Anda di halaman 1dari 12

KIMIA ANALISIS

JENIS-JENIS SPEKTROFOTOMETRI

ALDHI SOLIHIN ABD.KARIM

173145201122

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes MEGA REZKY MAKASSAR

2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Radiasi Elektromagnetik
B. Prinsip Dasar Pengukuran dalam Spektrofotometri
C. Klasifikasi Spektrofotometri
D. Dasar Pemilihan Pelarut untuk Spektrofotometri
E. Cara Pengukuran dengan Spektrofotometri

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
masih diberi kesehatan dan keselamatan untuk menyusun malakah tentang “Spektrofotometri”
ini. Makalah ini dibuat untuk memahami lagi apa itu spektrofotometri, sehingga kita dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Makalah spektrofotometri ini disusun dari
berbagai sumber, baik dari buku, artikel-artikel, jurnal, dan juga dari intenet guna memperjelas
lagi materi yang bersangkutan. Makalah ini berisi tentang uraian-uraian yang berhubungan
dengan spektrofotometri serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membacanya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kimia analisis ibu
Hasrawati Bahar yang telah membimbing kami, serta teman-teman yang ikut menyumbangkan
ide serta kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami merasa makalah yang kami buat ini masih banyak kesalahan dan kekurangan
karena masih dalam tahap pembelajaran dan kurangnya buku referensi, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca demi kesempurnaan dalam penyusunan makaalah
ini.

Makassar, 26 maret 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.

Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan dalam
mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu perluasan
pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absoprsi energy radiasi
oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri
serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar.

Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia


dengan mempergunakan metode fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas
fungsi polimer campuran, pemodifikasi dan aditif digunakan untuk plastic dan
elastomer. Spektoskopi infra merah, metode pengukuran fotometer UV, gas dan
liquid kromatografi dan spektroskopi masa bersama sama dengan dari metode
pengukuran termoanalisis (DSC-TGA) merupakan alat yang teliti sebagai pilihan
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif bahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu radiasi elektromagnetik ?
2. Menjelaskan prinsip dasar pengukuran dengan spektrofotometri!
3. Mengklasifikasi spektrofotometri?
4. Menjelaskan dasar pemilihan pelarut untuk spektrofotometri!
5. Menjelaskan cara pengukuran dengan spektrofotometri!

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu radiasi elektromagnetik
2. Untuk mengetahui prinsip dasar pengukuran dengan spektrofotometri
3. Untuk mengetahui klasifikasi spektrofotometri
4. Untuk dapat menjelaskan dasar pemilihan pelarut untuk spektrofotometri
5. Untuk dapat menjelaskan cara pengukurandengan spekttrofotometri
BAB II

PEMBAHASAN

A. Radiasi Elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak


merupakan salah satunya, dapat dianggap sebagai enerfi yang merambat dalam bentuk
gelombang. Beberapa istilah dan hubungan digunakan untuk menggambarkan
gelombang ini. Panjang gelombang merupakan jarak linier dari suatu titik pada satu
gelombang yang berdekatan. Dimensi panjang gelombang adalah panjang (L) yang
dinyatakandalam centimeter (cm), atau yang lebih umum adalah dalam unit-unit berikut:
1 angstrom (Å) = 10-8 cm = 10-10m
1 nanometer (nm) = 10-7 cm = 10-9 m = 1 milimikron (mµ) = 10 Å
1 mikrometer (mµ) = 10-6 m = 10-4 cm = 1 mikron (µ)

Satuan nanometer (nm) saat ini dipilih daripada satuan yang pemakaiannya lebih
kuno yakni milimikron (mµ). huruf latin lambda (λ) merupakan symbol yang umum
digunakan untuk panjang gelombang.

Frekuensi merupakan banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tertentu


dalam satuan waktu. Dimensi frekuensi adalah seperti waktu (T-1) dan satuan yang
digunakan biasanya detik-1. Satuan frekuensi juga dapat dinyatakan sebagai putaran
perdetik atau Hertz (Hz). Frekuensi biasanya disimbolkan dengan huruf latin nu (v).
bilangan gelombang merupakan seper panjang gelombang (1/λ) sehingga satuannya
adalah 1/panjang. Jika panjang gelombang dinyatakan dengan cm, maka bilangan
gelombang dinyatakan dengan cm-1.

B. Prinsip Dasar Pengukuran dengan Spektrofotometri

Spektrofotometri bekerja berdasarkan pada prinsip penyerapan gelombang


cahaya (radiasi) yang dilewatkan pada suatu larutan. Spektrofotometer yang digunakan
adalah visible atau menggunakan cahaya tampak, yang panjang gelombang terukurnya
berkisar antara 340 nm – 1000 nm. Panjang gelombang maksimum dicari untuk
mengetahui seberapa besar energy cahaya tertinggi yang diserap oleh suatu larutan.

Spektrofotometri antara lain:


1. Larutan sampel dikenai rasiasi elektromagnetik, sehingga menyerap energy/radiasi à
terjadi interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi (atom/molekul).
2. Jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dikoversi dengan
konsentrasianalit à data kuantitatif.

Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert-Beer, bila cahaya


monokromatik (I0) melalui suatu media (larutan), maka sebagia cahaya tersebut akan
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi diteruskan. (It). berdasarkan
hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang
dihamburkan:
𝐼𝑡 𝐼𝑡
T =𝐼𝑜 atau %T=𝐼𝑜 x 100%
Dan absornamsi dinyatakan dengan rumus:
𝐼𝑡
A = - log T = -log 𝐼𝑜
Dimana Io merupakan intensitas cahaya datag dan It atau I1 adalah intensitas
cahaya setelah melewati sampel. Rumus yang diturunkan dari hokum beer dapat di tulis
sebagai:
A = a.b.c Atau A = Ɛ. b. c
Dimana :
A= absorbansi
a= tetapan absorbtivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm)
Ɛ= tetapan absorbtivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm)
c= konsentrasi larutan yang diukur
b= tebal larutan

secara eksperimen hokum Lambert-beer akan terpenuhi jika:


1. Radiasi yang digunakan harus monokromatik
2. Energy radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia
3. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul lain yang ada dalam larutan.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendaflour. Artinya larutan
yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid atau suspense yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu
kelinearan grafik absorbansi versus konsentrasi.

C. Klasifikasi Spektrofotometri

Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan.
Berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah spektrofotometri Vis
(Visible), Spektrofotometri UV (ULTRA Violet), Spektrofotometri UV-Vis,
Spektrofotometri IR (Infra Red).
1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy adalah
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau.
Selama dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak
(Visible).

Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan symbol W dan no ataom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi
(3422 ̊c) disbanding logam lainnya. Karen sifat inilah maka ia digunakan sebagai
sumber lampu.

Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memiliki
warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa
berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan
analat yang akan dianlisa.

2. Spektofotometri UV (ultraviolet)

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan


interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang 190-38- nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hydrogen yang merupakan isotope hydrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di
laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron,
sementara hydrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama
deuterium diambil dari bahasa yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’ mengacu pada
intinya yang memiliki dua partikel.

Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun
tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan
filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus
jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensI.

Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan
spektrofotometri visible, sampel terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent folin,
maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sampel dapat langsung dianalisa.

3. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan gbungan antara spektrofotometri UV dan


visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan
hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang
dilengkapi dengan monokromator.

4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh.
Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan yang
mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 µm. pada spektrofotometri Infra Red bias
digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif.
Umumnya spektrofotometri infra merah digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organic. Setiap serapan pada panjang
gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.

D. Dasar Pemilihan Pelarut Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa


larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa
persyaratan pelarut yang dipakai, antara lain:
 Pelarut yang dipakai tidak boleh mengandung system ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
 Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
 Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.

Pada umumnya pelarut yang sering dipakai dalam analisis spektrofotometri UV-Vis
adalah air, etanol, sikloheksana dan isopropanol.

Absorbsi pelarut yang dipakai pada daerah UV-Vis (penagal UV= UV cut OFF). Hal
yang perlu diperhatikan adalah polaritas pelarut yang dipakai, karena akan sangat
mempengaruhi terhadap pergeseran spectrum molekul yang dianalisis.

Kaidah franks dan cordon beranggapan bahwa selama electron dalam keadaan
tereksitasi, molekul tersebut dalam keadaan diam hanya terjadi pergeseran elektronnya
saja. Selanjutnya electron suatu molekul yang tereksitasi maupun tidak akan berasosiasi
dengan pelarut sehingga terjadi penurunan tingkat energy ∆E untuk π1 – π1* <π – π* dan
n1 – π1* > n – π*.

Pengaruh polaritas pelarut terhadap eksitasi electron dalam spektrofotometri UV-Vis.


Dari kaidah franks dan cordon tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

 Kenaikan polaritas pelarut untuk elekton yang bertransisi n1 – π1* akan memberikan
pergeseran biru (hipokramik). Hal ini disebabkan ikatan hydrogen dengan keadaan
dasar electron n yang lebih mantap dibandingkan dengan keadaan π* yang turun
energinya menjadi π1* (dalam keadaan polar).
 Sebaliknya untuk transisi electron π1 – π1* polaritas terlarut akan menimbulkan
pergeseran merah (hatokromik). Hal ini disebabkan pelarut yang polar akan lebih
memantapkan keadaan π* sehingga ∆E untuk π1* < π – π*.

Pelarut untuk UV-Vis dan batas minimum transpirasi (cut off point)

cut off
pelarut point (nm)
Air 190
Metnol 210
Sikloheksana 210
Heksana 210
Dietil eter 220
p-dioksan 220
Etanol 220
Kloroform 250
CCl4 265
Benzena 280
Toluen 285
piridina 305
Aseton 330
Karbon disulfida 380

E. Cara Pengukuran Dengan Spekrofotometri

Terdapat empat metode pengukuran spektrofotometri antara lain: metode serapan


normal, metode serapan tinggi, metode renik dan metode ketelitian tinggi. Metode
pengukuran bertujuan untuk mendapatkan ketelitian pengukuran yang cukup besar
walaupun tidak tepat pada ketelitian terbesar atau kesalahan minimum. Pengukuran nilai
transmitan duharapkan ada pada kisaran 20%-8-%.
1. Metode serapan normal digunakan untuk zat dalam kisaran normal, tidak terlalu
pekat dan tidak terlalu encer. Bila analat menunjukkan transmitan lebih kecil dari
20%, yang berarti bahwa analat cukup pekat dan mungkin lebih pekat dari larutan
standar yang tertinggi maka analat tersebut sebaiknya diencerkan terlebih dahulu.
2. Metode serapan tinggi biasa digunakan untuk pengukuran analat yang terlalu pekat
sehingga perlu factor pengencer terlalu besar untuk pengencerannya, ketika diukur
zat menunjukkan transmitan lebih kecil dari 20% maka harus dibuat standar untuk
membuat kurva standar sebagai blanko. Blanko yang digunakan larutan
konsentrasinya lebih tinggi dari larutan terpekt pada metode serpan normal. Pada
metocde ini larutan yang pada metode serapan normal menunjukkan transmitan
sekitar 20% akan membentuk transmitan 55%.
3. Metode renik digunakan untuk mengukur analat yang kadarnya sangat kecil atau
larutannya sangat encer. Berbeda dengan kedua metode sebelumnya, pada metode ini
diusahakan peningkatan kepekaan yang besar dengan mengatur terjadinya
penyimpanan positif dari hukum Lambert Beer. Pada metode renik, larutan terpekat
dalam deretan yang encer tersebut diatur dengan agar menunjukkan transmitan 0%.
Sementara blanko digunakan saam dengan metode serapan normal. Dengan cara
pengukuran tersebut, larutan yang konsentrasinya lebih rendah, yang bila diukur
dengan metode serapan normal menunjukkan transmitan lebih besar dari 80% . jika
larutan yang diukur pada metode serapan normal menunjukkan transmitan 90% akan
menunjukkan transmitan sekitar 68% bila diukur dengan metode renik.
4. Metode ketetapan tinggi merupakan kombinasikedua metode sebelumnya. Kedua
ujung skala transmitan (0 dan 100%) diatur pula agar larutan dengan konsentrasinya
yang tentunya lebih tinggi dari larutan yang dijadikan blanko menunjukkan
transmitan 0%. Dengan cara ini maka pembacaan untuk larutan yang konsentrasinya
tidak cukup tepat bila digunakan metode ini. Secara teoritis, ketetapan pengukuran
dengan metode ini akan semakin besar dengan metode ini kecilnya kisaran
konsentrasi C1 dan C2. Tetapi, untuk mendapatkan ketetapan tinggi tersebut
diperlukan peralatan dengan kepekaan dan kestabilan yang cukup tinggi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan spektrofotometri, dapat disimpulkan bahwa:
1. Spektrofotometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energy secara
relative. Jika eneergi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang.
2. Dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif (data sekunder) dan kuatitatif.
3. Spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengadsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
pengukur perbedaan adsorbs antara sampel dan blanko ataupun pembanding.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurn oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Ibnu Gholib Gandjar, DEA,. Apt, Abdul Rohman, M.Si,. Apt. 2007. Kimia farmasi
Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai