Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar
kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar,
kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di
Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita.
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker
payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita
yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat
kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada
lelaki payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita
menjadi berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ
paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan
kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar
memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi
juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis khusus
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada
jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran
maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan
lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Mahasiswa di harapkan mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada


pasien Ny. I dengan Ca Mammae

1
2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan Pengkajian Keperawatan

b. Melaksanakan Diagnosa Keperawatan

c. Melaksanakan Intervensi Keperawatan

d. Melaksanakan Implementasi Keperawatan

2
BAB II
KONSEP DASAR

1. PROSES KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan
payudara (Karsono, 2006).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini
menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak
terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh
lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun
diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang,
paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Erik T, 2005).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
(Medicastore, 2011).

B. ETIOLOGI

3
Sebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetpi ada
beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan
payudara yaitu: virus, faktor lingkungan , faktor hormonl dan familial;
1. Wanita resiko tinggi daripada pria (99:1)
2. Usia: resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga Ca Mammae pada ibu/saudara
perempuan
4. Riwayat meastrual:
a. early menarche (sebelum 12 tahun)
b. Late menopouse (setelah 50 tahun)
5. Riwayat kesehatan: Pernah mengalami/ sedang menderita otipical
hiperplasia atau benign proliverative yang lain pada biopsy payudara, Ca.
endometrial.
6. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun,
menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan therapy
estrogen
7. Terapi radiasi; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen
8. Life style: diet tinggi lemak, mengkomsumsi alcohol (minum 2x sehari),
obesitas, trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok.

C. PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan

4
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan
bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
1. Mekanisme hormonal
Dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan progesterone
yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel
mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen
adalah merangasang pertumbuhan sel mammae.
2. Pengangkatan ovarium
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya
pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae,
tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang,
menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun menarche dini dan
menopause lambat ternyata disertai peningkatan resiko Kanker mammae
dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan
anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
3. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya
massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
4. Genetik
Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya
“linkage genetic” autosomal dominan.Defisiensi imun
5. Defisiensi imun

5
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan
jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan
proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringan
epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula terjadi
hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal.
Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal
menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang
mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan
rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh
dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut. Pertumbuhan sel
terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui
aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe
menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping
itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’
orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan
timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama
tulang tengkorak, vertebredan panggul). Pada tahap terminal lanjut
penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak tubuh dan
badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan
anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi
kanker.

6
D. PATHWAY
Brunner & Suddarth (2002)

Faktor Predisposisi Dan Resiko Tinggi Hiperplasia Pada Sel Mammae

mendesak
sel saraf
menekan jaringan
sekitar
interupsi sel mendesak
peningkatan saraf pembuluh darah
konsistensi
mammae aliran darah
nyeri
terhambat
mammae
membengkak ukuran hipoksia
mammae
massa tumor abnormal
mendesak ke nekrosis
jaringan luar gangguan kurang jaringan
body image pengetahuan
perfusi jaringan
terganggu bakteri patogen
cemas

ulkus
infeksi

gangguan
integritas
kulit/jaringan

7
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum Ca mamae adalah :
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
3. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting
susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
4. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi
dan terjadi retraksi
7. Ada rasa sakit
8. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium
darah meningkat
9. Ada pembengkakan didaerah lengan
10. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
11. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
12. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
13. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
14. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
15. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

F. KLASIFIKASI
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak
terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.

8
2. Stadium Iia
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5
cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

3. Stadium Iib

Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus


(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm
tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

9
4. Stadium IIIa

Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)


tanpa penyebaran jauh.

5. Stadium IIIb

Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)


dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan
keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke
infraklavikula atau menginfiltrasi/menyebar ke kulit atau dinding toraks
atau tumor dengan edema pada tangan.

10
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory
Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh
getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain
dari organ tubuh

6. Stadium IIIc

Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe
aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

7. Stadium IV

Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver


atau tulang rusuk.

11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal
marker (CEA) dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
a. Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
b. Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care
biopsy, Incisi biopsy, Eksisi biopsy
3. Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan dengan :
a. Pemeriksaan payudara sendiri
b. Pemeriksaan payudara secara klinis
4. Pemeriksaan manografi
5. Biopsi aspirasi
6. True cut
7. Biopsi terbuka
8. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

H. KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura,
tulang dan hati. Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:

12
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah
kapiler penyebaran limfogen dan hematogen, penyebara hematogen dan
limfogen dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang, otak, syaraf.
2. Gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun
otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di

13
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.\

J. PENGKAJIAN FOKUS
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
4. Pemeriksaan Fisik

14
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas : biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah
jaringan
3. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya .
4. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan
kurang pemajanan informasi
5. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi
tubuh

15
L. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
Gangguan rasa nyaman nyeri NOC : NIC :
berhubungan dengan proses 1. Pain Level, Pain Management
pembedahan 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
3. Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri, mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi untuk 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri pasien
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
dengan menggunakan manajemen nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lampau
berkurang 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
5. Tanda vital dalam rentang normal menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

16
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

17
Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous NIC : Pressure Management
berhubungan dengan Membranes 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
pengangkatan bedah jaringan Kriteria Hasil : yang longgar
1. Integritas kulit yang baik bisa 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
temperatur, hidrasi, pigmentasi) kering
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
3. Perfusi jaringan baik jam sekali
4. Menunjukkan pemahaman dalam 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
proses perbaikan kulit dan mencegah 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
terjadinya sedera berulang yang tertekan
5. Mampu melindungi kulit dan 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
mempertahankan kelembaban kulit dan 8. Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami
Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :
diagnosa, pengobatan, dan 1. Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
prognosanya . 2. Coping 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Kriteria Hasil : 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
1. Klien mampu mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan selama prosedur
menunjukkan tehnik untuk mengontol 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
3. Vital sign dalam batas normal 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tindakan prognosis
tubuh dan tingkat aktivitas 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
menunjukkan berkurangnya 7. Lakukan back / neck rub
kecemasan 8. Dengarkan dengan penuh perhatian

18
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
13. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Kurang pengetahuan tentang NOC : Teaching : Dissease Process
penyakit, perawatan,pengobatan 1. Kowlwdge : disease process 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
kurang paparan terhadap 2. Kowledge : health Behavior tentang proses penyakit
informasi Kriteria Hasil : 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda
1. Pasien dan keluarga menyatakan dan gejala serta penyebabnya
pemahaman tentang penyakit, kondisi, 3. Sediakan informasi tentang kondisi klien
prognosis dan program pengobatan 4. Berikan informasi tentang perkembangan klien
2. Pasien dan keluarga mampu 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
melaksanakan prosedur yang diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
dijelaskan secara benar yang akan datang dan atau kontrol proses
3. Pasien dan keluarga mampu penyakit
menjelaskan kembali apa yang 6. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau
dijelaskan perawat/tim kesehatan terapi
lainnya 7. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
8. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping
dari penyakit
9. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
10. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada petugas kesehatan
Gangguan body image 1. Klien tidak malu dengan keadaan 1. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat

19
berhubungan dengan kehilangan dirinya. respon klien terhadap penyakitnya
bagian dan fungsi tubuh 2. Klien dapat menerima efek Rasional : membantu dalam memastikan masalah
pembedahan. untuk memulai proses pemecahan masalah
2. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu
pasien memulai proses adaptasi.
3. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu
mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang
yang memperhatikannya.

20
2. PEMBEDAHAN MASTEKTOMI
A. DEFINISI
Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan
onkologis pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh
jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara,
areola dan puting susu serta kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar
getah bening aksila ipsilateral level I, II/III secara en bloc TANPA
mengangkat m.pektoralis major dan minor

B. KLASIFIKASI MASTEKTOMI
1) Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini
dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan
puting. Atau berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara
diangkat namun puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan
bahwa tingkat kekambuhan kanker payudara dapat dikurangi hingga 90%
atau lebih setelah mastektomi preventif pada wanita dengan risiko tinggi.
2) Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)
Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya,
namun simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel
node biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul
limfe pertama.
3) Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)
Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)-
mastektomi radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih
ringan daripada mastektomi radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di
Amerika. Dengan MRM, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul
limfe di bawah ketiak, tetapi otot pectoral (mayor dan minor) – otot
penggantung payudara – masih tetap dipertahankan. Kulit dada dapat
diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan diikuti dengan
rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.

21
4) Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’,
termasuk puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara,
otot dibawah payudara, serta simpul limfe (getah bening). Karena
mastektomi radikal ini tidak lebih efektif namun merupakan bentuk
mastektomi yang lebih ‘ekstrim’ , saat ini jarang dilakukan
5) Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)
Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan
kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-
conserving therapy- terapi penyelamatan payudara yang akan
mengangkat bagian payudara dimana tumor bersarang. Prosedur ini
biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan sel kanker
pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan
ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi akan
membunuh kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang
lain.
6) Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur
ini, dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara
dibandingkan dengan lumpektomi. Mastektomi tipe ini akan mengangkat
seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan jaringan konektif (breast
fascia). Cairan berwarna biru disuntikkan untuk mengidentifikasi simpul
limfe yang mengandung sel kanker.
7) Lumpectomy atau sayatan lebar,
Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit
jaringan normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya
mengangkat tumor dan sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di
sekitar tumor. Jika sel kanker ditemukan di kemudian hari, dokter akan
mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebut re-excision

22
8) Excisional Biopsy
Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit
jaringan normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak
diperlukan jika biopsy dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh
tumor.

C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


1) Kanker payudara stadium dini (I,II)
2) Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
3) Keganasan jaringan lunak pada payudara.
Kontra Indikasi
1) Tumor melekat dinding dada
2) Edema lengan
3) Nodul satelit yang luas
4) Mastitis inflamatoar

D. PERSIAPAN PERIOPERATIF MASTEKTOMI


1. Fase Preoperatif Mastektomi
Fase preoperatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
dan diakhiri ketika pasien dikirim ke kamar operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien. Wawancara praoperatif dan menyiapkan pasien
untuk anestesi yang diberikan dalam pembedahan
a. Pengkajian :
1) Identitas pasien
2) Tanda-tanad vital
3) Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru),
penggunaan narkoba, alkoholisme, menggunakan obat seperti
kortikosteroid dan obat jantung
4) Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi
5) Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan

23
6) Keseimbangan cairan dan elektrolit
7) Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan
implan prosthesis lainnya
8) Pencukuran daerah operasi
9) Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis
anestesi dan pemakaian obat anestesi yang akan dilakukan
10) Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, faal hepar, faa ginjal, masa
pembekuan darah), biopsi, pemeriksaan gula darah
11) Informed consent
12) Penentuan status ASA
2. Fase Intraoperatif Mastektomi
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif
meliputi 4 hal, yaitu :
1) Safety Management (Pengaturan posisi pasien)
Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di
ruang operasi adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe
anastesidan nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu
sirkulasi, respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada
kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi.
a) Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi
yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan
membutuhkan posisi yang berbeda pula à supine
b) Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana
yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan
tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi
dengan teknik drapping
c) Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi

24
dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga
sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan
posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury
d) Memasang alat grounding ke pasien
e) Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk
menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
f) Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap
seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan
instrumen tepat.
2) Monitoring Fisiologis
a) Melakukan balance cairan
b) Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan,
nadi, tekanan darah, frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen,
perdarahan dll.
c) Pemantauan terhadap perubahan vital sign
3) Monitoring Psikologis
a) Memberikan dukungan emosional pada pasien
b) Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur
induksi
c) Mengkaji status emosional klien
d) Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan
(jika ada perubahan)
4) Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
a) Memanage keamanan fisik pasien
b) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
Prosedur Operasi Mastektomi
Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang
dioperasi diposisikan abduksi 900, pundak ipsilateral dengan yang
dioperasi diganjal bantal tipis

25
2) Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan
leher, bagian bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai
pertengahan mammma kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi
lateral skapula. Lengan atas didesinfeksi melingkar sampai dengan
siku kemudian dibungkus dengan doek steril dilanjutkan dengan
mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
3) Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup
dengan kasa steril tebal ( buick gaas) dan dijahit melingkar.
4) Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy
Meyer, Halsted, insisi S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2
cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap.
5) Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal
ipsilateral, flap bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai
tepi anterior m. Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N.
Thoracalis dorsalis
6) Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil
merawat perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di
daerah parasternal. Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis
mayor dengan bantuan haak jaringan maamma dilepaskan dari m.
Pektoralis minor dan serratus anterior (mastektomi simpel). Pada
mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
7) Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB
aksila Level I (lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m.
Pektoralis minor) dan level III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi
jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat
mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan
mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis
longus, dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural
selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila
terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
8) Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.

26
9) Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru,
begitu juga dengan handschoen operator, asisten dan instrumen serta
doek sterilnya.
10) Evaluasi ulang sumber perdarahan
11) Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan
dibawah vasa aksilaris, sedang drain yang lebih kecil ( no.12)
diarahkan ke medial.
12) Luka operasi ditutup lapis demi lapis
3. Fase Post operatif Mastektomi
1) Fase pasca anesthesia.
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan
disertai dengan oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya.
a) Mempertahankan ventilasi pulmoner.
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran
pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh,
kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam
faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang
tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala
ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak
atau lendir, harus dilakukan penghisapan dengan suction.
b) Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur
”semi fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah
dari pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk
meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua
masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka
operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi
c) Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan
atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh
pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa

27
kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya
daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
d) Mobilisasi fisik.
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk
mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu,
untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan
harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.
2) Perawatan post mastektomi
a) Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi
hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar
tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien
dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak
nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka
operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
Plester medial melewati garis midsternal
Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior.
Plester superior tidak melewati clavicula
Plester inferior harus melewati lubang drain
Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti
memotong baju dan dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak
mengangu grakkan tangan.
b) Perawatan pada luka eksisi tumor.
Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang
dibuat seperti BH sehingga menyangga payudara .
c) Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka
basah dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola
penutup (thiersch) tidak boleh dibuka.
d) Pemberian injeksi dan pengambilan darah.
e) Pengukuran tensi

28
E. Komplikasi operasi Mastektomi
1) Dini :
a) pendarahan
b) lesi n. Thoracalis longus wing scapula
c) Lesi n. Thoracalis dorsalis.
2) Lambat :
a) infeksi
b) nekrosis flap
c) wound dehiscence
d) seroma
e) edema lengan
f) kekakuan sendi bahu kontraktur
3) Mortalitas (hampir tidak ada)

29
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(2004). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Price Sylvia, A (2004), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi
4. Jakarta. EGC

Rasjidi Iman. 2009 Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker. Jakarta : CV Sagung Seto

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 2002. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat. R (2001), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

30

Anda mungkin juga menyukai