Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PELAYANAN INFORMASI OBAT

“KONSELING PENGOBATAN DIABETES”

Disusun Oleh :

1. Maftu Khatul Janah (1820364031)


2. Maria Hubertin Thomasia Suri (1820364032)
3. Maria Teresa Baung (1820364033)

4. Mariana Kristiani (1820364034)

5. Miraziza Amanda (1820364035)


6. Muh. Deni Kurniawan (1820364036)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS SETIABUDI

SURAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)


Diabetes melitus, DM adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan
insulin (Insulin resistance), dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi
hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.
B. KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes melitus
berdasarkan perawatan dan simtoma:
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak (Insulin-Dependent Diabetes
Mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin
dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhanspankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan
dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki
kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita
diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM)
merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi
dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Penyakit diabetes
melitus jenis ini merupakan kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana terdapat
defisiensi insulin mutlak akibat rusaknya sel islet di pankreas. Gejala klasiknya antara
lain haus berlebihan, sering berkemih, dan lapar terus-menerus. Diabetes tipe 2
berjumlah 90% dari seluruh kasus diabetes dan 10% sisanya terutama merupakan
diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional. Kegemukan diduga merupakan
penyebab utama diabetes tipe 2 pada orang yang secara genetik memiliki
kecenderungan penyakit ini. Diabetes tipe 2 pada mulanya diatasi dengan
meningkatkan olahraga dan modifikasi diet. Bila kadar glukosa darah tidak turun
melalui cara ini, pengobatan misalnya dengan metforminatauinsulin, mungkin
diperlukan. Pasien yang menggunakan insulin harus memeriksa kadarglukosa darah
secara rutin.
3) Diabetes Melitus Tipe 3
Diabetes melitus gestasional/GDM (Latent Autoimmune Diabetes of Adults -
LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah
melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan
patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar
20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan.
GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan.
GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat
selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani
dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Risiko yang
dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal),
penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka.
Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan
mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi
akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran
dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk
karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan
menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa
janin dalam bahaya atau peningkatan risiko luka yang berhubungan dengan
makrosomia, seperti distosia bahu.
C. DIABETES MELLITUS TIPE II
1. Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 2
Dalam DM Tipe 2, pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin
untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan
secara efisien. Seiring waktu, penurunan produksi insulin dan kadar glukosa darah
meningkat (Adhi, 2011).Diabetes mellitus sebelumnya dikatakan diabetes tidak
tergantung insulin atau diabetes pada orang dewasa. Ini adalah istilah yang
digunakan untuk individu yang relatif terkena diabetes (bukan yang absoult)
defisiensi insulin. Orang dengan jenis diabetes ini biasanya resisten terhadap
insulin. Ini adalah diabetes sering tidak terdiagnosis dalam jangka waktu yang
lama karena hiperglikemia ini sering tidak berat cukup untuk memprovokasi
gejala nyata dari diabetes. Namun demikian, pasien tersebut adalah risiko
peningkatan pengembangan komplikasi macrovascular dan mikrovaskuler
(WHO,1999). Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas,
inaktifitas, faktor lingkungan dan faktor makanan (Tjekyan, 2007).
2. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2
Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi
dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada fase ini
adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan
glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin dimulai 20 menit
setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah
tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang normal.
Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan,
kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati
meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur-
angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan menurun. Dengan
demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan gangguan fase 1 yang
menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di mana tidak terjadi
hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar insulin puasa. Pada
kadar glukosa darah puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa meningkat tajam,
akan tetapi jika kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin
tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi; pada tahap ini mulai terjadi kelelahan
sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin puasa dalam
darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap produksi glukosa hati
khususnya glukoneogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa hati
makin meningkat dan mengakibatkan hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang
dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat
(acquired) antara lain menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan
bayi, adanya deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik glukosa (glucose
toXicity) (Schteingart, 2005 dikutip olehIndraswari, 2010).
Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap dapat
dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi resistensi insulin
dalam beberapa tingkatan. Pada seorang penderita dapat terjadi respons metabolik
terhadap kerja insulin tertentu tetap normal, sementara terhadap satu atau lebih
kerja insulin yang lain sudah terjadi gangguan. Resistensi insulin merupakan
sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik dan lingkungan berperan penting
pada perkembangannya. Selain resistensi insulin berkaitan dengan kegemukan,
terutama gemuk di perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang
tidak gemuk. Faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung
lemak, juga dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya kegemukan
dan resistensi insulin (Indraswari, 2010).
3. Etiologi Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang
progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya mempunyai pola familial
yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-
sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang
meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-pasien
dengan NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsive
insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal antara
kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dengan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin menurun, dan jumlah insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80%
pasien NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resistensi
insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes
mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien NIDDM merupakan akibat
dari obesitasnya. Pengurangan berat badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan
dalam sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi glukosa (Rakhmadany,2010).
4. Gambaran Klinis
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah (Agustina,
2009):
Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan
lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan
otot sehingga menjadi kurus.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa
haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan
rasa haus itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam
darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

Keluhan lain:

a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan


Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan Pada fase awal
penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong
penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat
dengan baik.

b. Gatal / Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal
yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

c. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus
terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang
masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan
atau kejantanan seseorang.
d. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan
kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
5. Diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2
Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang
diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai (Shahab,2006).
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu
faktor risiko untuk DM, yaitu:
1. Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
2. Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
3. Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
4. Riwayat keluarga DM
5. Riwayat kehamilan dengan bb lahir bayi > 4000 gram
6. Riwayat dm pada kehamilan
7. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
8. Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau GDPT (glukosa darah puasa
terganggu)

6. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Adapun Faktor resikonya yaitu (Rakhmadany, 2010):

 Unchangeable Risk Factor


1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes
mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat
menghasilkan insulin dengan baik.

2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah
seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada
mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap
insulin.

 Changeable risk factor


1. Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-
manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini
memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stress, tetapi gula dan lemak
itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena diabetes mellitus.

2. Pola Makan yang Salah


Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko
terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas,
sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan gangguan kerja insulin
( resistensi insulin).
3. Minimnya Aktivitas Fisik
Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga
dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai profesi atau
pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah mereka yang memiliki
aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan energi hanya sedikit.
4. Obesitas
80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk.

5. Merokok
Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang menyelidiki
hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992 dan 2006,
dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama 30 tahun. Mereka
mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat. Mereka yang
menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang diabetes
62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok dapat
mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu
berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan
tubuh terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.
6. Hipertensi
Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan
resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi
metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas metabolik berhubungan
dengan peningkatan diabetes mellitus pada kelainan fungsi tubuh/ disfungsi
endotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa substansi bioaktif kuat yang
mengatur struktur fungsi pembuluh darah.
7. Terapi Diabetes Melitus Tipe 2
Terapi Farmakologi
1. Terapi insulin
Insulin dan analognya menurunkan level glukosa darah dengan menstimulasi
uptake glukosa hepatik. Insulin menghambat lipolisis di adiposit, menghambat
proteolisis dan menaikan sintesis protein insulin disekresi oleh beta pankreas, yang
dibutuhkan untuk mengubah glukosa pada proses metabolisme. Tersusun atas 2
rantai yaitu asam dan basa. Yang dihubungkan oleh ikatan sulfida. Insulin manusia
berbeda dengan insulin hewan terutama pada rantai basa nya dibuat melalui proses
biosintesis dengan strain E coli atau yeast.

- Indikasi : DM tipe I, DM tipe II, hiperkalemia, ketoasidosis parah/koma diabetik.


- Dosis : - Anak dan dewasa : 0,5-1 U/Kg/hr
- Waktu pemberian :
a. Insulin lispro : 15 menit sebelum makan
b. Insulin manusia : 30-60 menit sebelum makan
c. Insulin glargine : 1x sehari subcutan menjelang tidur
- Kebutuhan insulin berubah saat gangguan emosional atau stress. Sesuaikan dosis
untuk mencapai kadar glukosa 80-140 mg/dl(<5 tahun : 100-200mg/dl)
- Kontra indikasi : Keadaan hipoglikemi dan pasien hipersensitif terhadap obat ini.
- Adverse reaction:
 Human insulin : hipoglikemi dan hipokalemi
 Dermatologik : reaksi ditempat injeksi, lipodistropi, pruritis, rash.
 Lain-lain : reaksi alergi, retensi natrium dan edema.
 Abnormalitas tes lab : hiperglikemi, hipokalemi
- Interaksi obat :
Obat yang menurunkan efek hipokalemik insulin :

Albuterol Diuretik Fenitoin

Kontrasepsi oral epinefrin Terbutalin

Kortikosteroid Estrogen Isoniazid

Diltiazem Morfin sulfat

Siklofosfamid Hormon tiroid

- Perhatian khusus termasuk konseling:


a. Jika terjadi reaksi hipersensitivitas, hentikan terapi
b. Adanya gangguan fungsi ginjal menunjukkan kenaikan sirkulasi insulin
c. Pasien geriatri dengan diabetes, dosis awal dan dosis pemeliharaan harus
serendah mungkin, untuk menghindari hipoglikemi.
d. Kehamilan : kategori B,kategori C(insulin glargin,insulin aspart)kehamilan
dengan diabetes memerlukan manajemen terapi lebih sulit.
e. Gunakan tipe dan merek syringe yang sama untuk menghindari kesalahan
dosis.
f. Jangan mengubah perintah pencampuran insulin atau merubah
merek,dosis,tipe,spesies tanpa sepengetahuan dokter.
g. Kunjungi dokter gigi 2x setahun dan dokter mata secara teratur.
- Monitoring
a. Gangguan fungsi ginjal:Studi menunjukan adanya peningkatan sirkulasi
insulin pada pasien pasien gagal ginjal.Perlu monitor kadar glukosa dan
penyesuaian dosis.
b. Gangguan fungsi hati : terjadi peningkatan sirkulasi insulin.Perlu penyesuaian
dosis.
c. Monitoring glukosa darah ,urin,dan keton,serta tekanan darah.
d. Pengukuran hemoglobin glikosilat secara periodik disarankan untuk
monitoring glikemia jangka panjang.
- Nama paten dan nama dagang dan bentuk sediaan :
a. Insulin aksi cepat : Actrapid HM,injeksi 40UI/ml, Actrapid HM
Penfill,injeksi 100UL/ml
b. Insulin aksi sedang : Insulatard HM,injeksi 40UI/ml, Insulatard HM
Penfill,injeksi 100UI/ml
c. Insulin aksi lambat : Protamin Zinc Sulfat
- Cara Pemberian Insulin
Sebelum memberikan terapi, kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml
(unit/ml). Kenali pula jenis spuit insulin yang tersedia: 40 u/ml, 100 u/ml,
50u/0,5 ml. Suntikan diberikan subkutan, paha bagian luar, perut, sekitar pusat.
Suntikan diberikan secara tegak lurus. Tempat suntikan sebaiknya diganti-ganti.
Pasien segera diberi makan setelah suntikan diberikan. Paling lama setengah jam
setelah suntikan diberikan. Kalau pasien suntik sendiri, harus dapat melihat
dengan jelas angka pada alat suntik. Saat ini ada alat suntik bentuk pena dengan
kontrol dosis yang lebih mudah dan lebih tepat,dan mudah dibawa-bawa.

2. Oral Antidiabetik
Antidiabetik oral mungkin berguna untuk yang alergi insulin atau tidak mau
pemakaian suntik. Kemudian akhirnya ditemukan golongan obat OAD, yaitu
Sulfonilurea dan Biguanid. Pemakaian klinis OAD harus didahului dengan
pemeriksaan laboratorium dan penetapan diagnosis. Diabetes pada usia muda,
kehamilan dan diabetes berat disertai komplikasi mutlak memerlukan insulin dan
tidak dapat ditolong dengan OAD. Harus berhati-hati pula, bila penderita
mempunyai fungsi hati yang menurun, infark jantung dan gangguan hormonal
lainnya. Sebaiknya tidak diberikan pada pasien hamil.
Simulasi peresepan untuk pasien diabetes

Pasien “Selamat siang mbak. Saya mau menebus resep saya.”


Apoteker “selamat siang pak, baik saya cek dulu ya pak resep nya”
Pasien “iya mbak.”
Apoteker “ Pasien atas nama bambang 58 tahun ya pak?”
pasien “ iya mbak betul.”
Apoteker “ Alamat dan nomer HP yang dapat dihubungi berapan ya pak?
“Jalan Jendral Sutoyo Mojosongo Solo, nomernya 123456789.
Apoteker “ tadi periksa sama dokter siapa ya pak?”
Pasien “ Dr. Nur mbak.”
Apoteker Pak maaf sebelumnya, saya mau tanya apa bapak sudah pernah mendapatkan obat ini
sebelumnya?
Pasien Iyah mbak saya ini kedua kalinya kedokter , tapi kata dokter saya dapat tambahan satu
obat lagi.
Apoteker Setelah minum obat ini apakah kondisi bapak sudah membaik ?
Pasien Kata dokter gula darah saya masih tinggi
Apoteker “oh iya pak, tunggu sebentar ya pak, saya cek dulu resepnya.”
(Apoteker menyerahkan obat)
Apoteker “Atas nama bapak bambang pamungkas umur 58 thn”
pasien “ya mbak saya sendiri”
Apoteker Pak ini total harganya Rp. 90rb .apakah mau langsung ditebus semuanya pak ?
Pasien saya cuma bawa uang 50rb aja mbak, kalau saya tebus setengahnya boleh nggak mbak
?
Apoteker “oo iya boleh pak, sebentar ya pak saya siapkan dulu obatnya.
Pasien Iya mbak
Apoteker Apakah bapak ada waktu sekitar 15 menit untuk ikut saya ke ruang konseling?”
pasien “konseling apa ya mbak?”
Apoteker “konseling untuk menjelaskan tentang obat ini pak.”
pasien “iya mbak.”
Apoteker “Kita akan melakukan konseling ya pak, lewat konseling ini harapannya nanti bapak
tau tentang obat yang bapak dapat. baik pak silahkan ikut saya.”
(menuju ke ruang konseling)
Apoteker “silahkan duduk pak. Apakah tadi dokter sudah menjelaskan tentang obat ini bapak? “
pasien “sudah mbak.”
apoteker Apa yg dokter katakan?
Pasien Dokter tadi mengatakan kalau obat ini untuk penyakit diabetes yang saya
alami.
Apoteker Oo begitu..dikeluarga bapak sendiri apa sudah ada yang pernah menderita diabetes
pak?
Pasien Iya ada bu. Ibu saya dulu menderita diabetes
Apoteker Ooo...jadi begini pak untuk diabetes sendiri memang merupakan penyakit yang dapat
diturunkan dalam keluarga. Selain itu bisa dipengaruhi pola makan yang tidak baik
pak. Maaf pak, apa bapak memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi dan
gangguan ginjal atau hati?
Pasien Tidak ada bu
Apoteker “lalu, apakah dokter sudah menjelaskan tentang cara pakai obat ini pak?”
pasien “sudah mbak, yang obat ini (metformin) diminum 3x sehari, ini (glibenklamid)
diminum 1x sehari dan yang ini (neorobion) diminum 1x sehari.
Apoteker Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan pak?
pasien Tadi dokternya mengatakan harapannya setelah minum obat ini kadar gula darah saya
turun.
apoteker Ooo begitu..kalau begitu saya melengkapi penjelasan dari dokter ya pak..untuk obat
ini (sambil menunjukan obat metformin dan glibenklamid) berguna untuk
menurunkan atau mengontrol gula darah bapak biar tetap stabil jadi harus diminum
rutin. Metformin ini diminumnya bersama makanan pada saat suapan pertama. Ini
diminum 3 kali sehari pagi tiap 8 jam ya bu, kalau bisa pada waktu yang sama setiap
harinya. Terus ini (glibenklamid) juga dapat dikonsumsi bersama makanan pada saat
sarapan pagi .
pasien Ooo gitu..baik bu..
apoteker Nah kalau misalkan bapak merasa sakit kepala, keringat dingin dan pusing setelah
minum obat itu berarti kadar gula darah bapak sangat rendah jadi bpk langsung saja
makan permen biar gula darahnya naik tidak terlalu rendah. Karena efeknya sangat
bahaya sekali. Bisa pingsan. Jadi diharapkan bpk selalu membawa permen
kemanapun bpk pergi.
pasien Ooo iya mbak..
apoteker Kalau untuk obat yang kedua ini (sambil menunjukkan tab neurobion) vitamin B-
kompleks, ini dikasih dokter agar menambah asupan vitamin bapak soalnya obat yang
pertama tadi bisa mengurangi penyerapan vitamin khususnya vitamin B12. Dan ini
juga membantu mengobati kesemutan dan mati rasa yang bapak rasakan karena
penyakit gula ini. Ini diminum cuman satu kali sehari pada saat pagi hari.
pasien Baik mbak
apteker Oh iya pak saya ingatkan setiap hari diusahakan untuk berolahraga juga ya pak
minimal 3x dalam seminggu selama 15 menit, bisa berenang atau sepeda) dan dijaga
pola makannya soalnya berat badan juga bisa mempengaruhi keberhasilan terapi
bapak dan usahakan untuk selalu menggunakan sendal apabila akan keluar rumah.

Pasien Memangnya kenapa bu


Apoteker Takutnya nanti akan akan mengalami luka bu..kalau sudah luka akan susah
menyembuhkannya pada pasien diabetes
Pasien Ok mbak baik kalau begitu
Apoteker Untuk penjelasannya seperti itu..apa ibu bisa mengulang lagi apa yang sudah saya
jelaskan tadi?
pasien Ooh iya..untuk obat yang ini (sambil menunjukkan obat metoformin) diminum 3 kali
sehari 1 tablet tiap 8 jam pada saat akan makan atau bersama makanan pada suapan
pertama. Dan ini glibenklamid diminum 1x sehari 1 tablet diminum bersama sarapan
pagi, pada suapan pertama tadi. Kalau misalkan saya pusing, keringat dingin dan sakit
kepala bisa langsung makan permen untuk mengatasinya. Untuk obat yang kedua
(sambil menunjukkan obat neurobion) diminum satu kali sehari pada pagi hari.

Apoteker Baik pak sudah benar, apakah bapak ada yang ditanyakan lagi terkait obat-obatan?
pasien “tidak ada mbak.”
Apoteker “semoga bapak cepat sembuh ya pak. Apabila ada yang kurang jelas silahkan hubungi
nomer saya ini (sambil menunjukkan kartu nama) ini juga ada leaflet kalau bapak
bingung leafletnya bisa dibaca pak,Terimakasih”
pasien “ iya mbak, terimakasih mbak.”
Apoteker “sama-sama pak.”

Anda mungkin juga menyukai