Anda di halaman 1dari 11

4.5.

Aspek Legal dan Lingkungan


1. Visi, Misi dan Tujuan Aspek Legal dan Lingkungan
A. Visi
Memiliki sebuah bentuk badan hukum yang nyata dan jelas,
serta memiliki perencanaan mengenai dampak lingkungan yang sesuai
dengan aturan pemerintah dan juga dapat diterima masyarakat serta
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
B. Misi
1. Menentukan badan hukum yang tepat agar status perusahaan jelas.
2. Memiliki sebuah perencanaan penanganan sisa-sisa hasil operasi
(limbah) yang ramah terhadap lingkungan.
C. Tujuan
1. Mendapatkan sebuah bentuk badan hukum yang ideal dan sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
2. Merencanakan langkah-langkah penanganan limbah hasil proses dari
pengolahan produk yang dilakukan setiap harinya.

2. Tahap - Tahap Perencanaan Legalitas dan Antisipasi Dampak


Lingkungan
A. Penetapan Masalah dan Tujuan
1. Masalah
Masalah yang mungkin timbul pada saat menentukan bentuk
badan hukum dan dampak lingkungan dari usaha Kue Bolu Bluder
ini, antara lain:
1. Mengidentifikasi dan menentukan bentuk badan hukum yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Belum mengetahui prosedur untuk mendapatkan status hukum
yang legal dari pemerintah.
3. Belum memiliki suatu metode penanganan sisa-sisa proses dari
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Tujuan
Tujuan dari perencanaan legalitas dan antisipasi dampak
lingkungan usaha Kue Bolu Bluder ini adalah:
1. Mendapatkan bentuk badan hukum usaha Kue Bolu Bluder yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Mengetahui prosedur untuk mendapatkan status bentuk badan
hukum yang legal dari pemerintah.
3. Memperoleh sebuah rancangan metode penanganan limbah proses
dari kegiatan yang dilakukan oleh usaha Kue Bolu Bluder baik
yang betupa limbah fisik, non fisik atau pun limbah organik dan
anorganik.

B. Prosedur Pendirian Badan Hukum


Usaha Kue Bolu Bluder adalah sebuah perusahaan baru yang
merupakan milik pribadi dan termasuk industri kecil. Usaha ini juga
dimodali oleh satu orang sebagai pemilik dan penanggung jawab.
Jadi utang perusahaan berarti utang pemiliknya.
Pada aspek organisasi dan manajemen telah dijelaskan
tentang kewenangan pemilik yang sekaligus Direktur perusahaan,
bahwa beliau memiliki wewenang penuh dalam proses pengambilan
keputusan sesuai struktur organisasi yang dimiliki perusahaan
tersebut (Struktur Organisasi Line).
Berdasarkan status kepemilikan modal, serta kewenangan
dalam pengambilan keputusan, maka kami memutuskan bahwa
bentuk badan hukum yang sesuai dengan kebutuhan organisasi ini
adalah bentuk badan hukum Perusahaan Perseorangan.
Yang menjadi persyaratan umum untuk mendapatkan surat
(bukti) pendirian di pejabat akte notaris adalah sebagai berikut:
1) Harus ber-warga Indonesia (WNI)
2) Dewasa (diatas 18 tahun), ada juga menetapkan diatas 20 tahun
atau sudah menikah.
3) Berjiwa sehat dan mempunyai kemampuan
4) Terdapat 4 syarat pasal 1320 KUH Perdata yaitu:
 Orang itu harus ada persetujuan atau kesepakatan, tidak ada
unsur paksaan.
 Dewasa dan sudah mampu.
 Objek ada.
 Hal-hal berikut tidak bertentangan dengan hukum dan hak-hak
susila.

Dalam proses pendirian perusahaan terdapat beberapa proses


atau prosdur yang harus dipenuhi, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Akta Notaris
Apabila seseorang akan mendirikan perusahaan
perseorangan, maka harus pergi ke notaris terlebih dahulu untuk
pembuatan akta notaris. Dihadapan notaris, pemilik perusahaan
mengutarakan makdus dan tujuannya mendirikan perusahaan.
Syarat-syarat yang diperlukan dalam pembuatan akta notaris
adalah sebagai berikut:
 Nama pemilik perusahaan
 Alamat pemilik perusahaan
 Nama perusahaan
 Modal yang digunakan

2. AD/ART
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang biasa
disingkat AD/ART merupakan landasan operasional dalam
menjalankan suatu usaha/organisasi, didalamnya juga terdapat
visi, misi, tujuan, tugas pokok, sampai bidang usaha. Untuk
membuat AD/art tentunya perlu dirancang dan direncanakan
dengan baik dan benar. AD/ART dibuat dan disetujui oleh
pemilik dan anggota perusahaan dan disahkan di hadapan notaris.
Pada umumnya AD/ART berfungsi untuk
menggambarkan mekanisme kerja suatu perusahaan. AD
berfungsi sebagai dasar pengambilan sumber peraturan/hokum
dalam konteks tertentu, sedangkan ART berfungsi menerangkan
hal-hal yang belum spesifik pada AD atau yang diterangkan
dalam AD, karena AD hanya mengemukakan pokok-pokok
mekanisme organisasi saja. Jadi ART adalah perincian
pelaksanaan AD. Garis besar isi dari AD/ART dapat seperti
berikut:
Anggaran Dasar (AD):
 Pembukaan
 BAB I : Nama dan Tempat
 BAB II : Azas, Sifat, dan Tujuan
 BAB III : Usaha-usaha
 BAB IV : Kepegawaian
 BAB V : Perusahaan
 BAB VI : Musyawarah dan Rapat
 BAB VII : Lambang
 BAB VIII : Keuangan
 BAB IX : Anggaran Rumah Tangga
 BAB X : Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga
 BAB XI : Pembubaran
 BAB XII : Penutup
Anggaran Rumah Tangga (ART):
 BAB I : Umum
 BAB II :Perusahaan
 BAB III : Pendidikan
 BAB IV : Pertemuan/Kerjasama
 BAB V : Kepegawaian
 BAB VI : Musyawarah dan Rapat
 BAB VII : Lambang dan Penggunaannya
 BAB VIII : Keuangan
 BAB IX : Ketentuan Penutup

3. Surat Keterangan Domisili


Surat keterangan domisili menjelaskan tentang domisili
atau alamat sutau badan usaha. Surat Keterangan ini diurus di
Kantor Pelayanan & Perizinan Terpadu setempat. Adapun
persyaratkan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
 Fotocopy KTP pemilik perusahaan
 Fotocopy KK pemilik perusahaan
 Fotocopy Akta Notaris
 Status Tempat (Sertifikat, Sewa-Menyewa, Pinjam-Pakai)
 Denah Lokasi Perusahaan
 Foto Pemilik Perusahaan
 Surat Pengantar dari RT/RW setempat

4. NPWP
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 (6), Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Persyaratan untuk mengurus NPWP adalah sebagai berikut:
 Fotocopy KTP/SIM/Paspor pemilik perusahaan
 Fotocopy KK pemilik perusahan
 Fotocopy Akta Notaris
 Fotocopy Surat Keterangan Domisili perusahaan
 Fotocopy PBB
5. SIUP
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin
untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap
perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib
memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili
perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Dasar hokum dari diterbitkannya SIUP adalah KEP Menperindag
No. 289/MPP/kep/10/2001. SIUP terdiri dari tiga kategori, yaitu:
 SIUP Kecil, untuk perusahaan dengan modal dan kekayaan
bersih Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan.
 SIUP Menengah, untuk perusahaan dengan modal dan
kekayaan bersih Rp. 200 – Rp. 500 juta di luar tanah dan
bangunan.
 SIUP Besar, untuk perusahaan dengan modal dan kekayaan
bersih diatas Rp. 500 juta di luar tanah dan bangunan.

Bagi perusahaan perseorangan, syarat dalam pengurusan


SIUP adalah sebagai berikut:
 Fotocopy KTP pemilik perusahaan
 Fotocopy NPWP pemilik perusahaan
 Fotocopy SITU dari Pemda setempat
 Neraca Perusahaan

Untuk SIUP jenis kecil dan menengah maka


pengurusannya dilakukan di Kantor Dinas Perindustrian &
Perdagangan Kota/Wilayah sesuai domisili perusahaan.
Sedangkan untuk SIUP besar maka pengurusannya dilakukan di
Kanwil Perindustrian & Perdagangan Kota/Propinsi setempat.
6. SITU
Surat Izin Tempat Usaha (SITU) adalah pemberian izin
tempat usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu
yang dapat menimbulkan gangguan dan atau kerugian dan atau
bahaya. Dasar hokum atas diterbitkannya SITU adalah Perda No.
9 tahun 2000 tentang izin Gangguan. Syarat-syarat permohonan
SITU adalah sebagai berikut:
 Fotocopy KTP pemilik perusahaan
 Fotocopy Sertifikat atau Sewa-Menyewa atau Pinjam-Pakai
 Fotocopy IMB
 Fotocopy PBB tahun terakhir
 Denah perusahaan
 Surat Pernyataan tidak keberatan dari tetangga sekitar
 Surat Pengantar RT/RW
 Akta Notaris

Pengambilan formulir permohonan SITU dan


pemrosesannya dilakukan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
daerah setempat.

7. Hinder Ordonantie (HO)


HO biasa juga disebut Izin Gangguan adalah pemberian
izin empat usaha/kegiatan usaha kepada orang pribadi atau badan
di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan
gangguan. Izin ini tidak termasuk izin tempat usaha yang telah
ditentukan pula oleh Pemerintah setempat. Persyaratan dalam
pengurusan HO atau Izin Gangguan adalah sebagai berikut:
 Fotocopy IMB
 Fotocopy Sertifikat atau Sewa-Menyewa, atau Pinjam-Pakai
 Fotocopy KTP pemilik prusahaan
 Pas Photo pemilik perusahaan
 Denah Perusahaan
 Keterangan alat-alat yang dipergunakan
 Keterangan jenis bahan yang dipergunakan
 Pernyataan tidak keberatan dari tetangga sekitar
 Surat Pengantar RT/RW
 Bukti pelunasan PBB

Bagi usaha seperti Penimbunan/Pengecer Bahan Bakar


Minyak dan Service/Bengkel, diperlukan persetujuan dari Camat
dan Dinas Kebakaran setempat. Bagi usaha seperti Kafetaria,
Rumah Makan, dan Warung Kopi diperlukan persetujuan dari
Dinas Kesehatan, Dinas Kebakaran, dan Camat setempat. Bagi
usaha seperti Salon dan Café diperlukan persetujuan dari Dinas
Kesehatan, Dinas Pembinaan dan Ketertiban Masyarakat, dan
Camat setempat. Sedangkan bagi usaha Wartel/Kios Phone
diperlukan persetujuan dari Dinas Penataan Ruang dan
Pemukiman namun bagi usaha seperti Warnet diperlukan
persetujuan dari Kantor Informasi dan Komunikasi.
1. Surat Keterangan Dinas Kesehatan (P.IRT)
Tidak dapat memproduksi suatu produk baik itu produk berupa
makanan ataupun minuman tanpa ada surat keterangan dari
Dinas Kesehatan.
Persyaratan:
a. Surat Keterangan Puskesmas setempat
b. Pas foto (3x4) sebanyak 2 lembar
c. Surat permohonan permintaan P.IRT
2. Sertifikat Halal
Dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Persyaratan:
a. Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat
Halal bagi produknya, harus mengisi Borang yang telah
disediakan. Borang tersebut berisi informasi tentang data
perusahaan, jenis dan nama produk serta bahan-bahan yang
digunakan
b. Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya
dikembalikan ke sekretariat LP POM MUI untuk diperiksa
kelengkapannya, dan bila belum memadai perusahaan harus
melengkapi sesuai dengan ketentuan.
c. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai
jadwal audit. Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan
pemeriksaan/audit ke lokasi produsen dan pada saat audit,
perusahaan harus dalam keadaan memproduksi produk yang
disertifikasi.
d. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium (bila
diperlukan) dievaluasi dalam Rapat Auditor LPPOM MUI.
Hasil audit yang belum memenuhi persyaratan
diberitahukan kepada perusahaan melalui audit
memorandum. Jika telah memenuhi persyaratan, auditor
akan membuat laporan hasil audit guna diajukan pada
Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status
kehalalannya.
e. Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM
MUI dalam Sidang Komisi Fatwa Mui pada waktu yang
telah ditentukan.
f. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil
audit jika dianggap belum memenuhi semua persyaratan
yang telah ditentukan, dan hasilnya akan disampaikan
kepada produsen pemohon sertifikasi halal.
g. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia
setelah ditetapkan status kehalalannya oleh Komisi Fatwa
MUI.
h. Sertifikat Halal berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal
penetapan fatwa.
i. Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir,
produsen harus mengajukan perpanjangan sertifikat halal
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan LPPOM MUI.

8. TDP
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah bukti bahwa
Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar Perusahaan
berdasarkan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan. TDP dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota. TDP berlaku hingga 5 (lima) tahun sejak
tanggal dikeluarkan. Persyaratan pembuatan TDP:
 Fotocopy KTP pemilik perusahaan
 Fotocopy Akta Notaris
 Fotocopy Surat Keterangan Domisili
 Fotocopy NPWP
 Fotocopy SIUP

C. Penentuan Dampak yang di Timbulkan Terhadap Lingkungan


dari Proyek yang Direncanakan
1. Dampak Positif
Dampak positif yang akan kami peroleh dari analisa
Pendirian usaha ini adalah pemanfaatan sumber daya manusia
yang maksimal, sekaligus secara tidak langsung dapat
memperluas kesempatan kerja dengan membuka lapangan kerja
baru.
Usaha yang kami rencanakan adalah pendirian usaha Kue
Bolu Bluder, dimana limbah dari usaha ini adalah kulit
telur,plastik gula,dos fermipan,plastik terigu,kaleng susu dan
plastik mentega. Limbah-limbah tersebut ada yang dapat didaur
ulang dan tidak.
Limbah yang dapat didaur ulang seperti plastik terigu, dos
fermipan dan kulit telur, kami kumpulkan dan memberikan
kepada industri kreatif yang menekuninya. Jadi kami ikut andil
dalam melestarikan lingkungan. Sementara limbah yang tidak
didaur ulang kami buang pada tempat yang telah disediakan oleh
perusahaan.
2. Dampak Negatif
Pembuatan Kue Bolu Bluder tidak memiliki dampak
lingkungan yang membahayakan.
3. Cara Penanggulangan Limbah
Limbah Kue Bolu Bluder dibuang pada tempat yang
disediakan dan dibedakan berdasarkan dua, yaitu limbah yang
dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang. Limbah
yang dapat didaur ulang diberikan kepada industri kreatif yang
menekuninya pada wilayah itu, sedangkan limbah yang tidak
dapat didaur ulang menunggu dinas kebersihan dan
membuangnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Anda mungkin juga menyukai