Oleh :
Iftah Sadjad Ahmadi B1A016109
Shafa Rana Nusaibah B1A016119
R. Fikri Rizaki Wiradikoesoema B1A016131
Siti Hasnah Qurata A’yun B1A016139
Rombongan : IV
Kelompok :4
Asisten : Annisa Nafiah Salma
A. Latar Belakang
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian
untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil
yang disebabkan oleh gulma. Berdasarkan dari cara kerjanya, herbisida dibedakan
atas herbisida kontak dan herbisida sitematik. Herbisida kontak, mematikan jaringan
gulma yang terkena. Herbisida sistematik, diabsorpsi oleh akar atau daun masuk ke
dalam jaringan pembuluh (Zulkipli et al., 2016).
Herbisida dapat meningkatkan spetrum pengendalian menurunkan dosis
herbisida. Campuran herbisida dengan bahan aktif glikosilat akan mematikan gulma
dengan mempercepat respirasi, sehingga adanya kedua bahan aktif yang dapat
mempercepat kematian gulma. Efektifitas pemberian herbisida ditentukan oleh dosis
herbisida terlalu tinggi maka dapat merusak bahkan mematikan tanaman yang di
budidayakan (Ashton, 1981).
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-
jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan. Herbisida kontak memerlukan dosis
dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan
gulma dan efek pengendaliannya lebih aktif/baik. Herbisida sistematik adalah
herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan
gulma, mulai dari daun sampai ke perakarannya. Cara kerjanya membutuhkan 1-2
hari untuk membunuh tanaman penggangu. Herbisida jenis ini dapat mematikan
tunas-tunas yang ada dalam tanah (Zulkipli et al., 2016).
B. Tujuan
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian
untuk menekan atau membrantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil
panen yang disebabkan oleh gulma (Noor, 1997). Berdasarkan dari cara kerjanya,
herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan herbisida sitematik. Herbisida kontak,
mematikan jaringan gulma yang terkena. Herbisida sistematik, diabsorpsi oleh akar
atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh (Zulkipli et al., 2016).
Terdapat dua golongan zat pengatur tumbuh tanaman yang sering digunakan
dalam kultur jaringan, yaitu sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh yang
termasuk golongan sitokinin antara lain BA (benzil adenin), kinetin (furfurilamino
purin), 2-Ip (dimethyl allyl amino purin), dan zeatin. Zat pengatur tumbuh yang
termasuk dalam golongan auksin antara lain IAA (indole acetic acid ),
NAA(naphthalene acetic acid ), IBA (indole butiric acid ), 2.4-D (2.4-
dichlorophenoxyacetic acid ), dicamba (3,6-dicloro o-anisic acid), dan picloram(4-
amino-3,5,6-tricloropicolinic acid) (Elvinawati, 2011).
Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang juga
memegang peranan penting dalam sistem produksi tanaman, karena dapat
memenangi persaingan dengan tanaman pokok untuk mendapatkan kebutuhan unsur
hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh, sehingga secara tidak langsung dapat
menurunkan produksi. Beberapa spesies gulma menjadi inang bagi serangga hama
maupun patogen (penyebab penyakit) bagi tanaman pokok (Tjokrowardojo, 2010).
Delapan jenis gulma indikator, yang terdiri dari golongan rumput seperti Setaria
plicata, Paspalum conjugatum dan Axonopus compressus. Golongan teki adalah
Cyperus kyllingia dan Cyperus rotundus. Golongan daun lebar Asystasia gangetica,
Borreria latifolia, dan Richardia brasiliensis (Pratama et al., 2013).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas ukur, batang
pengaduk, dan sprayer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah polybag, gulma
berdaun lebar (Ageratum conyzoides), gulma berdaun sempit (Axonopus
compressus), dan 2-4D (0,1000,2000,300 ppm)
B. Metode
A. Hasil
daun
sempit 1,4 1,4 * 1,2 * 0,6 ns 0,6 ns 0 ns
3000
daun
lebar 3 3 * 2,8 * 2,2 * 2,2 * 1,6 * 0 ns
1000
daun
lebar 3 3 * 2,8 * 2,2 * 2,2 * 1,6 * 0 ns 0 ns
1000
daun
lebar 3 3 * 2,8 * 2,2 * 2,2 * 1,6 * 0 ns 0 ns 0 ns
1000
Nilai BNT/LSD = 0,839972145
Gambar 4.1.1 Gulma yang telah diberi Herbisida Minggu ke-4
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
Ashton & Craft. 1981. Mode of Action of Herbicides. New York : John Willey and
Son.
Bilman, W.S., 2001. Analisis Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays
Saccharatal), Pergeseran Komposisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam.
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, 3(1), pp. 25-30.
Budhiawan, A., Guritno, B. & Nugroho, A., 2016. Aplikasi Herbisida 2,4-D dan
Penoxsulam pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa
L.). Jurnal Produksi Tanaman, 4(1), pp. 23-30.
Cotillas, S., Saez, C., Canizarez, P., Cretescu, I. & Rodrigo, M. A., 2017. Removal
Of 2,4-D Herbicide In Soils Using A Combined Process Based On
Washing And Adsorption Electrochemically Assisted. Separation and
Purification Technology, pp. 19-25
Elvinawati. 2011. Ozonolisis Untuk Degradasi Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-
D) dalam pestisisda santamin 865 SL. Jurnal Exacta 9(2), pp. 32-37.
Grillo, R., Pereira, A. E. S., Nishisaka, C. S., Lima, R. D., Oehlke, K., Greiner, R. &
Fraceto, L. F., 2014. Chitosan/Tripolyphosphate Nanoparticles Loaded With
Paraquat Herbicide: An Environmentally Safer Alternative For Weed
Control. Journal of Hazardous Materials, 1(1), pp. 1-37.
Hayata, Meilin, A. & Rahayu, T., 2016. Uji Efektifitas Pengendalian Gulma Secara
Kimiawi dan Manual pada Lahan Replanting Karet (Hevea brasiliensis
Muell.Arg.) di Dusun Suka Damai Desa Pondok Meja Kabupaten Muaro
Jambi. Jurnal Media Pertanian, 1(1), pp. 36-44.
Heddy, S., 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV. Rajawali.
Kadir, M., 2007. Efektivitas Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Herbisida 2,4
Dimetilamina Terhadap Gulma Echinocloa colonum, Echinocloa cruss-galli,
dan Cyperus iria pada Padi Sawah. Jurnal Agrisistem, 3(1), pp. 1-9.
Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Jakarta: Rajawali Press.
Noor, E. S., 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Jakarta: ISDP
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pratama, A. F., Susanto., H, & Sembodo., D.R.J. 2013. Respon Delapan Jenis Gulma
Indikator Terhadap Pemberian Cairan Fermentasi Pulp Kakao. Jurnal
Agrotek Tropika 1(1), pp. 80-85.
Rukmana, R. & Saputra, S., 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Yogyakarta:
Kanisius.
Zulkipli, Yakup, Sodikin, E. & Syawal, Y., 2016. Pengaruh Interval Pengendalian
Gulma dan Aplikasi Herbisida Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Tanaman
Karet TBM. Jurnal Penelitian Karet, 34(2), pp. 213-224.