Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tempat praktek dokter gigi merupakan tempat yang memiliki
fungsi sebagai sarana untuk melayani kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
Namun selain berfungsi dalam pelayanan kesehatan, tempat praktek dokter
gigi dapat menjadi sebuah sumber penyakit jika tidak dikelola dengan baik,
baik dari segi kontrol infeksi dan keselamatan kerja praktik dokter gigi.
Tempat praktek dokter gigi terdiri dari dokter gigi, perawat gigi,
staf dan juga pasien, dalam hal ini memiliki resiko tinggi berkontak dengan
mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan
gigi. Tindakan secara asepsis harus selalu dilakukan, termasuk tindakan
pencegahan seperti sterilisasi dan desinfeksi. Oleh karena itu, dokter gigi
dan para koas harus menganggap pasiennya adalah carrier dari penyakit
infeksi dan harus selalu mengikuti prosedur tindakan pencegahan. Selain itu
lingkungan di sekitar rsgm juga menjadi perhatian dalam hal pengelolaan
limbah rumah sakit yang juga bisa menjadi sumber infeksi.
Dalam skill lab ini, kami diberikan kesempatan untuk terjun
langsung ke lapangan untuk mengobservasi bagaimana kondisi manajemen
praktik kedokteran gigi dari RSGM yang akan diobservasi. Selain itu agar
dapat mengidentifikasi masalah yang sesuai dengan prinsip metodologi
ilmiah. Sehingga dalam observasi ini, selain untuk memenuhi penilaian skill
lab viii modul manajemen praktik kedokteran gigi dapat juga dijadikan
sebagai masukan untuk RSGM agar dapat meningkatkan manajemen praktik
kedokteran gigi dalam hal pengontrolan infeksi serta kesehatan dan
keselamatan kerja di RSGM unsrat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kontrol infeksi di bagian penyakit mulut?
2. Bagaimana kontrol infeksi di bagian periodonsia?

1
3. Bagaimana kontrol infeksi di bagian konservasi?
4. Bagaimana kontrol infeksi di bagian ortodonsia?
5. Bagaimana kontrol infeksi di bagian bedah mulut?
6. Bagaimana kontrol infeksi di bagian IKGA?
7. Bagaimana kontrol infeksi di bagian prostodonsia?
8. Bagaimana pengelolaan limbah di RSGM unsrat?
9. Bagaimana desain ruang praktik dan dan tata letak dari masing-masing
bagian di RSGM unsrat?
10. Bagaimana four handed dentistry di RSGM unsrat?

1.3 Tujuan Umum


Untuk memahami pengontrolan infeksi yang sesuai dengan SOP
dan pelaksanaan serta kesehatan dan keselamatan kerja yang meliputi
manajemen pengelolaan limbah yang sesuai dengan SOP dan pelaksanaan,
desain ruang praktik dan tata letak, dan four handed dentistry di RSGM
PSPDG FK UNSRAT.

1.4 Tujuan Khusus


1. Untuk memahami kontrol infeksi di bagian penyakit mulut
2. Untuk memahami kontrol infeksi di bagian periodonsia
3. Untuk memahami kontrol infeksi di bagian konservasi
4. Untuk memahami kontrol infeksi di bagian ortodonsia
5. Untuk memahami kontrol infeksi di bagian bedah mulut
6. Untuk memahami kontrol infeksi di bagian IKGA
7. Untuk memahami kontrol infeksi di bagian prostodonsia
8. Untuk mengetahui dan memahami pengelolaan limbah di RSGM unsrat
9. Untuk mengetahui desain ruang praktik dan dan tata letak dari masing-
masing bagian di RSGM unsrat
10. Untuk memahami mengenai four handed dentistry
11. Memberi informasi kepada RSGM PSPDG FK UNSRAT mengenai
kontrol infeksi dan K3 dalam praktik dokter gigi.

2
12. Memberikan masukan bagi pihak RSGM PSPDG FK UNSRAT dalam
meningkatkan pengontrolan infeksi dan K3 dalam praktik dokter gigi.
13. Dapat mengambil bagian dalam pembelajaran modul skill lab viii
modul manajemen praktik kedokteran gigi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Standard Precautions


Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
Standard Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan
menggabungkan dan menambah tahapan pencegahan yang dirancang untuk
melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat
menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain. Standar ini harus
dilakukan untuk semua pasien ketika melakukan tindakan yang melibatkan
kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali
keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa.
Standard Precaution merupakan langkah-langkah yang perlu diikuti
ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua
cairan tubuh dan sekrsesi, ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan luka
terbuka dan mukosa. Prosedur standard precaution bertujuan untuk
melindungi dokter gigi, pasien dan staf dari paparan objek yang infeksius
selama prosedur perawatan berlangsung. Pencegahan yang dilakukan adalah
evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi instrumen, desinfeksi
permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan penanganan sampah medis
(Center for Disease Control and Prevention, 2003).

1. Evaluasi Pasien
Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari setiap
pasien dan diperbaharui pada setiap kunjungan yaitu nama, usia, jenis
kelamin, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat dan nomor telepon.
Riwayat penyakit yang pernah diderita maupun yang sedang diderita,
adanya penyakit keturunan harus dicatat, demikian pula keadaan sosial
ekonominya, pendidikannya, apakah ia pengguna narkoba atau peminum
minuman keras, semua hal-hal tersebut harus diketahui. Hal ini karena
dari data tersebut dapat juga diperoleh informasi bahwa pasien tersebut

4
merupakan orang yang beresiko tinggi terkena penyakit infeksi, seperti
orang yang bekerja dibidang kesehatan.
2. Perlindungan Diri
Yang termasuk perlindungan diri adalah mencuci tangan,
pemakaian baju praktek, penggunaan sarung tangan, penggunaan kaca
mata pelindung, penggunaan masker, penggunaan rubber dam dan
imunisasi.
a. Cuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan
sesudah merawat pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan
harus dibuang dan tangan harus dicuci lagi sebelum mengenakan
sarung tangan yang baru. Prosedur mencuci tangan yang benar adalah
sebagai berikut :
1) Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2) Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ketangan dan
digosok sampai berbusa.
3) Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya,
kedua bagian punggung tangan digosok. Jari dan kuku serta
pergelangan tangan juga dibersihkan. Semua ini dilakukan selama
sekitar 10-15 detik.
4) Tangan dibilas bersih dengan air mengalir.
5) Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu. Mengeringkan
tangan dengan kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan
mengeringkan tangan menggunakan mesin pengering tangan,
karena mesin pengering tangan umumnya menampung banyak
bakteri.
b. Pemakaian Jas Praktek
Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang
bersih dan sudah dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan
harus diganti saat terjadi kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan
air panas dan deterjen serta pemutih klorin, bahkan jas yang

5
terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen dan
beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian
selama beberapa hari hingga beberapa minggu.
c. Penggunaan Sarung Tangan
Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan
lateks atau vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi,
staf dan pasien. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk
mencegah bersentuhan langsung dengan darah, saliva, mukosa, cairan
tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung tangan vinil
dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan
harus diganti setiap selesai perawatan pada setiap pasien. Ada tiga
macam sarung tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi,
diantaranya :
1) Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter
gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa
kemungkinan terjadinya perdarahan.
2) Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan
bedah atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan
pada perawatan.
3) Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat,
permukaan kerja atau saat menggunakan bahan kimia.
d. Penggunaan Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah
sebaiknya digunakan pada saat menggunakan instrumen berkecepatan
tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi
saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas penyaringan dari
masker tergantung pada bahan yang dipakai (masker polipropilen
lebih baik dari masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30 – 60
menit). Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.
e. Penggunaan Kacamata Pelindung

6
Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya
untuk melindungi mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed
handpiece dan pembersihan karang gigi baik secara manual maupun
ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva, mikroorganisme, aerosol
dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun staf.
f. Penggunaan Rubber Dam
Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk
menghindari terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan
saliva diatas rubber dam. Selain untuk mengurangi kontak instrumen
dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk mengurangi
terjadinya luka dan perdarahan.
g. Imunisasi
Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling
jarang digunakan sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan
staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-B untuk perlindungan
terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas tiga tahap,
pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan
kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat
menganjurkan agar personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi
lain yang juga dianjurkan antara lain adalah imunisasi terhadap
penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri, pertusis, dan
tetanus (DPT), infuenza, poliomyelitis dan TBC (BCG).
3. Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik) yang
membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme termasuk virus
dan spora bakteri. Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu :
a. Pembersihan sebelum Sterilisasi
Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari
debris organik, darah dan saliva. Dalam kedokteran gigi, pembersihan
dapat dilakukan dengan cara pembersihan manual atau pembersihan
dengan ultarsonik. Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik

7
dengan larutan deterjen lebih aman, efisien dan efektif dibandingkan
dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang ditutup selama 10
menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran
air dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting
untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk
mencegah terjadinya karat.
b. Pembungkusan
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk
memenuhi prosedur klinik yang baik. Instrumen yang digunakan
dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan
menggunakan nampan terbuka yang ditutup dengan kantung sterilisasi
yang tembus pandang, nampan yang berlubang dengan penutup yang
dibungkus dengan kertas sterilisasi, atau dibungkus secara individu
dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli. Alat-alat yang
dapat ditutupi:
1) Baki instrumen, tutupi dengan bib yaitu kertas yang dilapisi plastik
2) Ujung alat rontgen ditutupi dengan plastik atau kertas yang diberi
selotip
3) Tombol-tombol pada unit gigi ditutupi dengan plastik arau
aluminium foil
4) Sandaran kepala dibungkus dengan penutup dari plastik atau
kantung khusus
5) Three way syringe dilapisi dengan plastik, dapat pula
menggunakan ujung penutup yang disposabel atau yang dapat
disterilkan kembali.
6) Ujung dari blood suction dilapisi dengan kantung plastik yang
ujungnya digunting untuk memasukkan ujungnya.
7) Pegangan lampu ditutupi dengan aluminium foil, kertas atau spons
berukuran 4x4 inci.
8) Ujung dari alat untuk menyinari tumpatan komposite, pegangan
dan tombol trigger ditutupi dengan pembungkus plastik dan diberi
selotip.

8
Beberapa alat-alat yang tidak dapat dituttupi, harus di
sterilkan atau didesinfeksi. Daerah operasional dapat dibersihkan dan
didesinfeksi selama kurang dari 10 menit.
c. Proses Sterilisasi
Sterilisasi dapat dicapai melalui metode berikut:
1) Pemanasan basah dengan Tekanan Tinggi (Autoclave)
2) Pemanasan Kering (Oven)
3) Uap Bahan Kimia (Chemiclave)
d. Penyimpanan yang Aseptik
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat
dipakai. Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses
sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan
menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas
tergantung pada tempat dimana instrumen itu disimpan dan bahan
yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung
dengan aliran udara yang minimal seperti lemari atau laci merupakan
tempat penyimpanan 0C, selama 60 menit, untuk alat yang dapat
menyalutkan panas adalah 1900 C, sedangkan untuk instrumen yang
tidak dibungkus 6 menit. yang baik. Pembungkus instrumen hanya
boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu satu
bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.
4. Disinfeksi Permukaan
Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen
(kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia yang di lakukan
terhadap benda mati. Disinfeksi dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi. Disinfeksi permukaan dilakukan pada dental unit, kabinet, tuba
dan pipa, serta handpiece dan instrumen tangan.
Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat
yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedangkan disenfeksi digunakan pada benda mati.

9
Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau
sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan disinfeksi,
penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan
bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam disinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara
lain adalah:
a Alkohol
b Aldehid
c Biguanid
d Senyawa Halogen
e Fenol
f Klorsilenol
5. Penggunaan Alat Sekali Pakai/Disposible
Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan dengan menggunakan
alat-alat sekali pakai/disposible. Yang paling penting adalah penggunaan
jarum suntik yang digunakan untuk anestesi lokal atau bahan lain. Jarum
tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin
ketajaman dan sterilitasnya.
Selain jarum suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam
bentuk sekali pakai. Bilah skalpel dan kombinasi bilah tangkai juga
tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Disamping itu, cara
terbaik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit antar pasien
adalah menggunakan alat sekali pakai/disposible seperti sarung tangan,
masker, kain alas dada, ujung saliva ejektor dan lain-lain.
6. Penanganan Sampah Medis
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan,
masker, tisu bekas, dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah
dan cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan ke
dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi
kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda
tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam tempat

10
yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik.
Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda
tajam.

Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi


adalah melalui:
1. Kontak langsung dengan luka, saliva atau darah yang terinfeksi.
2. Kontak tidak langsung dengan alat-alat yang terkontaminasi.
3. Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang
terluka maupun yang utuh atau mukosa.
4. Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.

Kontrol infeksi secara umum


Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk
perawatan gigi adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh
karena itu semua pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari
mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang dilakukan pada
semua pasien haruslah dilakukan dengan kontrol infeksi umum.
Infeksi melalui udara
Mikroorganisme yang ditularkan melalui udara terdapat pada
aerosol yang terhirup dan karenanya dapat menyebabkan penyakit influenza,
common cold, dan tuberkulosis. Bila terjadi aerosol misalnya, oleh
instrumen high speed, terbentuk percikan-percikan dengan ukuran yang
berbeda-beda. Percikan yang diameternya lebih besar dari 100 nanometer
yang dinamakan splatter akan cepat jatuh oleh gaya tarik bumi, sedang
percikan yang umum terjadi adalah berukuran diameter kurang dari 100
nanometer. Percikan kecil ini dengan cepat menguap dan tetap ada pada
udara selama beberapa jam sebagai droplet nuclei yang mengandung saliva
atau sekresi serum yang kering dan mikroorganisme
Infeksi melalui benda tajam dan jarum suntik

11
Jalur utama terjadinya penularan penyakit infeksi dalam bidang
kedokteran gigi yaitu melalui kulit atau mukosa yang terluka oleh benda
tajam atau jarum suntik, termasuk di sini adalah penyebaran penyakit
hepatitis B dari pasien ke dokter gigi dan sebaliknya yang sudah terbukti.

2.2 Pengelolaan Limbah Kedokteran Gigi


Menurut norma WHO limbah layanan kesehatan mencakup semua
limbah yang dihasilkan oleh lembaga kesehatan, fasilitas penelitian, dan
laboratorium. Selain itu, termasuk limbah yang berasal dari sumber kecil
atau tersebar seperti hasil limbah pelayanan kesehatan yang dilakukan di
rumah (dialisis, suntikan insulin, dll).

Sumber limbah Rumah Sakit


Setiap ruangan/unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil
sampah. Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan
penggunaan dari setiap ruangan/unit yang bersangkutan. Material
kedokteran gigi. Bahan-bahan dan obat yang selalu dipakai dokter gigi
dalam menjalankan profesinya adalah :
1. Bahan tumpat: Amalgam-mercury, composite resin, glass ionomer,
logam mulia Au, Ag, Pd dan Zinc Oxide
2. Bahan crown: logam mulia, Ag, Akrilik, ceramic
3. Dental film: Developer x-ray (mengandung hydroquinone, Pb)
4. Bahan irigasi: Sodium hipoklorit (NaOCl 2,5%), Chlor Hexidin (CHX
0,2%), H2O2 3%
5. Rubber: sarung tangan, rubber dam
6. Masker
7. Jarum suntik, jarum endodontik, plastic spuit, dll
8. Alat pemanas: pemotong guttap point, pelunak guttap point
9. Obat-obat endodontik : Arsen, formaldehid,dll
10. Sinar : Halogen, laser,dll

12
Bahan kedokteran gigi yang dapat menimbulkan limbah toksik
Limbah dari tempat praktik dokter gigi/ rumah sakit dapat berupa
limbah infeksius dan limbah kimia. Keduanya merupakan limbah berbahaya
bagi lingkungan, apabila tidak diperhatikan cara menanggulanginya.
Limbah infeksius dari praktik kedokteran gigi dapat menularkan berbagai
penyakit apabila tidak diperhatikan pembuangannya. Sedangkan limbah
kimia kedokteran gigi yang berbahaya, antara lain adalah :
1. Limbah amalgam.
2. Limbah bahan kimia untuk fiksasi, developer dan cleaner pada
pencucian foto rontgen.
a Bahan fiksasi film X-ray adalah larutan yang tertinggi pada proses
pencucian film X-ray, merupakan limbah yang toksik karena
kandungan silver yang tinggi
b Bahan developer x-ray dilarang dibuang sembarangan mengingat
kandungan hydroquinone yang merupakan limbah berbahaya
c X-ray cleaner merupakan limbah berbahaya bila mengandung
chromium
d Bungkus film x-ray yang mengandung Pb, dapat dilebur (recyded).
Karenanya bahan ini menjadi limbah yang tidak berbahaya bila
dalam bentuk scrap metal
e Film x-ray sendiri termasuk limbah berbahaya karena kandungan
silvernya. Untuk mengindari limbah berbahaya dari x-ray tersebut
dianjurkan menggunakan alat digital x-ray
3. Limbah bahan sterilisasi alat kedokteran gigi merupakan limbah
berbahaya apabila mengandung alkohol, glutaraldehyde dan bahan
berbahaya lain, seperti ortho-phthaldehyde (OPA). Untuk
mensterilisasi ditambah glycine. Cairan bleaching merupakan limbah
yang berbahaya apabila konsentrasinya tinggi. Penurunanan konsentrasi
kurang dari 1% tidak membahayakan.

Karakteristik limbah Rumah Sakit

13
1. Limbah medis
Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan potensi
bahaya yang tergantung didalamnya, serta volume dan sifat
persistensinya yang menimbulkan masalah :
a. Limbah benda tajam
b. Limbah infeksius
c. Limbah patologi
d. Limbah farmasi
e. Limbah kimia
f. Limbah radioaktif
2. Limbah Non-Medis

Aspek Perundangan, Peraturan, Dan Kebijakan Pengelolaan


Lingkungan Dan Limbah Medis
Aspek lingkungan yang diatur menurut peraturan dan perundang-
undangan pengelolaan lingkungan Rumah Sakit
1. Penilaian Dampak Lingkungan
Suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup mempunyai kewajiban
melengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL). Jenis usaha dan/ atau kegiatan yang wajib mempunyai
AMDAL adalah bidang pertahanan dan keamanan, bidang pertanian,
bidang perikanan, bidang kehutanan, bidang kesehatan, bidang
perhubungan, bidang teknologi satelit, bidang perindustrian, bidang
prasarana wilayah, bidang energi dan sumber daya mineral, bidang
pariwisata, bidang pengembangan nuklir, bidang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bidang rekayasa genetika.
Untuk jenis kegiatan bidang kesehatan seperti Rumah Sakit, penilaian
dampak lingkungan dapat dilihat melalui tinjauan dokumen penilaian
lingkungan (AMDAL) yang dibuat oleh rumah sakit, apakah sudah
sesuai dengan peraturan yang ada.

14
2. Limbah Padat
Tinjauan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan yang
terdapat dalam:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
MENKES/SK/X/2004.
b. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.6.64 tanggal 18 Februari
1993 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan, Ruang dan
Bangunan, serta Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit.
c. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.06.64 tanggal 18 Februari
1993 tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
d. Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.

Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit


Pengelolaan limbah medis secara efektif adalah pemilahan
(segregasi) dan identifikasi limbah. Penanganan, pengelolaan, dan
pembuangan akhir limbah berdasarkan jenisnya akan menurunkan biaya
yang dikeluarkan serta memberikan manfaat yang lebih banyak dalam
melindungi kesehatan masyarakat. Adapun persyaratan pengelolaan limbah
rumah sakit berdasarkan Menkes sebagai berikut :
1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan
kimia dan farmasi.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus
melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

15
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai. Untuk menguji efektifitas
sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus
dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali
pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan
kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.
7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
dengan penggunaan wadah dan label.
8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk
pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor, dan diberi label bertuliskan ” Limbah Sitotoksis”.
2. Limbah Medis Non Padat
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah
medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan

16
a) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong
plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan
lambang ”domestik” warna putih
b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua)
ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

17
Sumber : Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit. Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit
menular&penyehatan lingkungan; 2004. p19

Gambar Pembuangan limbah medis sesuai dengan wadah dan label


limbah. (Sumber : Bio-medical waste management self learning
document for doctors, superintendents and administrators)

18
Pengumpulan, Pengangkutan, Dan Penampungan Limbah Di Tempat
(On-Site)
1. Pengumpulan
Staf klinis atau staf kebersihan harus memastikan bahwa
kantong limbah tertutup atau terikat dengan kuat jika sudah tiga perempat
penuh. Kantong yang belum terisi penuh dapat disegel dengan membuat
simpul ikatan dibagian lehernya sementara kantong yang berat/penuh
mungkin perlu diikat dengan menggunakan label plastik pengikat dari
jenis self-locking. Kantong tidak boleh ditutup dengan cara distaples.
Kontainer benda tajam yang sudah ditutup harus dimasukkan dalam
kantong kuning berlabel untuk limbah layanan kesehatan yang infeksius
sebelum diangkut dari bangsal atau bagian rumah sakit. Berikut beberapa
rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga pendukung yang
bertugas mengumpulkan limbah:
a. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang
ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang
ditentukan
b. Jangan memindahkan satu kantong limbah pun kecuali labelnya
memuat keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau
bagian-bagiannya) dan isinya.
c. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong kontainer
baru dari jenis yang sama. Persediaan kantong dan kontainer baru
harus siap tersedia di semua lokasi yang menghasilkan limbah.
2. Penampungan
Lokasi penampungan untuk limbah medis harus dirancang agar
berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan atau fasilitas
penelitian. Limbah, baik dalam kantong maupun kontainer, harus
ditampung di area, ruangan atau bangunan terpisah yang ukurannya
sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi
pengumpulannya. Kecuali digunakan ruang yang memiliki pendingin,

19
waktu tampung sementara untuk limbah medis (misalnya: waktu tunggu
antara produksi dan pengolahan) jangan sampai melebihi iklim.

Gambar Pengumpulan limbah medis . (Sumber : Bio-medical waste


management self learning document for doctors, superintendents and
administrators)

3. Pengangkutan di tempat
Limbah layanan kesehatan harus diangkut di dalam rumah sakit
atau ke fasilitas lain dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak
yang tidak digunakan untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Mudah dimuat dan dibongkar muat
Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer
limbah selama pemuatan maupun pembongkaran muatan
b. Mudah dibersihkan
Kendaraan pengangkut limbah tersebut harus dibersihkan dan
didesinfeksi setiap hari dengan disinfektan yang tepat. Semua ikatan
atau tutup kantong limbah harus berada di tempatnya dan masih utuh
setibanya di akhir pengangkutan.

20
Gambar Pengangkutan limbah medis dengan menggunakan troli.
(Sumber : Bio-medical waste management self learning document for
doctors, superintendents and administrators)

4. Pengangkutan limbah meninggalkan lokasi (off-site)


Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan
kendaraan khusus. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang
langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman
bagi kesehatan. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis
limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf
atau dengan pembakaran menggunakan insinerator. Sedangkan limbah
padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah, atau badan lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

5. Pengelolaan limbah medis berdasarkan kategori limbah


a. Limbah infeksius dan benda tajam
Insinerasi dalam insinerator bilik tunggal harus menjadi
metode pilihan pada instansi yang menerapkan program minimal
pengelolaan limbah. Limbah yang sangat infeksius, seperti kultur dan
sediaan agens infeksius dari percobaan di laboratorium, harus
disterilisasi melalui perlakuan termal basah(auto-claving) pada tahap

21
sedini mungkin. Untuk limbah layanan kesehatan lain yang infeksius,
cukup didesinfeksi saja untuk mengurangi kandungan
mikroorganismeya. Benda tajam juga harus diinsinerasi kapanpun
mungkin dan dapat diinsinerasi bersama dengan limbah infeksius yang
lain. Benda tajam juga harus diinsinerasi atau proses desinfeksi
lainnya, residu dapat dibuang ke lokasi landfill.
b. Limbah bahan kimia
Pelaksanaan pengelolaan persediaan bahan kimia akan dipantau
oleh Kepala Bagian Farmasi instansi layanan kesehatan terkait. Sejumlah
kecil limbah bahan kimia mencakup residu kimia dalam kemasannya,
bahan kimia yang kadaluarsa atau membusuk, atau bahan kimia yang
sudah tidak diperlukan lagi. Limbah tersebut umunya dikumpulkan
dalam kontainer berwarna kuning, bersama dengan limbah infeksius dan
menjalani prosedur yang sama untuk pembuangan akhirnya (baik
insinerasi atau dipendam secara aman).
c. Limbah sitotoksik
Obat-obatan sitotoksik sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia dan lingkungan. Pilihan pembuangan akhir limbah yang
diuraikan antara lain:
1) Dikembalikan pada pemasok awal
2) Insinerasi dengan suhu tinggi, misal : rotary klins (tungku berputar)
atau double chamber phrolytic incinerator (insinerasi pirolitik bilik
ganda) berkemampuan tinggi (jika tersedia).
3) Penguraian secara kimiawi.
d. Limbah radioaktif
Untuk alasan keamanan, penggunaan isotop radioaktif secara
medis harus dibatasi hanya pada rumah sakit pendidikan dan setiap
rumah sakit yang menggunakan produk radioaktif harus memperkerjakan
teknisi radiologi ahli.

22
Gambar Insinerator. (Sumber : Bio-medical waste management self learning
document for doctors, superintendents and administrators)

Praktik Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Untuk Tenaga Medis Dan


Pengelolaan Limbah
1. Prinsip-prinsip
Prosedur kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting
mencakup :
a. Pelatihan yang tepat untuk pekerja
b. Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan pekerja
c. Pembentukan program kesehatan kerja yang efektif yang mencakup
imunisasi, pengobatan profilaktik pascapajanan dan surveilans
kesehatan.
d. Pelatihan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus dapat
memastikan bahwa pekerja mengetahui dan memahami risiko
potensial yang berkaitan dengan limbah layanan kesehatan, manfaat
imunisasi untuk mencegah penularan hepatitis B virus, dan pentingnya
konsistensi penggunaan peralatan perlindungan diri.
e. Tenaga kerja yang berisiko mencakup pemberi rawatan, tenaga
keberisihan rumah sakit, tenaga bagian perawatan/ pemeliharaan,
operator peralatan pengolah limbah, dan semua operator yang terlibat

23
dalam penanganan limbah dan pembuangan limbah baik di dalam
maupun di luar instansi layanan kesehatan.
2. Perlindungan pekerja
a. Pakaian pelindung
Jenis pakaian pelindung yang dipakai bergantung pada besarnya risiko
yang berhubungan dengan limbah layanan kesehatan, seperti: helm
(dengan atau tanpa penutup wajah, bergantung pada jenis
kegiatannya), masker wajah, pelindung mata, overall (coverall seperti
pakaian bengkel), celemek untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot
industri, sarung tangan.
b. Higiene personal
Higiene personal dasar sangat penting untuk menurunkan risiko yang
muncul akibat penanganan limbah medis dan sarana cuci yang sesuai
(dilengkapi dengan air hangat dan sabun) harus tersedia bagi semua
pekerja yang menjalankan aktivitas ini. Sarana ini sangat penting
terutama pada fasilitas penampungan dan pembakaran limbah.
c. Imunisasi
Infeksi hepatitis B virus dilaporkan juga menyerang tenaga layanan
kesehatan dan pengolah limbah sehingga sebaliknya dijalankan
program imunisasi terhadap penyakit tersebut. Semua pekerja yang
menangani limbah juga sebaliknya menerima imunisasi tetanus.

2.3 Desain Ruang Praktik dan Tata Letak RSGM


1. Lantai
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah
c. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
agar mudah dibersihkan
2. Dinding

24
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan
cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung
logam berat
3. Ventilasi
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
b. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai 17
c. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan/mekanis.
d. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan.
4. Atap
a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
b. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.
5. Langit-langit
a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
c. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus
anti rayap.
6. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
7. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8. Jaringan Instalasi
a. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain

25
harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan
untuk tujuan pelayanan kesehatan.
b. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas Antar Ruangan
a. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan
serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi
b. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan
sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4
(empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide)
yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
10. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah
bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram
untuk brankar.
11. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.3 Four Handed Dentistry


Prinsip Four-Handed Dentistry
Terdapat 4 Prinsip umum dari konsep Four-Handed Dentistry, antara lain :
1. Melakukan pengerjaan dalam posisi duduk
2. Pemanfaatan (utilization) yang tepat dari kemampuan tenaga tambahan
3. Pengorganisasian yang tepat dari bagian-bagian yang berbeda dalam
praktik
4. Menyederhanakan (simplifying) pekerjaan yang direncanakan

26
Four-handed dentistry tidak akan berjalan jika asisten tidak menguasai
kemampuan untuk transfer instrument. Oleh karena itu terdapat beberapa
Kriteria yang menggambarkan suatu kondisi dimana efisiensi dapat dicapai.
Kriteria tersebut meliputi :
1. Seluruh peralatan harus di desain secara ergonomi untuk meminimalisasi
pergerakan yang tidak perlu
2. Tim dokter/praktisi dan pasien duduk dengan nyaman pada kursi yang di
desain secara ergonomis
3. Dilakukan motion economy
4. Menggunakan penataan yang rapi pada tray
5. Dokter gigi memberikan tanggung jawab tugas secara resmi kepada
asisten yang qualified berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
6. Perawatan pasien direncanakan dengan urutan yang logis

Motion Economy
Motion economy mengacu pada sikap dimana energi manusia dapat
dibatasi/dipelihara ketika melakukan suatu aktivitas. Tujuannya ialah
menghemat pergerakan terutama pergerakan yang membutuhkan banyak
waktu dan melelahkan serta mengurangi jumlah gerakan berlebih yang
berbahaya. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan sebagai berikut :
1. Berapa kali anda menggerakkan tubuh untuk mencapai instrumen?
2. Apakah asisten mengeliminasi stress operator dengan cara memindahkan
instrumen dan material kepada operator?
3. Apakah asisten sering tidak ada di tempat ketika dokter gigi menggapai
instrument atau mengganti bur?
4. Apakah jarak handpiece dan instrumen terhadap asisten sejauh 21 inci?
5. Apakah konsep ergonomis ini diaplikasikan pada klinik untuk
mengurangi pergerakan yang tidak perlu atau mengurangi tekanan/stress?

Klasifikasi Motion Economy


Kelas I: Pergerakan jari hanya terjadi saat mengambil cotton roll.

27
Kelas II: Pergerakan jari dan pergelangan tangan dilakukan saat
memindahkan instrument/alat kepada operator

Kelas III: Pergerakan yang terjadi adalah jari, pergelangan tangan, dan
siku . Gerak ini dilakukan saat mengambil handpiece.

28
Kelas IV: Pergerakan melibatkan seluruh lengan dan bahu dan dilakukan
saat menyesuaikan posisi lampu, penempatan rubber dam, dan mengambil
alat-alat yang jauh.

Kelas V: Pada kelas ini seluruh badan bagian atas bergerak dan dilakukan
ketika akan mengambil alat/bahan dari lemari atau meja yang tidak bisa
bergerak.

Berikut ini merupakan cara untuk mengurangi gerakan yang berlebihan


dalam praktik kedokteran gigi, antara lain :
Untuk meningkatkan motion economy pada saat di klinik, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan:
1. Mengurangi jumlah instrumen yang digunakan dengan memaksimalkan
penggunaan dari tiap instrumen untuk fungsi yang berbeda
2. Posisikan instrumen pada tray sesuai dengan urutan penggunaan
3. Posisi instrumen, material dan alat dengan cepat
4. Memiliki persediaan cadangan dan armamentarium yang besar yang
diletakkan dekat dengan operator/asisten agar mudah dicapai
(mengurangi motion kelas V)

29
5. Tempatkan anamentarium atau cart yang bergerak sedekat mungkin
dengan pasien
6. Posisikan pasien pada posisi supine
7. Posisi duduk operator dan asisten sebisa mungkin dekat dengan pasien
8. Gunakan kursi yang menghasilkan postur yang baik dan menyokong
punggung dan abdominal operator yang dapat diatur secara vertikal
maupun horizontal
9. Ketika menggunakan mikroskop pertahankan postur yang baik dan beri
asisten akses ke area transfer
10. Kurangi durasi dan jumlah gerakan yang dibuat oleh operator dan
asisten untuk melakukan aktivitas yang rutin dan berulang
11. Gunakan gerakan yang smooth dan hindari pergerakan zigzag yang
mengacaukan.

Zona Aktivitas
Zona aktivitas (Zones of Activity) adalah area kerja dokter gigi dan
asisten di sekitar pasien. Area kerja sekitar pasien dibagi menjadi 4 zona
aktivitas. Zona aktivitas ini diidentifikasi menggunakan wajah pasien
sebagai pusat jam. Terdapat 4 zona aktivitas, yaitu :
Zona operator
Zona asisten
Zona transfer
Zona static

30
Gambar 2. Zona Aktivitas pada Dokter Gigi dengan Tangan Kanan (kiri)
dan Tangan Kiri (kanan)
Pada dokter gigi dengan tangan kanan, zona operator berada antara
jarum jam 7-12, sedangkan zona asisten dimulai dari arah jam 2-4. Selain
itu, zona statik berada pada arah jam 12-2. Zona statik merupakan zona
dengan aktivitas yang paling sedikit. Instrumen seperti alat pengukur
tekanan darah, light curing portable, atau cabinet asisten biasanya terletak
pada area ini.Sedangkan untuk operator yang menggunakan tangan kiri,
zona operator berada antara jarum jam 12-5, zona asisten dari jam 8-10, dan
zona statik jam 10-12.

Tanggung Jawab Tim dalam Transfer Kesehatan


Asisten operator harus sepenuhnya mengetahui prosedur yang akan
dilakukan untuk mengantisipasi urutan instrumen dan material apa yang
akan digunakan. Dengan pengetahuan ini, tim dental dapat mengembangkan
kebiasaan yang terstandarisasi untuk semua prosedur dental.
Operator Requirement
Dokter gigi dapat membuat finger rest pada tangan yang sedang
bekerja di kavitas oral dalam pergantian untuk membantu anggota tim
melokasikan titik dari transfer instrument. Komunikasi verbal dan nonverbal
spesifik sebaiknya direncanakan untuk memudahkan pengerjaan. Setelah
sinyal nonverbal diberikan, operator perlu meletakkan instrumen yang telah
dipakai pada posisi tangan yang dapat dengan mudah dijangkau oleh asisten
dan memungkinkan pasien untuk memberikan instrument yang baru.
Assistant Requirement
Agar teknik transfer instrument lebih efisien, asisten sebaiknya
menyusun instrument dalam tray sesuai dengan urutan pengerjaan. Asisten
harus dapat mengantisipasi kebutuhan instrument secara berurutan dan gesit
dalam setiap perubahan dalam prosedur.
Team Requirement

31
Dokter gigi dan asisten harus senantiasa mengobservasi pergerakan pasien,
khususnya selama pertukaran syringe dan instrumen tajam. Tim harus
melakukan prosedur perawatan yang aman dan terstandarisasi.

Tipe dari Transfer Instrumen


Terdapat beberapa tipe transfer instrument, yaitu:
Teknik Transfer Single-Handed (Pada operator tangan kanan)
Pada teknik ini asisten mentransfer instrument dengan tangan kiri,
sedangkan tangan kanan memegang evacuator tip atau water syringe.
Instrumen ditempatkan di dalam tray sesuai urutan prosedur perawatan dan
ditempatkan sedekat mungkin dengan pasien pada posisi horizontal atau
vertikal. Perlengkapan asisten seperti rubber dam atau syringe ditempatkan
dalam mobile cabinet pada jarak yang jauh dari pasien.
Pada permulaan prosedur, kaca mulut sebaiknya diberikan dengan
tangan kanan dan eksplorer dengan tangan kiri. Instrumen yang ditransfer
diletakan antara jempol dan jari telunjuk dan disandarkan pada jari tengah
sehingga ujung kerja diposisikan pada lengkung yang benar dan terposisi
10-12 inch dari tangan operator. Operator sebaiknya memberi sinyal untuk
setiap pertukaran alat dengan menggerakan instrument yang digunakan.
Hindari menusuk gloves dengan menggunakan instrument.

32
Gambar Teknik Transfer One-Handed

Teknik Transfer Two-Handed


Bentuk transfer ini biasanya digunakan selama transfer instrument
yang besar misalnya rubber dam, clamp forceps atau tang bedah. Asisten
mengambil instrument dengan satu tangan sambil memegang satu
instrument di tangan lainnya. Suction atau water syringe terbatas
penggunaannya dalam teknik ini.

33
Gambar Teknik Transfer Two-Handed
Pemberian Kaca Mulut dan Eksplorer
Pada permulaan prosedur, kaca mulut dibawa menggunakan tangan
kanan dan eksplorer ditransfer dengan tangan kiri dimana asisten memegang
1/3 bagian dari handle eksplorer.
Penggunaan Non-Locking Tissue Forcep
Yang harus diperhatikan pada transfer alat ini adalah cara
memegangnya untuk menghindari beak. Selama transfer alat, forcep
diletakan sejajar dengan instrument yang sedang digunakan oleh dokter gigi
atau yang ingin ditukar. Memegang forcep harus menggunakan telapak
tangan untuk menghindari forcep jatuh.

34
Gambar Penggunssn Non-Locking Tissue Forceps
Pemberian Benda Kecil
Benda kecil seperti cotton applicator dan instrument kecil
sebaiknya dibawa seperti instrument lainnya. Saat memberikan medikamen,
instrument insersi dan alas untuk medikamen sebaiknya diberikan untuk
memberikan akses yang baik bagi operator.

35
Gambar Pemberian Benda Kecil
Pemberian Gunting
Saat memidahkan instrumen, gunting disejajarkan dengan
instrument yang akan ditukar. Operator sebaiknya memodifikasi posisi
tangan untuk menempatkan jempol, jari telunjuk, dan tengah ke dalam
lingkaram handle. Selama penggantian gunting, beaks mengarah ke asisten.

Teknik Transfer Six-Handed Dentistry


Pada kasus bedah kompleks misalnya bedah endodontic dan bedah
kedokteran gigi lainnya, teknik six-handed baik digunakan untuk isolasi,
retraksi, preparasi, dan lain-lain. Pada kasus ini, tiga pasang tangan yang
lainnya sangat berguna dalam melakukan retraksi dan persiapan material.

36
Saat asisten pertama tetap berada bersama operator pada sisi operasi, asisten
kedua mengantisipasi kebutuhan keduanya.

Prinsip Ergonomis dalam Praktik Kedokteran Gigi


Ergonomik dalam praktik kedokteran gigi meliputi bagaimana
posisi tempat duduk dokter gigi dan pasien, bagaimana dokter gigi
menggunakan instrumentasi, bagaimana desain area kerja, pencahayaan,
penggunaan sarung tangan (gloves) dan bagaimana semua ini berdampak
pada kesehatan dokter gigi untuk memastikan keseimbangan yang tepat
antara persyaratan kerja dan kemampuan dokter gigi.
Musculoskeletal Disorder (MSD) sering sekali terjadi pada praktisi
kesehatan khususnya dokter gigi, karena, area kerjanya sangat sempit
namun mereka dituntut untuk mampu bekerja fleksibel. Sebuah studi
menyatakan bahwa nyeri leher, punggung ataupun nyeri lengan terjadi pada
81% dokter gigi. Nyeri punggung merupakan keluhan yang paling sering
dialami oleh praktisi dental. Ada beberapa gejala yang umum dirasakan
pada penderita MSD, antara lain :
1. Rasa lelah yang berlebihan pada bagian punggung dan leher
2. Sensasi geli, terbakar, ataupun rasa nyeri lainnya pada lengan
3. Cengkraman yang melemah, keram pada tangan
4. Kekebasan pada jari dan tangan

Beberapa elemen dari pengaturan posisi tempat kerja yang tidak egonomis,
antara lain adalah :
1. Kursi dokter gigi atau kursi pasien terlalu tinggi/rendah
2. Kursi dokter gigi tidak mempunyai lumbar, thoracic, atau arm support
3. Meja instrumen tidak dalam posisi yang baik dan tepat
4. Pencahayaan yang tidak adekuat
5. Meja area kerja yang tidak nyaman (tepi meja tajam)
6. Lingkungan kerja lembab

37
Peningkatan ergonomis dalam praktik kedokteran gigi dapat
dilakukan dengan memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan kerja.
Pengaplikasian ergonomis dalam praktik kedokteran gigi adalah sebagai
berikut :
Kursi Dokter Gigi
Kursi dokter gigi ada yang menggunakan arm support untuk
kesehatan dan kenyamanan dokter gigi, namun arm support tersebut tidak
boleh mengganggu akses dokter gigi kepada pasien selama bekerja. Ketika
memilih kursi dokter gigi, harus memiliki kriteria-kriteria yang sudah
dijelaskan diatas agar dokter gigi dapat bekerja dalam posisi tubuh netral.

Gambar Jenis Kursi Dental: Brewer Operator Stool (kiri), Posiflex stool
(tengah), dan Kobo Chair (kanan)
Equipment Layout
Dental equipment harus diletakkan di tempat yang sesuai, sehingga
dokter gigi dapat menjaga neutral working posture (jarak instrumen sebesar
22-26 inci, tidak setinggi bahu atau dibawah tinggi pinggang). Penggunaan
instrumen seperti syringe, hand piece, saliva ejector dan high volume
evacuator sering diposisikan dalam normal horizontal, jarang diposisikan
dalam maksimal horizontal.

38
Gambar Wilayah Kerja (working area) pada tangan yang direkomendasikan

Posisi Pasien dan Operator


Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut
pasien setinggi dada dokter gigi. Posisi rongga mulut di atas dada dokter
gigi akan meningkatkan kelelahan pundak. Sedangkan posisi rongga mulut
di bawah dada dokter gigi akan menyebabkan non-neutral posture, yaitu
termasuk posisi kepala yang terlalu turun, pembengkokan torsi ke depan
atau ke samping, dan ketidakmampuan dokter gigi untuk mengakses
pergerakan yang bebas. Posisi netral akan diperoleh jika :
Lengan atas dekat ke tubuh
Sudut siku/lengan mendekati 90o
Pergelangan tangan segaris dengan lengan, perpanjang tidak lebih dari 20o –
30o
 memposisiskan pasien pada arah supine untuk neutral posture
 dokter gigi harus punya akses bergerak pada arah jam 7 – 12:30 (untuk
right handed)
Penempatan posisi duduk pada dental unit, menciptakan posisi
yang netral dengan cara menyesuaikan posisi kursi dokter gigi. Penempatan
posisi ini dapat disesuaikan dengan empat dasar posisi dokter gigi dengan
pengaturan jam yaitu jam 8 (di depan pasien), 9 (di samping pasien), 10-11
(di dekat sudut kursi pasien), dan 12 (di belakang pasien).

39
Gambar Ketentuan posisis duduk dokter gigi terhadap pasien berbaring
(right handed dan left handed)

Instrumentasi
Desain dari instrumentasi dapat berperan sebagai pencegahan efek
negatif terhadap kesehatan penggunanya. Tujuan dari pemilihan instrumen
yang baik dan benar adalah untuk mengurangi penggunaan tekanan,
sehingga, didapatkan neutral joint positioning.

Pencahayaan
Posisi cahaya merupakan salah satu faktor penting yang
berpengaruh pada postur selama bekerja. Tujuan dari pencahayaan yang
benar diantaranya adalah untuk menghasilkan shadow-free, dan
mengkoreksi warna pencahayaan yang berkonsentrasi pada bidang kerja.

40
Gambar Posisi Pencahayaan pada gigi rahang maxilla (kiri) dan gigi rahang
mandibula (kanan)

Sarung Tangan
Penggunaan sarung tangan merupakan universal precautions.
Sarung tangan harus berukuran tepat, ringan, dan lentur. Sarung
tangan yang tidak berukuran tepat dapat menimbulkan rasa sakit pada
tangan, terutama pada bagian ibu jari (potensi menimbulkan carpal tunnel
syndrome). Pemilihan sarung tangan yang baik juga dilihat dari segi
materialnya, seperti, sarung tangan latex memberikan ukuran pas yang
alami, namun dapat menyebabkan alergi bagi beberapa dokter gigi atau
pasien. Bahan sarung tangan lainnya adalah vinyl dan chloroprene.

Evaluasi Desain Rancangan Peralatan dalam Praktik Kedokteran Gigi


Terdapat 4 jenis desain dental unit yang sering dijumpai adalah
transthorax, side delivery, rear delivery, dan split unit/ cart.
Transthorax unit  EFEKTIF UNTUK FOUR-HANDED DENTISTRY

Side delivery
Desain unit ini sudah cukup lama beredar selama puluhan tahun.
Sebagian besar dental unit yang digunakan dalam sekolah kedokteran gigi
adalah unit dengan desain side delivery, biasanya disertakan dengan bracket
tray. Unit ini membuat operator untuk mengambil handpiece sendiri. Hal ini
dapat menyebabkan stress dan kelelahan. Asisten operator tidak dapat

41
menjangkau peralatan untuk mengganti handpiece maupun bur, sehingga
menurunkan produktivitas. Seringkali dalam pengaturan seperti ini, high-
velocity evacuation (suction) terletak pada kursi, di lokasi kerja asisten. Hal
ini memaksa asisten untuk menjauh dari kursi dental unit. Terkadang selang
untuk saluran HVE bahkan diletakkan pada mobile cart. Dengan pengaturan
seperti ini, efektivitas untuk HVE perlu dipertanyakan.

Rear delivery
Pada unit ini, baik operator maupun asisten memiliki aksesibilitas
terluad terhadap trays, instrumen, supplies, dan material yang berada jauh
dari area pandang pasien. Operator diharuskan mengambil handpiece
(membutuhkan gerakan memutar dan membalikkan badan), juga kegiatan
yang membuat mata lelah (karena perlu mengalihkan dan memfokuskan
perhatian pada handpiece dan mulut pasien berulang kali). Terkadang
operator juga perlu mengganti tangan untuk mengambil dan menggunakan
handpiece.
Biasanya posisi unit sudah ditentukan dan tidak dapat diatur untuk
mempermudah gerakan operator maupun asisten. Sistem HVE juga
dipasang secara permanen pada area kerja asisten. Posisi ini sangat
membatasi ruang kerja asisten karena mengharuskan asisten menghadapkan
badan ke depan (rear). Bila terdapat mobile cart, maka akan menghambat
akses ke sink serta air/ water syringes. Posisi ini memberikan stress yang
cukup besar pada asisten.

42
Gambar Rear Delivery

Split unit/ cabinet


Konsep ini menempatkan bagian dari dental unit pada sisi operator,
dan HVE serta air/water syringe pada lemari bebas (mobile cabinet) sisi
asisten. Seperti dijumpai pada side delivery unit, desain ini membuat
operator untuk mengambil handpiece dan membuat asisten tidak mampu
menjangkau handpiece, sehingga mengurangi produktivitas. Asisten
operator hanya dapat menggunakan HVE dan air/ water syringe yang berada
pada mobile cabinet dan tidak dapat mengambil handpiece maupun bur.
Seringkali mobile cabinet yang digunakan di sini tidak didesain untuk

43
menyimpan peralatan cadangan (backup instruments) dan tempat yang
cukup untuk bahan (material). Desain split unit membatasi pergerakan
asisten dan membuat peralatan cadangan harus disimpan pada lemari
lainnya. Posisi ini membutuhkan pergerakan tambahan saat mengambil alat
yang dibutuhkan dan juga meningkatkan resiko kontaminasi.

44
Posisi
Posisi
tangan
tangan
Kuadran Area Posisi Posisi Posisi Asisten untuk tip
Asisten
Rongga mulut Pasien Operator Operator suction
untuk
(oleh
syringe
Asisten)
Sisi kiri RA Supine 10 o’clock 3 o’clock
Right Left
menghadap
Left Right
operator
Sisi kanan RA Supine 10 o’clock 3 o’clock
Left Right
menghadap
Right Left
operator
Sisi kiri RB Supine 10 o’clock 3 o’clock
Right Left
menghadap
Left Right
operator
Sisi kanan RB 45o 9 o’clock 2 o’clock
Left Right
menghadap
Left Right
operator
Bagian Kanan Supine 9 o’clock 2 o’clock
Bukalis RA menghadap Left Right
operator
Bagian Kiri Supine 9 o’clock 2 o’clock
Right
Bukalis RA menghadap Left
operator
Anterior RA & Supine 8 o’clock 3 o’clock
Right Left
RB menghadap
Right Left
operator
Tabel Rekomendasi Posisi Pasien, Operator, Asisten Operator, serta hand chairside
asisten

BAB III
HASIL PENGAMATAN

45
PRO ORT PERI KONS To
N OM BM PEDO
URAIAN S O O ER tal
O HASIL OBSERVASI
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T %
PENGONTROL
AN INFEKSI
(SOP &
PELAKSANAA
N
Imunisasi
A
(Hepatitis B)
1 Operator 40 60 80 40 80 80 40 60

2 Dental Assistant 40 40 20 40 40 40 40 37

Sebelum
B
merawat pasien
Melakukan
10
1 pemeriksaan 80 80 80 80 80 80 82
0
riwayat medis
Menggunakan
penutup
disposable untuk
mencegah
kontaminasi
10
2 permukaan, atau 80 80 80 80 80 80 82
0
mendesinfeksi
permukaan
sesudah
melakukan
perawatan
Selama merawat
C
pasien

46
Memperlakukan
pasien seakan-
1 20 20 80 0 80 60 0 37
akan mempunyai
penyakit menular
2 Teknik barrier
 Memakai
60 80 80 80 80 80 80 77
sarung tangan
 Memakai
80 80 80 80 80 80 80 80
masker

 Memakai
kacamata 0 0 0 0 0 0 0 0
pelindung

 Memakai baju
20 100 40 60 80 60 60 60
kerja
Kurangi
terbentuknya
3
percikan, tetesan,
aerosol
 Menggunakan 0 0 0 0 0 0 0 0
isolator karet/ 0
rubber dam
untuk
mengisolasi
gigi dan
daerah kerja
bila
memungkinka
n

47
Perlindungan
4
tangan
 Mencuci
tangan
10 10
sebelum 80 80 80 80 80 85
0 0
memakai
sarung tangan
 Mencuci
tangan sesudah 10 10
80 100 80 80 80 88
melepas 0 0
sarung tangan
 Ganti sarung
tangan setiap 10 10 10
80 100 100 100 97
pergantian 0 0 0
pasien
 Membuang
10 10 10
sarung tangan 80 100 100 100 97
0 0 0
yang rusak
 Menghindari
80 100 80 80 80 100 80 85
cedera tangan
Menghindari
tertusuk
5
instrumen tajam
dan jarum suntik
 Memegang
benda tajam
80 80 80 80 100 0 80 71
dengan hati-
hati

48
 Tidak
menekuk atau
mematahkan 80 0 0 0 0 80 0 80 34
jarum yang
disposable
 Menempatkan
jarum suntik
bekas pakai
yang tidak
80 0 0 0 80 0 80 34
ditutup
kembali pada
daerah yang
terpisah
 Jika jarum
suntik bekas
pakai harus 80 0 0 0 80 0 80 34
ditutup
kembali
 Menempatkan
benda-benda
tajam bekas 0 80 0 0 60 0 80 31
pakai dalam
wadah khusus
Sesudah
D
merawat pasien
Menggunakan
sarung tangan
kerja dari karet
1 0 0 0 0 0 0 0 0
tebal saat
membersihkan
instrument
2 Membersihkan 10 80 100 10 100 100 10 97

49
instrument bekas
pakai secara 0 0 0
menyeluruh
Mensterilkan
3
instrument
 Mensterilkan
instrumen
yang
digunakan 0 0 0 0 100 0 80 25
menembus
jaringan lunak
atau tulang
 Mensterilkan
(jika
memungkinka
n) /
didesinfeksi
dengan
menggunakan
0
desinfektan 60 80 80 100 0 80 57
yang sesuai
untuk semua
instrumen
yang
terkontaminasi
dengan sekresi
pasien / saliva
 Membersihkan
henpis, dental
40 60 0 60 60 80 60 51
unit, skeler
ultrasonik
 Membersihkan 40 60 0 60 60 80 60 51

50
henpis, dental
unit, spuit
udara/air,
skeler
ultrasonik
setiap
pergantian
pasien
 Mensterilkan
jika
memungkinka
n/
mendesinfeksi
henpis, dental
unit, spuit 0 80 0 80 60 80 60 51
udara/air,
skeler
ultrasonik
setiap
pergantian
pasien
Memegang
4 istrumen tajam
dengan hati-hati
 Menempatkan 40 0 0 20 60 80 60 37
jarum dispo,
skalpel, benda
tajam lainnya
dalam kondisi
utuh didalam
wadah yang
tidak mudah

51
berlubang
sebelum
akhirnya
dibuang
Melakukan
5 dekontaminasi
permukaan kerja
 Menyeka
permukaan
kerja dengan
handuk yang
menyerap air
untuk 0 0 0 60 0 0 0 8
menghilangka
n kotoran dan
tempatkan
dalam wadah
yang sesuai
 Melakukan
desinfeksi
permukaan
0
kerja dengan 80 0 80 60 80 60 51
desinfektan
kimia yang
sesuai
 Mengganti
penutup/
pelindung, 10
80 0 80 0 80 60 80 60 77
pada pegangan 0
lampu, benda-
benda lainnya
6 Dekontaminasi

52
bahan-bahan dan
peralatan
 Mencuci dan
mendesinfeksi
cetakan gigi,
registrator
gigitan dan
protesa gigi 40 0 0 0 0 0 0 5
tiruan /
pesawat orto
yang akan
dikirim ke
laboratorium
Memberitahukan
pengontrolan
infeksi yang
sudah dilakukan
10
7 pada teknisi lab 0 0 0 0 0 0 14
0
cetakan gigi, dll
yang dikirim
(diberi label
catatan)
Menyediakan
sejumlah pumis
dalam wadah
10
8 dispo untuk 0 0 0 0 0 0 14
0
sekali pakai dan
membuang
sisanya
9 Membuang
sampah yang
sudah

53
terkontaminasi
sesuai prosedur
 Menguyur
darah, cairan
saliva kedalam
saluran
10 10 10
pembuangan 80 80 100 100 94
0 0 0
yang
dihubungkan
dengan sistem
sanitasi
 Membuang
sampah padat
yang
terkontaminasi
dengan darah,
saliva ke 10 10 10
100 80 100 100 82
dalam kantung 0 0 0
yang kuat dan
tertutup dan
buang sesuai
peraturan
pemerintah
 Mencuci
tangan setelah 10 10 10
100 100 0 100 85
melepas 0 0 0
sarung tangan
KESEHATAN
DAN
KESELAMATA
N KERJA
Manajemen

54
pengelolaan
limbah (SOP
&Pelaksanaan)
1 Limbah RS 80 80 80 80 80 80 80 80
2 Limbah medis 80 80 80 80 80 80 80 80
Pembuangan air
3 80 80 80 80 80 80 80 80
limbah
Pembuangan
4 80 80 80 80 80 80 80 80
sampah padat
Pemisahan
5 80 80 80 80 80 80 80 80
sampah
Penampungan
6 80 80 80 80 80 80 80 80
sampah
Pengangkutan
7 80 80 80 80 80 80 80 80
sampah
Perlakuan
8 sebelum sampah 80 80 80 80 80 80 80 80
dibuang
9 Incinerator 0 0 0 0 0 0 0 0
DESAIN
RUANG
PRAKTIK &
TATA LETAK
Desain ruang
1
praktik
 Penerangan/
80 60 60 80 60 60 80 40
pencahayaan
 Ventilasi /
kualitas udara
80 60 60 80 60 60 80 54
ruangan, suhu
ruangan
 Kebisingan 80 60 40 60 40 80 80 62
 Warna dinding 80 60 60 80 60 80 80 71
 Lantai 80 60 80 80 80 80 80 77
 Tempat cuci 80 40 60 80 20 80 80 62

55
tangan
 Tempat cuci
alat / 60 40 60 80 20 80 60 57
instrument
 Tempat
sterilisasi 80 40 40 80 20 80 60 54
instrument
 Fasilitas
sanitasi dan
drainase
10
(tempat 80 80 80 100 100 40 82
0
pembuangan
limbah cair &
padat)
Rancangan arus
2 60 60 60 80 60 40 80 62
lalu lintas
Tata Letak
Desain tata letak
alat-alat utama
(dental unit,
mobile cabinet)
memperhatikan
1 efektifitas & 60 80 60 40 60 80 80 65
efisiensi
pergerakan
operator & dental
asistant (prinsip
ergonomis)
Four Handed
dentistry
1 Ketersediaan 40 40 60 60 60 80 40 54
dental stool
(operator &

56
dental assistant)
Posisi duduk
(akses kepasien
tanpa
penyimpangan
2 postur seperti
membungkuk,
mencondongkan
badsn, gerakan
memutar, dll)
 operator 60 60 80 60 80 80 80 71
 dental assistant 60 60 80 60 80 80 60 68
 pasien 60 60 80 60 80 80 80 71
3 Area kerja
 operator
60 60 80 60 80 80 80 71
(operator zone)
 dental assistant
(assistant 60 60 80 60 80 80 80 71
zone)
 area transfer
60 60 80 60 80 80 60 68
(asistant zone)
Operator
bergerak efektif
4 dan efisien dalam
bekerja (prinsip
gerak ergonomis)
 Transfer
instrumen dan
bahan antara 60 60 80 60 80 80 60 68
operator dan
dental assistant
 Prinsip 60 60 80 60 80 80 80 71
gerakan

57
operator yang
efisien
 Pengaturan
letak peralatan
ditable dental
80 60 80 60 80 80 80 74
unit (menjamin
efektifitas dan
efisiensi kerja)

56 55 56 59 59 63 65 59
% % % % % % % %

Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan hasil persentase


pelaksanaan kontrol infeksi pada tiap bagian spesialisasi di RSGMP FK UNSRAT
yaitu:

58
Diagram Batang Hasil Pengamatan Pengontrolan Infeksi dan Keselamatan Kerja
di RSGM UNSRAT

1. Bagian prostodonsia mendapat hasil 56% dari pelaksanaan kontrol infeksi


2. Bagian orthodonsia mendapat hasil 55% dari pelaksanaan kontrol infeksi
3. Bagian oral medicine mendapat hasil 56% dari pelaksanaan kontrol infeksi
4. Bagian periodonsia mendapat hasil 59% dari pelaksanaan kontrol infeksi
5. Bagian bedah mulut mendapat hasil 59% dari pelaksanaan kontrol infeksi
6. Bagian konservasi mendapat hasil 63% dari pelaksanaan kontrol infeksi
7. Bagian pedodonsia mendapat hasil 65% dari pelaksanaan kontrol infeksi

Jadi, dapat ditarik kesimpulan terdapat 59% pelaksana kontrol infeksi pada
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan unsrat.

BAB IV
PEMBAHASAN

59
4.1 Pengamatan Di RSGM Unsrat
Berikut ini adalah hasil dari observasi berdasar kuesioner yang telah
dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut unsrat :

Pengontrolan Infeksi (SOP dan Pelaksanaan)


A. Imunisasi (Hepatitis B)
1. Tidak semua operator dan dental asisten melakukan imunisasi
(hepatits B) sebagai proteksi diri. Dengan data dari responden yang
sudah diambil diperoleh presentasi 60% untuk operator dan 37%
untuk dental assistant.

B. Sebelum merawat pasien


1. Dilakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu yang menyeluruh,
untuk hal ini diperoleh persentase 82%
2. Penggunaan penutup dispo untuk mencegah kontaminasi
permukaan atau mendesinfeksi setelah melakukan perawatan.
Presentasi yang diperoleh adalah 82%

C. Selama merawat pasien


1. Pasien diperlakukan seakan-akan mempunyai penyakit menular
diperoleh persentase sebesar 37%.
2. Pada saat tindakan menggunakan sarung tangan diperoleh
presentase 77%, masker 80%, dan 60% untuk baju kerja. Presentasi
yang diperoleh adalah 80%, untuk penggunaan kacamata pelindung
0%
3. Untuk mengurangi terbentuknya percikan, tetesan, atau aerosol
yaitu : dengan menggunakan isolator karet untuk menisolasi gigi di
daerah kerja bila memungkinkan. Presentasi yang diperoleh 0%
4. Cara perlindungan tangan:
a. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan diperoleh hasil
85%,

60
b. Mencuci tangan sesudah melepas sarung tangan 88%,
c. Mengganti sarung tangan setiap pergantian pasien 97%
d. Membuang sarung tangan yang sobek, rusak dan berlubang 97%
dan yang terpenting adalah
e. Menghindari cedera tangan. Presentasi yang diperoleh 85%
5. Cara menghindari tertusuk instrumen tajam dan jarum suntik yaitu
dengan :
a. memegang benda tajam dengan hati-hati 71%,
b. tidak menekuk dan mematahkan jarum disposable didpatkan
data 34%,
c. menempatkan jarum suntik bekas pakai yang tidak ditutup
kembali pada daerah terpisah, 34% - jika jarum suntik bekas
pakai harus ditutup kembali (dengan metode yang menghindari
cedera) 34%
d. menempatkan benda-benda tajam bekas pakai dalam wadah
khusus. Presentasi yang didapatkan adalah 31%

D. Sesudah merawat pasien.


1. Untuk membersihkan instrument bekas pakai secara menyeluruh
97%
2. Digunakan sarung tangan kerja dari karet tebal 0%,
3. Mensterilkan instrumen :
a. Yang digunakan menembus jaringan lunak atau tulang, 25%,
b. Mensterilkan dan mendisenfeksi semua instrumen yang
terkontaminasi dengan sekresi pasien atau saliva 63%,
c. Membersihkan handpiece dan dental unit dengan skeler
ultrasonic 57%.
d. Hal ini dilakukan pada setiap pergantian pasien (jika
memungkinkan) presentasi 51%
4. Cara memegang instrument tajam dengan hati-hati yaitu:

61
a. Dengan menempatkan jarum disposable, skapel, dan benda-
benda tajam lainnya dalam wadah yang tidak mudah berlubang
setelah akhirnya dibuang 37%
5. Untuk melakukan dekontaminasi permukaan kerja dilakukan cara
yaitu:
a. Dengan menyeka permukaan kerja dengan handuk yang
mencerap air untuk menghilangkan kotoran dan tempatkan
handuk dalam wadah yang sesuai 8%
b. Desinfeksi permukaan kerja dilakukan dengan desinfektan kimia
yang sesuai. Presentasi dari data yang di dapat 51%
c. Mengganti penutup atau pelindung pada pegangan lampu dan
benda-benda lainnya 77%
6. Dekontaminasi bahan-bahan dan peralatan
a. Dilakukan pada registrator gigitan dan protesa atau gigi tiruan
atau pesawat orto yang akan dikirim ke laboratorium. Presentasi
5%
7. Memberitahukan pengontrolan infeksi yang dikirim (memberi label
catatan) 14%
8. Menyediakan wadah pumis yang sekali pakai 14%
9. Membuang sampah yang sudah terkontaminasi sesuai prosedur:
a. Membuang sampah padat yang terkontaminasi darah, saliva
kedalam kantung yang tertutup dan membuang sesuai peraturan
pemerintah 82%. Setelah prosedur tindakan selesai,
b. Cucilah tangan setelah melepas sarung tangan 85%
c. Mengguyur darah, saliva kedalam saluran pembuangan yang
terhubung dengan sistem sanitasi 94%

Kesehatan dan keselamatan kerja


A. Manajemen pengelolaan limbah (SOP & Pelaksanaan)
1. Limbah RS 80%

62
2. Limbah medis 80%
3. Pembuangan air limbah 80%
4. Pembuangan sampah padat 80%
5. Pemisahan sampah 80%
6. Penampungan sampah 80%
7. Pengangkutan sampah 80%
8. Perlakuan sebelum sampah dibuang 80%
9. Incinerator 0%

B. Desain ruang praktik dan tata letak


1. Desain ruang praktik
a. Penerangan atau pencahayaan 40%
b. ventilasi atau kualitas udara ruangan, suhu ruangan 54%
c. Kebisingan 62%
d. Warna dinding 71%
e. Lantai 77%
f. Tempat cuci tangan 62%
g. Tempat cuci alat atau instrumen 57%
h. Tempat steriisasi instrumen 54%
i. Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair
dan padat) 82%
2. Rancangan arus lalu lintas diperoleh persentase 62%

C. Tata Letak
1. Desain tata letak alat utama (memperhatikan efektifitas dan
efisiensi pergerakan/prinsip ergonomis 65%.

D. Four handed dentistry


1. Ketersediaan dental stool 54%
2. Posisi duduk (akses ke pasien tanpa penyimpangan postur)

63
a. Operator 71%
b. Dental assistant 68%
c. Pasien 71%
3. Area kerja
a. Operator : 09-11
b. Dental asisten : tak menentu.
c. Pasien : kursi dental
Area kerja operator, dental assistant, dan area transfer
a. Operator 71%
b. Dental asisten 71%
c. Area transfer 68%
4. Operator bergerak efektif dan efisien dalam bekerja (prinsip gerak
ergonomis) :
a. Transfer instrumen dan bahan antara operator dan dental
asisstant 68%
b. Prinsip gerakan operator yang efisien 71%
c. Pengaturan letak peralatan di tabel dental unit (menjamin
efektivitas dan efisiensi kerja) 74%.

4.2 Keterangan Perbagian Spesialisasi Bidang Ilmu


1. Bagian Penyakit Mulut
Hasil observasi :
a. Saklar dinyalakan dengan menggunakan sensor dan sudah
diwrapping sehingga tidak berkontak langsung dengan tangan
operator.
b. Dental assistant tidak memakai masker.
c. Alat diagnostik hanya diletakkan di atas tissue.
d. Instrktur memeriksa kembali pasien tanpa menggunakan handscoon
pada saat memegang instrumen.
e. Alat-alat yang ada di nierbeken diambil sebagian, kemudian ditutup
kembali.

64
Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan :
a. Sebelum tindakan (pemeriksaan)
1) Lakukan sterilisasi alat (alat diagnostik, dsb)
2) Lakukan desinfeksi permukaan kerja meliputi bagian-bagian di
dental unit seperti pegangan lampu, sandaran kursi, dll
3) Gunakan pelindung sekali pakai untuk melapisi bagian-bagian
permukaan kerja seperti pegangan lampu, lampu, dll
4) Gunakan baju kerja dengan benar
5) Lakukan evaluasi pasien secara menyeluruh termasuk
menanyakan riwayat medis
6) Sebelum melakukan pemeriksaan cucilah tangan dengan teknk
yang benar kemudian gunakan sarung tangan yang masih bersih
dan gunakan masker
7) Lakukan pemeriksaan dengan teliti
b. Saat tindakan/perawatan
1) Tempatkan alat-alat yang akan digunakan dalam wadah khusus
2) Sebelum lesi dibersihkan dilakukan tindakan asepsis dengan
mengoleskan povidon iodine pada area lesi tersebut
3) Jika tindakan hanya melakukan pengisian rekam medik, operator
memastikan bahwa pada saat memegang instrumen seperti sonde
dan kaca mulut dengan hati-hati ke dalam mulut pasien, dan
menghindari cedera tangan.
c. Setelah tindakan/perawatan
1) Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
2) Intrumen yang digunakan dibersihkan dan disterilkan kembali
3) Pelindung yang dipakai untuk melapisi permukaan kerja diganti
4) Area kerja dibersihkan kembali

2. Kontrol Infeksi di Bagian Periodonsia


Hasil observasi :

65
a. Memegang diagnostic set yang sudah steril di nierbeken dengan
tangan tanpa menggunakan handscoon.
b. Dental assistant tidak menggunakan handscoon.
c. Operator menjelaskan dengan baik mengenai kesehatan gigi dan
mulut kepada pasien, dalam hal ini mengenai hubungannya dengan
penyakit sistemik.
d. Setiap pergantian instrumen pada saat pemeriksaan misalnya kaca
mulut disterilkan dengan menggunakan alkohol dan dikeringkan
dengan menggunakan tissue, namun tissue tersebut tidak diganti
pada saat mengeringkan instrumen yang akan dipakai selanjutnya.
e. Tidak melepas sarung tangan ketika memegang benda lain.
f. Sarung tangan tidak diganti padahal sudah terlihat kotor walaupun
belum melakukan tindakan pada pasien.
g. Dental assistant tidak memakai masker.
h. Operator melindungi leher dengan menggunakan tissue untuk
menghindari keringat yang jatuh.
i. Handscoon hanya disimpan di dalam kantung baju dan kemudian
digunakan lagi untuk melakukan tindakan kepada pasien.
j. Instrumen dipegang oleh orang lain tanpa menggunakan handscoon.
k. Sampah tissue tidak langsung dibuang.

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan :


a. Skrinning dan evaluasi pasien : perhatikan linggir, gingiva, dan
jaringan penyangga, diagnosis dengan melihat keluhan utama dan
pemeriksaan penunjang, penyakit sistemik bisa diketemukan.
b. Sterilisasi dan desinfeksi : dikarenakan peralatan kerja pada bagian
perio banyak yang menggunakan instrument tajam, diharapkan untuk
melakukan prosedur perawatan dengan sangat hati-hati. Hindarilah
resiko tertusuk instrumen.
c. Penggunaan alat pelindung diri dan imunisasi sangatlah disarankan
untuk perlindungan diri. Tak terlupa pencucian tangan, hal inni

66
adalah hal yang sangat krusial dalam pencegahan infeksi di
lingkukan kedokteran gigi.
d. Kontrol lingkungan/sanitasi: Buanglah sisa-sisa debris dan kalkulus
dalam saluran limbah cair atau menggunakan kapas steril yang
diletakan dalam wadah label sampah medis.

3. Kontrol Infeksi di Bagian Konservasi


Hasil observasi :
a. Instrumen dibiarkan terbuka terlalu lama dari wrapping plastic di
nierbeken padahal belum memulai kerja pasien.
b. Hanya menggunakan sarung tangan periksa.
c. Dental assistant tidak menggunakan masker.
d. Mencuci alat dengan menggunakan handscoon.

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan :


a. Skrinning dan evaluasi pasien : pemeriksaan dilakukan dengan
mengingat banyaknya resiko.
b. Sterilisasi dan desinfeksi : lakukanlah sterilisasi dan desinfeksi,
bahan-bahan yang digunakan dalam konservasi harus disimpan
dalam suhu rendah sampai sedang, suhu yang terlalu tinggi juga akan
merusak bahan.
c. Penggunaan alat pelindung diri dan imunisasi sangatlah disarankan
untuk perlindungan diri. Tak terlupa pencucian tangan, hal inni
adalah hal yang sangat krusial dalam pencegahan infeksi di
lingkukan kedokteran gigi.
d. Kontrol lingkungan : buanglah sisa bahan yang telah digunakan pada
wadah tertutup, terutama logam cair (Hg). Berilah label khusus
untuk limbah medis berbahaya. Hindarilah kontaminasi melalui
inhalasi, serta kontak iritasi.

4. Kontrol Infeksi di Bagian Ortodonsia


Hasil observasi :

67
a. Hanya menggunakan sarung tangan periksa dan ukurannya lebih
besar dari ukuran tangan.
b. Orto lepasan hanya dicuci di air mengalir setelah dikeluarkan dari
mulut pasien.
c. Operator selalu mengganti handscoon setipa handscoon rusak atau
tidak layak pakai.
d. Pasien menginsersi sendiri alat orto lepasan dengan tangan terbuka.
e. Pasien memegang instrumen sendiri.

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan :


a. Skrining pasien : perhatikan riwayat medis dan morfologi gigi geligi
serta rahang yang akan dilakukan tindakan.
b. Sterilisasi dan desinfeksi : bahan orto bonding, kawat dll harus
dalam keadaan asepsis. Simpanlah karet orto dan kawatnya serta
tang yang digunakan didalam lemari tertutup rapat sebelum
digunakan. Jangan lupa beri cairan desinfektan.
c. Penggunaan alat pelindung diri dan imunisasi sangatlah disarankan
untuk perlindungan diri. Tak terlupa pencucian tangan, hal ini adalah
hal yang sangat penting dalam pencegahan infeksi di lingkukan
kedokteran gigi.
d. Kontrol lingkungan : buanglah sisa kawat dan karet sesudah pakai
ditempat atau wadah sampah padat yang tidak mudah terjangkau
khalayak umum karena dapat membahayakan, serta sisa akrilik
diwadah yang tertutup untuk mencegah penguapan.

5. Kontrol Infeksi di Bagian Bedah Mulut


Hasil observasi :
a. Sebelum melakukan tindakan, operator menyiapkan alat dan bahan.
b. Menggunakan handscoon pada saat memegang instrument,
berinteraksi dengan baik dengan pasien.

68
d. Handscoon yang telah digunakan untuk memeriksa pasien, dibuka
kemudian digunakan lagi.
e. Handscoon tidak pas dengan tangan,
f. Kapas untuk darah dibuang di tempat khusus yang ada di dental unit.
g. Daerah spittoon bekas kumur pasien hanya dibersihkan dengan
menggunakan air.
h. Gigi dan botol lidocain setelah pencabutan dibuang di tempat
sampah medis.
i. Syringe dibuang di tempat khusus yaitu safety box biohazard.
j. Mencuci alat dengan menggunakan handscoon.

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan :


a. Sebelum tindakan (pemeriksaan)
1) Lakukan sterilisasi alat
2) Lakukan desinfeksi permukaan kerja meliputi bagian-bagian di
dental unit seperti pegangan lampu, sandaran kursi, dll
3) Gunakan pelindung sekali pakai untuk melapisi bagian-bagian
permukaan kerja seperti pegangan lampu, lampu, dll
4) Gunakan baju kerja dengan benar
5) Lakukan evaluasi pasien secara menyeluruh termasuk
menanyakan riwayat medis
6) Sebelum melakukan pemeriksaan cucilah tangan dengan teknk
yang benar kemudian gunakan sarung tangan yang masih bersih
dan gunakan masker
7) Lakukan pemeriksaan dengan teliti

b. Saat tindakan/perawatan
1) Tempatkan alat-alat yang akan digunakan dalam wadah khusus
2) Jika akan melakukan pencabutan, pastikan melakukan tindakan
aseptic dengan mengoleskan povidon iodine sebelum
menganestesi di daerah kerja

69
c. Setelah tindakan/perawatan
1) Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
2) Intrumen yang digunakan dibersihkan dan disterilkan kembali
3) Pelindung yang dipakai untuk melapisi permukaan kerja diganti
4) Area kerja dibersihkan kembali

6. Kontrol Infeksi di Bagian IKGA


Hasil observasi :
a. Instrumen yang sudah steril dibiarkan disentuh oleh pasien dengan
tangan terbuka.
b. Pasien dibiarkan menyentuh tombol-tombol yang ada di dental unit.
c. Ukuran handscoon yang dipakai oleh operator sesuai dengan ukuran
tangan.
d. Pada saat memeriksa pasien, tangan yang sudah memakai handscoon
menyentuh tombol dental unit.
e. Tissue bekas pakai diletakkan di nierbeken yang berisi instrumen
steril dan instruktur tidak memakai handscoon pada saat memeriksa
pasien.

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan :


a. Skrinning dan evaluasi pasien: lakukanlah pemeriksaan dengan hati-
hati dan tengan, mengingat dalam bidang KG ini, pasiennya adalah
anak-anak yang seringkali sulit diatur.
b. Sterilisasi dan desinfeksi: lakukanlah sterilisasi dan desinfeksi
seperti biasa. Letakan semua peralatan tajam dalam nierbeken atau
baki instrumen tertutup. Mintalah asisten untuk membantu ketika
perawatan.
c. Kontrol lingkungan: Buanglah sisa jaringan dan serpihan jaringan
pada wadah tertutup jauhkan wadah sampah sedikit lebih jauh atau
terbebas jangkauan anak-anak

70
7. Kontrol Infeksi di Bagian Prostodonsia
Hasil Observasi :
a. Sendok cetak yang telah ditambahkan malam dicuci dengan air dan
disterilkan dengan menggunakan alkohol.
b. Operator menggunakan ukuran handscoon yang lebih besar
dibandingkan dengan ukuran tangan.
c. Mengganti handscoon yang baru dikarenakan rusak setelah beberapa
kali pencetakan.
d. Cetakan alginat yang salah dibuang di tempat sampah medis.

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan :


a. Sebelum tindakan (pemeriksaan)
1) Lakukan sterilisasi alat (alat diagnostik, sendok cetak, dsb)
2) Lakukan desinfeksi permukaan kerja meliputi bagian-bagian di
dental unit seperti pegangan lampu, sandaran kursi, dll
3) Gunakan pelindung sekali pakai untuk melapisi bagian-bagian
permukaan kerja seperti pegangan lampu, lampu, dll
4) Gunakan baju kerja dengan benar
5) Lakukan evaluasi pasien secara menyeluruh termasuk
menanyakan riwayat medis
6) Sebelum melakukan pemeriksaan cucilah tangan dengan teknk
yang benar kemudian gunakan sarung tangan yang masih bersih
dan gunakan masker
7) Lakukan pemeriksaan dengan teliti
b. Saat tindakan/perawatan (pencetakan)
1) Tempatkan alat-alat yang akan digunakan dalam wadah khusus
2) Jika akan melakukan pencetakan suruhlah pasien untuk berkumur
3) Kemudian lakukan pencetakan
4) Setelah selesai mencetak, hasil cetakan alginate dibilas dengan air
bersih

71
5) Kemudian semprotkan atau rendam dengan cairan desinfeksi
(sodium hipoklorit) sebelum dicor dengan gips
c. Setelah tindakan/perawatan
1) Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
2) Intrumen yang digunakan dibersihkan dan disterilkan kembali
3) Pelindung yang dipakai untuk melapisi permukaan kerja diganti
4) Area kerja dibersihkan kembali

4.3 Pengelolaan Limbah di RSGM unsrat


Mekanisme sarana pembuangan limbah di RSGM PSPDG FK
UNSRAT dibagi menjadi dua yaitu sampah medis dan non sampah medis.
1. Sampah medis (tempat sampah berwarna kuning), biasanya tempat
sampah medis digunakan untuk membuang sarung tangan bekas pakai,
cetakan alginat yang salah, masker, dan sampah medis lainnya.
a. Pisahkan sampah medis risiko rendah dan tinggi.
b. Kumpulkan.
c. Bila penuh, dikumpulkan di lantai 1 (sampah centre), sesuai warna.
d. Pos sampah datang setiap pagi untuk sampah medis risiko rendahm,
buang ke TPA.
e. Hubungi RS Kandou untuk mengambil sampah medis risiko tinggi.
2. Non sampah medis (tempat sampah berwarna hijau), biasanya tempat
sampah untuk bungkus makanan, bungkus minuman, tissue, dan lain-
lain.
a. Kumpulkan.
b. Bila penuh, dikumpulkan di lantai 1 (sampah centre).
c. Pos sampah datang setiap pagi untuk sampah basah dan kering ke
TPA.
3. Safety box biohazard, di rsgm unsrat safety box biohazard digunakan
sebagai tempat jarum suntik dan botol lidocaine bekas pakai serta gigi
bekas pencabutan.

72
Mekanisme pembuangan limbah di RSGM PSPDG FK UNSRAT
masih buruk, karena berdasarkan wawancara kepada pegawai di RSGM dan
setelah melihat langsung, untuk limbah medis padat hanya dikumpulkan di
sebuah kantung besar di halaman belakang RSGM, namun untuk limbah
medis cair sudah terdapat saluran pembuangan sendiri, terdapat empat
tempat untuk pembuangan limbah medis cair.
Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit yang membahas tentang tempat penampungan sementara, yang
seharusnya bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya
harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam dan bagi rumah
sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis padatnya harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain
yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-
lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.
Karena RSGM PSPDG FK UNSRAT tidak memiliki insinerator,
maka seharusnya limbah medis tersebut seharusnya diantar ke RSUP Prof.
R. D. Kandou atau dinas kesehatan setiap satu atau dua minggu, namun
selama ini belum pernah dilakukan dan hanya dibiarkan di halaman
belakang RSGM.

Mekanisme pembuangan limbah yang seharusnya adalah :


Pengelolaan limbah medis secara efektif adalah pemilahan
(segregasi) dan identifikasi limbah. Penanganan, pengelolaan, dan
pembuangan akhir limbah berdasarkan jenisnya akan menurunkan biaya
yang dikeluarkan serta memberikan manfaat yang lebih banyak dalam
melindungi kesehatan masyarakat. Adapun persyaratan pengelolaan limbah
rumah sakit berdasarkan Menkes sebagai berikut :
1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah

73
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan
kimia dan farmasi.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus
melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai. Untuk menguji efektifitas
sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus
dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali
pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan
kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.
7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
dengan penggunaan wadah dan label.

74
8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk
pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor, dan diberi label bertuliskan ”Limbah Sitotoksis”.
2. Limbah Medis Non Padat
Pemilahan dan Pewadahan
a. Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah
medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
b. Tempat Pewadahan
b. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik
warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang
”domestik” warna putih
c. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua)
ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

4.4 Desain Ruang Praktik Dan Dan Tata Letak Dari Masing-Masing
Bagian di RSGM Unsrat
1. Bagian Penyakit mulut
Desain ruang praktik bagian penyakit mulut masih kurang baik karena
pencahayaan yang masih kurang dan kebisingan yang cukup tinggi oleh
karena ruangan yang terbuka dan bersamaan dengan bagian bedah
mulut. Tata letak peralatan juga kurang baik, seperti wastafel untuk
bagian penyakit mulut jauh dengan dental unit bagian penyakit mulut.
Jarak antara dental unit satu dengan lainnya termasuk dekat sehingga
pergerakan operator maupun asisten harus diminimalisir.
2. Bagian ortodonsia
Desain ruang praktik di bagian ortodonsia cukup baik karena
dipisahkan dalam ruangan tertutup dimana dalam satu ruangan terdapat
1 dental unit sehingga pergerakan baik operator maupun asisten
operator lebih maksimal. Wastafel juga tersedia dekat dengan ruang
praktik bagian ortodonsia, hanya saja tempat untuk mencuci alat jauh

75
dari ruang ortodonsia. Pencahayaan dan sirkulasi udara (ventilasi) di
ruang ortodonsia masih kurang.
3. Bagian Prostodonsia
Ruang praktik bagian prostodonsia diatur dalam ruangan terbuka
sehingga kebisingan cukup tinggi dan efisiensi pergerakan operator dan
asisten juga kurang dikarenakan jarak anatara dental unit satu dengan
lainnya cukup dekat. Wastafel tempat mencuci tangan dan mencuci alat
dekat dengan ruang bagian prostodonsia sehingga lebih memudahkan
operator atau asisten operator. Pencahayaan di ruang praktik bagian
prostodonsia juga masih kurang baik. Tempat pembuangan sampah di
bagian prostodonsia baik karena terletak di tempat sendiri atau
diruangan sendiri dan dipisahkan baik sampah medis maupun sampah
non medis.
4. Bagian Konservasi
Ruang praktik bagian konservasi juga terletak di ruangan terbuka
sehingga banyak orang lalu lalang yang menyebabkan kebisingan yang
cukup tinggi. Penataan peralatan dan sarana di bagian konservasi juga
masih kurang baik seperti wastafel yang masih jauh dan jalur serilisasi
yang bertemu antara alat steril dan alat yang baru akan di sterilisasi.
Pencahayaan di bagian konservasi juga masih kurang baik karena hanya
sebagian dari ruangan saja yang bisa terkena sinar matahari.
5. Bagian IKGA
Ruang praktik bagian IKGA sama seperti ruangan lainnya yang terletak
pada ruangan terbuka, dimana terdapat lebih dari satu dental unit
dengan jarak antara dental unit yang cukup dekat. Namun karena
kurangnya pasien anak-anak sehingga kebisingan tidak terlalu tinggi.
Wastafel dan tempat pembuangan sampah di bagian IKGA tidak ada,
sehingga untuk membuang sampah, operator bagian IKGA harus
membuang sampah di tempat sampah yang ada di bagian prostodonsia
atau ortodonsia. Wastafel tempat mencuci tangan dan mencuci alat juga

76
jauh dari bagian IKGA serta ada pertemuan antara alat yang sudah
disteril dengan alat yang baru akan disterilisasi.
6. Bagian bedah mulut
Ruang praktik bedah mulut bersebelahan dengan ruang praktik bagian
penyakit mulut, sehingga efisiensi pergerakan operator dan asisten
kurang efisien. Desain ruang praktik bagian bedah mulut masih kurang
karena pencahayaan yang masih kurang dan kebisingan yang cukup
tinggi oleh karena ruangan yang terbuka dan bersamaan dengan bedah
mulut. Di ruangan bedah mulut masih belum dilengkapi wastafel,
wastafel berada jauh dari ruangan begitu juga tempat sterilisasi alat
yang berada tidak satu lantai dengan ruangan bedah mulut. Jarak antara
dental unit satu dengan lainnya termasuk dekat sehingga pergerakan
operator maupun asisten harus diminimalisir.
7. Bagian prostodonsia
Ruang praktik prostodonsia berada di lantai 2 dan merupakan ruangan
terbuka yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti wastafel,
toilet, dan tempat sterilisasi. Suhu ruangan pada bagian prostodonsia
cukup karena dilengkapi dengan kipas angin dan pendingin ruangan.
Penerangan di bagian prostodonsia pun cukup terang, bagian ini juga
dilengkapi dengan tempat sampah baik untuk sampah medis dan
nonmedis, serta dilengkapi dengan ruangan khusus limbah yang berada
di sebelah ruang diskusi dekat denga ruang sterilisasi alat.

Desain ruangan dan tata letak yang seharusnya meliputi :


1. Lantai : lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2. Dinding : permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang
mengandung logam berat
3. Ventilasi : ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.

77
4. Atap : atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya dan atap
yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
5. Langit-langit : langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan dan kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari
kayu harus anti rayap.
6. Konstruksi : balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga
tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk Aedes.
7. Pintu : pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8. Jaringan Instalasi : [emasangan jaringan instalasi air minum, air bersih,
air limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan
lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan dan pemasangan pipa air
minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh
bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas Antar Ruangan : pembagian ruangan dan lalu lintas antar
ruangan harus didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan
petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan
komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi. Serta dilengkapi dengan pintu darurat
yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau
kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
10. Fasilitas Pemadam Kebakaran : harus dilengkapi dengan fasilitas
pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.5 Four Handed Dentistry Di RSGM Unsrat
Sistem four handed dentistry di RSGM Unsrat sudah dilakukan
namun tidak semua operator di RSGM Unsrat memakai sistem four handed
karena untuk tindakan-tindakan yang sederhana tidak memerlukan asisten
operator. Adapun prinsip-prinsip four handed dentistry yang dilakukan di

78
RSGM belum semuanya diterapkan seperti ketika melakukan tindakan tidak
pada posisi duduk, dimana hal ini dikarenakan oleh tidak tersedianya
assistant stool atau kursi asisten.
Untuk mendukung four handed dentistry, dibutuhkan suatu kondisi
yang efisien antara lain desain peralatan yang ergonomi untuk
meminimalisir pergerakan yang tidak perlu. RSGM Unsrat sudah mulai
menerapkan sistem tersebut, namun belum 100% dilakukan karena masih
terhambat dengan fasilitas dan sarana prasarana lainnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

79
Berdasarkan hasil observasi di RSGM PSPDG FK UNSRAT, rsgm
perlu memiliki perhatian utama dalam kontrol infeksi dan keselamatan kerja
praktik dokter gigi, karena hal ini berdampak bagi semua yang berada di
rsgm serta lingkungan sekitar rsgm.
Selama kegiatan observasi ini kelompok kami telah melakukan
wawancara, pengamatan, serta pengambilan data untuk mengetahui serta
memahami bagaimana sistem kontrol infeksi dan keselamatan kerja praktik
dokter gigi di RSGM. Mulai dari pengontrol infeksi apakah sesuai dengan
SOP dan pelaksanaan atau tidak, manajemen pengelolaan limbah, desain
ruang praktik dan tata letak, serta four handed dentistry di RSGM PSPDG
FK UNSRAT.
Dari observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sistem kontrol infeksi dan keselamatan kerja praktik dokter gigi di RSGM
PSPDG FK UNSRAT masih kurang dilihat dari berbagai aspek, seperti
banyak koas dan staf pegawai yang belum melakukan imunisasi hepatitis B
serta mekanisme pembuangan limbah yang masih belum meningkat.
Sehingga sehingga diharapkan akan adanya peningkatan sistem kontrol
infeksi dan keselamatan kerja praktik dokter gigi agar tidak berdampak
buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

5.2 Saran
1. Imunisasi, sebaiknya perlu diadakan peraturan di rsgm baik untuk para
koas dan staf untuk imunisasi hepatitis B, karena berdasarkan hasil
observasi banyak yang belum melakukan imunisasi hepatitis B.
2. Para koas sebaiknya menggunakan sarung tangan khusus untuk kerja
pasien yaitu seperti sarung tangan lateks dan harus menggunakan
ukuran yang pas.
3. Para koas sebaiknya memiliki 5 baju kerja supaya dapat diganti setiap
hari, untuk menghindari terjadinya infeksi penyakit dari pasien.
4. Dalam merawat pasien penggunaan kacamata pelindung dan rubber
dam juga masih belum dipakai, sehingga diharapkan para koas

80
menyediakan peralatan tersebut untuk mencegah terjadinya infeksi
penyakit.
5. Pada saat mencuci alat sebaiknya para koas menyediakan sarung tangan
karet tebal untuk menghindari tertusuknya tangan dari instrumen tajam.
6. Para koas sebaiknya membersihkan dental unit sehabis pakai dengan
menggunakan desinfektan. Dan mengganti penutup/pelindung pada
pegangan lampu dan lain-lain dengan menggunakan wrapping plastic.
7. Untuk pengelolaan limbah sebaiknya piha RSGM menyediakan
incinerator, karena sampai sekarang alat tersebut masih belum
disediakan di RSGM unsrat.
8. Di setiap wastafel perlu disediakan sabun cuci tangan.
9. Penerangan dan sirkulasi udara perlu ditingkatkan di beberapa bagian,
seperti bagian ortodonsia, bedah mulut dan penyakit mulut, dan
konservasi. Karena pada bagian tersebut ruangan masih terlihat gelap
dan kurang sirkulasi udara.
10. Untuk four handed dentistry, sebaiknya perlu disediakan dental stool
untuk dental assistant.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://fkg.unair.ac.id/filer/buku%20pedmn%20K3PSTKG.pfd
2. https://prezi.com/rs5ks_a0sjmq/rsgm-prof-soedomo/

81
3. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2612/BAB%20I-
IV.docx?
4. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28157
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37234/4/Chapter%20II.pdf
6. http://spiritia.or.id/cst/dok/kul.pdf
7. http://www.rshs.or.id/edukasi/limbah-rumah-sakit/
8. http://www.scottishdental.org/index.aspx?o=1479
9. Molinary JA. Dental infection control at the year 2000: accomplishment
recoqnized. J Am Dent Assoc 1999;130;1291-8.
10. Sri mulyani et al. Pengendalian infeksi silang di klinik gigi. EGC. Jakarta

82
LAMPIRAN

83

Anda mungkin juga menyukai