Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN PENERAPAN HAND HYGIENE OLEH PERAWAT TERHADAP KEJADIAN

INFEKSI PADA LUKA OPERASI (ILO)

FENOMENA

Angka kejadian infeksi nosokomial yang tinggi terjadi pada negara maju seperti Amerika
Serikat, 20 ribu kematian tiap tahunnya akibat infeksi nosokomial. Diseluruh dunia, 10% pasien
dirawat mengalami infeksi atau sebesar 1,4 juta infeksi tiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang
dilakukan di 11 Rumah sakit menunjukan bahwa 9,8 % pasien dirawat mendapatkan infeksi
selama dirawat. Untuk lama perawatan 4,3 -11,2 hari dengan rata-rata 6,7 hari. (Nursalam, 2015)

Studi WHO di 55 Rumah sakit di 14 negara di seluruh dunia juga menunjukan bahwa 8,7
% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan di rumah sakit, sementara di
Negara berkembang lebih dari 40 % pasien mengalami infeksi nosokomial

Berbagai tindakan pelayanan medis dapat beresiko kepada terjadinya infeksi nosokomial
salah satunya tindakan perawatan luka bedah. Untuk pencegahan penyebaran infeksi ini maka
WHO menganjurkan rumah sakit menerapkan Universal precaution pada petugas kesehatan salah
satunya yaitu mencuci tangan 6 langkah 5 moment. (Depkes, 2011)

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mengalami kontak paling lama
dengan pasien yaitu sampai 24 jam penuh, maka perawat ikut mengambil peran yang cukup
besar dalam memberi kontribusi kejadian infeksi nosokomial.

Gejala infeksi nosokomial akan dapan terlihat apabila > 72 jam setelah perawatan.
Sedangkan < 72 jam belum dikatakan terkena infeksi nosokomial

Penyakit yang terjadi akibat infeksi nosokomial ini adalah salah satunya infeksi luka
operasi (ILO). Di beberapa survey derajat terjadinya ILO ini mencapai angka 18 % dan tertinggi
menyebabkan kematian. Infeksi ini terjadi akibat luka yang terbuka, luka jahitan, perawat tidak
mencuci tangan, perawatan luka yang belum tepat serta tindakan yang belum sesuai SOP.

ILO juga tetap menjadi penyebab utama penundaan kepulangan pasien dari rumah sakit
yang berdampak pada penambahan pembiayaan baik dirasakan oleh pasien maupun dirasakan
oleh rumah sakit (Rosalia 2012)
Penerapan angka kepatuhan cuci tangan masih sangat rendah yaitu berada pada angka
35%. Kepatuhan tertinggi ditemukan pada mencuci tangan sesudah kontak dengan cairan tubuh
pasien sedangkan terendah adalah sebelum kontak dengan pasien (Penelitian Ernawati elies,
2014)

Anda mungkin juga menyukai