Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Parasitologi I
Oleh :
Kelompok 5
Nopcyra Liana 1611E1048
Thia Yunita Febriani1611E076
Veni Meilania 1611E1080
D3B Analis Kesehatan
1. Distribusi Geografik
Parasit ini tersebar luas didaerah yang beriklim tropis di seluruh dunia
(Sutanto,2008). Walaupun sebanyak 80% populasi daerah endemik mungkin
terinfeksi, kurang dari 10-20% menderita morbiditas yang berarti secara
klinis.Mereka yang bekerja di daerah-daerah dimana ada pemajanan berulang dan
kronis terhadap nyamuk yang mengandung larva, seperti di daerah perkotaan yang
penuh sesak dengan sanitasi yang sangat jelek adalah daerah paling berisiko.Infeksi
W. bancrofti tersebar di seluruh Afrika tropik dan subtropik, Asia, dan Amerika
Selatan. (Behrman, 2000)
Distribusi W. bancrofti terdapat di daerah berhawa panas (daerah
katulistiwa).Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai
vektornya.Tergantung vektornya dengan tempat perindukan berlainan, filariasis
bancrofti dibedakan menjadi dua jenis yaitu filariasis bancroftiperkotaan (urban
bancrofti filariasis) vector utamanya Culex fatigans yang hidup di dalam rumah,
tempat perindukannya pada air kotor di sekitar rumah. Filariasis brancofti pedesaan
(rural bancrofti filariasis) vector nyamuknya Aedes, Anopheles, dan Mansoni
(Natadisastra, 2005).
2. Siklus hidup & kondisi penyakit terkini
1.3 Morfologi
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe, bentuknya
halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing baetina berukuran 65-100 mm x
0,25 mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. cacing betina mengeluarkan filarial yang
bersarung dengan ukuran 250-300 mikron x 7-8 mikron. Mikrofilaria hisup di dalam
darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi
mempunyai periodisitas.Pada umumnya W. bancrofti bersifat periodisitas nokturna,
artinya mikrofilaria hanya terdapat dalam darah tepi pada malam hari saja.Pada siang
hari, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal, dan sebagainya.
(Sutanto, 2008)
Sesuai dengan periodisitasnya, mikrofilaria sampai ke pembuluh darah
perifer.Darah dihisap nyamuk yang bertindak sebagai vector, mikrofilaria terhisap
sampai ke lambung nyamuk.Kemudian dengan ujung chepalicnya, dinding lambung
nyamuk ditembus dan menuju ke otot thoraks. Dengan melalui tiga metamorphosis,
pada hari ke 10-11 menjadi larva kecil, langsing, infektif berukuran (1,4-2) mm x
(18-23) m menuju kelenjar liur nyamuk. Larva bergerak aktif menembus kulit hospes
menuju kelenjar limfe perifer.Larva tumbuh kemudian bermigrasi menuju pembuluh
limfe untuk menjadi dewasa yang dapat bertahan hidup selama 10-18 tahun.
(Natadisastra, 2005)
Bila nyamuk sedang aktif mencari darah akan terbang berkeliling sampai
adanya rangsangan hospes yang cocok diterima oleh alat penerima rangsangannya.
Rangsangan ini akan memberi petunjuk pada nyamuk untuk mengetahui dimana
adanya hospes baru menggigit (Natadisastra, 2005)
Pada manusia, masa pertumbuhan belum diketahui secara pasti, tetapi diduga
kurang lebih 7 bulan, sama dengan masa pertumbuhan parasite ini di dalam Presbytis
cristata (lutung). Mikro-filaria yang terhisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya di
dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot
toraks.Mula-mula parasite ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut
larva stadium I. larva ini bertukar kulit kurang lebih selama seminggu dan tumbuh
menjadi lebih gemuk dan panjang, disebut larva stadium II.Pada hari ke sepuluh
selanjutnya, larva bertukar kulit sekali lagi tumbuh menjadi makin panjang dan lebih
kurus, disebut larva stadium III. (Sutanto, 2008)
Gerak larva stadium III sangat aktif.Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke
rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk.Bila nyamuk yang
mengandung larva stadium II (bentuk infektif) menggigit manusia, maka larva
mengalami dua pergantian kulit menjadi larva stadium IV dan stadium V atau cacing
dewasa. (Sutanto, 2008)
1.4. Patologi
Cacing dewasa menyebabkan limfadenitis, limfangitis retrograd, demam,
funikolitis, orkitis, hidrokel, elefantisiasis mammae dan alat kelamin. Mikrofilaria
menyebabkan Occult filariasis (Prianto, Juni. 2006).
Patogenesis filariasis bankrofti dibagi dalam tiga stadium, yaitu stadium
mikrofilaremia, stadium akut dan stadium kronis. Ketiga stadium ini tidak
menunjukan batas-batas yang tegas karena prosesnya menjadi tumpang tindih. Pada
stadium akut terjadi peradangan kelenjra, limfadenitis maupun limfangitis retrogad.
Dalam waktu satu tahun, peradangan ini hilang timbul berkali-kali. Kasus
peradangan yang umum dijumpai adalah peradangan sistem limfatik organ genital
pria, misalnya epididimis, funikutilis dan orkitis. Saluran sperma mengalami
peradangan hingga mebengkak dan keras menyerupai tali, bila diraba terasa nyeri
sekali. Pada stadium kronis (menahun) gejala yang sering terjadi adalah terbentuknya
hidrokel. Kadang-kadang terjadi limfedema dan elefantiasis yang mengenai daerah
tungkai dan lengan, payudara, testes dan vulva yang dapat diperbaiki dengan
tindakan operatif. Beberapa kasus pada penderita terjadi kiluria (Onggowaluyo,
2002).
2.1 Klasifikasi
Brugia timori
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secermentea
Ordo : Spirurida
Genus : Brugia
Species : Brugia timori
Brugia malayi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secermentea
Ordo : Spirurida
Genus : Brugia
Species : Brugia malayi
2.2 Epidemiologi
Brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak
1965, yang ditularkan oleh vektor yaitu Anopheles barbirostris yang berkembang biak
di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori
hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa
pulau kecil di Nusa Tenggara Timur (Sutanto, 2008).
B. malayi menginfeksi 13 juta orang di selatan dan Asia Tenggaradan yang
bertanggung jawab untuk hampir 10% dari total kasus didunia filariasis limfatik.
Infeksi B. malayi adalah endemik atauberpotensi endemik di 16 negara, di mana ia
paling umum di Cinaselatan dan India, tetapi juga terjadi di Indonesia,
Thailand,Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan. Penyebaran B.malayi
tumpang tindih dengan W. bancrofti di wilayah ini, tetapi tidak hidup berdampingan
dengan B. timori. Daerah fokus dariendemisitas ditentukan sebagian oleh vektor
nyamuk (Muslim, 2009).
1. Distribusi Geografik
B.malayi hanya terdapat di Asia, dari India sampai ke Jepang, termasuk Indonesia
Timur di pulau Timor, Flores, Rote, Alor, dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara
Timur (Sutanto, 2008).