MODUL
MODUL SE – 06
PERSIAPAN PELAKSANAAN
KATA PENGANTAR
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN AHLI
TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN
JALAN (Supervision Engineer of
Roads Construction) v
DAFTAR MODUL vi
PANDUAN INSTRUKTUR vii
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Teknik Supervisi
Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads Construction) dibakukan
dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli
Teknik Supervisi Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads
Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Teknik Supervisi
Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads Construction).
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SE – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 SE – 02 Pengendalian Lingkungan
6 SE – 06 Persiapan Pelaksanaan
7 SE – 07 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
9 SE – 09 Pelaporan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
KODE MODUL : SE – 06
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
Waktu : 60 menit
3. Ceramah : Mobilisasi
Memberikan penjelasan
mengenai Mengikuti penjelasan ins- OHP.
Kegiatan Mobilisasi truktur
Program Mobilisasi Mengajukan pertanyaan
Jangka Waktu apabila kurang jelas
Alat Berat Dan Peralatan
Laboratorium
Kondisi Akses Jalan
Quarry
Bahan-Bahan
Mobilisasi Personil
Keterlambatan Mobilisasi
Waktu : 90 menit
BAB I
JADWAL PELAKSANAAN
(CONSTRUCTION SCHEDULE)
1.1. UMUM
Construction schedule dimaksudkan sebagai dasar bagi Pemilik Proyek
(kontraktor dan konsultan) untuk :
Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan,
Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga,
Mendukung pengalokasian anggaran biaya,
Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya akibat perubahan pekerjaan,
Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi.
Langkah dalam menyusun jadual pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tahap Kegiatan
Persiapan Kajian dokumen: -dokumen kontrak; -Gambar
rencana; -Daftar kuantitas
Persyaratan Pekerjaan: -spesifikasi dan syarat
kontrak; -biaya pekerjaan; -analisis dan urutan
pekerjaan.
Pengkajian Lokasi: -lokasi sumberdaya tersedia, -
tingkat kesulitan pekerjaan
Tahap analisis: Waktu untuk menyelesaikan setiap kegiatan
Waktu untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
Urutan setiap kegiatan
Metoda kerja untuk menyelesaikan setiap kegiatan
Sumber daya yang diperlukan
Resiko yang terkait
Biaya sebenarnya guna menyelesaikan setiap
kegiatan
Nilai pekerjaan yang diselesaikan
yang harus dilaksanakan. Dari rangkaian ini dapat dikaji prioritas kegiatan yang
harus segera dilaksanakan. Biasanya terdapat jaringan lintasan kritis yaitu
rangkaian kegiatan yang harus diawali dan diakhiri secara tepat waktu. Ketidak
sesuaian penyelesaian atau awalan pada kegiatan kritis berpotensi menunda
penyelesaian proyek.
Berikut adalah Gambar 1.1. sebagai contoh penjelasan lebih rinci tentang
penggunaan Critical Path Method untuk keperluan menyiapkan suatu Network
Planning :
14
2
17
D(16)
A(14)
33 F(17)
0 C(0) 50
4
Start 1
33
5
0 50
B(15) Finish
E(18)
15
3
15
= = Event
EET
NE = No. of Event
NE
EET = Earliest Event Time LET
LET = Latest Event Time
Pada Tabel 1.1 disajikan contoh hasil analisis suatu rangkaian kegiatan serta
kaitan dengan kegiatan lainnya, hingga diketahui saat satu kegiatan harus dimulai
dan diakhiri.
Catatan:
Lintasan kritis B, E, dan F
Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan di lintasan kritis tidak boleh
dilampaui, karena akan mengakibatkan tertundanya penyelesian pekerjaan.
Kontrol ketat harus dilakukan terhadap kegiatan di lintasan kritis agar
penyelesaian pekerjaan tidak tertunda.
Kelonggaran waktu pada kegiatan lain (kasus di atas adalah kegiatan A dan D)
dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga, peralatan, bahan, dan
barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan B, E, dan F.
3a
3 4 3 3c 4
3b
Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana,
menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 type yang
dikenal yaitu basic chart dan linked chart. Basic chart menggambarkan bar chart
untuk masing-masing kegiatan yang berdiri sendiri, sedangkan linked chart
menggambarkan bar chart untuk masing-masing kegiatan yang dimulainya
tergantung pada selesainya kegiatan lain. Jadi pada link chart secara sederhana
dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan lain
meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Jika hanya mengandalkan bar chart,
kita tidak akan pernah mengetahui kegiatan atau sub kegiatan mana yang
posisinya berada pada lintasan kritis, yang mengharuskan kita untuk memberikan
prioritas utama dalam ketepatan waktu pelaksanaannya karena keterlambatan
pelaksanaan akan menunda penyelesaian proyek.
Pada halaman selanjutnya digambarkan contoh bar chart dari proyek peningkatan
jalan, hanya diambil resumenya saja, tidak dirinci dalam sub-sub kegiatan yang
menggambarkan jenis-jenis kegiatan yang ada di dalam items pekerjaan.
Bar Chart yang dibuat untuk proyek-proyek jalan biasanya dilengkapi dengan no.
pay item sesuai dengan yang ada di dalam kontrak, nama kegiatan atau deskripsi
kegiatan menurut no. pay item, kuantitas pekerjaan menurut no. pay item dan
waktu pelaksanaan untuk masing-masing pay item. Di dalam contoh tidak
digambarkan bar chart lengkap berdasarkan pay item akan tetapi hanya
digambarkan resume berdasarkan kelompok-kelompok pay item.
Dari total prosentase rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung
jumlah prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan. Kurva
yang menghubungkan prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap
bulan inilah yang disebut Kurva S. Dengan cara yang sama, sesuai dengan
realisasi pelaksanaan di lapangan dibuat kurva yang menghubungkan realisasi
bulanan di maksud sebagai alat pengendali.
a. Pekerjaan tambah.
b. Perubahan disain
c. Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh Pihak Pinpro/Pinbagpro
(misalnya pengiriman bangunan atas jembatan, pembebasan tanah dan
sebagainya).
d. Masalah yang timbul di luar kendali kontraktor.
e. Keadaan kahar
80
Prosen
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Original Actual Revised
Catatan
Construction period = 9 bulan, pada 6 bulan pertama terjadi keterlambatan yang cukup
berat. SCM terlambat, namun hasil SCM merekomendasikan perpanjangan waktu 3 bulan.
Pada bulan ke 6, schedule bergeser kekanan dengan prosen schedule = prosen schedule
rencana pada bulan 6-3 = bulan ke 3. Selebihnya bulan ke 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 berturut-
turut sama dengan bulan ke 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 original schedule.
BAB II
MOBILISASI
Komposisi Peralatan
Pinpro/Pinbagpro harus memeriksa kecukupan dan komposisi armada (fleet)
alat-alat berat yang dimobilisasi oleh kontraktor ke lapangan; seperti:
kapasitas, jenis dan jumlahnya sesuai kebutuhan,serta kondisi setempat.
Ijin Pemasukan
Ijin pemasukan alat berat dan peralatan laboratorium ke lokasi proyek
dikeluarkan oleh Pinpro/Pinbagpro
Kontraktor harus mengajukan Daftar Alat Berat / Peralatan Laboratorium
yang akan didatangkan ke lokasi proyek untuk mendapatkan persetujuan
Pinpro/ Pinbagpro.
Pengiriman Alat Berat/Peralatan Laboratorium baru bisa dilakukan oleh
kontraktor apabila Pinpro/Pinbagpro telah memberikan persetujuan atas
permohonan ijin yang diajukan oleh kontraktor.
Apabila kontraktor harus mengimpor Alat Berat/Peralatan Laboratorium
yang belum diproduksi / tidak terdapat di dalam negeri maka kontraktor
harus mendapatkan rekomendasi dari Pinpro/Pinbagpro sebelum
memprosesnya sesuai dengan prosedur dan ketentuan baku yang berlaku
di dalam urusan impor.
2.6. QUARRY
Pemeriksaan
Jika di sekitar proyek tidak terdapat material yang memenuhi syarat, perlu
dipilih lokasi dari deposit quarry di tempat lain. Material harus memenuhi
persyaratan mutu bahan baku, dan untuk menjamin mutu konsultan harus
melakukan pengujian mutu bahan baku di laboratorium, serta perkiraan volume
deposit quarry yang tersedia. Kontraktor wajib membayar retribusi akibat
penggunaan quarry tersebut.
2.7. BAHAN-BAHAN
Bahan yang akan didatangkan pihak kontraktor dari luar proyek misalnya aspal,
semen, besi beton, harus memperoleh persetujuan Pinpro/Pinbagpro. Persetujuan
Untuk tenaga kerja asing yang hanya akan bekerja dalam waktu singkat
misalnya senbagai “Visiting Specialist” atau sebagai staf/pimpinan perusahaan
atau sebagai pengganti dalam keadan mendesak maka dapat mennggunakan
visa kunjungan yang berlaku 35 hari, sementara visa berdiam sementara
berlau selama 6 bulan.
Setelah kedatangan tenaga kerja asing dimaksud di Jakarta, maka yang
bersangkutan wajib melapor ke Kantor Imigrasi dalam waktu 3 hari untuk
mereka yang akan bekerja di Jakarta atau 7 hari bagi mereka yang akan
bekerja di luar Jakarta.
Oleh Kantor Imigrasi kan dikeluarkan KIMS (Kartu Izin Menetap Sementara)
sambil menunggu diterbitkannya KIM yang bersifat tetap. Masa berlaku KIM
dan izin kerja tetap adalah 1 Tahun dan dapat iperpanjang apabila diperlukan.
BAB III
USULAN DAN PERSETUJUAN KERJA
Menyusun program kerja dan rencana operasional proyek baik secara fisik
maupun keuangan.
Menyusun struktur organisasi, uraian tugas dan pengisian personil proyek.
Mengadakan pemeriksaan lapangan untuk penyesuaian rencana teknis.
Menyiapkan dokumen pelelangan.
Mengadakan pelelangan dan/atau pemilihan langsung.
Melakukan persiapan lapangan/pembebasan tanah.
Melakukan kegiatan pelaksanaan fisik dan keuangan.
Melakukan kegiatan pengendalian proyek.
Melakukan pengawasan teknis dan keuangan, pelaksanaan pekerjaan,
termasuk quantity dan quality control.
Melakukan pengumpulan data, pencatatan dan evaluasi pelaksanaan proyek.
Menyelenggarakan tata laksana, pegawai, keuangan dan teknik.
Menyampaikan laporan-laporan proyek, baik fisik maupun keuangan.
Mengurus, mengamankan dan memelihara semua kekayaan proyek.
Melakukan Serah Terima Sementara (PHO) dan Serah Terima Akhir (FHO).
Menyusun time schedule dengan bar chart, critical path method, program
linear, arrow diagram atau time grid diagram.
Menyiapkan cash flow schedule – S curve.
Meminta kesepakatan kepada pemberi pekerjaan tentang kriteria penilaian
yang dipakai untuk menilai kewajaran, keterlambatan atau kekritisan
pelaksanaan untuk mendapatkan performance bulanan dari kontraktor.
Pembuatan base camp dan kantor proyek
Mobilisasi personel dan alat-alat berat
Menyediakan bahan dan material konstruksi
Melaksanakan pekerjaan civil works sesuai dengan urutan jadwal
pekerjaan dengan prinsip tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya
Menyiapkan administrasi dan bukti-bukti penunjang untuk pengajuan
monthly certificate (mencakup pengajuan advance payment, pembayaran
prestasi pekerjaan, cicilan pembayaran kembali advance payment,
retension money, pembayaran eskalasi dsb)
Mengikuti show cause meeting (SCM) apabila diminta oleh pemberi
pekerjaan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan
didalam SCM
Menyiapkan berkas pengajuan PHO kepada pemberi pekerjaan
malam hari atau hari libur resmi tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan, kecuali
untuk hal-hal yang bersifat tidak terelakkan atau sangat diperlukan dalam
rangka menyelamatkan jiwa atau harta atau keselamatan pekerjaan itu sendiri
yang harus segera dibeitahukan kepada Direksi Pekerjaan, untuk pekerjaan
yang dilakukan secara bergilir, untuk pekerjaan yang tidak perlu diawasi
Direksi Pekerjaan, dan untuk pekerjaan yang sudah mendapat izin Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu.
Kontraktor wajib menyampaikan peringatan dini kepada Direksi Pekerjaan
melalui Direksi Teknis dalam waktu yang ditentukan dalam ketentuan kontrak
(14 atau 28 hari) sejak terjadinya perisrtiwa tertentu atau keadaan yang dapat
berakibat buruk terhadap pekerjaan, kenaikan harga kontrak atau
keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Kegagalan menyampaikan peringatan
dini oleh kontraktor ini dapat berakibat gugurnya hak-hak kontraktor atas
pembayaran tambahan yang menjadi haknya.
Semua perintah/instruksi dari Direksi Pekerjaan harus dalam bentuk tertulis, dan
apabila dalam keadaan tertentu perintah diberikan dalam bentuk lisan, maka
kontraktor wajib tetap harus memenuhi perintah tersebut dan dalam waktu yang
ditetapkan dalam ketentuan kontrak perintah lisan tersebut harus segera
dikonfirmasikan dengan perintah tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Perintah langsung dari Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan untuk melaksanaan
pekerjaan tanpa memerlukan usulan kontraktor adalah:
1) Perintah untuk memulai pelaksanaan kontrak yang berupa Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK).
2) Penyerahan lapangan
3) Perubahan pekerjaan yang meliputi perubahan kuantitas, mata pembayaran,
spesifikasi dan gambar pekerjaan.
4) Perubahan lingkup pekerjaan.
5) Percepatan waktu pelaksanaan
6) Perubahan harga
7) Penundaan pelaksanaan pekerjaan.
8) Pembuangan dan penggantian material atau membongkar dan mengerjakan
kembali pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak/spesifikasi.
3) Gambar kerja
4) Revisi program kerja
5) Perpanjangan waktu pelaksanaan
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA