Status Anak
Status Anak
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Nim : 112017149
.........................
.........................
IDENTITAS PASIEN
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, tanggal: 19 April 2018, Jam: 11.50
Keluhan utama:
Demam sejak 3 hari SMRS.
1
keluar hanya berupa makanan yang dimakan, tidak ada darah. Pasien sudah 4 kali muntah.
Pasien merasakan nyeri di bagian ulu hati. Riwayat batuk, pilek, sesak napas, napas mengi,
kejang, kuning, menggigil, berkeringat malam hari, nyeri kepala, nyeri tekan pada pipi dan
dahi, nyeri menelan, ruam merah di kulit, bintik-bintik merah di kulit, nyeri perut kanan
bawah, sulit BAB, BAB berdarah, gangguan berkemih, urin seperti teh, mimisan, gusi
berdarah, muntah darah, nyeri ulu hati, riwayat kebanjiran, pergi ke daerah endemis, semua
itu disangkal oleh pasien.
Sejak 2 hari SMRS, demam semakin dirasakan meningkat dari hari sebelumnya dan
terus-menerus saat malam hari saja. Nafsu makan pasien menurun karena takut muntah
setiap kali akan makan. Nyeri ulu hati dan mual semakin dirasakan bertambah oleh pasien.
Riwayat batuk, pilek, sesak napas, napas mengi, kejang, kuning, menggigil, muntah,
berkeringat malam hari, nyeri kepala, nyeri tekan pada pipi dan dahi, nyeri menelan, ruam
merah di kulit, bintik-bintik merah di kulit, nyeri perut kanan bawah, sulit BAB, BAB,
berdarah, gangguan berkemih, urin seperti teh, mimisan, muntah darah, nyeri ulu hati,
riwayat kebanjiran, pergi ke daerah endemis, semua disangkal oleh pasien.
Pada 1 hari SMRS saat pagi sampai sore hari demam pasien menurun, namun pada
malam harinya, pasien tiba-tiba merasakan demamnya semakin tinggi dibandingkan hari-
hari sebelumnya dan terus-menerus namun tidak diberi obat penurun panas. Pasien tidak
berani makan dan jarang minum. Buang air kecil dan besar berkurang dari hari-hari
sebelumnya. Keluhan nyeri ulu hati dan mual juga semakin bertambah setelah demam naik
daripada hari-hari sebelumnya. Pasien tidak kuat dengan demamnya yang terus-menerus
maka dibawa ibunya ke RSUD Tarakan karena ibu pasien takut anaknya mengalami kejang
setelah demam. Riwayat batuk, pilek, sesak napas, napas mengi, kejang, kuning, menggigil,
muntah, berkeringat malam hari, nyeri kepala, nyeri tekan pada pipi dan dahi, nyeri
menelan, ruam merah di kulit, bintik-bintik merah di kulit, urin seperti teh, BAB berdarah,
mimisan, muntah darah, nyeri perut kanan bawah, pergi ke daerah endemis disangkal oleh
pasien. OS mengaku pernah beberapa kali dalam seminggu terakhir membeli makanan di
pinggir jalan. Riwayat alergi makanan disangkal oleh pasien.
2
Riwayat Imunisasi
(+) BCG, 1 kali 12 jam sejak lahir.
(+) Hep B, 3 kali. Yang pertama setelah lahir, kedua saat berusia 1 bulan, yang ketiga saat
usia 4 bulan.
(+) DPT, 5 kali. Saat usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, booster 18 bulan dan 5 tahun.
(+) Polio, 5 kali. Saat lahir, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, booster 18 bulan dan 5 tahun.
(+) Campak usia 9 bulan.
Imunisasi dasar lengkap sampai dengan booster.
3
(- ) Demam Rematik Akut (-) Penyakit Jantung Rematik (-) Kecelakaan
(- ) Glomerulonephritis (-) Sindroma Nefrotik (-) Operasi
Riwayat Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Hipertensi
Diabetes
KejangDemam
Epilepsy
4
Kebiasaan makan di rumah, kadang-kadang jajan di luar. Selalu mencuci tangan sebelum dan
setelah makan. Mandi 2 kali sehari. Tidak ada riwayat pergi keluar kota. Pasien kadang-
kadang suka bermain di luar rumah.
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul (-) Keringat malam
(-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit Kepala (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Merah (-) Nyeri
(-) Sekret (-) Kuning/ikterus
(-) Trauma (-) Ketajaman penglihatan terganggu
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran (-) Sekret
Hidung
(-) Rhinnorhea (-) Tersumbat
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Epistaksis
(-) Trauma (-) Benda asing/foreign body
Mulut
(-) Bibir kering (-) Lidah kotor
(-) Gusi berdarah (-) Mukosa
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher
Thorax (Jantung/Paru-Paru)
(-) Sesak napas (-) Mengi
(-) Batuk (-) Batuk darah
(-) Nyeri dada (-) Berdebar-debar
5
Abdomen (Lambung/Usus)
(+) Mual (+) Muntah
( -) Diare ( -) Konstipasi
(+) Nyeri epigastrium ( -) Nyeri kolik
( -) Tinja berdarah ( -) Tinja berwarna dempul
( -) Benjolan
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (Kg) : 37kg
Berat tertinggi (Kg) : 37 kg, pada usia 11 tahun
Berat badan sekarang (Kg) : 35 kg, turun 2 kg dibandingkan sebelum sakit
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada 19 April 2018 jam 12.05
Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis.
Tanda-tanda vital: TD = 110/70 mmHg, S = 38° C,
RR = 20/menit, HR = 100x/menit
Uji Bendung : Negatif
Antropometrik: Status gizi berdasarkan CDC
TB = 136 cm
BB = 35 kg
BB/U = (35 kg / 37 kg) x 100% = 94% (Normal)
BB/TB = (35 kg / 32 kg ) x 100% = 109% (Normal)
TB/U = (136 cm / 145 cm) x 100% = 93% (Normal)
Lingkar kepala 48 cm
Lingkar lengan 22 cm
6
Kulit : sawo matang, pertumbuhan rambut merata, ada jaringan parut di lengan atas bekas
imunisasi, lapisan lemak tipis, suhu teraba hangat, pigmentasi merata, tidak ada pelebaran
pembuluh darah.
Kepala : Normocephal, tidak ada lesi/benjolan, rambut warna hitam dengan distribusi merata
dan tidak mudah dicabut, wajah simetris dan pucat, tidak ada nyeri pada sinus paranasal.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung. Kedudukan kedua bola
mata emetrop, pupil mata isokor kanan-kiri, refleks cahaya langsung dan tidak langsung baik.
Telinga : sekret (-), fistula (-), deformitas (-), rekfleks cahaya membran timpani (+)
Hidung : sekret (-), deformitas (-), penyumbatan (-), krepitasi (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut :
Mukosa: hiperemis tidak ada
Bibir: kering
Lidah: kotor berselaput (coated tongue)
Tenggorokan: T1-T1 (normal), hiperemis tidak ada
Gigi : gigi lengkap, tidak ada pembengkakan gusi.
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: teraba ictus cordis di sela iga 4 midklavikularis kiri
Perkusi : - Batas kanan : ICS 4 linea sternalis dextra
- Batas kiri : ICS 5 linea midclavicularis sinistra
- Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen :
Inspeksi: bentuk abdomen rata, tidak tampak benjolan
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada epigastrium.
Hati: tidak teraba membesar
Limpa: tidak teraba membesar
Ginjal: ballotement negatif
Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen, tidakadanyeri ketok CVA
Auskultasi: bising usus hipoperistaltik
7
Alat Kelamin tidak dilakukan pemeriksaan (tidak ada indikasi)
Kekuatan : 5+ 5+ Sensori : + +
5+ 5+ + +
Edema : _ _ Sianosis: _ _
_ _ _ _
Akral hangat : + +
+ +
Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran : GCS 18 (E4 M6 V5)
Delirium : Ada
Orientsi tempat, waktu, orang : Orientasi sedang
Adanya tremor, korea, ataksia, dll : Tidak ada
Rangsang meningeal: kaku kuduk (-), Kernig (-), Brudzinsky (-), Laseque (-)
Saraf otak I : penciuman baik dapat membedakan bau bauan dengan baik.
Saraf otak II : Lapang pandang baik bisa melihat dari segala arah
Saraf otak III : gerak bola mata halus tidak ada hambatan gerak mata dan nistagmus
Saraf otak IV : gerak bola mata halus tidak ada hambatan gerak mata dan nistagmus
Saraf otak V : sensori daerah wajah baik, bisa merasakan rabaan dengan baik
Saraf otak VI : gerak bola mata halus tidak ada hambatan gerak mata dan nistagmus
Saraf otak VII : dapat tersenyum, meringis, menutup mata secara simetris
Saraf otak VIII: pendengaran baik tidak ada kelainan
Saraf otak IX : tidak terdapat deviasi uvula
Saraf otak X : disfonia(-), disfagia(-), refleks muntah (+)
Saraf otak XI : dapat mengangkat bahu secara simetris
Saraf otak XII : deviasi lidah (-)
8
Uji koordinasi : pasien dapat menunjukan hidung dengan telunjuk secara bergantian tangan
kiri dan kanan
Refleks
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Refleks Tendon Dalam + +
Bisep + +
Trisep + +
KPR + +
APR + +
Refleks Patologis _ _
Refleks Primitif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM ( 18 April 2015 )
Darah :
- Hemoglobin : 12,8 g/dL
- Hematokrit : 37,8 %
- Leukosit : 4800/uL
- Trombosit : 270.000/MI
Uji Widal :
- Typhi O (+) 1/80
- Typhi H (+) 1/160
- Paratyphi A O (+) 1/80
- Paratyphi B O (-)
- Paratyphi C O (-)
- Paratyphi A H (+) 1/80
- Paratyphi B H (-)
- Paratyphi C H (-)
RINGKASAN (RESUME)
Anak perempuan berusia 11 tahun dengan keluhan demam 3 hari SMRS, demam
dirasakan meningkat terutama pada malam hari. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati disertai
mual dan muntah. Mual dan muntah sudah lebih dari 4 kali. Muntah tidak disertai darah. Nafsu
9
makan pasien menurun. Demam semakin parah dan nyeri ulu hati bertambah setelah demam,
serta buang air kecil dan besar berkurang 1 hari SMRS.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dan kesadaran compos mentis. Pasien
mengalami demam 38°C. Pada pemeriksaan didapatkan lidah kotor (coated tongue), nyeri
tekan epigastrium, lien tidak teraba dan tidak ada bintik perdarahan pada lengan.
Hasil uji widal dengan kenaikan titer Typhii dan Paratyphii 1/160 masih dalam
observasi dulu dalam waktu 1 minggu ke depan, jika di dapatkan kenaikan titer maka
dinyatakan (+).
Dasar diagnosis:
Demam yang dirasakan pasien sejak 3 hari SMRS meningkat terutama malam hari,
ketika diukur didapatkan hasil 38°C. Pada pemeriksaan fisik pasien juga ditemukan nyeri
epigastirum dan lidah kotor (coated tongue) yang merupakan manifestasi klinis dari infeksi
demam tifoid walaupun tidak patognomonik. Hasil pemeriksaan penunjang juga menunjukan
adanya leukopenia ringan. Manifestasi lainnya seperti nyeri epigastrium, mual, muntah namun
tidak disertai adanya pendarahan hidung dan bintik di lengan serta trombosit normal sehingga
dapat menyingkirkan diagnosa banding pada demam berdarah dengue. Tidak teraba
pembesaran limpa serta tidak ada riwayat keluar kota (terutama daerah endemis malaria) juga
dianggap dapat menyingkirkan diagnosa banding lainnya, yakni malaria.
Pada hasil uji widal didapatkan kenaikan titer 1/160 pada Tpyhii yang sedang
diobservasi bagaimana perkembangannya juga menentukan hasilnya nanti. Jika didapatkan
kenaikan titer dalam masa observasi tersebut pasien positif infeksi demam tifoid. Dianjurkan
untuk melakukan juga kultur darah yang belum sempat dilakukan pada pemeriksaan lanjutan
sehingga diagnosa kerja dapat ditegakan dengan benar.
10
bintik perdarahan pada lengan, epitaksis dan nyeri pada abdomen. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya pembesaran hati.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
o IVFD asering 12 tetes per menit
o Kloramfenikol kapsul 4 x 500 mg
o Paracetamol tablet 3 x 500 mg
o Ondansetron 3 mg IV
Non-medikamentosa:
o Makan makanan yang lunak seperti bubur
o Tirah baring
Edukasi :
o Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
o Banyak minum air putih
o Istirahat yang cukup
PROGNOSIS
Advitam : Ad Bonam
Adfungsionam: Ad Bonam
Adsanationam: Ad Bonam
11