Fistula Enterocutan
Pengertian Fistula enterocutaneous (ECF) adalah hubungan yang menyimpang antara saluran
1.
(Definisi) gastrointestinal (GI) intra-abdomen dan kulit / luka.
2. Anamnesis Fitur sugestif dari fistula enterocutaneous (ECF) termasuk nyeri perut pasca operasi,
tenderness, distensi, isi enterik dari situs drain, dan luka perut utama. Takikardia dan
pyrexia juga dapat hadir, seperti tanda-tanda peritonitis lokal atau difus, termasuk
menjaga, kekakuan, dan rebount tenderness.
Jenis ECF, berdasarkan output isi enterik, juga menentukan status kesehatan pasien
3. Pemeriksaan fisik dan bagaimana pasien dapat merespon terapi. ECF biasanya diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori, sebagai berikut:
- Sinus pilonidalis
Jumlah sel darah putih (WBC) - Ini penting karena sepsis dapat
menyebabkan leukositosis
Kadar natrium, kalium, dan klorida serum - Kelainan elektrolit dapat terjadi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit
Hitung darah lengkap (CBC), protein total, serum albumin, dan globulin - Ini
dapat menunjukkan adanya anemia terkait gizi buruk / hipoalbuminemia
Transferin serum - Kadar rendah (<200 mg / dL) adalah prediktor
penyembuhan yang buruk
Protein C-reaktif serum (CRP) - Tingkat dapat meningkat
Fistulografi
Fistulografi secara konvensional dilakukan 7-10 hari setelah presentasi ECF
dan memberikan informasi berikut:
Panjang traktat
Pemeriksaan
7. Tingkat gangguan usus dinding
penunjang
Lokasi fistula
Kehadiran obstruksi distal
Berbagai jenis saluran yang dapat dilihat dengan menggunakan enema kontras larut
air (WCE) pada pasien dengan ECF dengan kegagalan anastomosis kolorektal
rendah dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Computed tomography
Rencana manajemen perawatan luka ECF yang efektif harus mencapai tujuan
berikut. Idealnya, tujuan dapat dicapai secara bersamaan, tetapi penentuan prioritas
mungkin diperlukan berdasarkan pada masing-masing pasien dengan ECF:
1. Perlindungan kulit
2. Kenyamanan dan mobilitas pasien
3. Pengendalian drainase dan bau
4. Pengukuran efluen yang akurat
5. Penahanan biaya
Terapi konvensional untuk fistula enterocutaneous (ECF) pada fase awal selalu
konservatif. Terapi bedah langsung pada presentasi merupakan kontraindikasi,
karena sebagian besar ECF secara spontan menutup sebagai akibat dari terapi
konservatif. Intervensi bedah dengan adanya sepsis dan kondisi umum yang buruk
akan berbahaya bagi pasien.
Namun, pasien yang memiliki ECF dengan faktor-faktor negatif, seperti fistula
8. Tatalaksana* duodenum lateral, fistula ileal, fistula output tinggi, atau fistula yang berhubungan
dengan usus yang sakit, mungkin memerlukan intervensi bedah dini.
Pengobatan konservatif biasanya harus diberikan untuk jangka waktu mulai dari
beberapa minggu hingga beberapa bulan. Prinsip-prinsip terapi non-bedah untuk
ECF termasuk yang berikut:
Rehidrasi
Pemberian antibiotik
Koreksi anemia
Elektrodi penuh
Drainase abses yang jelas
Dukungan nutrisi
Kontrol drainase fistula
Perlindungan kulit
9 Kompetensi
Merah Kuning Hijau Biru
Kompetensi Diagnosis
10
PPDS** Pengelolaan
Medis
Prosedur
- Tirah baring telungkup sementara.
11. Edukasi - Makan makanan yang lebih lunak
- Menjaga higiene lebih baik
ECF adalah kondisi umum di sebagian besar bangsal bedah umum. Kematian telah
menurun secara signifikan sejak akhir 1980-an, dari setinggi 40-65% menjadi
serendah 5-20%, sebagian besar sebagai akibat dari kemajuan dalam perawatan
intensif, dukungan nutrisi, terapi antimikroba, perawatan luka, dan teknik operasi.
Meski begitu, angka kematian masih tinggi, dalam kisaran 30-35%, pada pasien
dengan ECF output tinggi.
Jika sepsis tidak terkontrol, kerusakan progresif terjadi dan pasien menyerah pada
septikemia. Komplikasi terkait sepsis lainnya termasuk abses intraabdomen, infeksi
jaringan lunak, dan peritonitis umum.
Namun, pasien dengan ECF dengan faktor yang menguntungkan untuk penutupan
spontan memiliki prognosis yang baik dan mortalitas yang lebih rendah.
15. Indikator medis Pasien di pulangkan berdasar kondisi klinis dengan lama perawatan minimal 5 hari.
Hoedema, R.E. and Suryadevara, S., 2010. Enterostomal therapy and wound care of
the enterocutaneous fistula patient. Clinics in colon and rectal surgery, 23(3),
Kate, V. and Geibel, J., 2011. Enterocutaneous Fistula. Available at: emedicine.
medscape. com/article.
Sjamsuhidajat, R, de Jong, W. Buku ajar ilmu bedah, edisi revisi. EGC, Jakarta
1997.
Keterangan :
*Tatalaksana : Bila RS Dr.Moewardi belum dapat melakukan tatalaksana tersebut mohon di beri keterangan
(RUJUK)
**Kompetensi residen :
1. Mengenali dan menjelaskan
2. Mendiagnosis dan merujuk
3. Mendiagnosis dan memberikan tatalaksana awal dan merujuk
4. Mendiagnosis , memberikan penatalaksanaan mandiri dan tuntas.
Surakarta,
Komite Medik Ketua KSM .......................
Ketua
Dr. .....................................
NIP. NIP.
...................................................