JENIS-JENIS SPEKTROFOTOMETRI
173145201122
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Radiasi Elektromagnetik
B. Prinsip Dasar Pengukuran dalam Spektrofotometri
C. Klasifikasi Spektrofotometri
D. Dasar Pemilihan Pelarut untuk Spektrofotometri
E. Cara Pengukuran dengan Spektrofotometri
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
masih diberi kesehatan dan keselamatan untuk menyusun malakah tentang “Spektrofotometri”
ini. Makalah ini dibuat untuk memahami lagi apa itu spektrofotometri, sehingga kita dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Makalah spektrofotometri ini disusun dari
berbagai sumber, baik dari buku, artikel-artikel, jurnal, dan juga dari intenet guna memperjelas
lagi materi yang bersangkutan. Makalah ini berisi tentang uraian-uraian yang berhubungan
dengan spektrofotometri serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membacanya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kimia analisis ibu
Hasrawati Bahar yang telah membimbing kami, serta teman-teman yang ikut menyumbangkan
ide serta kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami merasa makalah yang kami buat ini masih banyak kesalahan dan kekurangan
karena masih dalam tahap pembelajaran dan kurangnya buku referensi, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca demi kesempurnaan dalam penyusunan makaalah
ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan dalam
mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu perluasan
pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absoprsi energy radiasi
oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri
serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu radiasi elektromagnetik ?
2. Menjelaskan prinsip dasar pengukuran dengan spektrofotometri!
3. Mengklasifikasi spektrofotometri?
4. Menjelaskan dasar pemilihan pelarut untuk spektrofotometri!
5. Menjelaskan cara pengukuran dengan spektrofotometri!
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu radiasi elektromagnetik
2. Untuk mengetahui prinsip dasar pengukuran dengan spektrofotometri
3. Untuk mengetahui klasifikasi spektrofotometri
4. Untuk dapat menjelaskan dasar pemilihan pelarut untuk spektrofotometri
5. Untuk dapat menjelaskan cara pengukurandengan spekttrofotometri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Radiasi Elektromagnetik
Satuan nanometer (nm) saat ini dipilih daripada satuan yang pemakaiannya lebih
kuno yakni milimikron (mµ). huruf latin lambda (λ) merupakan symbol yang umum
digunakan untuk panjang gelombang.
C. Klasifikasi Spektrofotometri
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan.
Berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah spektrofotometri Vis
(Visible), Spektrofotometri UV (ULTRA Violet), Spektrofotometri UV-Vis,
Spektrofotometri IR (Infra Red).
1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy adalah
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau.
Selama dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak
(Visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan symbol W dan no ataom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi
(3422 ̊c) disbanding logam lainnya. Karen sifat inilah maka ia digunakan sebagai
sumber lampu.
Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memiliki
warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa
berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan
analat yang akan dianlisa.
2. Spektofotometri UV (ultraviolet)
Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun
tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan
filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus
jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensI.
Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan
spektrofotometri visible, sampel terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent folin,
maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sampel dapat langsung dianalisa.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh.
Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan yang
mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 µm. pada spektrofotometri Infra Red bias
digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif.
Umumnya spektrofotometri infra merah digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organic. Setiap serapan pada panjang
gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.
Pada umumnya pelarut yang sering dipakai dalam analisis spektrofotometri UV-Vis
adalah air, etanol, sikloheksana dan isopropanol.
Absorbsi pelarut yang dipakai pada daerah UV-Vis (penagal UV= UV cut OFF). Hal
yang perlu diperhatikan adalah polaritas pelarut yang dipakai, karena akan sangat
mempengaruhi terhadap pergeseran spectrum molekul yang dianalisis.
Kaidah franks dan cordon beranggapan bahwa selama electron dalam keadaan
tereksitasi, molekul tersebut dalam keadaan diam hanya terjadi pergeseran elektronnya
saja. Selanjutnya electron suatu molekul yang tereksitasi maupun tidak akan berasosiasi
dengan pelarut sehingga terjadi penurunan tingkat energy ∆E untuk π1 – π1* <π – π* dan
n1 – π1* > n – π*.
Kenaikan polaritas pelarut untuk elekton yang bertransisi n1 – π1* akan memberikan
pergeseran biru (hipokramik). Hal ini disebabkan ikatan hydrogen dengan keadaan
dasar electron n yang lebih mantap dibandingkan dengan keadaan π* yang turun
energinya menjadi π1* (dalam keadaan polar).
Sebaliknya untuk transisi electron π1 – π1* polaritas terlarut akan menimbulkan
pergeseran merah (hatokromik). Hal ini disebabkan pelarut yang polar akan lebih
memantapkan keadaan π* sehingga ∆E untuk π1* < π – π*.
Pelarut untuk UV-Vis dan batas minimum transpirasi (cut off point)
cut off
pelarut point (nm)
Air 190
Metnol 210
Sikloheksana 210
Heksana 210
Dietil eter 220
p-dioksan 220
Etanol 220
Kloroform 250
CCl4 265
Benzena 280
Toluen 285
piridina 305
Aseton 330
Karbon disulfida 380
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan spektrofotometri, dapat disimpulkan bahwa:
1. Spektrofotometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energy secara
relative. Jika eneergi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang.
2. Dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif (data sekunder) dan kuatitatif.
3. Spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengadsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
pengukur perbedaan adsorbs antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurn oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ibnu Gholib Gandjar, DEA,. Apt, Abdul Rohman, M.Si,. Apt. 2007. Kimia farmasi
Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.