden B: Tentu saja, kami sangat membutuhkan suplai bahan makanan dan
bahan baku industri dari negara anda yang sangat kaya dengan hal-hal yang kami
butuhkan.

Presiden A: Kami bisa untuk itu, dan sejujurnya negara kami juga sangat
membutuhkan investor untuk membanguan kantong-kantong ekonomi di berbagai
daerah yang sebetulnya sangat berpotensi namun belum terurus secara optimal.

Presiden B: Kami sanggup untuk itu karena kami sedang mencari lahan untuk
dikelola, khususnya pada sektor pertanian dan peternakan.

Negara anda sudah waktunya memulai pertanian modern untuk meningkatkan


hasil produksi panen dengan cara rekayasa pertanian.

Kami memiliki banyak laboratorium untuk meriset berbagai jenis tanaman agar
bisa tumbuh dan berproduksi dengan maksimal.

Bila hal ini berhasil, maka negara anda akan mampu berproduksi berkali-kali
lipat. Tentu hal ini juga akan menguntungkan kami karena kami juga
membutuhkan bahan-bahan tersebut.
Presiden A: Ya, kami sangat minim tenaga ahli dalam hal itu dan sejujurnya
peralatan di laboratorium pertanian dan peternakan kami harus diupgrade.

Presiden B: Baiklah kalau begitu, saya kira kerjasama ini akan sangat
menguntungkan untuk negara kita.

Presiden A: Bagaimana kalau kerjasama dalam bidang ini kita lakukan selama 50
tahun kedepan?

Presiden B: Saya setuju.

Penutup

Presiden A: Nah, saya kira sudah waktunya kita makan siang sebelum kita
lanjutkan ke penandatanganan kontrak kerjasama ini dan agenda-agenda lainnya.

Kami telah menyiapkan berbagai jenis masakan dari berbagai daerah di negara
kami. Ada 1000 jenis masakan yang harus anda cicipi, hahaha.

Presiden B: Hahaha, becanda anda ini, saya hanya sanggup mencicipi 999 jenis
makanan. Hahaha.

Presiden A: Hahaha, anda masih tetap memiliki selera humor yang luar biasa.

Presiden B: Baiklah, saya sudah tidak sabar. Anda tahu, saya sudah 2 hari
berpuasa demi makan seluruh jenis makanan di negara anda, Hahaha

Presiden A: Hahaha, anda luar biasa pak presiden. Mari kita ke hall dan berjumpa
dengan berbagai makanan dan hiburan kesenian daerah kami.

Presiden B: Ini yang paling saya tunggu-tunggu. Ayo Pak Presiden, saya sudah
tidak sabar lagi.

#####

Contoh Teks Negosiasi Antara Pengusaha dan


Pihak Bank
via pinterest.com

Di sebuah bank, seorang pengusaha menemui pegawai bank atas respon terhadap
proposal peminjaman modal yang diajukan kepada pihak bank.

Orientasi

Pengusaha: Selamat Pagi pak.

Petugas bank: Selamat pagi pak. Dengan bapak Suhendra?

Pengusaha: Betul pak.

Pengajuan

Petugas bank: Kami sudah membaca proposal yang anda ajukan untuk
peminjaman modal. Menurut kami, usaha peternakan ayam yang akan bapak buat
ini sangat menarik.

Namun demikian, kami harus melakukan proses verifikasi wawancara dengan


bapak sebelum menindaklanjuti permohonan bapak.

Pengusaha: Iya Pak.


Petugas bank: Boleh tahu bisnis bapak saat ini atau sebelumnya?

Pengusaha: Sebelumnya saya hanya karyawan swasta. Saya telah bekerja selama 8
tahun dan mulai jenuh. Lantas saya berfikir untuk membuat usaha sendiri.

Kebetulan saya memiliki lahan seluas 400 meter yang jauh dari pemukiman dan
saya kira lahan tersebut cocok untuk peternakan.

Nah, untuk jenis ternak yang saya kuasai ilmunya ya ternak ayam petelur pak.

Dulunya saya kuliah di peternakan dan tugas akhir saya meneliti peternakan ayam
petelur. Jadi saya sudah paham seluk beluknya, kendalanya, hingga pemasaran
hasil produksinya.

Petugas bank: Tapi setelah lulus bapak bekerja di percetakan?

Pengusaha: Betul pak...ya namanya juga cari kerja, waktu itu karena tidak punya
modal saya kerja seadanya. Lamaran kerja yang kebetulan diterima waktu itu ya
di perusahaan percetakan.

Petugas bank: Pinjaman yang bapak ajukan sebesar 100 juta rupiah, betul?

Pengusaha: Betul pak.

Penawaran

Petugas bank: Di proposal sudah dijelaskan sih rinciannya, tapi menurut


perhitungan kami, berdasarkan permohonan serupa yang pernah diajukan oleh
pengusaha lain kepada kami, kisaran kebutuhan bapak sebetulnya cukup dengan
jumlah pinjaman 70 juta saja pak. Itupun sudah lebih menurut kami.

Sehingga kami bisa menyanggupi jumlah pinjaman sebesar 70 juta dengan


pengembalian secara angsuran sebesar 3,75 juta tiap bulan selama dua tahun. Itu
sudah termasuk bunga pinjaman pak. Bagaimana menurut bapak?

Pengusaha: Apa nggak bisa dinaikan lagi jumlah nominal yang bisa saya pinjam
pak?

Terus terang angka 100 juta yang saya tawarkan itu merupakan hitungan dengan
harga saat ini. Jadi saya akan sangat kesulitan seandainya yang di kabulkan
kurang dari jumlah tersebut.

Petugas bank: Bagaimana kalau 80 juta?

Pengusaha: Nggak bisa lebih lagi pak?


Petugas bank: Itu angka maksimal yang bisa kami kabulkan untuk permohonan
bapak. Tentu dengan jumlah angsuran yang berbeda, yakni 4 juta tiap bulan
selama 2 tahun.

Pengusaha: Sudah nggak bisa nambah dikit lagi ya pak.

Petugas bank: Tidak bisa pak.

Persetujuan

Pengusaha: Ya sudah kalau begitu, saya setuju dengan nominal 80 juta beserta
dengan jumlah angsurannya selama dua tahun.

Petugas bank: Dan peminjaman ini dengan jaminan sertifikat tanah bapak yang
akan didirikan peternakan itu ya pak?

Luas tanah 400 meter dengan kisaran harga kurang lebih 600 juta.

Pengusaha: Iya pak.

Petugas bank: Baik kalau begitu bapak tunggu sebentar, saya siapkan berkas-
berkas yang bisa bapak tandatangani.

Pengusaha: Baik pak.

(petugas bank menyiapkan berkas)

Petugas bank: Ini bapak berkasnya, silahkan dibaca dulu, nanti kalau setuju
silahkan tanda tangan, usahakan tanda tangannya kena materai ya pak.

Pengusaha: Iya pak. Rangkap dua ya pak ini (menandatangani). Sudah pak.

Petugas bank: Baik bapak, ini yang 1 bendel buat bapak, dan satunya lagi akan
jadi arsip kami. Nah, pencairan ini akan segera di transfer ke nomor rekening
bapak hari ini.

Penutup

Pengusaha: Jadi ini sudah beres semua pak?

Petugas bank: Sudah pak.

Pengusaha: Kalau begitu saya pamit dulu pak.

Petugas bank: Baik bapak, terimakasih banyak atas kerjasamanya.


Pengusaha: Sama-sama pak. Mari.

Petugas bank: Mari pak, silahkan.

#####

Contoh Teks Negosiasi Bisnis - Karet

via pinterest.com

Suatu hari, seorang direktur perusahaan A mendatangi kantor direktur perusahaan


B untuk negosiasi kerjasama bisnis.

Orientasi

Direktur A: Selamat pagi Bu.

Direktur B: Selamat pagi pak, mari silahkan. Wah, ternyata bapak datangnya pagi
ya, saya kira agak siang nanti menjelang makan siang, hahaha...

Direktur A: Iya bu, maaf ini kepagian, soalnya nanti siang saya harus rapat dengan
pemilik perusahaan.

Direktur B: Kepagian juga nggak apa-apa pak, saya juga sedang kosong
jadwalnya hari ini. Just stand by aja, hahahaha...
Pengajuan

Direktur A: Jadi hari ini sebenarnya saya ingin membahas kelanjutan penawaran
yang telah saya singgung sedikit lewat email yang saya kirim kemarin Bu.

Nah, karena perusahaan saya membutuhkan bahan baku dari perusahaan ibu,
maka kedatangan saya ini tentu berkaitan dengan hal tersebut.

Direktur B: Ya pak, saya sudah baca detail lampiran dari email bapak. Kalau
boleh tahu, kenapa kok nggak lanjut dengan perusahaan suplier sebelumnya pak?
Maaf lho, ini kalau boleh tahu saja pak.

Direktur A: Oh, perusahaan sebelumnya yang bekerjasama dengan kami sedang


mengalami masalah finansial serius dan jumlah produksi yang harus dikirim ke
perusahaan kami jadi tidak stabil.

Kami tidak mau mengambil resiko ikut-ikutan menurun produktivitasnya.


Lagipula, harga yang mereka tawarkan terlalu tinggi untuk ukuran bisnis semacam
ini.

Ya tentunya harus bisa dibedakan dong mana jualan eceran sama kerjasama bisnis
semacam ini.

Pihak kami sudah berusaha melakukan negosiasi baik-baik tetapi tetap tidak ada
jalan tengah yang sama-sama menguntungkan. Terpaksa kami putus hubungan
kerjasama.

Direktur B: Oh begitu rupanya. Lantas kalau boleh tahu, maaf lho ini, kenapa
memilih perusahaan kami, sementara untuk material serupa bisa didapatkan di
beberapa perusahaan lain yang lebih besar?

Direktur A: Prinsip perusahaan kami adalah saling menguntungkan dan saling


membangun antar perusahaan yang kami ajak kerjasama. Kami lebih senang
bergandengan dengan perusahaan kecil jika dibandingkan perusahaan besar.

Maaf sebelumnya, jujur saja kami hanya berspekulasi kalau perusahaan Ibu
sedang giat mencari rekanan karena perusahaan Ibu termasuk perusahaan baru.

Dalam hal ini tentu perusahaan ibu berani memainkan harga untuk mengambil
hati pasar.

Jadi, kami lebih cenderung mencoba bekerjasama dengan perusahaan ibu terlebih
dahulu sebelum mencoba berelasi dengan perusahaan lain.
Direktur B: Wow, anda jeli sekali. Baiklah, kami memang sedang mencari
rekanan bisnis untuk pemasaran produk kami dan kami memang sedang bermain
harga.

Untuk itulah saya harus merespon email bapak sehingga ada pertemuan pagi ini.

Nah, permintaan perusahaan bapak adalah bahan baku ban mobil dengan jumlah
3000 liter karet olahan tiap harinya.

Kebetulan perusahaan kami mampu memproduksi 10.000 liter karet olahan siap
pakai, namun sejauh ini kami hanya memproduksi 5000 liter untuk perusahaan
sebelah.

Direktur A: Nah, kebetulan lagi...kalau kami naikkan jumlah permintaan menjadi


5000 liter tiap harinya berarti bisa dong?

Direktur B: Bisa pak, sejauh ini suplier bahan mentah kami tidak mengalami
kendala satupun. Tapi sejauh ini kami selalu main aman dengan menimbun bahan
baku untuk produksi hingga satu bulan.

Jadi kalau ada apa-apa kami sudah punya banyak rencana cadangan.

Penawaran

Direktur A: Bagus sekali. Ini yang kami mau. Baiklah, bagaimana dengan harga
yang ibu ajukan untuk 5000 liter tiap harinya?

Direktur B: Kami pakai kisaran harga bawah untuk rekanan semacam ini, yakni
35 ribu rupiah per liter dan harga akan tetap segitu selama 3 bulan.

Jadi setiap 3 bulan sekali kami harap ada negosiasi harga dengan patokan harga
bahan baku. Tentu perusahaan anda sudah tidak asing dengan hal ini bukan?

Direktur A: Ya, tentu untuk negosiasi harga biasanya kami selalu perbaharui
seiring dengan naik turunnya harga bahan baku. Baiklah, kami langsung saja
menawar ya, 33 ribu per liter.

Direktur B: Bisa, tapi bagaimana jika pembaharuan negosiasi harga kami ubah
menjadi dua bulan sekali karena harga 33 ribu per liter itu termasuk rawan dan
kami akan sangat repot jika harga bahan baku naik.

Persetujuan

Direktur A: Baiklah, saya kira cukup fair. 33 ribu per liter untuk suplai dua bulan
ke depan.
Direktur B: Jika demikian, berarti tinggal tanda tangan dong. Hahaha, saya yang
siapkan surat kontrak atau bapak?

Direktur A: Sama saja sih, tapi berhubung kami sedang di kantor ibu, bagaimana
kalau surat kontraknya pihak ibu yang buat?

Direktur B: Baik bapak, dengan senang hati. Saya akan suruh sekretaris saya
untuk menyiapkan surat kontrak. Bapak mau menunggu di ruang tamu? Ada
hidangan sederhana di sana jika bapak berkenan.

Direktur A: Boleh deh, hahaha.

Direktur B: Silahkan bapak, lewat sini. Nah, ini ruangannya, silahkan menunggu
sebentar, nanti saya akan ke sini lagi untuk penandatanganan kontrak. Silahkan
dicicipi hidangan di meja.

Direktur A: Oke Bu, siap. Saya akan tunggu di sini.

(10 menit kemudian)

Direktur B: Maaf pak sedikit lama.

Direktur A: Ah, santai Bu.

Direktur B: Ini kontraknya, silahkan dibaca dulu.

Direktur A: Oke. Sip. Saya sih setuju saja dengan kontrak ini. Saya tanda tangan
di sini ya Bu.

Direktur B: Iya Pak.

Direktur A: Sudah.

Direktur B: Saya juga tanda tangan ya pak. Nah, yang ini buat perusahaan bapak,
dan satunya untuk kami.

Penutup

Direktur A: Sip. Saya senang bekerjasama dengan perusahaan Ibu.

Direktur B: Kami juga senang Pak.

Direktur A: Kalau begitu, terimakasih banyak. Saya mohon pamit dulu,


selebihnya kita komunikasi via email atau telephone ya Bu.

Direktur B: Iya, Pak. Terimakasih banyak. Sampai jumpa dua bulan lagi.
Direktur A: Tentu. Baiklah, saya pamit. Selamat pagi bu.

Direktur B: Selamat pagi Pak.

#####

Contoh Teks Negosiasi Di Sekolah - Buku LKS

Suatu hari di sekolah, seorang sales buku mendatangi ruangan kepala sekolah.

Orientasi

Kepala Sekolah: Mari mas, silahkan masuk.

Sales Buku: Maaf pak, mengganggu waktunya bapak.

Kepala Sekolah: Oh, nggak apa-apa, ada yang bisa saya bantu?

Isi

Sales Buku: Ini pak, saya mau menawarkan buku dan LKS untuk sekolah ini.

Kepala Sekolah: Masnya dari penerbit mana ya?

Sales Buku: Saya dari penerbit Erlangka

Kepala Sekolah: Oh...kebetulan sekali di semester baru ini, sekolah ini belum
kerja sama dengan pihak manapun untuk buku dan LKS. Apa saja yang mas
tawarkan.

Sales Buku: Sebenarnya saya menawarkan untuk semua mata pelajaran pak, tapi
ya saya berusaha memenuhi kebutuhan sekolah saja.

Kepala Sekolah: Mahal nggak mas harga rata-rata LKS sama buku pelajarannya?

Sales Buku: Tentu murah pak dan kami membuat produk yang sekiranya selalu
terjangkau oleh orang tua murid.

Ya jika dibandingkan dengan penerbit lain, saya berani bilang kalau produk kami
jauh lebih murah dan lebih bermutu pak. Bapak bisa cek di katalog ini.

Kepala Sekolah: Ya kalau itu sih percaya saya mas, tapi dalam kerjasama ini, kira-
kira keuntungan apa yang diperoleh pihak sekolah?
Sales Buku: Jika sekolah ini memesan buku untuk seluruh kelas 1-3, tentu ada
bonus yang menarik buat bapak.

Kepala Sekolah: Boleh tahu apa bonusnya mas?

Sales Buku: Untuk itu, boleh saya tahu berapa jumlah siswa di sini pak?

Kepala Sekolah: Keseluruhan siswa dari kelas 1-3 ada 780 siswa.

Sales Buku: Ya kira-kira bonus buat bapak jika semua buku pelajaran dan LKS
yang digunakan dari penerbit kami, pihak penerbit kami akan memberikan bonus
5 juta buat bapak serta sejumlah fasilitas sekolah seperti alat-alat olah raga pak.

Kepala Sekolah: Menarik mas, saya setuju. Hari ini akan saya sosialisasikan ke
guru-guru bahwa sekolah akan memakai penerbit masnya untuk keperluan buku
pelajaran sama LKS.

Sales Buku: Wah, terimakasih banyak pak.

Kepala Sekolah: Kapan kira-kira buku tersebut didatangkan?

Sales Buku: Seminggu setelah bapak menandatangani proposal ini, seluruh


keterangan pemesanan tertera pak, maka kami akan mengirimkan buku ini ke
sekolah. Pembayaran bisa kami terima selambat-lambatnya satu bulan setelah
pengiriman.

Kepala Sekolah: Baik kalau begitu, saya setuju mas, saya bisa tanda tangani
sekarang proposalnya.

Sales Buku: Ini pak proposalnya.

Kepala Sekolah: Saya lihat dulu ya mas....

(Kepala sekolah melihat-lihat sepintas isi proposal lalu menandatanganinya)

Sales Buku: Terimakasih banyak pak, kalau begitu selanjutnya saya akan bikin
laporan ke pihak penerbit dan secepatnya mendatangkan buku-buku tersebut Pak.

Kepala Sekolah: Oke mas, saya tunggu.

Sales Buku: Kalau begitu saya pamit dahulu, terimakasih banyak pak. Oh iya,
bonus akan kami berikan setelah pelunasan dari semua buku tersebut pak.

Penutup

Kepala Sekolah: Siap mas, Terimakasih banyak.


Sales Buku: Sama-sama pak. Selamat siang pak.

Kepala Sekolah: Selamat siang. Hati-hati di jalan.

Sales Buku: Iya pak. Mari...

Kepala Sekolah: Mari...mari...mas...

#####

Contoh Teks Negosiasi Singkat - Bantu Bapak

via pinterest.com

Di sebuah rumah, sang bapak berbicara pada anaknya.

Pembukaan

Bapak: Nak, ke sini sebentar...

Anak: Ada apa pak?


Bapak: Sibuk nggak?

Anak: Memangnya kenapa pak?

Bapak: Bantu bapak bawa dagangan ke pasar.

Isi

Anak: Tapi pak, kan aku ada janji mau pergi keluar sama teman-teman...

Bapak: Kan pergi bisa kapan saja, lagipula bapak jarang minta tolong sama kamu
kalau nggak penting banget.

Anak: Kakak kan ada pak...

Bapak: Kakakmu mau ujian. Jangan diganggu.

Anak: Aku juga mau belajar kelompok pak.

Bapak: Gini aja, kemaren kan kamu minta dibeliin gitar kalau bapak punya uang.
Nah gimana kalau setelah anter dagangan bapak kasih kamu uang buat beli gitar
sendiri.

Anak: Ah, kan gitar mahal pak, paling bapak Cuma kasih 50 ribu doang.

Bapak: Eits, jangan salah, dagangan bapak itu nilainya 3 juta. Harus dikirim hari
ini. Daripada bapak ajak orang lain trus kasih upah ke orang lain kan mendingan
kamu bisa dapat gitar. Memangnya berapaan harga gitar?

Anak: Paling murah 200 ribu.

Bapak: Ah kecil itu. mau gak?

Anak: Yang bener pak?

Bapak: Mau gak?

Anak: Mau pak.

Bapak: Yuk kalau gitu.

Anak: Ayok pak.

Bapak: Lha trus belajar sama teman-temanmu gimana?

Anak: Ah itu bisa lain kali pak, lagian kan jarang aku bantu bapak.
Bapak: Yang bener?

Anak: Bener pak, ayuk yuk...

Penutup

Bapak: ya sudah kalau begitu, kamu ganti baju dulu sana.

Anak: Siap pak!

#####

Contoh Kalimat Negosiasi

via pinterest.com

Kalimat-kalimat negosiasi selalu identik dengan frasa-frasa tawar menawar,


rayuan, atau bahkan intimidasi. Berikut ini merupakan contoh potongan kalimat-
kalimat negosiasi:

Contoh Kalimat Negosiasi #1 - Lewat

A: Bolehkan saya lewat sini Pak?


B: Maaf dik, kalau mau masuk ya lewat depan, soalnya ini pintu keluar.

A: Tapi saya tadi udah masuk dari depan, dan sudah keluar lewat sini, tapi tas
saya ketinggalan di penitipan barang, kalau lewat depan saya harus bayar
lagi...boleh ya saya Cuma mau ambil tas...

B: Yang bener Cuma mau ambil tas?

A: Beneran pak sumpah, itu tasnya tadi saya taruh di penitipan barang, ini
nomornya saja masih saya simpan...

B: Ya sudah kalau begitu, masnya langsung ambil saja ya terus keluar lagi lewat
sini.

A: Baik pak, terimakasih.

Contoh Kalimat Negosiasi #2 - Hutang

C: Bro, kapan kamu bisa bayar utang? Maaf lho, tapi ini aku sedang kepepet
butuh uang...

D: Sory bro, kalau hari ini aku belum punya uang. Gimana kalau tiga hari lagi, pas
sudah tanggal 2 aku sudah dapat gaji.

C: Wah, bro...maaf banget bro...aku kepepet banget, bisa nggak kamu pinjem
siapa dulu gitu, lagian kan minggu kemaren kamu bilang kalau hari ini bisa bayar
utang, nah aku juga kebetulan janjiin mau bayar tagihan pulsa hari ini.

D: Ya...anu deh...apa...aku tak coba hubungi temenku ya, gimana kalau sejam lagi
kita ketemu disini. Mudah-mudahan aku dapat pinjaman. Maaf bro aku ngrepotin
kamu...

C: Oke bro, tak tunggu ya, sori lho bukan maksudnya aku maksa kamu...kalau
nggak kepepet juga aku santai orangnya...

D: Siap bro...tunggu ya bro.

#####

Contoh Drama Negosiasi - Parodi Ada Apa Dengan


Cinta 2
via pinterest.com

Berikut ini merupakan parodi drama satu babak Ada Apa Dengan Cinta 2

TOKOH:

1. RANGGA
2. CINTA
3. PELAYAN CAFE

BABAK 1

SETTING CERITA ADALAH SEBUAH CAFE, PUKUL 19.30, MUSIK JAZZ


MENGALUN PELAN MENEMANI PARA PENGUNJUNG CAFE
BERCAKAP-CAKAP.

DI SEBUAH MEJA, RANGGA DAN CINTA SEDANG BERCAKAP-CAKAP.

Pembukaan

Rangga: Cinta, kamu mau pesen apa?

Cinta: Hmmm...nasi goreng cumi, coklat panas, sama kopi aceh deh.

Rangga: Oke sip. Kamu lapar apa pengen?

Cinta: Dua-duanya, hahahaha! Kamu mau makan apa, Rangga?


Rangga: Udah kenyang, aku pesan roti bakar sama kopi luwak aja deh.

Cinta: Ntar aku nyicipin kopimu ya.

Rangga: Boleh, hahaha, kamu masih penggemar kopi ya?

Cinta: Ya iya lah, dari dulu sejak kita kenalan, trus kamu ke Amrik sampai kamu
balik kemaren sore tuh aku masih tetep doyan kopi.

Rangga: Kenapa kok suka kopi?

Cinta: Pahit yang entahlah...itu yang aku suka. Rasanya selalu membawa nuansa
puitik. Rasa kangen yang tak kunjung padam.

Rangga: Meski telah bertemu masih tetap kangen?

Cinta: Hanya ketika aku minum kopi, hahahaha!!!

Rangga: Sial! Hahaha! Eh, bentar yak tak panggil pelayan. (MEMANGGIL
PELAYAN) Mas...mas...mau pesen.

Pelayan: Iya mas, ada yang bisa saya bantu?

Rangga: Kami pesen ini, ada semua nggak?

Pelayan: Ada semua mas, ada lagi yang lain?

Rangga: Itu dulu mas, nanti kalau nambah saya panggil lagi.

Pelayan: Baik mas, silahkan ditunggu bentar.

Rangga: Makasih mas.

Pelayan: (Tiba-tiba balik lagi) Eh, mas...mbak....maaf, boleh saya minta tanda
tangan...bener kan yak ini mas Michel Saputra sama mbak Dean?

Rangga: Eee....Iya mas...bener...

Cinta: Nggak foto selfie aja sekalian mas?

Pelayan: Nggak ah mbak, nggak punya Hp. Maaf lho mas mengganggu...saya
ngefans sama mas Michel dan mbak Dean... saya nonton filmnya dulu pas saya
masih SMP...minta tanda tangan di seragam kerja saya saja ya mas......

Rangga: Lah, ntar kalau dimarahi si bos gimana?


Pelayan: Nggak mungkin kalau yang tanda tangan mas dan mbak...yang ada
malah seragam ini di beli sama bos mas, hahaha...nggak mas, becanda...saya
masih punya seragam lain mas, yang ini mau tak pigura.

Rangga: Oke mas, kami tanda tangan. Di sini ya? (RANGGA DAN CINTA
MENANDATANGANI SERAGAM PELAYAN ITU)

Pelayan: Iya mas. Makasih banyak mas, mbak. Semoga sukses selalu. Tunggu
bentar ya pesanannya.

Isi

Rangga: Ada-ada saja...

Cinta: Masih untung ada yang ngefans sama kita Michel...

Rangga: Tadi kita ngobrolnya sampai mana?

Cinta: Sampai 14 tahun yang lalu kamu tega ninggalin aku dan nggak balik-balik.

Rangga: Ya mau gimana lagi...aku mah harus jaga bokap. Sekarang sudah
waktunya aku kembali.

Cinta: Kamu ga tau sih rasanya 14 tahun aku nolak ratusan cowok yang nembak
aku...demi kamu tau...

Rangga: Kamu juga ga tau rasanya 14 tahun nahan nembak cewek lain...itu juga
demi kamu tahu...

Cinta: Dasar lelaki badung! Awas kalau sampai nembak cewek lain!

Rangga: Eh ngomong-omong lama juga ya pesenan kita nggak datang-datang.

Cinta: Sengaja kali Rangga, biar kita bisa nunggu lama. Eh kamu keburu lapar?

Rangga: Ya enggak, justru aku mikirin perutmu, kamu keburu laper nggak kalau
lama?

Cinta: Nggak kok, aku seneng-seneng aja..... Mm...Rangga...

Rangga: Iya...

Cinta: Tau nggak?

Rangga: Tau..
Cinta: Apa?

Rangga: Kamu kangen aku...

Cinta: Kok tahu sih?

Rangga: Emang kamu mau bilang apa lagi kalau nadanya gitu.

Cinta: Hahaha, emang kamu nggak kangen sama aku?

Rangga: Kangen.

(PESANAN AKHIRNYA TIBA)

Pelayan: Maaf mas, mbak, agak lama ini pesenannya. Ini nasi goreng cumi, roti
bakar, kopi aceh, kopi luwak, coklat panas. Ada yang kurang mas, mbak?

Rangga: Sip. Udah komplit kok mas.

Pelayan: Baik mas, selamat menikmati

(PELAYAN PERGI, RANGGA DAN CINTA KEMBALI LARUT DALAM


KATA-KATA)

Cinta: Kenapa kok nggak pulang-pulang?! Aku nungguin tau.

Rangga: Ya karena aku tahu kamu nunggu, makanya aku nggak khawatir kamu
bakalan nikah sama orang lain.

Cinta: Ih, kamu jahat deh.... Mm...Rangga...

Rangga: Iya...

Cinta: Kapan kamu mulai serius...

Rangga: Melamar kamu?

Cinta: Iya...

Rangga: Tapi...

Cinta: Seharusnya sudah nggak ada tapi...

Rangga: Iya...
Cinta: Sudah 14 tahun aku menunggumu dengan cemas, aku percaya meski
kadang terlintas pikiran kalau kamu nggak akan balik lagi ke sini dan menikah
dengan orang sana...di saat-saat seperti itu aku selalu menangis sendirian, diam
tanpa kata, tapi aku percaya kamu akan pulang.

Rangga: Tapi...

Cinta: Nggak ada tapi!

Rangga: Tapi aku penasaran...kenapa kamu menungguku?

Cinta: Lha kamu kenapa juga balik ke sini?

Rangga: Aku balik ke sini ingin menikahimu.

Cinta: Sungguh?

Rangga: Tapi...

Cinta: Katakan Rangga...

Rangga: Bisakah kamu jadi ibu untuk anak-anakku nanti?

Cinta: Bisa Rangga...

Rangga: Bisakah kamu sabar dengan segala kekuranganku ini?

Cinta: Bisa Rangga...

Rangga: Bisakah kamu...

Cinta: Apapun itu aku bisa. Bisakah kamu?

Rangga: Bisa

Rangga: Kalau begitu kita akan menikah secepatnya

Cinta: Tentu Rangga, ini yang kutunggu.

Rangga: Tapi...

Cinta: Apa lagi?!

Rangga: Bagaimana kalau kita makan dahulu...sebelum kopi menjadi dingin.

Cinta: Akan selalu hangat bersamamu Rangga....hahaha...


Rangga: Besok kita nikah?

Cinta: What?! Butuh persiapan kalee...

Rangga: Aku sudah siap.

Cinta: Lamar aku dulu, baik-baik di depan orang tuaku, kita pilih baju pernikahan,
tempat pernikahan, sebar undangan...

Rangga: Sudah kulakukan semua, tanpa sepengetahuanmu, semua sudah beres


tanpa kamu tahu. Hanya ini yang bisa kuberikan sebagai kejutan malam ini
buatmu...

Cinta: What?!!!! Kamu tuh...diem-diem....kok bisa...kok ortuku gak bilang ke


aku...

Rangga: Kan aku dah bilang kalau ini buat kejuatanmu, sebulan sebelum ini aku
sudah balik dan mengurus segalanya, lalu ke Amrik bentar dan mengabarimu aku
akan pulang...

Penutup

Cinta: I love U Rangga....

Rangga: I Love U too...Cinta....

Cinta: Terus pada bagian ini kita pelukan kan Mic?

Rangga: Di naskahnya sih gitu. Tapi kalau keberatan ya bilang aja sama
sutradaranya.

Cinta: Oke, lumayan juga latihan hari ini.

Rangga: Makan yuk, laper...

Cinta: Nah loh, tadi gak pesen nasi...

Rangga: Lha naskahnya gitu kok...bagi nasi gorengnya boleh?

Cinta: Nih, dikit aja ya, aku juga laper.

Rangga: Seru juga ya jalan-jalan lagi kayak gini...udah 14 tahun sejak syuting
pertama kita ga pernah ketemu.

Cinta: Yoi...sekarang kita malah udah pada punya anak...


Rangga: Dean...pernah terpikir nggak...e...nggak ding...

Cinta: Apa Michel?

Rangga: Nggak...nggak jadi...

Cinta: Sial! Jangan bikin penasaran dong!

Rangga: Hmm...(DIAM AGAK LAMA)...Tapi aku nggak bermaksud apa-apa


lho....

Cinta: Justru itu bilang aja apa...bikin penasaran aja....

Rangga: Kadang aku kangen 14 tahun yang lalu...kadang aku berfantasi kalau itu
nyata...

Cinta: Mmm...boleh tahu sejak kapan?

Rangga: Sejak kelar syuting yang pertama...

Cinta: God...why?! (KAGET, SENANG SEKALIGUS KECEWA) Kenapa kamu


nggak pernah ngomong sih?

Rangga: Aku ga bisa ngomong...memangnya kenapa kalau misalnya aku


ngomong?

Cinta: Michel....kamu gak peka banget sih....itu aktingku lebih jujur dari dunia
nyata tau...maksudku...oh, shit...meski aku telah berkeluarga, 14 tahun ini aku
tersiksa bila....ah....

Rangga: Nggak apa-apa Dean, bagiku itu tetap indah di dalam pikiranku kok,
setidaknya di depan kamera aku bisa jujur...dan kisah yang kita mainkan ini...aku
mainkan dengan perasaan-perasaan yang jujur...mungkin kalau tidak seperti ini,
aku tidak tahu bagaimana caranya mencintai dengan tulus.

Itu sebabnya aku tidak pernah mengatakan padamu hingga hari ini. Entah kenapa,
malam ini aku ingin mengatakannya.

Cinta: (MENANGIS)...Kamu tega...aku juga ngrasain hal serupa...tapi sudah


terlanjur Michel...sudah...14 tahun aku benar-benar melakukan hal bodoh.

Rangga: Aku juga demikian...tapi ya inilah, Dean, tidak semua hal yang kita
inginkan bisa kita dapatkan. Mungkin karena tidak mendapatkannya inilah....aku
masih bisa tetap berkarir sebagai aktor...sekedar untuk mencoba merasakan hal
yang pernah aku rasakan, meski tak benar-benar demikian...
(PERLAHAN LAMPU PANGGUNG MEREDUP, MUSIK JAZZ MASIH
MENGALUN LEMBUT, SELESAI).

#####

Contoh Percakapan Negosiasi 2 Orang - Video

via pinterest.com

Di sebuah gang, seorang lelaki misterius menghadang Pak Jono

Pembukaan

Lelaki: Permisi Pak, tolong berhenti sebentar...

Pak Jono: Ada apa ya mas...

Lelaki: Ada perlu dengan bapak...


Pak Jono: Masnya siapa ya?

Lelaki: Bukan siapa-siapa pak, tapi aku punya barang yang bagus dan pastinya
bapak berminat...

Pak Jono: Maaf mas, saya sedang tidak ingin beli apa-apa...lagipula saya lupa
tidak bawa dompet...

Lelaki: Nggak harus sekarang kok pak belinya...

Pak Jono: Maaf mas, saya nggak minat...

Lelaki: Baiklah, sebelum bapak pergi, tolong lihat vidio ini sebentar
(menunjukkan video lewat hp)

Pak Jono: Dari mana masnya dapat video ini

Lelaki: Dari perbuatan bapak semalam...oke deh, bapak nggak minat kan, ya
sudah, saya jual ke orang lain.

Isi

Pak Jono: Eh mas, tunggu dulu...saya tidak mau video itu diketahui publik...

Lelaki: Lalu apa yang akan bapak lakukan?

Pak Jono: Berapa harganya?

Lelaki: Mahal pak, tentu bapak tidak ingin beli...

Pak Jono: Jika ada jaminan kalau video itu tidak tersebar, saya akan beli.

Lelaki: Berapa yang bapak tawarkan?

Pak Jono: Berapa yang kamu minta?

Lelaki: Saya realistis aja dan pastinya bapak sanggup bayar

Pak Jono: Iya, katakan berapa?

Lelaki: 1 milyar...

Pak Jono: Wah, kamu itu mau memeras saya ya, nggak ada aku kalau uang
segitu...

Lelaki: makanya, ya sudah saya pergi...


Pak Jono: Mas, tunggu mas...hei...awas ya, jangan macam-macam kamu sama
saya, hari ini juga kalau saya mau bisa hilang kepalamu.

Lelaki: Saya tidak sendiri pak, begitu saya terluka atau mati entah kapan, maka
vidio ini akan viral.

Pak Jono: Oke...oke...kita bicara lagi...

Lelaki: Apa lagi yang belum jelas?

Pak Jono: 500 juta bagaimana? Hari ini juga bisa aku kirim...

Lelaki: 1 milyar....

Pak Jono: Sial!

Lelaki: Mudah saja bagi bapak untuk dapat uang segitu...

Pak Jono: Baiklah...baik....lalu apa jaminan kalau vidio itu tidak akan viral?

Lelaki: Kepala saya. Bapak bisa foto wajah saya dan suruh orang bunuh saya
kalau sampai vidio ini viral.

Pak Jono: Oke...deal...

Lelaki: Kapan saya dapat uangnya...

Pak Jono: Minggu depan baru aku bisa kirim uang segitu.

Lelaki: Oke, kirim ke nomer rekening ini. Saya tunggu. Lewat jam 12 malam,
maka vidio ini akan terkenal tanpa seizin bapak.

Pak Jono: Oke...aku akan transfer...

Penutup

Lelaki: Kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi bapak bupati. Senang
berjumpa dengan anda pagi ini.

#####

Contoh Dialog Negosiasi 4 Orang - Nabrak Motor


via pinterest.com

Di tepi jalan raya, empat orang sedang melakukan negosiasi setelah mengalami
kecelakaan ringan.

Pembukaan

Rino: Waduh, mbaknya gimana sih kok belok mendadak nggak pakai sign?!

Reni: Lho masnya ini yang gimana, nyalip kami kok dari kiri.

Budi: Lha mbaknya ini yang dari tadi naik motor udah pelan di tengah terus,
kirain mau belok kanan, eh giliran mau disalip dari kiri malah minggir ke kiri.
Punya sim nggak sih?!

Dina: Eh mas, aku tadi yang diboncengin temenku ini udah kasih aba-aba tangan
ya! Enak aja!

Rino: Ya nggak bisa gitu mbak, udah terlalu dekat juga, ini rem juga udah
mentog. Kalau dari jauh mbaknya udah kasih aba-aba mau ke pinggir kiri ya
nggak mungkin aku nyalip dari kiri.

Isi

Reni: Ya udah, kalian maunya gimana?


Budi: Motor kami rusak nih bagian depannya!

Dina: Sama mas, motor kami juga rusak gara-gara masnya nabrak.

Budi: Ya kalau kalian nggak cekikikan di jalan nggak kayak gini nih. Udah naik
motor ngawur nyalahin kami yang nabrak!

Reni: Lha iya, sekarang masnya ini maunya gimana?

Rino: Mau damai atau ke kantor polisi aja mbak?

Reni: Wah kalau ke kantor polisi motor kita bisa lama ketahan di sana mas, ya
udah lah damai aja, betulin motor sendiri-sendiri!

Budi: Enak aja mbaknya ini, ya kami dong yang rugi! Kami minta ganti biaya
betulin motor.

Dina: Lho kan masnya yang nabrak, harusnya kami dong yang minta biaya ganti
betulin motor!

Rino: Ya udah deh dari pada ribet mending ke kantor polisi aja. Mbaknya punya
sim nggak?

Dina: Nih mas aku punya sim...

Rino: Bukan kamu mbak, temenmu itu lho yang tadi di depan, ada sim gak?

Reni: Ada mas, tapi ketinggalan...

Budi: halah, alasan aja ketinggalan. Paling-paling nggak punya sim...udah bro kita
ke kantor polisi aja, susah ngomong sama orang bego...

Reni: Wah jangan mas kalau ke kantor polisi, ini kami motornya pinjem...damai
aja lah mas. Nggak kasian po sama kami?

Rino: Ya kalau gitu mbaknya gantiin biaya motor saya. Paling ini nggak banyak
mbak, cuma peleg sedikit bengkok. Kami nggak minta dibeliin baru kok, ini
dibetulin bisa. Paling cuma habis 80 ribu.

Reni: ya udah deh mas, kita ke bengkel dulu.

Budi: Itu lho di depan kayaknya ada bengkel. Ke sana aja yuk.

Rino: Deal nggak ini mbak kalau mbaknya yang bayarin ongkos bengkel?
Reni: Ya udah lah mas, nggak apa-apa kalau Cuma segitu ongkosnya, kirain
sampai ratusan ribu...terus terang aku lagi nggak ada duit kalau banyak biayanya
mas, belum betulin motor yang ini..

Rino: Oke lah mbak, yuk ke bengkel depan aja, sambil nunggu motor dibetulin,
kita makan aja dulu ntar cari warung deket situ, saya yang bayarin, biar sah
damainya.

Soalnya betulin kayak ginian agak lama. Daripada kita semua masuk angin,
mending sambil makan aja. Deal?

Reni: Oke mas.

Penutup

Budi: Mbak satunya oke nggak?

Dina: Oke lah, asal di warung jangan marah-marah lagi...

Budi: ya nggak lah mbak, yang tadi itu kan karena emang lagi panas, kalau udah
ya udah, ngapain juga marah-marah mulu.

Eh Rin, itu kayaknya ada tulisan Sate Kambing di dekat bengkel, situ aja yak?!
Mbak-mbak ini mau kan makan kambing?

Reni: Kambing? Kalau udah jadi sate mau mas, hahaha...

Budi: Hahaha...

Dina: Kalau dibeliin kambing hidup mau mas, hahaha, ntar bisa tak jual.

Rino: Hahahaha! Oke deh, berangkat!!!

#####

Contoh Percakapan Drama Negosiasi 5 Orang -


Pembangunan Pabrik Semen
via bantulkab.go.id

Berikut ini merupakan contoh potongan adegan percakapan drama negosiasi


dengan 5 orang tokoh cerita.

BABAK 4

SETTING CERITA DI RUANG TAMU PAK LURAH. MALAM HARI. PAK


LURAH, PAK DUKUH, DAN PAK HAJI SEDANG RAPAT DENGAN DUA
TAMU DARI PABRIK SEMEN, PAK HASAN DAN MBAK LINDA.

Pak Lurah: Jadi begini, pak dukuh, pak haji, malam ini saya mengundang bapak-
bapak sekalian karena memang akan ada pembicaraan dengan dua tamu kita ini,
pak Hasan dan mbak Linda selaku pihak yang rencananya akan membangun
pabrik semen di bukit desa kita.

Wacana ini sudah didengar oleh warga, sebagian ada yang menolak dan sebagian
lagi setuju.

Nah, pak Hasan dan mbak Linda ini akan sosialisasi terlebih dahulu dengan kita
sebelum nantinya kita akan membantu untuk mensosialisasikan kepada warga.
Pak Hasan: Terimakasih pak lurah, selamat malam pak dukuh, pak haji,
perkenalkan saya Hasan dan ini wakil saya, Linda.

Kami inilah yang nantinya akan memulai proyek pembangunan pabrik semen di
bukit desa.

Untuk itulah, pertama-tama saya sowan dahulu kepada pak lurah, pak dukuh dan
pak haji selaku pemimpin dan sesepuh desa sekaligus kami memohon nasehatnya.

Pak Dukuh: Kalau boleh tahu, rencana pihak pabrik ini nantinya bagaimana ya
pak Hasan?

Pak Hasan: Untuk itu, mbak Linda akan menjelaskan rencana garis besarnya pak.
Silahkan Linda...

Linda: Jadi kalau rencana ini berjalan lancar, pada bulan depan kami akan
memulai meletakkan batu pondasi pertama pembangunan pabrik semen di bukit
desa.

Tentu proyek ini akan sangat membutuhkan banyak tenaga kerja.

Kami rencananya akan mengutamakan warga desa ini sebagai pekerja dengan
upah kerja yang berbeda dengan pekerja lainnya.

Maksudnya, warga asli desa sini yang bekerja di proyek pembangunan pabrik
akan memperoleh upah lebih tinggi pada masing-masing jabatannya jika
dibandingkan dengan pekerja lain yang mungkin berasal dari luar desa ini.

Proyek pembangunan ini akan dikerjakan selama kurang lebih tiga tahun dan
setelah itu pabrik akan mulai beroperasi.

Tentunya, kami juga membutuhkan banyak karyawan. Kami juga


memprioritaskan warga sini untuk menjadi karyawan tetap dengan gaji dan
tunjangan penuh plus uang pensiun selama 30 tahun bila sudah pensiun,
sementara karyawan lain barangkali akan berstatus karyawan kontrak atau
lainnya.

Yang jelas, kami mengutamakan kesejahteraan warga desa sini pak.

Pak Haji: maaf, kalau boleh saya menyela. Bukankah pembangunan pabrik semen
ini sama artinya dengan mengolah semua material di bukit untuk dijadikan semen
ya mbak? Pak? Lalu bagaimana dengan kerusakan lingkungan yang akan
ditimbulkan? Bagaimana nasib para petani kedepannya?

Pak Hasan: Semua pabrik semen akan seperti itu pak, tetapi kami akan sangat
berhati-hati dalam melakukan pengolahan sehingga polusi yang akan ditimbulkan
sangat minimal karena rencananya kami akan mengunakan mesin dengan
teknologi terbaru

Untuk itulah, kami berharap seluruh warga sini berkenan bekerja di pabrik atau
dengan kata lain, banting setir profesinya pak. Yang dulunya menjadi buruh tani
akan menjadi karyawan.

Mungkin akan muncul pertanyaan demikian, kan nggak semua orang memenuhi
syarat sebagai karyawan pabrik? Kemampuannya bagaimana?

Oleh karena itu, kami akan memberikan training khusus untuk semua warga sini
yang berminat menjadi karyawan. Tentunya kan warga juga masih punya tanah
yang bisa diolah sekalipun menjadi karyawan pabrik pak, sehingga kesejahteraan
warga justru akan terjamin.

Pak Haji: Maaf saya bertanya lagi ya pak...bukankah kalau sudah berdiri pabrik
nantinya akan ada lahan warga yang kena gusur ya, itu bagaimana nantinya?

Linda: Tentu kami menyiapkan uang ganti rugi yang lebih dari cukup untuk lahan
warga yang tergusur pak. Kami juga menyediakan pilihan penggantian, yakni
berupa uang, tanah, atau rumah di area desa lain yang tidak dijadikan sumber
material semen.

Pak Hasan: Untuk itulah, memang diwilayah lain banyak kasus serupa penolakan
pabrik semen dengan berbagai macam isunya tersendiri sehingga barangkali
warga sini juga merasakan kekhawatiran serupa.

Tapi sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pembangunan pabrik ini
kok pak, justru pabrik ini harus ada mengingat pembangunan negara kita ini tetap
membutuhkan semen.

Pihak kami memilih bukit desa karena kami menilai bahwa bukit tersebut kurang
produktif untuk area pertanian namun sangat bagus dan kaya material bahan
semen berkualitas unggul.

Pak Lurah: Kalau saya sih setuju saja desa ini dibangun semen karena dengan
demikian desa ini bisa jadi maju. Namun kan saya tidak bisa memutuskan
sendirian, saya butuh pendapat para warga dan para tokoh masyarakat desa.

Pak Dukuh: Kalau saya juga setuju pak, namun saya juga tidak bisa memungkiri
masih khawatir dengan sebagian warga yang menolak pabrik semen ini di bangun.

Pak Haji: Ini sebuah dilema...di satu sisi kita butuh, namun di sisi lain ada
kekhawatiran akan rusaknya lingkungan.
Namun jauh dari persoalan warga sini, saya malah sangat mengkhawatirkan
pergolakan yang terjadi di desa lain yang letaknya di bawah desa ini.

Ibaratnya mereka tidak dapat buahnya, tapi dapat getah dan sampahnya...para
petani desa sebelah khawatir stok air akan hilang seandainya pabrik semen ini
dibangun.

Siapa yang akan menyelesaikan masalah tersebut dan apa jaminan keamanan bagi
kami terhadap serangan dari pihak tertentu?

Pak Hasan: Tentu kami juga sudah memikirkan hal tersebut dan kami sudah
memikirkan langkah-langkahnya, yang jelas kami pasti akan meredam segala
bentuk ancaman dari pihak desa lain kepada warga desa sini.

Ya mau bagaimana lagi pak, kami memang pihak swasta, namun pabrik ini
merupakan kehendak dari pemerintah sehingga mau tak mau, cepat atau lambat,
pasti akan dibangun juga.

Pak Lurah: Saya punya usul begini, dalam waktu dekat pihak perencana pabrik
harus mensosialisasikan terlebih dahulu tentang segala rencana pembangunan
pabrik semen dan prospek kedepannya untuk kesejahteraan warga, dan setelah itu
kami warga desa akan secara interen melakukan musyawarah terlebih dahulu
untuk memberikan respon yang terbaik.

Tentu harapan saya semua ini berjalan lancar dan aman.

Pak Dukuh: saya sepakat pak lurah, tidak bisa kalau hanya pejabat desa yang
memutuskan, warga harus ikut terlibat dan tahu secara langsung.

Pak Haji: Saya juga sependapat dengan pak lurah, biar kami dapat info
lengkapnya dulu, lalu kami melakukan rapat intern dengan warga.

Pak Hasan: Persis seperti ini yang kami harapkan bapak-bapak, jadi kami pada
pertemuan malam ini mengharapkan bantuan bapak untuk koordinasi pertemuan
pihak pabrik dengan warga. Tentu semua biaya kami yang akan tanggung.

Kalau boleh tahu, baiknya kapan ya sosialisasi ini akan dimulai?

Pak Lurah: Nah, itu saya dan pak dukuh dan pak haji serta pejabat desa dan tokoh
desa lainnya akan berembug dahulu untuk rencana koordinasi pak. Saya usahakan
secepatnya.

(TIBA-TIBA SI KOMANG ANAK PAK LURAH BERTERIAK-TERIAK DARI


LUAR DAN MASUK KE DALAM RUMAH)
Komang: Pak...gawat pak....warga desa sebelah berbondong-bondong mau datang
kesini!!! Mereka ngamuk!!! Mereka tahu kalau pihak pabrik datang ke sini!!!!!

FADE OUT, MUSIK TEGANG MULAI MENGISI SUASANA, DALAM


KEADAAN GELAP TERDENGAR SUARA WARGA YANG BERTERIAK
MARAH DAN MENOLAK PEMBANGUNAN PABRIK!!!

BABAK 5

#####

Nah, teman-teman, demikianlah penjelasan dan contoh-contoh teks negosiasi


dengan berbagai jenis tema dan bentuk, siapa tau ada yang mau belajar juga
tentang contoh teks eksplanasi atau contoh teks eksposisi bisa cek post sebelum
ini.

Semoga artikel ini berguna ya. Sampai jumpa pada artikel kami lainnya.

Sharing is Caring

« 19+ Contoh Teks Eksposisi Lengkap : Pengertian, Fungsi dan Tujuan, Ciri-Ciri,
Pola Pengembangan, Struktur Dan Kaidah
23 Contoh Recount Text Lengkap Beserta Artinya: Pengertian, Struktur dan Ciri-
Ciri »

Name ✫

Mail ✫

Website

Your Comments ✫
KATEGORI

 Bahasa Indonesia24
 Bahasa Inggris5
 Pendidikan Jasmani14
 Pendidikan Kewarganegaraan6

BACAAN TERKAIT

45+ Contoh Konjungsi Beserta Pengertian dan Macam-Macamnya

12+ Contoh Teks Editorial (Opini) Lengkap Beserta Strukturnya :


Pengertian, Fungsi, Ciri-Ciri dan Kaidah Kebahasaan

7+ Contoh Teks Eksemplum Lengkap Beserta Strukturnya : Pengertian,


Tujuan, Ciri-Ciri dan Unsur Kebahasaan

13+ Contoh Teks Observasi Lengkap Beserta Strukturnya : Pengertian,


Format, Tujuan dan Ciri Bahasa
19+ Contoh Teks Eksposisi Lengkap : Pengertian, Fungsi dan Tujuan, Ciri-
Ciri, Pola Pengembangan, Struktur Dan Kaidah

19+ Contoh Teks Eksplanasi Lengkap Beserta Strukturnya

3+ Contoh Cerpen Lucu Terbaru

Anda mungkin juga menyukai