Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner atau disebut juga penyakit
jantung koroner (Coronary Heart Disease/CHD) adalah istilah umum untuk penumpukan
plak di arteri jantung yang bisa menyebabkan serangan jantung (AHA, 2015). CAD terjadi
ketika arteri yang memasok darah ke otot jantung menjadi mengeras dan menyempit.
Hal ini disebabkan oleh penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak, di
dinding bagian dalamnya. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Lama-kelamaan akan
menghambat aliran darah di arteri. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan
darah atau oksigen yang dibutuhkannya. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dada (angina)
atau serangan jantung. Sebagian besar serangan jantung terjadi saat gumpalan darah
tiba-tiba memotong suplai darah jantung, menyebabkan kerusakan jantung permanen.
(Ratini, 2018)

B. ETIOLOGI

Menurut Udjianti (2010), etiologi CAD meliputi:

1. Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis. Aterosklerosis digolongkan


sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jarigan konektif di sekitar lapisan
intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis. Lesi ini dapat
bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan
obstruksi aliran darah parsial maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi
tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh
pembentukan thrombus.Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan
aliran darah kepada jaringan di sekitarnya.

2. Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh
darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi
(vasokontriksi).Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya iskemik aktual
atau perluasan dari infark miokard . Penyebab lain di luar ateroskelorik yang dapat
mempengaruhi diameter lumen pembuluh darah koroner dapat berhubungan
dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, hipovolemik, polisitemia ,
dan masalah-masalah atau gangguan katup jantung. Menurut Mayo Clinic (2017),
faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi:

a. Usia. Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan
menyempit.

b. Riwayat keluarga. Riwayat keluarga penyakit jantung dikaitkan dengan risiko


penyakit arteri koroner yang lebih tinggi, terutama jika seorang kerabat dekat
mengembangkan penyakit jantung pada usia dini.

c. Merokok. Orang yang merokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung


secara signifikan.

d. Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri Anda, mempersempit saluran
yang melaluinya darah bisa mengalir.

e. Kadar kolesterol darah tinggi. Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat
meningkatkan risiko terbentuknya plak dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat
disebabkan oleh tingkat tinggi low-density lipoprotein (LDL), yang dikenal sebagai
kolesterol "jahat". Tingkat rendah lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang dikenal
sebagai kolesterol "baik", bisa menjadi tanda aterosklerosis.

f. Diabetes. Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner.


Diabetes tipe 2 dan penyakit arteri koroner memiliki faktor risiko yang sama,
seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.

g. Kegemukan atau obesitas. Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor


risiko lainnya.

h. Tidak aktif secara fisik Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri
koroner dan beberapa faktor risikonya juga.

i. Tegangan tinggi. Stres yang tidak henti-hentinya dalam hidup dapat merusak
arteri dan juga memperburuk faktor risiko penyakit arteri koroner lainnya.
C. MANIFESTASI KLINIK

Menurut (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014), manifestasi klinik yang biasa
terjadi pada kasus CAD meliputi:

1. Nyeri Dada

Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah
sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan
terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat,
biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina,
nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi)
dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang
dengan istirahat maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke
dagu dan leher.

2. Perubahan pola EKG

a. Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST. Gelombang T
inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis

b. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi sensitivitas


sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia, ketidakseimbangan elektrolit dan
stimulus sarat simpatis dapat berupa bradikardi, takikardi, premature ventrikel,
contraction (ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi.

c. Sesak napas Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana
jantung tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-
paru juga berkurang.

d. Diaphoresis Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.

e. Pusing Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
memompa darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.

f. Kelelahan Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat


penyempitan pembuluh darah.

g. Mual dan muntah Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung
adalah di dada dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung
mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah.
Area infark merangsang refleks vasofagal.

D. KOMPLIKASI

Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care (2017), komplikasi CAD
meliputi:

1. Aritmia merupakan yang paling sering ditemui. Aritmia yaitu gangguan dalam irama
jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi otot-otot jantung.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial
aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung. Jika jantung tidak mendapat oksigen yang
cukup maka bagian dari jaringan jantung yang mengatur detak jantung akan rusak.
Hal tersebut dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur selain itu
dapat menyebabkan jantung berdebar, kelelahan dan pusing.

2. Gagal Jantung Kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard.


Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena
pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti
pada vena sistemik.

3. Syok kardikardiogenik yang diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah
mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan hemodinamik
progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi
koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan kematian.

4. Disfungsi Otot Papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan
mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik
dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan
peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.

5. Ventrikuler Aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau
apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa
sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel
dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi
sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter.

6. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung


berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan
pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru yang bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung
kongestif yang parah

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Echo cardiogram Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan
ukuran jantung melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat adanya
thrombus pada bagian jantung, mengetahui kekuatan otot jantung serta memeriksa
kerusakan pada katup jantung.

2. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner) Kateterisasi jantung adalah prosedur


diagnostik invasif dimana satu atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan
pembuluh darah tertentu untuk mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai
ruang jantung. Saat kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angiografi koroner
menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah dan X-ray untuk
menunjukkan bagian dalam pembuluh darah. Hal ini dilakukan untuk mengkaji
patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah terdapat gangguan atau
penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan
untuk menentukan terapi yang diperlukan mis. Percutaneus transluminal coronary
angioplasty (PTCA) atau pembedahan bypass koroner maupun Percutaneous
Coronary Intervention (PCI) bila ada aterosklerosis. (Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010).

3. Elektrokardiogram (EKG) Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung


yang disadap dari berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada
elektrokardiografi secara konsisten akibat iskemia atau infark akan nampak pada lead
tertentu.

4. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi : profil lipid (kolesterol
total, trigliserida, dan lipoprotein)

5. Cardiac Stress Testing Normalnya, arteri koroner akan berdilatasi sampai 4x dari
diameter normalnya untuk meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan
oksigen. Arteri yang tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah ke
miokardium dan menyebabkan iskemik. Tes toleransi jantung yang terdiri dari tes
toleransi latihan (treadmill) dan tes toleransi pengobatan (pharmacologic stress test)
membantu untuk :

a. Mendiagnosis CAD
b. Membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada

c. Menentukan kapasitas fungsional jantung setelah Infark Miokard atau


pembedahan jantung.

d. Mengakji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia

e. Mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik

f. Membantu pengembangan program kesegaran jasmani. Tes toleransi latihan


(Treadmill) dilakukan dengan cara pasien berjalan pada ban berjalan, sepeda
statis, atau naik turun tangga. Elektroda EKG dipasang pada pasien dan
pencatatan dilakukan sebelum, selama dan setelah tes. Tes toleransi pengobatan
dilakukan pada pasien yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik atau treadmill. 2
agen vasodilatasi yaitu dipyridamole (Persantine) dan adenosine (Adenocard),
diberikan melalui intravena untuk melihat efek dari dilatasi maksimal arteri
koronaria. (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014) tes toleransi latihan
(Treadmill) dilakukan dengan cara pasien berjalan pada ban berjalan, sepeda
statis, atau naik turun tangga. Elektroda EKG dipasang pada pasien dan
pencatatan dilakukan sebelum, selama dan setelah tes. Tes toleransi pengobatan
dilakukan pada pasien yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik atau treadmill. 2
agen vasodilatasi yaitu dipyridamole (Persantine) dan adenosine (Adenocard),
diberikan melalui intravena untuk melihat efek dari dilatasi maksimal arteri
koronaria. (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014)

F. PENATALAKSANAAN

Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling
umum diantaranya:

1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin. Obat-obatan ini mengencerkan darah dan


mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung
menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (misalnya Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol). Obat ini berfungsi
menurunkan konsumsi oksigen dengan menghambat impuls simpatis ke jantung.
Hasilnya terjadi penurunan frekuensi jantung, tekanan darah, dan waktu
kontraktilitas jantung yang menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan
oksigen jantung dan jumlah oksigen yang tersedia.

3. Nitrogliserin (misalnya Isosorbide Dinitrate). Obatan-obatan ini bekerja membuka


arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan
mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat,
umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan
untuk penghilang nyeri dada secara cepat.

4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (misalnya Enalapril, Perindopril) and


Angiotensin Receptor Blockers (misalnya Losartan, Valsartan). Obatan-obatan ini
memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu
menurunkan tekanan darah.

5. Obatan-obatan penurun lemak (misalnya Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,


Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit
jantung koroner dini atau lanjut.

6. PCI ( Percutaneus Coronary Intervention) atau angioplasti koroner Percutaneus


Coronary Intervention merupakan suatu prosedur untuk mengatasi stenosis atau
penyempitan di arteri koronaria. Prosedur ini digunakan untuk mengurangi gejala
penyakit arteri koroner seperti nyeri dada, sesak serta gagal jantung. PCI dapat
mencegah terjadinya infark miokard serta mengurangi angka kematian. Angioplasti
merupakan prosedur yang tidak seinvasif CABG. Kateter yang berbentuk balon dan
stent dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan di
antara daerah aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan dan dikempiskan
dengan cepat untuk memecah plak. Prosedur PCI dilakukan di laboratorium
kateterisasi jantung. (Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010)

7. CABG (Coronary Artery Bypass Graft ) CABG merupakan prosedur operasi yang
digunakan untuk mengatasi penyakit jantung koroner atau CAD dengan membuat
rute baru di sekitar arteri yang menyempit atau tersumbat agar darah tetap lancar
hingga ke otot jantung sehingga jantung mendapatkan oksigen dan nutrisi yang
cukup. Pembuatan rute tersebut menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh
lainnya seperti pembuluh darah dari kaki (vena saphena), dada (arteri maamria
interna) atau lengan (arteri radialis) (Alodokter, 2016).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN

1. Anamnese

a. Biodata

Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita.

b. Keluhan Utama

Nyeri dada yang berat, sesak nafas, mual, muntah, nyeri kepala yang hebat, kelemahan.

c. Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat hipertensi, merokok pengguna alkohol, pola hidup yang tidak sehat.

d. Riwayat kesehatan masa lalu


Keluarga yang menderita riwayat hipertensi, penyakit jantung, kegemukan

e. Pola aktifitas sehari hari

Banyak makan makanan yang mengandung lemak tinggi, kebiasaan merokok, minum
alkohol serta serta tidak rutin dalam melakukan aktivitas olahraga.

f. Keadaan Umum

Keadaan umum lemah dan dapat membaik.

2. Pemeriksaan fisik

a. Breating (B1 = pernafasan)

Dispnea dengan atau tanpa aktivitas aktivitas, batuk produktif, riwayat merokok.

Tanda : distres pernafasan, meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman.

b. Bleeding (B2 = kardiovaskuler)

Riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung, kegemukan.

Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau menurun. Bunyi
jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur sistolik transien lambat (disfungsi otot
papilaris) mungkin ada saat nyeri. Kulit atau membran mukosa lembab, dingin, pucat
pada adanya vasokontriksi.

c. Brain (B3 = persarafan)

Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir

Tanda : nyeri kepala yang hebat

d. Blader (B4 = perkemihan)

Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.

Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.

e. Bowel (B5 = pencernaan)

Tanda : mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, muntah, perubahan
berat badan

f. Bone (B6 = tulang-otot-integumen)

Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.


B. Rencana

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miocard

Tujuan :

Nyeri dada berkurang wajah rileks respirasi 12-24x/menit, nadi 80-100 x/menit

Kriteria hasil :

a. Menyatakan nyeri hilang atau tak ada.

b. Menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur dengan cukup.

Intervensi keperawatan:

1) Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat jika terjadi nyeri dada.

R/ Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang saraf simpati untuk
mengeluarkan norep rinoprin yang meningkatkan kemajuan penyakit.

2) Kaji dan catat respon pasien

R/ Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.

3) Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak

Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia.

4) Pantau irama jantung

R/ Pasien mengalami peningkatan diatrimia yang mengancam hidup secara akut


yang terjadi terhadap respon ischemia

5) Pantau tanda vital tiap lima menit

R/ Tekanan darah dapat meningkatkan secara dini sehubungan dengan rangsangan


simpatis

6) Pertahankan lingkungan nyaman dan tenang

R/ Stress mental / emosi meningkatkan kerja miokard

7) Berikan O2 sesuaiindikasi

R/ Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard

8) Berikan obat golongan nitrat dan beta bloker.


R/ Obat golongan nitrat mempunyai efek cepat vasodilatasi beta bloken
menurunkan kerja miokard.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik akibat iscemia miokard,
gangguan frekuensi /irama dan konduksi elektrikal,

Tujuan :

Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas

Kriteria hasil :

a. frekwensi jantung stabil (80-100 x/mnt)

b. nafas normal (16-24 x/mnt)

c. produksi urine baik (sesuai dengan intake)

d. ekstremitas pasien hangat

e. Tekanan darah dalam batas normal (90/60 - 140/90 mmHg)

Intervensi :

1) Pantau / catat kecenderungan frekuensi jantung dan TD khususnya mencatat hipotensi.

R/ Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, distritmia, gagal jantung / syok

2) Pantau / catat disritmia jantung observasi respon pasien terhadap distritmia, contoh
penurunan TD.

Distritmia yang mengancam hidup dapat terjadi sehubungan dengan ketidakseimbangan


elektrolit, iskemia miokardia, atau gangguan pada konduksi elektrikal jantung

3) Observasi perubahan status mental / orientasi / gerakan atau refleks tubuh.

R/ Dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau oksigenasi serebral sebagai


akibat penurunan curah jantung

4) Catat suhu kulit / warna, dan kualitas / kesamaan nadi perifer.

R/ Kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indikator umum curah jantung
adekuat

5) Ukur / catat pemasukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan.

R/ Berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau mengidentifikasi kelebihan


cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung / konsumsi
6) Jadwal istirahat / periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas perawatan diri.

Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler berlebihan

7) Pantau program aktivitas, catat respons pasien, tanda vital sebelum / selama / setelah
aktivitas, terjadinya disritmia.

Latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus kardiovaskuler berlebihan

8) Evaluasi adanya / derajat cemas / emosi

Reaksi emosi berlebihan dapat mempengaruhi tanda vital dan tahanan vaskuler sistemik
serta mempengaruhi fungsi jantung

9) Dorong penggunaan tehnik relaksasi contoh napas dalam, aktivitas senggang.

Tehnik relaksasi bertujuan untuk mempengaruhi fungsi jantung

10) Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.

Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat dalam


memperbaiki iskemia jantung dan disritmia

Berikan obat sesuai indikasi :

a) Penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem), nifedipin (procardia)

R / meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan


penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri
koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja
jantung.

b) Penyekat beta, contohnya atenolol, nadolol, propanolol

R / obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan
TD sistolik.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,


adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard

Tujuan :

setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam


melakukan aktivitas

Kriteria hasil :

a. Tekanan darah dalam batas normal


b. Nadi dalam batas normal (80-100x/mnt)

c. Irama dalam batas normal

d. Tidak adanya angina

Intervensi dan Rasional :

1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.

R/ mengindikasikan kerja jantung

2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.

R/ mengurangi beban kerja jantung

3) Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.

R/ untuk menghindari peningkatan kerja jantung

4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.

R/ menghindari kerja jantung yang tiba-tiba berat

C. EVALUASI

1. Nyeri dada berkurang wajah rileks respirasi 12-24x/menit, nadi 80-100 x/menit

2. Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas

3. Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung

4. Setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam


melakukan aktivitas

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas/cemas pasien berkurang/ hilang

Anda mungkin juga menyukai