Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya satu
sama lain. Budaya, satu kata yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah negara terlebih
untuk Indonesia yang dikenal sebagai negara multikultural. Budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena semua
aspek dalam kehidupan masyarakt dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan,
misalnya gagasan atau pikiran manusia, aktivitas manusia, atau karya yang dihasilkan
manusia.
Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga
dengan baik oleh para penerus bangsa. Budaya lokal Indonesia beranekaragam sesuai
dengan potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari
banyak pulau, suku, dan sumber daya lainnya. Dalam artikelnya, Parsudi Suparlan
mengatakan bahwa potensi Indonesia sebagai negara multikultural, telah digunakan
sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendefinisikan apa yang
disebut kebudayaan bangsa, seperti yang terdapat pada penjelasan Pasal 32 UUD
1945, yang berbunyi: “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak
kebudayaan di daerah”. Hal ini menjadi satu kebanggaan sekaligus suatu tantangan
bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat mempertahankan budaya lokal yang ada di
tengah banyaknya pengaruh budaya asing yang dapat merusak budaya lokal. Tugas
ini tentunya dikhususkan bagi generasi penerus bangsa yang mulai mengabaikan
pentingnya peranan budaya lokal untuk memperkokoh ketahanan budaya bangsa.
Padahal ketahanan budaya bangsa merupakan salah satu identitas negara di mata
Internasional.Konsep kebudayaan yang dikemukakan oleh Geertz memang sebuah
konsep yang dianggap baru pada masanya. Seperti dalam bukunya Interpretation of

1
Culture, ia mencoba mendefinsikan kebudayaan yang beranjak dari konsep yang
diajukan oleh Kluckholn sebelumnya, yang menurutnya agak terbatas dan tidak
mempunyai standard yang baku dalam penentuannya. Berbeda dengan Kluckholn, ia
menawarkan konsep kebudayaan yang sifatnya interpretatif, sebuah konsep semiotik,
dimana ia melihat kebudayaan sebagai suatu teks yang perlu diinterpretasikan
maknanya daripada sebagai suatu pola perilaku yang sifatnya kongkrit (Geertz; 1992,
5). Dalam usahanya untuk memahami kebudayaan, ia melihat kebudayaan sebagai
teks sehingga perlu dilakukan penafsiran untuk menangkap makna yang terkandung
dalam kebudayaan tersebut. Kebudayaan dilihatnya sebagai jaringan makna simbol
yang dalam penafsirannya perlu dilakukan suatu pendeskripsian yang sifatnya
mendalam (thick description).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu konsep kebudayaan?
2. Apa itu hakekat kebudayaan?
3. Bagaimana wujud kebudayaan?
4. Apa itu adat istiadat?
5. Apa saja unsur-unsur kebudayaan?
6. Bagaimana kaitan manusia dengan kebudayaan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu konsep kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hakekat kebudayaan.
3. Untuk mengetahui wujud kebudayaan.
4. Untuk mengetahui apa itu adat istiadat.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur kebudayaan.
6. Untuk mengetahui kaitan manusia dengan kebudayaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Konsep Kebudayaan
Geerts secara jelas mendefinisikannya. “Kebudayaan adalah suatu sistem
makna dan simbol yang disusun..dalam pengertian di mana individu-individu
mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-
penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di
dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-oarang
mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan menmgembangkan pengtahuan dan
sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan simbolik untuk
mengatur perilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik”. Karena kebudayaan
merupakan suatu sistem simbolik, maka proses budaya haruslah dibaca,
diterjemahkan, dan diinterpretasikan (Kuper; 1999, 98).
Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang terdapat
pada wilayah tersebut. Kebudayaan daerah di Indonesia di Indonesia sangatlah
beragam. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan daerah sama dengan konsep suku
bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan masyarakat. Keragaman
budaya daerah bergantung pada faktor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka
makin komplek perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain. Jika kita melihat dari
ujung pulau Sumatera sampai ke pulau Irian tercatat sekitar 300 suku bangsa dengan
bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda.
Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan
kebudayaan, yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Menurut
Clifford Geertz, di Indonesia terdapat 300 suku bangsa dan menggunakan kurang
lebih 250 bahasa daerah. Akan tetapi apabila ditelusuri, maka sesungguhnya berasal
dari rumpun bahasa Melayu Austronesia.
Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan berbagai kebudayaan daerah yang
berlainan, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi mereka dan
perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung kegiatan ekonomi
tersebut (cultural activities), misalnya nelayan, pertanian, perdagangan, dan lain-lain.

3
Pulau yang terdiri dari daerah pegunungan dan daerah dataran rendah yang
dipisahkan oleh laut dan selat, akan menyebabkan terisolasinya masyarakat yang ada
pada wilayah tersebut. Akhirnya mereka akan mengembangkan corak kebudayaan
yang khas dan cocok dengan lingkungan geografis setempat.
Kebudayaan Nasional. Menurut pandangan Ki Hajar Dewantara tentang
kebudayaan nasional yang katanya “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Faham
kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan
daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum
nasional, bahasa nasional. Sebelum Sumpah Pemuda (1928), Indonesia terdiri dari
macam-macam “bangsa” yang sebenarnya hanya ditingkat suku bangsa. Setelah itu
secara berangsur makin kuat rasa kebangsaan Indonesia (Indonesia Raya), sehingga
waktu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945), sudah dinyatakan bahwa
proklamasi tersebut dilakukan atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno-Hatta.
Koentjaraningrat menyebutkannya “yang khas dan bermutu dari suku bangsa
mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga,
itulah kebudayaan nasional”.pengertian yang dimaksudkan itu sebenarnya lebih
berarti, bahwa puncak-puncak kebudayaan daerah atau kebudayaan suku bangsa yang
bermutu tinggi dan menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia bila ditampilkan
untuk mewakili negara (nation). Misalnya: tari Bali, di samping orang Indonesia
merasa bangga karena tari itu dikagumi di negeri, seluruh dunia juga mengetahuinya.
Bali itu letaknya di Indonesia jadi kesenian itu dari Indonesia. Dalam hal ini juga
berlaku bagi cabang-cabang kesenian lain bagi berbagai suku bangsa di Indonesia.
Dengan beribu-ribu gugus kepulauan, beraneka ragam kekayaan serta
keunikan kebudayaan, menjadikan masyarakat Indonesia yang hidup diberbagai
kepulauan itu mempunyai ciri dan coraknya masing-masing. Hal tersebut membawa
akibat pada adanya perbedaan latar belakang, kebudayaan, corak kehidupan, dan
termasuk juga pola pemikiran masyarakatnya. Kenyataan ini menyebabkan Indonesia
terdiri dari masyarakat yang beragam latar belakang budaya, etnik, agama yang

4
merupakan kekayaan budaya nasional dengan kata lain bisa dikatakan sebagai
masyarakat multikultural.

2.2 Hakekat Kebudayaan


Manusia merupakan subjek pelaku dari kebudayaan. Manusia menjalankan
kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang berharga baginya, dan dengan demikian
kemanusiaannya menjadi lebih nyata. Melalui kegiatan kebudayaan, sesuatu yang
sebelumnya hanya merupakan kemungkinan belaka, dapat diwujudkan dan diciptakan
kemudian. Sebenarnya, dalam usaha kebudayaan, manusia menemukan alam kodrat
sebagai rangka kemungkinan-kemungkinan untuk ekspresi dan penyempurnaan diri.
Menurut Bakker, kebudayaan merupakan alam kodrat sendiri sebagai milik manusia
sebagai ruang lingkup realisasi diri. Kedudukan manusia dalam kebudayaan adalah
sentral, bukan manusia sebagai orang, tetapi sebagai pribadi. Kepadanya segala
kegiatan diarahkan sebagai tujuan.
Untuk menghindarkan salah faham, kebudayaan harus dibedakan dengan
agama. Sebenarnya, agama sejauh dapat melingkupi usaha manusia masih termasuk
ke dalam syarat-syarat kebudayaan, namun kebudayaan ialah sesuatu yang spesifik
insani dan terealisasi dari bawah, bukan rahmat dari atas. Yang diharapkan dari agama
belum tentu termuat dalam kebudayaan, begitu juga sebaliknya. Singkatnya,
kebudayaan dianggap sebagai suatu hal yang baik dan menarik, yang pantas dimiliki
pelaksanaannya, dan merupakan keharusan serta penyempurnaan manusia sekaligus
masyarakat.
Dalam hal ini, filsafat bertugas mengadakan refleksi tentang kebudayaan dan
menafsirkannya pada derajat metafisik. Artinya, filsafat mengabstraksikan dari corak
individual macam-macam kebudayaan, yang dilukiskan oleh etnografi dan ilmu
folklore. Filsafat juga mengabsraksikan perbedaan spesifik antara kebudayaan
etnologi dan sosiologi. Dengan kata lain, filsafat menyelidiki hakekat kebudayaan
yang terwujud dalam setiap kebudayaan. Sampai saat ini, telah ada 160 definisi

5
mengenai kebudayaan itu sendiri. Namun secara garis besar, pembagian definisi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
1) Ahli sosiologi menganggap kebudayaan sebagai keseluruhan kecakapan yang
meliputi adat, akhlak, kesenian, ilmu, dan lain-lain yang dimiliki manusia
sebagai subjek masyarakat.
2) Ahli sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan dan mendefinisikan
kebudayaan sebagai warisan sosial yang menjadi tradisi.
3) Ahli filsafat menekankan aspek normatif, kaidah kebudayaan, dan pembinaan
nilai serta realisasi cita-cita.
4) Antropolog melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.
5) Psikolog mendekati kebudayaan dari segi penyesuaian manusia kepada alam
sekelilingnya, kepada syarat-syarat hidup. Sejumlah ahli psikologi
menguraikan bawah sadar kebudayaan secara psiko-analisis. Strukturalis di
antara mereka menyoroti fenomen pola dan organisasi.
6) Ilmu bangsa-bangsa gaya lama dan petugas museum menaksir kebudayaan
atas hasil artefak dan kesenian.
7) Pendefinisian istimewa sebagai dialektic of challenge and response;
superstruktur ideologis yang mencerminkan pertentangan kelas; gaya hidup
feodal aristokratis; kebudayaan sebagai comfort, dan lain-lain.
Meskipun telah banyak pendapat mengenai kebudayaan yang dikemukakan
para ahli, namun tak ada yang dapat mengganti pemikiran lebih dalam tentang
hakekat kebudayaan itu sendiri dan sifat-sifatnya.
Hakekat Kebudayaan:
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
2. Kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat
hilang setelah generasi tidak ada
3. Kebudayan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajiban
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan:
Faktor-faktor pendorong proses kebudayaan daerah:
1. kontak dengan negara lain
2. sistem pendidikan formal yang maju

6
3. sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
4. penduduk yang heterogen
5. ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Faktor – faktor penghambat proses perubahan kebudayaan:
1. Faktor dari dalam masyarakat
 Betambah dan berkurangnya penduduk
 Penemuan-penemuan baru
 Petentangan-pertentangan didalam masyarakat
 Terjadinya pemberontakan didalam tubuh masyarakat itu sendiri
2. Faktor dari luar masyarakat
 Berasal dari lingkungan dan fisik yang ada disekitar manusia
 Peperangan dengan negara lain
 Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

2.3 Wujud Kebudayaan


Talcott Persons yang bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber
pernah menganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai
suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu
rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Maka, serupa dengan J.J
Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya yang berjudul The World of
Man (1959 : hlm. 11-12) membedakan adanya tiga “gejala kebudayaan”. Yaitu (1)
ideas. (2) activities. (3) artifacts, pengarang berpendirian bahwa kebudayaan itu ada
tiga wujudnya, yaitu :
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peratuaran dan sebagainya.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasannya sebagai berikut :

7
1. Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak
dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga
masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada
tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun.
Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
2. Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan
didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam
masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
3. Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil
fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan.
Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

2.4 Adat Istiadat


Adat istiadat adalah tatanan konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi
kuat dalam sistem budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia
dalam kehidupan sosial kebudayaan itu. Adat istiadat berfungsi menata tindakan
manusia dalam kehidupan sosial kebudayaan. Karena masyarakat Indonesia bersifat
majemuk, adat istiadat yang berlaku di satu daerah, tidak berlaku di daerah lain. Adat
istiadat juga bersifat relatif dalam arti apa yang dianggap baik bagi kehidupan sosial
tertentu, bagi kehidupan sosial lain belum tentu baik (relativisme kebudayaan). Oleh

8
karena itu, adat istiadat perlu diperkenalkan kepada pendukung adat istiadat yang
berbeda agar jangan sampai terjadi prasangka etnik yang bersifat negatif yang dapat
memicu konflik. Jika adat istiadat suatu kelompok etnik tidak dipahami sebagai
berdasarkan sudut pandang dari kelompok etnik yang bersangkutan (ethnic view),
maka dikhawatirkan akan menimbulkan kesalahfahaman diantara kelompok etnik
yang berbeda.
Keberagaman kelompok etnik merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat
dihindari. Jika keberagaman tersebut tidak ditata dalam suatu tatanan sosial (social
order) yang saling menghargai dan kepekaan toleransi, maka akan timbul
ketidakjelasan di masyarakat tentang adat istiadat yang digunakan, kedudukan dan
peranan setiap pelaku, kapan dan di mana kegiatan dilakukan, mengapa
menggunakan adat istiadat itu, dan bagaimana mewujudkan adat istiadat agar efektif
dan efisien.
Adat istiadat yang berlaku di masing-masing kelompok etnik merupakan adat
istiadat yang berlaku lokal. Jika dalam satu kelompok etnik yang mempunyai adat
istiadat yang berbeda, ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman dan jika terdapat
lebih dari satu kelompok etnik yang mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda,
maka perlu diatur agar perbedaan adat istiadat itu jangan sampai menimbulkan
kesalahpahaman di antara warga kelompok etnik yang berbeda, baik yang kelompok
besar maupun kelompok kecil.
2.5 Unsur Kebudayaan
Mengenai unsur kebudayaan, dalam bukunya pengantar Ilmu Antropologi,
Koenjtaraningrat, mengambil sari dari berbagai kerangka yang disusun para sarjana
Antropologi, mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur
kebudayaan universal, antara lain :
1. Bahasa

9
Sebagai salah satu unsur, bahasa memiliki kedudukan dan fungsi yang amat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan. Dengan fungsi dan
perannya yang dominan, bahasa menjadi sarana komunikasi yang dominan dalam
segala bidang kehidupan
2. Kesenian
Seperti halnya unsur-unsur kebudayaan lain, kesenian-pun dapat dikenali
dalam ketiga wujudnya, yaitu (a) konsep-konsep dan nilai-nilai yang menjadi
pengarah bagi seluruh kegiatan kesenian manusia di dalam suatu satuan
kemasyarakatan; (b) pola-pola perilaku yang dijalankan dalam memproduksi,
menyebarluaskan, maupun menikmati karya-karya seni; dan (c) benda-benda
bermakna yang merupakan hasil karya maupun sarana untuk berkarya seni.
3. Sejarah
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau (past events, res
gestae). Sejarah sebagai suatu peristiwa yang dianggap penting dan dituliskan oleh
penulis sejarah untuk mencari kebenaran dengan cara mencari hal yang pasti, dan
tegas serta mendasar tentang masa lampau manusia beserta segala aspek yang
melingkupinya.
4. Sistem Sosial
Kebhinekaan/pluralitas adalah suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri. Ia
merupakan hakekat dari sistem sosial masyarakat Indonesia. Pemahaman atas realitas
ini merupakan kunci utama bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
5. Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi
Seperti telah disebutkan unsur universal kebudayaan dalam teori antropologi
dikenal sebagai cultural universals, unsur yang secara universal selalu ditemukan
dalam kebudayaan. Ternyata “Essay on Man” karya Ernst Cassirer yang ditulis tahun
50-an tidak menyebutkan baik teknologi, sistem sosial maupun sistem ekonomi
sebagai cultural universal. Sistem sosial dan ekonomi akan dibahas secara terpisah

10
tetapi teknologi pada abad-abad mutakhir setelah Renaissance telah dikaitkan erat
dengan ilmu pengetahuan modern dengan penerapannya yang kita sebut teknologi.
Ilmu pengetahuan dianggap sebagai percabangan dari suatu rasa ingin
mengetahui pada manusia yang tangguh yang hingga kini ditemukan dalam bidang
filsafat, maka itu ilmu-ilmu pun dianggap percabangan filsafat tetapi yang telah
memperoleh corak sektoral dan akhirnya menjadi disiplin ilmu.
6. Spiritualitas, Religi dan Sistem Kepercayaan
Bahwa peranan religi dalam kehidupan manusia berbudaya sangat penting
tidak disangsikan lagi, meskipun religi itu langsung akan dipilah menurut agama-
agama besar yang dikenal mempunyai sejarah yang panjang. Sementara itu religi
dikenal sesuai agama-agama besar seperti: Islam, Kristen Katholik, Kristen Protestan,
Hindu dan Budha. Agama Kristen dan Islam adalah agama monotheis atau agama
yang menganut Ketuhanan yang Esa, agama lain seperti agama Budha yang mengenal
Sidharta Gautama dan Nirwana. Agama besar lainnya yaitu agama Hindu dengan
pluralitas dewa-dewa.
7. Sistem Ekonomi
Perubahan dari budaya agraris ke budaya industri dan budaya pasca-industri
telah menyebabkan perubahan dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia (J.Thomas
Lindblad: 2000) merupakan salah satu contoh temuan yang memperlihatkan secara
signifikan kecenderungan perubahan pekerjaan di Indonesia dari sektor pertanian ke
sektor di luar pertanian.
Saat ini perubahan tersebut juga ditandai dengan kecanggihan teknologi
disertai dengan derasnya arus informasi yang nyaris tanpa sekat yang dapat diakses di
mana pun, oleh siapa pun. Begitu cepat dan begitu luar biasanya perubahan tersebut
terjadi, sehingga manusia seringkali bahkan tidak menyadarinya.

2.6 Kaitan Manusia dan Kebudayaan

11
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia
sebagai perilaku kebudayaan. Dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya? Dalam sosiologi
manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya adalah bahwa
walaupun keduanya berbeda tapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan. Dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya
merupakan satu kesatuan. Contoh :
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di
Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di
Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life )
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang
dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk
menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa
lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (sense of
value)
3. Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas social
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan
sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket,
pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-
masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan
kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian
yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi

12
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara
mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang
sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa
berpindah tempat tinggal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa,
dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu

13
bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa inggris, kata
budaya berasal dari kata cultuur, dan dalam bahasa Latin, budaya berasal dari kata
colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah
(bertani). Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan
dengan akal”.
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek
kehidupan manusia baik secara material maupun non-material Kemudian, adanya
wujud kebudayaan yaitu, wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Wujud
kedua adalah sistem sosial atau social system, mengenai pola dari tindakan manusia
itu sendiri. Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukanbanyak
penjelasan. Karena berupa seluruh total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.

3.2 Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional,
maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi
budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun
budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.


Setiadi, M.Elly. 2010. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Sutardi, Tedi. 2007. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT
Grafindo Media Pratama.

14
Saebani, Beni Ahmad. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: PT CV PUSTAKA
SETIA.
Angelowanda. 2012. konsep budaya dan perkembangan masayarakat. Bahan diskusis
(online). http://angelowandha.blogspot.com/2012/06/makalah-manusia-dan
masyarakat.html.

15

Anda mungkin juga menyukai