Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik,
tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi
justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga
penting untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik
kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga
harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak
dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi
disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah
ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan
perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Masalah kurang gizi memang sudah banyak terjadi di beberapa Negara berkembang
termasuk di Indonesia. Melihat sumber dana yang terbatas yang tersedia pada Negara-
negara berkembang dan menumpuknyakebutuhan yang digunakan untuk mencukupi
kebutuhan. Masalah kuranggizi juga telah dinyatakan sebagai masalah utama kesehatan
dunia dan berkaitan dengan lebih banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh
masalah kurang gizi tersebut.walaupun. telah banyak dilakukan penyuluhan tentang
masalah kurang gizi namun masih banyak masyarakatyang mengalami masalah masalah
gizi.
Menurut Alan Berg 1986 Gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya
perkembangan mental, perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena semua
itu mempengaruhi potensi ekonomi manusia. Keadaan gizi dapat dikelompokkan menjadi
tiga tingkat, yaitu keadaan gizi lebih, keadaan gizi baik, dan keadaan gizi kurang.
Keadaangizi lebih terjadi apabila gizi yang dibutuhkan melebihi standart kebutuhan gizi.
Gizi baik akan dicapai dengan memberi makanan yang seimbangdengan tubuh menurut
kebutuhan. Sedang gizi kurang menggambarkan kurangnya makanan yang dibutuhkan
untuk memenuhi standar gizi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan defisiensi gizi?
2. Apa saja gejala yang timbul akibat defisiensi gizi?
3. Apa saja faktor- faktor penyebab defisiensi Gizi?
4. Bagaimana Epidemiologi defisiensi gizi?
5. Apa saja upaya yang dilakukan dalam pencegahan defisiensi gizi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar kita dapat memahami apa yang dimasud dengan defisiensi gizi dan gejala yang
timbul akibatnya
2. Agar kita memahami faktor- faktor apa saja yang menjadi pnyebab defisiensi gizi
3. Agar kita dapat memahami bagaimana epidemiologi defisiensi gizi ini. Dan
mengetahui apa saja yang akan di llakukan untuk mencegah timbulnya defisiensi gizi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defisiensi Gizi


A. Pengertian
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-
1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa
Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi.
Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai
”nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-
Zain tahun 1994.
Defisiensi adalah sebuah kondisi yang diakibatkan oleh kurangnya asupan
gizi dari makanan yang kita makan sehingga berdampak pada masalah kesehatan.
Defisiensi juga dapat disebut dengan istilah kekurangan gizi ataupun malnutrisi.
Malnutrisi sendiri terdiri dari defisiensi atau kelebihan dan juga kekurangan gizi.
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan
semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat
ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5
tahun.Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang berat dan di
sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009).
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013).
B. Etiologi
Menurut Marimbi, 2010 berbagai faktor yang secara tidak langsng mendorong
terjadinya gangguan gizi pada anak balita antara lain sebagai berikut:
1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.
2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
3. Adanya kebiasan atau pantangan yang merugikan.
4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat.
6. Social ekonomi

3
7. Penyakit infeksi
8. Angka gizi yang tidak seimbang
9. Kekurangan energy protein dan kalori
C. Manifestasi Klinis
Kekurangan gizi ini secara umum mengakibatkan gangguan diantaranya:
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan
sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi
rontok
2. Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak
kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi
malas, dan merasa lemas
3. Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi
seperti batuk, pilek dan diare
4. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada anak adapt berpengaruh terhadap perkembangan mental.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen
seperti perkembangan IQ dan motorik yang terhambat
5. Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang,
cengeng dan apatis.
6. Perubahan rambut dan kulit
Rambut kepala mudah dicabut dan tampak kusam, kering, halur, jarang dan
berubah warna. Sedangkan pada kulit terapat garis-garis kulit yang lebih dalam
dan lebar, hiperpigmentasi serta bersisik.
7. Pembesaran hati
8. Anemia
9. Kelainan kimia darah
Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit meninggi, dan
kadar kolesterol serum rendah.

4
D. Komplikasi
Tanda-tanda gizi kurang secara garis besar dapat dibedakan menjadi marasmus,
kwasikor, marasmus kwasiokor.
1. Marasmus.
Merupakan penyakit yang di sebabkan karena defisiensi kalori( energi ) yang
berlangsung lama. Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang
menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi kurus dan
emosional. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan asi serta tidak
dibri makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori di
dalam makanan, kebiasaan makanan yang tidak layak dan penyakit-penyakit infeksi
saluran-saluran pencernaan.
Tanda dan gejalanya:
a. Anak sangat kurus ( terlihat kulit dan tulang ).
b. Berat badan mencapai sekitar 60 % dari berat badan ideal menurut umur.
c. Kulit muka berkerut seperti orang tua.
d. Kulit daerah pantat berlipat.
e. Anak apatis dan pasif.
2. Kwasiokor
Merupakan penyakit defisiensi protein yang berlangsung cukup lama. Kwarshiorkor
adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada
usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Penyakit ini disebabkan
oleh kekurangan protein dalam makanan, gangguan penyerapan protein, kehilangan
protein secara tidak normal, infeksi kronis ataupun karena pendarahan.
Tanda dan gejalanya:
a. Anak apatis.
b. Rambut kepala halus dan jarang, berwarna kusam, dan rambut mudah dicabut.
c. Jika lipatan kulit di tarik masih terasa ada jaringan lemak sedikit
d. Muka sembab.
3. Marasmus kwasiokor
Merupakan penyakit defisiensi energi dan protein yang berlangsung lama. Tanda dan
gejala gabungan antara marasmus dan kwasiokor. (Sodikin, 2013 ).

5
2.2 Gejala Defisiensi Gizi
Gejala defisiensi berbeda-beda tergantung defisiensi zat gizi apakah yang
dialami. Seseorang dapat mengalami beberapa gejala namun beberapa orang tidak
mengalami. Bahkan beberapa orang yang sering mengalami defisiensi dan mengalami
gejala tersebut akan melakukan adaptasi sehingga gejala tersebut seolah-olah
dirasakan sebagai kenormalan.
Secara umum gejala defisiensi antara lain:
1. Pucat
2. Kesulitan bernafas
3. Lemah lesu
4. Rambut rontok
5. Suka mengidam makanan
6. Mudah mengantuk
7. Sembelit
8. Jantung berdebar-debar
9. Pingsan
10. Kesemutan
11. Depresi
12. siklus menstruasi yang tidak normal
13. konsentrasi yang buruk.

2.3 Faktor- faktor Penyebab Defisiensi gizi

6
Menurut Azwar (2005), faktor kemiskinan merupakan penyebab mendasar yang
mengakibatkan masalah gizi kurang akibat minimnya asupan gizi dan tingginya penyakit
infeksi. Sedangkan menurut Kurniawan et all (2001), masalah inti yang menjadi
penyebab gizi kurang antara lain karena:
1. keadaan keluarga memburuk,
2. pendidikan
3. penyediaan bahan makanan tidak baik
4. kurangnya hasil pertanian
5. kurangnya ketersediaan makanan pada skala rumah tangga.
6. minimnya akses rumah tangga pada sarana pelayanan kesehatan

2.4 Epidemiologi Defisiensi Gizi


1) Distribusi dan Frekuensi Masalah Gizi
1. Orang
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan
masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada
status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact).
Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di
masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya
saat masa janin dalam kandungan. Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan
kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu
pada saat remaja atau usia sekolah.4
Masa balita merupaka masa dimana terjadi pertumbuhan badan yag
cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi di setiap kilo gram
berat badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita justru paling sering
mengalami kekurangan gizi sehingga anak balita merupakan kelompok umur
yang rentan menderita kekurangan gizi.

2. Tempat dan Waktu.


Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta
anak balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta
diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut
ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat.

7
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang
diukur berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah
13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila
dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target
MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target
tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33
provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%),
Sumatera Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi
(18,9%), Nusa Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6),
Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan
(26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi
Tenggara (22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku
(27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2)
.
2) Determinan Masalah Gizi
Proses riwayat terjadinya penyakit pada masalah gizi (gizi kurang) melalui
berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya interaksi antara pejamu, sumber
penyakit dan lingkungan. Ketidakseimbangan antara ketiga faktor ini, misalnya
terjadi ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh. Akibat kekurangan zat gizi, maka
simpanan zat gizi dalam tubuh dugunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan. Proses ini berlanjut sehingga menyebabkan
malnutrisi, walupun hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan
pertumbuhan terhambat.
Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh
berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan.
Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau
masyarakat bahkan keluarga, karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang
gizi (KEP) tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan
kelaparan seperti KEP dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah,
masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. KEP pada anak balita
sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger. Dengan

8
demikian penyebab KEP anak balita lebih kompleks dan melalui berbagai tahapan,
yaitu penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah, dan pokok masalah.

Menurut Trias Epidemiologi


a. Agent

Penyebab langsung timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah makanan
tidak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak. Kedua
penyebab tersebut saling berpengaruh. Dengan demikian timbulnya kurang
gizi tidak hanya kurang makan tetapi juga karena penyakit, terutama diare dan
ISPA. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang diare
atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Sebaliknya anak yang
tidak memperoleh makanan cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya
(immunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian anak mudah diserang
infeksi dan kurang nafsu makan sehingga anak kekurangan makan, akhirnya
berat badan anak menurun. Apabila keadaan ini terus berlangsung, anak
menjadi kurus dan timbul kurang gizi (KEP). Dalam kenyataan keduanya
(makanan dan penyakit) secara bersama-sama merupakan penyebab kurang
gizi13,20
Penyebab langsung timbul karena ketiga faktor penyebab tidak langsung,
yaitu: (1) tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga, (2) pola
pengasuhan anak yang tidak memadai, dan (3) keadaan sanitasi yang buruk
dan tidak tersedia air bersih, serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak
memadai. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut tidak berdiri sendiri
tetapi saling berkaitan.
b. Host

Berat Badan Lahir Anak Balita Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai
dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat badan lahir rendah merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
Berat badan lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak di masa yang akan datang. Bayi lahir dengan berat di bawah 2.500 gram
dikategorikan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR akan
mengalami gangguan dan belum sempurna pertumbuhan dan pematangan organ

9
atau alat-alat tubuh, akibatnya BBLR sering mengalami komplikasi yang
berakhir dengan kematian.
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama
kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR).
c. Environment (Lingkungan)
Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan
kebersihan lingkungan besar pengaruhnya terhadap pengasuhan anak. Makin
tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan
keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, makin kecil resiko anak
terkena penyakit dan kekurangan gizi
Faktor lingkungan juga meliputi ketersediaan pangan. Tidak cukupnya
persediaan pangan di keluarga (household food insecurity). Artinya
kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan pangan, baik jumlah
maupun kebutuhan gizinya, bagi seluruh anggota keluarganya belum
terpenuhi. Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan
(baik hasil produksi maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan dan
daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

2.5 Masalah- masalah gizi utama Indonesia


1. Gizi kurang
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energy dan protein, pada tahap
awal akan menyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu berat
badan akan menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja.
Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan
gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi,
tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian.
Kekurangan gizi secara umum baik kurang secara kualitas dan kuatitas
menyebabkan gangguan pada proses-proses tubuh seperti gangguan pertumbuhan,
gangguan produksi krja, gangguan pertahanan tubuh dan gangguan struktur dan
fungsi otak. Ada empat masalah gizi kurang yang dikenal di Indonesia antara lain :
A. KEP (Kurang Energi Protein/protein energy malnutrition (PEM)/
protein kalori malnutrition (PCM)

10
KEP suatu penyakit kurang gizi karena tubuh kurang memperoleh
makanan berupa sumber zat tenaga (energy) dan sumber zat pembangun
(protein) dalam waktu yang lama.Bila ditimbang, titik berat badan anak pada
KMS terletak dibawah garis merah atau kurang 60% dari berat anak yang
seharusnya.Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil da nib u
menyusui.KEP berat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, tipe kwarshiorkor dan
tipe marasmus atau tipe marasmikwashiorkor.Gejala klinis KEP ringan
diantaranya pertumbuhan berkurang atau bahkan berhenti; brat badan
berkurang, terhenti bahkan turun; ukuran lingkar lengan menurun; maturasi
tulang terhambat; rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun; tebal lipat
kulit normal atau menurun; aktifitas dan perhatian kurang; kelainan kulit dan
rambut jarang ditemukan. Adapun penyebab KEP ringan yaitu masukan
makanan baik kuantitas dan kualitas yang rendah, gangguan atau system
pencernaan atau penyerapan makanan, pengetahuan yang kurang tentang gizi.

a. Kwarshiorkor
Kwarshiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini
kebutuhan protein tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan protein
dalam makanan, gangguan penyerapan protein, kehilangan protein secara
tidak normal, infeksi kronis ataupun karena pendarahan. Berikut adalah
gejala kwarshorkor :
Wajah seperti bulan” moon face “ , sinar mata sayu ; pertumbuhan
terganggu; berat dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan berat
badan normal; perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut
menjadi apatis ); rambut merah, jarang, mudah dicabut; jaringan lemak
masih ada; perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian
menghitam, kulit tidak keriput); terkadang terjadi pembengkakan tubuh
(oedema) sehingga menyamarkan penurunan berat badan; jaringan otot
mengecil
b. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang
menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi
kurus dan emosional. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup

11
mendapatkan asi serta tidak dibri makanan penggantinya, atau terjadi pada
bayi yang sering diare.
Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau
kalori di dalam makanan, kebiasaan makanan yang tidak layak dan
penyakit-penyakit infeksi saluran-saluran pencernaan. Berikut adalah
gejala penderita marasmus :
Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus; mata besar dan
dalam, sinar mata sayu; mental cengeng; feses lunak atau diare; rambut
hitam, tidak mudah dicabut; jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada,
lemak sub kutan menghilang hingga turgor kulit menghilang. Kulit
keriput, dingin, kering, dan mengendur; perut buncit.

c. Kwashiorkor-marasmus
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran
antara marasmus dan kwarshiorkor. Program pemerintah untuk
menanggulangi KEP diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan
sasaran utama ibu hamil, bayi, balita dan anak sekolah dasar.Program
tersebut mencakup berbagai kegiatan seperti penyuluhan gizi,
peningkatan pendapatan keluarga, penigkatan pelayanan kesehatan,
KB- keluarag Berencana.Adapaun pemantauan tumbbuh kembang
anak diupayakan melalui keluarga, dasawisma dan posyandu.

B. KVA ( Kurang Vitamin A)


Vitamin A merupakan nutrient essensial, yang hanya dapat dipenuhi
dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan
keracunan karena tidak larut dalam air.Kekurangan asupan vitamin A bisa
menyebabkan diare yang bisa be3rujung pada kematian dan pneumonia.
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita. Hal ini disebabkan oleh intake
makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah, rendahnya
konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada ibu hamil sampai melahirkan
sehingga mempengaruhi kadar vitamin A yang terkandung dalam ASI. Selain
itu dapat disebabkan oleh MP-ASI yang kurang kandungan vitamin A,
gangguan absorbs vitamin A dan pro vitamin A ( penyakit pancreas, diare
kronik, KEP ), gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A.

12
Akibat kekurangan vitamin A :
1. Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi (
misalnya sakit batuk, diare dan campak ).
2. Rabun senja ( anak dapat melihat suatu benda , jika ia tiba-tiba
berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang gelap ). Rabun senja
dapat berakhir pada kebutaan.
Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A :
1. Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung vitamin A, seperti
hati ayam.
2. Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan buah-buahan
berwarna
3. Sebaiknya sayuran ditumis menggunakan minyak atau dimasak
dengan santan, sebab vitamin A larut dalam minyak santan
4. Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap 6 bulan di
Posyandu
5. Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada ibu segera setelah
melahirkan.
Pemerintah terusa berupayah menanggulangi penyakit gizi ini hingga
sejak tahun 2006 telah dapat ditangani, namun karena kekurangan vitamin A (
KVA ) pada balita dapat menurunkan daya tahan tubuh. Maka, suplementasi
vitamin A tetap harus diberika pada balita.
Berikut upayah yang telah dilakukan pemerintah :
a. Penyuluhan agar meningkatakan konsumsi vitamin A dan pro
vitamin A
b. Fortifikasi vitamin A ( susu, MSG, tepung terigu, mie instan ).
c. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (
200.000 IU pada bulan februari dan agustus ), ibu nifas ( 200.000
IU ), anak usia 6-12 bulan ( 100.000 IU ).

C. GAKY ( Gangguan Akibat Kekurangan Yodium )


Gaky tidak berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi suatu
masyarakat melainkan dengam geografis.Penyakit ini merupakan masalah
dunia yang terjadi pada kawasan pegunugan dan perbukitan yang tanahnya
tidak cukup mengandung yodium. Kekurangan yodium saat janin berlanjut

13
dengan gagal dalam pertumbuhan anak usia 2 tahun dpat berdampak buruk
pada kecerdasan secara permanen.
Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar
tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok.
Berikut spektrum gangguan akibat kekurangan yodium.
1) Pada fetus ( janin ): abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian
bayi, kretinisme nervosa ( bisu tuli, defisiensi mental, mata juling ),
cacat bawaan, kretinisme, kerusakan psikomotor.
2) Anak dan remaja: gondok, gangguan fungsi mental ( IQ rendah ),
gangguan perkembangan.
3) Dewasa: gondok, hipotirod gangguan fungsi mental.

Gangguan akibat kekurangan yodium ( GAKY ) dapat diatasi melalui


garam yang telah difortifikasi ypdium sesuai standar berikut adalah
pencegahan/penanggulangan GAKY :
1. Setiap kali memasak, selalu gunakan garam beryodium dirumah tangga
2. Untuk daerah gondok endemic, anak-anak 1-5 tahun diberi kapsul
yodium selama 1 tahun
3. Bila ada anak dengan gejala pembesaran kelenjar gondok atau kerdil
harus segera melaporkannya pada petugas kesehatan di Puskesmas.

D. Anemia Gizi Besi ( AGB )


Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan
satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Anemia
gizi besi ada;ah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.
Prevalensi tertinggi terjadi di daerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi.
Hasil studi menunjukkan bahwa anemia pada masa bayi menjadi salah
satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen. Defisiensi zat besi
menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya
kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.
Penderita anemia gizi besi akan mengalami gejala seperti berikut :
pucat, lemah, lesu, sering berdebar, sakit kepala, dan jantung membesar. Hal
ini akan mengakibatkan produktivitas rendah.

14
AGB dpat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengandung zat besi: konsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi,
infeksi penyakit. Selai itu dapat juga disebabkan oleh distribusi makanan yang
tidak merata ke selurug daerah.
Anemia, gizi kurang zat besi ( AGB ) masih ditemukan pada 26,3%
balita indonesi tahu 2006. Anemia ( kurang zat besi ) pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko risiko bayi yang dilahirkan menderita kurang zat besi
juga yang berdampak pada penurunan kecerdasan anak. Oleh karena itu
berbagai upayah dilakukan pemerintah untuk menanganinya, diantaranya :
1. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi ( KIE ) serta suplemen
tambahan pada ibu hamil maupun menyusui.
2. Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian
suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita.
3. Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih
memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemberian suplemen
tambahan kepada anak sekolah.
4. Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian
nsuplemen kepada tenaga kerja wanita
5. Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita
usia subur ( WUS )

2. Gizi lebih
Seiring dengan perkembangan teknologi, termasuk teknologi pertanian,
transportasi, dan informasi, terjadi juga perubahan aktivitas fisi dari pola aktivitas
aktif menjadi pola aktivitas kurang aktif.Hal ini diikuti pula oleh transisi gizi yang
ditandai dengan perubahan pola makan, taraf aktivitas fisik, dan komposisi tubuh.
Pola makan berubah menjadi fastfood atau junkfood.Aktivitas fisik berubah
dari aktivitas fisik aktif menjadi kurang aktif akibat perubahan struktur pekerjaan dan
waktu luang untuk menonton televisi.Dengan pola aktivitas yang semakin rendah
mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang mengalami kelebihan gizi berupa
overweight dan obesistas.
Obesitas adalah penyakit gizi berupa akumulasi jaringan lemak secara
berlebihan diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh perilaku makan yang
berhubungan dengan faktor keluargadan lingkungan, aktivitas fisik yang rendah ,

15
gangguan psikologis, laju pertumbuhan yang sangat cepat, genetic atau faktor
keturunan juga gangguan hormone.
Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energiyang melebihi kebutuhan
dan biasanya disertai kurangnya aktivitas jasmani. Ciri-ciri obesitas adalah sebagai
berikut : lebih berat dan lebih tinggi dari anak seusianya: hidung dan mulut relative
kecildengan dagu yang berbentuk ganda: perut cenderung membuncit: karena malu,
sering malas untuk bergaul dan bermain dengan temanya.
a. Kegemukan menurut distribusi lemak
1) Tipe andarioid ( banyak pada pria/wanita menopause )
2) Tipe genoid ( banyak pada wanita (beresiko lebih kecil, sukar turun BB )
b. Kegemukan menurut kondisi sel
1) Tipe hiperlastik ( jml.sel lemak >)
2) Tipe hipertropik ( ukuran sel > ) pada dewasa
3) Tipe hiperlastik-hipertropik
c. Kegemukan menurut umur
1) Saat bayi, anak-anak, dewasa
d. Kegemukan menurit tingkatan
1) Simple obesity (>20% BB ideal )
2) Mild Obesity (>20-30% BB ideal )
3) Moderat obesity (>30-60% BB ideal )
4) Morbid obesity (>60% )

2.6 Pencegahan dan Penanggulangan masalah Gizi di Indonesia


Indonesia telah melaksanakan upaya perbaikan gizi sejak tiga puluh tahun yang
lalu. Upaya yang dilakukan di fokuskan untuk mengatasi masalah gizi utama yaitu:
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) melalui intervensi yang mencakup
penyuluhan gizi di Posyandu, pemantauan pertumbuhan, pemberian suplemen gizi
(melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dan tablet besi), fortifikasi garam
beryodium, pemberian makanan tambahan termasuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI), pemantauan dan penanganan gizi buruk (Depkes RI, 2010).
1. Penanggulangan masalah gizi kurang
Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar
Departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan

16
pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status social
ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil
pertanian dan teknologi pangan, semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh
perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka-ragam, dan seimbang
dalam mutu gizi.
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan secara terpadu antara
lain:
1) upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui
peningkatan produksi beraneka ragam pangan;
2) peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga;
3) peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan system rujukan dimulai dari
tingkat pos pelayanan terpadu(Posyandu), hingga puskesmas dan rumah
sakit;
4) peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui sistem kewaspadaan
pangan dan Gizi (SKPG);
5) peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat;
6) peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas;
7) intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan
(PMT), distribusi kapsul viatamin A dosis tinggi, tablet dan sirop besi serta
kapsul minyak beriodium;
8) peningkatan kesehatan lingkungan;
9) upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi;
10) upaya pengawasan makanan dan minuman;
11) upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
Melalui Intruksi Presiden No. 8 tahun 1999 telah dicanangkan gerakan nasional
penanggulangan masalah pangan dan gizi, yang diarahkan :
1. pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga;
2. pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan cakupan, kualitas
pencegahan dan penanggulangn masalah pangan dan gizi di masyarakat;

17
3. pemantapan kerja sama lintas sektor dalam pemantauan dan
penanggulangan masalah gizi melalui SKPG;
4. peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan (Azwar, A. 2000).

2. Penanggulangan Masalah Gizi Lebih


Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan
dengan keluaran energi.Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan
masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan
fisik atau olahraga serta meghindari tekanan hidup/stress.Penyeimbangan masukan
energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta
menghindari konsumsi alcohol. Untuk itu diperlukan upaya penyuluhan ke
masyarakat luas. Disamping itu, diperlukan peningkatan teknologi pengolahan
makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih
sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara
penyajian dan kemasan makanan barat.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah kurang gizi memang sudah banyak terjadi di beberapa Negara berkembang
termasuk di Indonesia. Melihat sumber dana yang terbatas yang tersedia pada Negara-
negara berkembang dan menumpuknyakebutuhan yang digunakan untuk mencukupi
kebutuhan. Masalah kuranggizi juga telah dinyatakan sebagai masalah utama kesehatan
dunia dan berkaitan dengan lebih banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh
masalah kurang gizi tersebut.walaupun. telah banyak dilakukan penyuluhan tentang
masalah kurang gizi namun masih banyak masyarakatyang mengalami masalah masalah
gizi.
Gejala defisiensi berbeda-beda tergantung defisiensi zat gizi apakah yang dialami.
Seseorang dapat mengalami beberapa gejala namun beberapa orang tidak mengalami.
Bahkan beberapa orang yang sering mengalami defisiensi dan mengalami gejala tersebut
akan melakukan adaptasi sehingga gejala tersebut seolah-olah dirasakan sebagai
kenormalan.

3.2 Saran
Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat
dan lemak serta menghindari konsumsi alcohol.Untuk itu diperlukan upaya penyuluhan
ke masyarakat luas. Disamping itu, diperlukan peningkatan teknologi pengolahan
makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih
sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian
dan kemasan makanan barat.

19
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier sunita.2010. Prinsip Dasar ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arifin, Ryan Bastoni. 2016. Masalah Kurang Gizi.


http://mahasiswakeperawatan1.blogspot.com/2016/10/tinjauanpustaka-a.html

Gibney, dkk. 2009. Gizi kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20riskesdas%202013.pdf

https://www.sehatcenter.com/defisiensi-adalah-penyebab-gejala-dan-dampak/

Saisab, Jacklin. 2016. Makalah Masalah Gizi di Indonesia.


http://jacklinsaisab.blogspot.com/2016/11/makalah-masalah-gizi-di-indonesia.html

20
Soal
1. Sebuah kondisi yang diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi dari makanan yang kita
makan sehingga berdampak pada masalah kesehatan pengertian dari...
a. Defisiensi
b. Definisi
c. Gizi masyarakat
d. Status gizi
2. Istilah lain defisiensi gizi adalah...
a. Gizi makro
b. Gizi mikro
c. Gizi seimbang
d. Malnutrisi ( gizi kurang )
3. Seorang anak sekolah dasar memiliki badan sangat kurus ( terlihat kulit dan tulang ),
berat badan mencapai sekitar 60 % dari berat badan ideal menurut umur, kulit muka
berkerut seperti orang tua, kulit daerah pantat berlipat, anak apatis dan pasif. Dari ciri2
di atas dikatakan bahwa anak tersebut sudah terkena gejala..
a. Marasmus
b. Gizi buruk
c. Gizi seimbang
d. Kwaskiokor
4. Gejala defisiensi berbeda-beda tergantung defisiensi zat gizi apakah yang dialami.
Secara umum gejala defisiensi adalah....
a. Pucat, kesulitan bernafas, lemah lesu, rambut rontok
b. Banyak makan
c. Sukar kenyang
d. Menurunnya daya tahan tubuh
5. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energy dan protein, pada tahap awal
akan menyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu berat badan akan
menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja pengertian dari...
a. Gizi lebih
b. Gizi kurang
c. KEP
d. KEK

21
6. Kekurangan gizi secara umum baik kurang secara kualitas dan kuatitas menyebabkan
gangguan pada proses-proses tubuh seperti gangguan pertumbuhan, gangguan
produksi krja, gangguan pertahanan tubuh dan gangguan struktur dan fungsi otak. Ada
empat masalah gizi kurang yang dikenal di Indonesia, salah satu nya adalah...
a. KEP, dan ANEMIA
b. Marasmus, kwaskiokor,
c. Menarche
d. Marasmus-Kwaskiokor
7. Berdasarkan perkembangan masalah gizi, bahwa yang lebih banyak mengalami
menderita gizi kurang adalah....
a. Lansia
b. Balita
c. Anak-anak
d. Remaja
8. Penyebab langsung timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah......
a. Makanan cepat saji
b. Sering terlambat makan
c. Cacat
d. Makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi
9. Hasil studi menunjukkan bahwa anemia pada masa bayi menjadi salah satu penyebab
terjadinya disfungsi otak permanen. Defisiensi zat besi dapat menyebabkan.....
a. Menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya
kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku
b. Akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh
c. Kekurangan vitamin A ( susu, MSG, tepung terigu, mie instan ).
d. Terjadi juga perubahan aktivitas fisi dari pola aktivitas aktif menjadi pola aktivitas
kurang aktif
10. Adapun tujuan dari penanggulangan masalah gizi kurang di Indonesia adalah...
a. Badan menjadi gemuk dan peningkatan nafsu makan
b. Membebaskan masyarakat dari kemiskinan
c. Untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang
beraneka-ragam, dan seimbang dalam mutu gizi
d. Derajat kesehatan masyarakat yang semakin menurun

22

Anda mungkin juga menyukai