Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut World Health Organization dalam Damaiyanti,


2012 adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Adapun Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2014, Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita
gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi
(WHO) dalam Yosep (2017) , ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat
orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa
yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. Adapun
masalah gangguan jiwa yang dialami mulai dari gangguan jiwa ringan hingga
gangguan jiwa berat seperti Skizofrenia. Menurut World Health Organization
(WHO), 2017 Skizofrenia adalah gangguan mental yang berat dan
mempengaruhi sekitar 21 juta orang di seluruh dunia. Skizofrenia adalah psikosis
yang ditandai dengan distorsi dalam pemikiran, persepsi, emosi, bahasa,
kesadaran diri dan perilaku serta pengalaman psikotik umum termasuk halusinasi
pendengaran, penglihatan atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada).
Begitu pula yang terjadi di negara kita, prevalensi gangguan jiwa berat di
Indonesia, seperti schizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 orang. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia mencapai 13%
dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi
25% di tahun 2030. (Riskesdas, 2017).

1
Menurut Yosep, 2012 terdapat beberapa masalah keperawatan jiwa yang
muncul pada pasien dengan gangguan jiwa berat atau skizoprenia yaitu harga
diri rendah, isolasi sosial, waham, perilaku kekerasan, halusinasi dan defisit
perawatan diri
Namun prevelensi gangguan jiwa yang terjadi di Provinsi Kalimantan
Barat mengalami penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh
dari rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat, terjadi
penurunan jumlah pasien dari tahun 2016 sampai dengan bulan November 2018
dengan masalah keperawatan jiwa yang berbeda-beda, berikut adalah data dari
rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 :
Prevelensi Diagnosa Keperawatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016- 2018

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018


Diagnosa (Januari- (Januari- (Januari-Juli)
.Keperawatan Desember) Desember)
Jiwa
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(%) (%) (%)
Harga Diri Rendah 623 6,41 % 195 2,522 % 127 2,604%
Isolasi Sosial 358 3,68 % 180 2,328 % 102 2,091%
Halusinasi 6462 66,49 % 6122 79,18 % 3931 80,6 %
Waham 900 9,26 % 244 3,156 % 147 3,014%
Resiko PK 526 5,41 % 526 6,803 % 288 5,905%
Resiko Bunuh Diri 23 0,24 % 11 0,142 % 4 0,082%
Defisit Perawatan 827 8,51 % 454 5,872 % 278 5,7 %
Diri
TOTAL 9719 100% 7732 100% 4877 100%

Gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu gangguan jiwa ringan
dan gangguan jiwa berat. Skizofrenia merupakan salah suatu gangguan jiwa
berat yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup penderita,
ditandai dengan disorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku defisit perawatan
diri.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berhias, makan dan
BAK/BAB (Khaeriyah,2013).

2
Menurut Yusuf (2015) Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan
seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau napas dan penampilan tidak rapi.
Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan
berakibat buruk baik bagi dirinya sendiri, orang lain sertalingkungan
sekitarnya. Dampak fisik bagi dirinya sediri yaitu banyaknya gangguan
kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan diri
dengan baik seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan
untuk dampak psikososial yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan interaksi
sosial (Dermawan, 2013). Sedangkan dampak bagi orang lain dan lingkungan
sekitarnya adalah terganggunya kenyamanan dan ketentraman masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka kami
tertarik mengangkat kasus tentang penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan defisit perawatan diri di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Prof.
Kalimantan Barat tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang


diperoleh yaitu “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Defisit
Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah adalah:
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Defisit
Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis mampu :
3
a. Melaksanakan pada pengkajian pasien dengan Defisit Perawatan Diri di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan analisa data pada
pasien dengan Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018.
c. Mengetahui intervensi keperawatan yang efektif untuk pasien dengan
Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018.
d. Mengetahui implementasi keperawatan yang efektif pasien dengan
Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2018.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan Defisit
Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2018.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KonsepDasar
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu
harus bisa dilakukan secara mandiri (Herman,2011). Defisit perawatan diri
adalah situasi seseorang yang mengalami kelemahan dalam kemampuan
melakukan hal untuk melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri
(Nita,2009). Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki
manusia dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya
sesuai kondisi kesehatannya. (Damai yanti dan Iskandar, 2012).
Jenis-jenis deficit perawatan diri menurut nanda 2017 terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: Mandi
b. Defisit perawatan diri: Perawatan Ganti Pakaian

Menurut Yosep (2011) bahwa deficit perawatan diri dalam makan dan
minum serta eliminasi ialah:
a. Defisit perawatan diri: Makan dan Minum
b. Defisit perawatan diri: Eliminasi

2. Etiologi
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit
perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatandiri.

5
3) Kemampuan realitasturun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Bodyimage
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktiksosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosialekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien menderita diabetes melitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.

6
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

3. Patofisiologi

Defisit Perawatan diri sering kali disebabkan oleh intoleransi aktifitas,


hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, gangguan kognitif atau persepsi
(misalnya defisit perawatan diri: makan yang berhubungan dengan
disorientasi). Sebagai suatu etiologi, defisit perawatan diri dapat
menyebabkan depresi, ketakutan akan ketergantungan, dan
ketidakberdayaan (Wilkinson, 2012).
Gejala awal menunjukkan kehilangan intelektual, seperti memori,
kemampuan penilaian, kognisi, sehingga menyebabkan koping individu
tidak efektif, kemudian terdapat perubahan kepribadian, ditandai dengan
depresi, agitasi dan kebingungan.Hal inilah yang menyebabkan individu
harga diri rendah, kemudian selanjutnya terjadi perubahan perilaku, yang
dimanifestasikan dengan hiperaktivitas, berkeluyuran, mondar–mandir dan
gangguan tidur.Kondisi ini semakin lama semakin memburuk dan
mengganggu fungsi pribadi, sosial, pekerjaan dan pemanfaatan waktu luang.
Pada akhirnya kemampuan melakukan aktifitas perawatan diri menjadi
berkurang atau bahkan hilang (Copel, 2007)
Gangguan fisik yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan konsep
diri. Sedangkan gangguan psikologis dapat terjadi karena kondisi tersebut
mungkin mengurangi keindahan penampilan dan reaksi emosional
(Doenges, 2007).

7
4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaiankotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidakrapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak adainisiatif.
2) Menarik diri, isolasidiri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasahina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuainorma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampumandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :


a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah.
2) Malas untuk beraktivitas.
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor,acak-acakan.
2) Bdan dan pakaian kotor dan bau.
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor.
5) Kuku panjang dan tidak terawat.

8
5. Komplikasi
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene ialah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencinti,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Direja (2011:145), dalam pemeriksaan penunjang ada jenis alat


untuk memeriksa gangguan struktur otak yang mempengaruhi gangguan jiwa
dapat menggunakan alat sebagai berikut:
a. Electroencephalogram (EEG) adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
b. Single Photon EmissonComputed Tomography (SPECT) untuk melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik radiologi
dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi
perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut


a. Meningkatkan kesadarandan kepercayaan diri
b. Membimbingdan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

9
Tindakan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri bisa dilakukan
dengan cara terapi aktivitas kelompok. Menurut Direja (2011), Terapi
Aktivitas Kelompok dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus


yang pernah dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus
kognitif/presepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli presepsi dalam upaya
memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif. Aktivitas yang disediakan adalah menggunakan artikel, sajak,
puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada stimulus sensori


klien.Kemudian diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang
disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah
dan gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta
menampilkan respon. Aktivitas yang digunakan adalah: musik, seni,
menyanyi, menari.
c. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri dan orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien. demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan
rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat,
benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
d. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisa dengan individu yang ada


disekitar klien.Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan
dalam lingkungan sosial. Aktivitas berupa: mengorientasikan klien

10
menarik diri, regresi pada kelompok remotivasi, fokus pada
mengingatkan untuk menetapkan arti positif pada kelompok
mengingatkan

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teorotis


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor
rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang,
atau dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami
pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara
dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan,
tidak peduli dengan diri sendiri.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan
adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya
penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan situasi
lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan
diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu
pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang
kotor dan acak-acakan.

11
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien
dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan ,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan
posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/
pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan
yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan
atau sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar,
serta harapan pasien terhadap penyakitnya
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang
lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien
berubungan dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai
harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.

12
f) Hubungan sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat
terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga
orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan
dalam behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
g) spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.

2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguanjiwa.

h) Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak
tahu cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak
sesuai.
2) Cara bicara/pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi
pasien berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih
dan cemas.

13
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak
kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta
curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak
percaya kepada pewawancara atau oranglain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan
terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi
pendengaran, penglihatan serta halusinasi perabaan
yang membuat pasien tidak mau membersihkan diri
dan pasien mengalami depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya
dan kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa
berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak
menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan
bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.
14
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum
obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua
aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien
selalu merasa malas.

j) Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang
lain, tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien
tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali,
selalu menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial
seperti berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
sosial ekonomi dan pelayanankesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu
mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan
koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi

15
stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut
dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah.Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang
efektif.

2. MasalahKeperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan defisit perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai
berikut:
a. Defisit perawatandiri
b. Harga dirirendah
c. Isolasi sosial

3. IntervensiKeperawatan
Berdasarkan Nursing Intervention Classification & Nursing Outcome
Clsasification (2016) :
Tabel 2.1
MASALAH
NOC NIC
KEPERWATAN
Defist perawatan diri Perawatan diri : mandi Bantuan perawatan
: mandi Kriteria hasil : diri :
- Masuk dan keluar mandi/berpakaianDefin
dari kamarmandi isi : membantu
- Mengambil pasien melakukan
alat/bahanmandi kebersihan diri.
- Mendapat air Aktivitaas-aktivitas :
mandi 1. Pertimbangkan
- Menyalakan keran budaya pasien saat
- Mengaturair mempromosikan
- Mengatur aliran aktivitas perawatan
air diri
- Mandi di bakcuci 2. Pertimbangkan usia
- Mandi di bak pasien saat
mandi mempromosikan
- Mandi dengan aktivitas perawatan
bersiram diri
- Mencuci wajah 3. Tentukan jumlah dan
- Mencuci badan tipe terkaitbantuan
16
bagian atas yang diperlukan
- Mandi badan 4. Letakkan handuk,
bagian bawah sabun, deodoran, alat
- Membersihkan bercukur, danasesoris
areaperineum lain yang diperlukan
- Mengeringkan di tepi tempat tidur
badan atau kamarmandi
5. Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalamanpribadi
6. Fasilitsi pasien untuk
menggosok gigi
dengan tepat
7. Fasilitasi pasien
untuk mandi sendiri
dengan tepat
8. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat
diripasien
9. Monitor integritas
kulitpasien
10. Jaga ritualkebersihan
11. Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutunitas waktu tidur
pasien yang biasanya,
tanda sebelun tidur,
dan obyek yang
familiar untukpasien
12. Dukung orangtua
atau keluarga
berpartisipasi dalam
ritual menjelang tidur
yang biasa dilakukan,
dengan tepat
13. Berikan bantuan
sampai pasien benar-
benar mampu
merawat diri secara
mandiri

Memandikan
Aktivitas-aktivitas :
- Bantu memandikan

17
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi, mandi
dengan mandiri,
dengan menggunakan
cara yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
ataukeinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi

Defist perawatan diri Perawatan diri : Berpakaian


: berpakaian berpakaian/berdandan Definisi : memilih,
Kriteria hasil: memakaikan, dan
- Memilih pakaian melepaskan pakaian
- Mengambil pakaian seseorang yang tidak
darilemari bisa melakukan sendiri
- Mengambil pakaian Aktivitas-aktivitas:
dari lemaridinding 1. Identifikasi area
- Mengambil pakaian dimana pasien
- Memakai pakaian membutuhkan
bagian atas bantuan dalam
- Memakai pakaian berpakaian
bagian bawah 2. Monitor kemampuan
- Mengancingkanbaju pasien untuk
- Menggunakan ikat berpakaian sendiri

18
pinggang 3. Pakaikan pasien
- Menutupresleting setelah
- Memakai kaoskaki membersihkan diri
- Memakai sepatu diselesaikan
- Memasang talisepatu 4. Dukung pasien untuk
- Membuka baju bagian berpartisipasi dalam
atas pemilihanpakaian
- Membuka baju bagian 5. Dukung penggunaan
bawah perangkat perawatan
diri dengantepat
6. Pakaikan pakaian
yang tidak ketat,
dengan tepat
7. Ganti pakaian pasien
pada saat waktutidur
8. Tawari untuk
mencuci pakaian, bila
perlu
9. Berikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya mampu
memikul tanggung
jawab untuk
berpakaian sendiri
Defist perawatan diri Perawatan diri : makan Bantuan perawatan
: makan/minum Kriteria hasil : diri: pemberian makan
- Menyiapkan makanan Definisi : membantu
yang akandisantap seseorang untuk makan
- Membuka tutup
makanan Aktivitas-aktivitas :
- Menggunakan alat 1. Monitor kemampuan
makan pasien untukmenelan
- Menaruh makanan 2. Identifikasi diet yang
pada alatmakan disarankan
- Mengambil cangkir 3. Atur meja dan
atau gelas nampan makanan
- Memasukkan makanan agar terlihatmenarik
ke mulut denganjari 4. Ciptakan lingkungan
- Memasukkan makanan yang menyenangkan
ke mulut dengan selama waktumakan
sendok 5. Pastikan posisi pasien
- Memasukkan makanan yang tepat untuk
ke mulut dengan memfasilitasi
peralatan(makan) mengunyah dan
- Minum dengan gelas menelan
atau cangkir 6. Berikan bantuan fisik,
- Menaruh makanan di sesuaikebutuhan
mulut 7. Berikan penurunan

19
- Memanipulasi nyeri yang cukup
makanan dimulut sebelum makan,
- Mengunyahmakanan dengan tepat
- Menelanmakanan 8. Berikan kebersihan
- Menelanminuman mulut sebelummakan
- Menghabiskan 9. Makanan disajikan
makanan dengan tepat dalam
nampansesuai
kebutuhan, misalnya
daging yang sudah
dipotong atau telur
yang telah dikupas
10. Buka bungkusan
makanan
11. Jangan meletakkan
makanan pada sisi
dimana pandangan
seseorang tidak dapat
melihat
12. Gambarkan lokasi
dari makanan yang
ada di nampan untuk
seseorang yang
memiliki gangguan
penglihatan
13. Posisikan pasien
dalam posisi makan
yang nyaman
14. Berikan pengalas
makanan
15. Berikan sedotan
minuman, sesuai
kebutuhan atau sesuai
keinginan
16. Berikan makanan
dengan suhu yang
palingsesuai
17. Sediakan makanan
dan minuman yang
disukai, dengantepat
18. Monitor berat badan
pasien dengantepat
19. Monitor status hidrasi
pasien dengantepat
20. Dukung pasien untuk
makan di ruang
makan, jikatersedia
21. Sediakan interaksi

20
sosial dengan tepat
22. Berikan alat-alat yang
bisa memfasilitasi
pasien untuk makan
sendiri
23. Gunakan cangkir
dengan pegangan
yang besar, jika
diperlukan
24. Gunakan alat makan
dan gelas yang tidak
mudah pecah dan
tidak berat, sesuai
kebutuhan
25. Berikan penanda
sesering mungkin
dengan pengawasan
ketat, dengan tepat

Defist perawatan diri Perawatan diri : Bantuan perawatan


: elminasi eliminasi diri:eliminasi
Kriteria hasil : Definisi : membantu
- Merespon saat kandung dalameliminasi
kemih penuh dengan
tepat waktu Aktivitas-aktivitas :
- Menanggapi dorongan 1. Pertimbangkan
untuk buang air besar budaya pasien saat
secara tepatwaktu mempromosikan
- Masuk dan keluar dari aktivitas perawatan
kamar mandi diri
- Membukapakaian 2. Pertimbangkan usia
- Memposisikan diri di pasien saat
toilet atau alat bantu mempromosikan
eliminasi aktivitas perawatan
- Sampai ke toilet antara diri
dorongan atau hampir 3. Lepaskan baju yang
keluarnya urin diperlukan sehingga
- Sampai ke toilet antara bisa melakukan
dorongan sampai eliminasi
keluarnya feses 4. Bantu pasien ke toilet
- Mengosongkan atau tempat lain
kandungkemih untuk eliminasi pada
- Mengosongkan usus interval waktu
- Mengelap sendiri tertentu
setelah buangurin 5. Pertimbangkan
- Mengelap sendiri respon pasien
setelah buang airbesar terhadap kurangnya
- Berdiri setelah privasi

21
eliminasi atau berdiri 6. Beri privasi selama
dari kursi bantu untuk eliminasi
eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan
- Merapikan pakaian toilet setelah
setelah ke kamarmandi menyelesaikan
eliminasi
8. Ganti pakaian pasien
setelaheliminasi
9. Siram
toilet/berdihkan alat-
alat untuk eliminasi
(kursi
toilet/commode,
pispot)
10. Buatlah jadwal
aktivitas terkait
eliminasi, dengan
tepat
11. Instruksikan pasien
atau yang lain dalam
rutinitastoilet
12. Buatlah kegiatan
eliminasi, dengan
tepat dan sesuai
kebutuhan
13. Sediakan alat bantu
(misalnya, kateter
eksternal atau urinal),
dengan tepat
14. Monitar integritas
kulitpasien

Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/bantalan
disisi ruangan yang
sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatanbangsal
4. Sediakan tempattidur

22
dengan ketinggian
yang rendah
5. Letakkan benda yang
seringdigunakan
dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dannyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam dengan
kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan selama
penggantian pakaian
dan eliminasi, serta
bau apapun yang
tersisa, sebelum
kunjungan dan waktu
makan

a. Tindakan keperawatan pada pasien


Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan defisit perawatan
diri dapat dilakukan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP).
Strategi pelaksanaan tersebut adalah:

SP 1 pasien :
1) Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Jelaskan cara dan alat kebersihandiri.
4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potongkuku.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat
gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku
(satu kali per minggu).

23
SP 2 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beripujian.
2) Jelaskan cara dan alat untukberdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias mukauntuk
perempuan; sisiran, cukuran untukpria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri danberdandan.

SP 3 pasien:
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beripujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan danminum.
3) Latih cara dan alat makan danminum.
4) Latih cara makan dan minum yangbaik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum yang baik.

SP 4 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum.
Beripujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yangbaik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yangbaik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta buang air besar dan buang air
kecil.
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
SP 1 keluarga :
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawatpasien.
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan booklet).
3) Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
4) Latih cara merawat : kebersihan diri.
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikanpujian.

24
SP 2 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri. Beri pujian.

2) Bimbing keluarga membantu pasienberdandan.


3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberipujian.

SP 3 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri dan berdandan. Beripujian.
2) Bimbing keluarga membantu makan dan minumpasien.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikanpujian.

SP 4 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beripujian.
2) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil
pasien.
3) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh,rujukan.

4. Implementasi
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini.Semua tindakan yang
telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Prabowo,
2014).

5. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat
dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telahditentukan.
25
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagaiberikut
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien
langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien
pada saat tindakandilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan
lanjut olehperawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belummemuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lamadibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang
baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara.Pada evaluasi
sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang
positif.Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-
reinforcement (Prabowo, 2014).

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

BAB ini kelompok kami akan memaparkan hasil Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Tn. S dengan defisit perawatan diri di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Kalimantan Barat, pengkajian dilakukan pada tanggal 4 September 2018
sampai dengan 7 September 2018.

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Inisial : Tn. S
No. RM : 008617
Umur : 6 Januari 1991 (27 tahun)
Kelamin : Laki- laki
Alamat : JL.Ketapang Sukadana Rt.010/005
Kel.Koala Tolak Kec.Matan Hilir Utara
Kab.Ketapang
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status : Belum Kawin
Pendidikan : SD
Ruang Rawat : Ruang Merpati
Tanggal Pengkajian : 4 September 2018
Informan : Pasien dan Rekam medik
Diagnosa medis : Skizoprenia Paranoid
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

2. Alasan Masuk
Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat bersama
keluarga dengan menggunakan bis. Alasan keluarga membawa pasien ke
rumah sakit jiwa karena pasien tampak kebingungan, sering berbicara sendiri
dan tertawa sendiri tanpa sebab, mendengar suara bisikan yang sebenarnya

27
tidak ada wujudnya, mengamuk, diri tidak terawat, bau dan kumal.

3. Faktor Predisposisi
a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan sudah sering
keluar masuk Rumah Sakit Jiwa antara lain pada tanggal 21 Januari
2013 keluar pada tanggal 15 Agustus 2013 kemudian masuk kembali 19
Agustus 2013 keluar tanggal 20 November 2013, masuk kembali
tanggal 23 April 2018 sampai sekarang. Pasien mengatakan saat ia
kembali ke tempat tinggalnya dirinya tidak teratur dalam
mengkonsumsi obat, sehingga penyakitnya sering kambuh.

b. Pengobatan Sebelumnya
Pengobatan yang dilakukan pasien sebelumnya kurang berhasil karena
pasien putus obat 10 minggu sehingga dibawa kembali ke RSJ.

c. Trauma
 Aniaya Fisik
Klien pernah mendapatkan perlakuan aniaya fisik dari abang
kandungnya di daerah kepala.

 Aniaya Seksual
Klien tidak pernah menjadi pelaku, korban atau saksi dalam aniaya
seksual.

 Penolakan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan sosial baik
dari keluarga ataupun lingkungan masyarakat sekitar.

 Kekerasan Dalam Keluarga


Klien sebelumnya belum pernah melakukan kekerasan kepada orang
lain, hanya mengamuk marah-marah.

 Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah menjadi pelaku korban atau saksi yang terkait
dengan tindakan kriminal.

4. Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda Vital : TD: 120/80 mmHg N: 84x/menit T:36,7°C
RR: 21x/menit
 Ukuran : TB:164cm BB: 50 kg
28
 KeluhanFisik :
Klien mengatakan ada bekas luka dikepalanya, mengeluh kulit kepala dan
punggung terasa gatal. Tampak klien menggaruk punggungnya. Gigi klien
tampak kotor dan berlubang, serta bau badan.

MK: Defisit Perawatan Diri

5. Psikososial
a. Genogram

Keterangan
:Laki- laki hidup : Menikah

: Perempuan hidup : Keturunan

: Laki- laki meninggal : Pasien

: Perempuan meninggal : Serumah

Pasien mengatakan dia adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara.Hubungan


pasien dengan saudaranya kurang baik terutama abang kandung yang paling
tua. Abangnya juga suka marah dan memukul pasien setiap kali pasien berbuat
kesalahan. Semua keputusan di kendalikan oleh abangnya, pasien mengatakan
ibunya kurang bisa menasihati abangnya. Sejak kecil, pasien selalu mendapat
kelakuan yang sama. Pasien ingin melawan tetapi dia tidak bisa.
29
b. KonsepDiri
 Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya

 Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki

 Peran Diri

Pasien mengatakan sebelum sakit dirinya sebagai anak membantu


ibunya kerja disawah. Pasien mengatakan sejak di RSJ pasien tidak
melakukan suatu hal yang berarti dan malas untuk beraktivitas.

 Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin pulang.

 HargaDiri

Pasien mengatakan dirinya tidak malu dengan keadaannya yang


sekarang.

c. Hubungan Sosial
 Orang Terdekat
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
keluarganya terutama ibu kandungnya.

 Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat


Klien mengatakan sebelum sakit pernah turut serta dalam gotong
royong dikampungnya.

 Hambatan dalam berhubungan dengan oranglain


Tidak ada hambatan dalam hubungan dengan orang lain di sekitarnya

d. Spiritual
 Nilai dan Keyakinan
Klien menjunjung tinggi dan mengatakan beragama islam

 Kegiatan Ibadah
30
Semenjak dirawat klien mengatakan jarang melakukan ibadah seperti
shalat dan berzikir karena merasa tidak ada yang mengingatkan.

6. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpenampilan tidak rapi, kuku panjang dan kotor, badan klien bau
dan berdaki, terdapat banyak ketombe dikepala klien, rambut tidak rapi,
gigi tampak kuning dan berlubang
Mk: Defisit perawatan diri mandi dan berhias

b. Pembicaraan
Pasien berbicara cukup lancar dan kooperatif saat diajak berbicara.
c. Aktivitas motoric
Aktivitas motorik pasien selama berinteraksi terlihat tenang, saat kegiatan
sehari-hari juga tenang

d. Alam perasaaan
Pasien mengatakan dirinya senang tinggal di RSJ karena banyak memiliki
teman yang sama dengan dirinya, akan tetapi pasien juga mengatakan
dirinya jenuh karena kegiatannya setiap hari itu- itu saja, pasien tampak
sedih ketika ditanya pulang dan ingin kumpul bersama keluarganya.

e. Afek
Afek pasien adekuat yaitu ekspresi wajah pasien stabil dan sesuai dengan
perasaan hatinya dan rangsangan yang ada.

f. Interaksi selama wawancara


Selama wawancara pasien kooperatif, kontak mata baik, pasien menjawab
sesuai dengan pertanyaan yang diberikan,

g. Persepsi
Pasien mengatakan sekarang sudah jarang mendengar suara-suara, hanya
kadang sesekali mendengar suara tersebut ketika pasien sedang menyendiri
dan melamun pada pagi hari dan menjelang tidur pada malam hari. Pasien
mengatakan saat halusinasi muncul perasaannya terasa terancam, pasien
merasa takut, saat halusinasi datang pasien tampak berbicara sendiri dan
gelisah. Pasien mengatakan dirinya memilih untuk tidur agar halusinasinya
31
hilang.

Mk: Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

h. Proses pikir
Pasien berbicara cukup lancar tanpa ada pengulangan kalimat dan pasien
juga memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.
Pembicaaran pasien cukup dapat dipahami.

i. Isi pikir
Pasien tidak mengalami dipengaruhi pikiran magis ataupun waham.

j. Tingkat kesadaran
Pasien tampak kooperatif, pasien mengetahui dimana dia berada dan waktu
saat pengkajian.

k. Memori
Pasien tidak memiliki gangguan daya ingat, ketika ditanya pasien masih
ingat siapa nama ayah dan ibu kandungnya, nama saudaranya, nama
perawat yang merawatnya, serta umur pasien saat ini yaitu 27 tahun.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Pasien fokus dengan pertanyaan yang ditanyakan, serta fokus saat diajak
bicara.Pasien dapat berhitung sederhana seperti menghitung 1-10, perkalian
2, serta 10+10= 20.

m. Kemampuan penilaian
Pasien dapat memilih dan mengambil keputusan yang sederhana ketika
diberikan sedikit bantuan misalnya pasien mampu memilih cuci tangan
terlebih dahulu sebelum makan.

n. Daya Titik diri


Pasien kurang menyadari tentang perubahan fisik pada dirinya namun
pasien juga tidak menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada
dirinya. Pasien menerima bahwa dirinya sedang sakit dan butuh perawatan.

32
7. Kebutuhan Pasien Pulang
a. Makan
Klien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran
tanpa ada pantangan atau alergi. Saat makan masih berserakan dan ada sisa-
sisa makanan dimulut setelah makan.

Mk: Defisit perawatan diri makan

b. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB ± 1x sehari dan BAK ± 5x sehari. BAB dan BAK
pasien selalu disiram dengan bersih

c. Mandi
Klien mengatakan malas mandi, tidak bersemangat mandi, kadang mandi
tidak menggunakan sabun, tidak mencuci rambut dan jarang menggosok
gigi

Mk: Defisit perawatan diri mandi

d. Berpakaian/Berhias
Klien mengatakan sudah bisa berpakaian dengan benar. Namun belum bisa
berhias / bercukur sendiri, tidak pernah menyisir rambut.

Mk: Defisit perawatan diri berhias

e. Istirahat/tidur

Klien mengatakan tidur dengan nyenyak dimalam hari, sebelum tidur klien
tidak mencuci kaki, tangan dan tidak gosok gigi

f. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat secara teratur selama dirumah sakit

g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan akan selalu minum obat sampai dirinya sembuh

h. Kegiatan didalam rumah


Klien mandi tanpa dibantu orang lain, namun harus disuruh terlebih dahulu
baru mau melakukan.

i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah

33
Klien mau membantu ibunya bekerja disawah.

8. Mekanisme Koping
a. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain. Klien bisa menyelesaikan
masalah sederhana dengan bantuan orang lain

b. Koping maladaptif
Jika klien sedang menyendiri, klien suka berbicara sendiri.

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan dalam kelompok bisa diterima dan tidak diasingkan ,
hanya saja kelompok mempunyai penilaian berbeda kepada dirinya

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan


Klien mengatakan tidak ada masalah antara dirinya dan lingkungan
masyarakat. Klien merasa tidak pernah melakukan hal yang meresahkan
masyarakat dan lingkungan sekitar.

c. Masalah dengan pendidikan


Klien mengatakan tidak dapat menyelesaikan bangku sekolah hingga
tamat SD.

d. Masalah dengan pekerjaan


Klien mengatakan tidak memiliki pekejaan tetap, hanya bekerja disawah
sebagai petani.

e. Masalah dengan perumahan


Klien mengatakan tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya.

f. Masalah ekonomi
Klien tidak memiliki pekerjaan tetap

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan

34
10. Pengetahuan
Klien mengatakan belum begitu memahami tentang penyakitnya saat ini dan
pasien belum bisa benar- benar mengontrolnya dan tidak ada motivasi untuk
membuat dirinya menarik. Klien mengatakan kurang mengetahui mengenai
masalah pentingnya kebersihan diri.

Mk: Defisit perawatan diri

11. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik : 1. Trihexyphenidyl : 1x2 mg
2. Stelosi : 1x5mg
3. Trifluoperazine : 1x2 mg

12. Analisa Data


No Data Masalah
1. DS:
- Klien mengatakan malas mandi, Defisit perawatan diri
tidak ada semangat, mandi tidak mandi, berhias dan
menggunakan sabun dan shampo makan
- Klien mengatakan jarang mengosok
gigi dan menyisir rambut
- Klien mengatakan ada bekas luka
dikepalanya, mengeluh kulit kepala
dan punggung terasa gatal
- Klien belum bisa berhias/mencukur
sendiri
- Klien mengatakn kurang mengetahui
mengenai masalah pentingnya
kebersihan diri
DO:
- Saat makan masih berserakan dan
ada sisa- sisa makanan dimulut
setelah makan
- Pasien tampak diri tidak terawat,
bau dan kumal.
- Kuku tampak panjang dan kotor
- Gigi kotor penuh dengan karang
gigi, berlubang, serta bau mulut
- Klien mandi masih disuruh
- Badan klien bau dan berdaki
- Tampak klien menggaruk punggungnya
- Gigi klien tampak kotor, kuning dan
berlubang, serta bau badan.
- Terdapat banyak ketombe

35
- Rambut tidak rapi

2 DS:
- Klien mengatakan kadang Halusinasi Pendengaran
mendengar suara-suara bisikan yang
tidak jelas
- Klien mengatakan suara tersebut
kadang muncul ketika sedang
melamun dan menyendiri
- Pasien mengatakan sekarang sudah
jarang mendengar suara-suara,
hanya kadang sesekali mendengar
suara tersebut ketika pasien sedang
menyendiri dan melamun pada pagi
hari dan menjelang tidur pada
malam hari.
- Pasien mengatakan saat halusinasi
muncul perasaannya terasa
terancam, pasien merasa takut, saat
halusinasi datang pasien tampak
berbicara sendiri dan gelisah.
- Pasien mengatakan dirinya memilih
untuk tidur agar halusinasinya
hilang.

DO:
- Klien tampak antusias menceritakan
apa yang dialaminya
- Klien kadang tampak melamun
sambil berbicara sendiri

I. Daftar Masalah
1. Defisit perawatan diri mandi, berhias dan makan.
2. Gangguan persepsi sensori Halusinasi pendengaran.

36
II. PohonMasalah
Effect Gangguan pemeliharaan kesehatan

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Halusinasi pendengaran

III. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Halusinasi Pendengaran
2. Defisit perawatan diri mandi, berhias dan makan.

37
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn.S Ruang : Merpati
No. RM : 008617

Diagnosa
No Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Tan
1. Defisit Pasien Setelah 2-4x SP1 Pasien: pengkajian dan
Perawatan mampu: pertemuan: melatih cara menjaga kebersihan
Diri Menjaga Klien mampu diri: mandi, cuci rambut, sikat
kebersih menjaga gigi, potong kuku
an diri kebersihan diri 1. Identifikasi masalah perawatan
sesuai dengan cara: diri: kebersihan diri, berdandan,
strategi 1. Membersihk makan/minum, BAB/BAK
pelaksan an diri 2. Jelaskan pentingnya kebersihan
aan dengan cara diri.
tindakan mandi 3. Jelaskan alat dan cara menjaga
keperaw 2. Mampu kebersihan diri
atan berhias dan 4. Latih cara menjaga kebersihan
sehingga bedandan diri : mandi dan ganti
klien 3. Mampu pakaian, sikat gigi, cuci rambut,
merasa melakuk an potong kuku
nyaman makan dan 5. Masukan pada jadwal kegiatan
dan rapi. minum untuk latihan mandi dan sikat gigi
dengan baik (2 kali per hari), cuci rambut ( 2
4. Mampu kali per minggu) potong kuku (
melakukan satu kali per minggu)
BAB/BAK
dengan baik. SP2 Pasien: melatih cara
berdandan setelah kebersihan diri :
sisiran, rias muka untuk
perempuan , cukuran untuk pria
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri.
Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat untuk
berdandan
3. Latih cara berdandan
setelah kebersihan diri : sisiran,
cukuran untuk pria
4. Masukan pada jadwal kegiatan
untuk kebersihan diri dan
berdandan.

38
SP 3 Pasien : melatih cara makan
dan minum yang baik
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri
dan berdandan . Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat makan dan
minum
3. Latih cara makan dan minum
yang baik
4. Masukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kebersihan diri,
berdandan dan makan/minum
yang baik.

SP 4 Pasien : melatih BAB dan


BAK yang baik
1. Evaluasi kegiatan kebersihan
diri, berdandan, makan/minum.
Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB/BAK yang
baik
3. Latih cara BAB/BAK yang baik.
4. Masukan pada jadwal kegiatan
untuk kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama :Tn.S Ruangan :Merpati


No. RM : 008617

IMPLEMENTASI
WAKTU DX EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
4 Sept Defisit SP 1 Pasien: pengkajian dan S :
2018 perawatan melatih cara menjaga - Klien
diri kebersihan diri : cuci rambut, mengatakan
sikat gigi, potong kuku malas untuk
10.00 a. Mengidentifikasi masalah menyisir
perawatan diri: kebersihan rambutnya
diri, berdandan, - Klien
makan/minum, mengatakan
BAB/BAK malas untuk
10.15 b. Menjelaskan pentingnya mencuci
kebersihan diri. rambutnya
10.25 c. Menjelaskan alat dan cara

39
menjaga kebersihan diri O:
10.30 d. Melatih cara menjaga - Tampak rambut
kebersihkan diri : mandi klien kusut,tampak
dan ganti pakaian, sikat ada ketombe
gigi, cuci rambut, potong - Klien mengerti
kuku cara untuk
mencuci rambut

A: Klien dapat
melakukan kegiatan
tetapi dengan bantuan

P: Optimalkan SP1,
Lanjutkan SP 2
5 Sept SP 2 Pasien: melatih cara S : Klien
2018 berdandan setelah mengatakan
kebersihan diri : sisiran, nyaman dengan
bercukur untuk pria penampilan saat ini
10.00 a. Mengevaluasi kegiatan
kebersihan diri. Beri O :
pujian - Klien berpakaian
10.10 b. Menjelaskan cara dan alat tampak masih
untuk berdandan/bercukur kusut
10.20 c. Melatih cara berdandan - Klien tampak
setelah kebersihan diri : sudah bercukur,
bercukur tetapi dengan
bantuan petugas

A : Depisit
perawatan diri :
berhias diri masih
ada, Klien dapat
melakukan
kegiatan dengan
bantuan

P : Optimalkan SP 2
dan lanjutkan SP 3
6 Sept Defisit SP 3 Pasien : Melatih cara S : Klien
2018 perawat makan dan minum dengan mengatakan sudah
an diri baik bisa melakukan
11.15 a. Mengevaluasi kegiatan cara makan yang
kebersihan diri dan baik dan benar
berdandan . Beri pujian
11.20 b. Menjeelaskan cara dan O : Klien tampak
alat makan dan minum bisa mempraktekk
11.30 c. Melatih cara makan dan an cara makan
minum yang baik yang baik dan
benar

A : Klien mampu
40
melakukan
kegiatan dengan
baik tanpa arahan
P : Optimalkan SP 3
dan lanjut SP 4
7 Sept Defisit SP 4 Pasien : Melatih BAB S : Klien
2018 perawat dan BAK yang baik mengatakan
11.00 an diri a. Mengevaluasi kegiatan mengetahui cara
kebersihan diri, BAB/BAK
berdandan, makan/minum. Yangbenar
Beri pujian
O : Klien tampak
11.10 b. Menjelaskan cara
rapi dan bersih,
BAB/BAK yang baik
klien dapat
11.20 c. Melatih cara
menyebutkan alat
BAB/BAK yang baik.
dan cara BAB/BAK
Yang benar

A : Klien bisa
melakukan kegiatan
yang dilatih denan
baik

P:
Optimalkan SP 4 dan
evaluasi kembali
SP1, 2 dan3

41
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang


dilaksanakan pada tanggal 4 September 2018 sampai tanggal 7 September
2018 maka dapat disimpulkan :

A. Kesimpulan
Pada Tn.S ditemukan klien sering mondar-mandir, tampak bicara
sendiri, klien kadang mendengar suara-suara yang tak berwujud, mulut
bau, tidak rapi,. Kami berpendapat factor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya gangguan jiwa (defisit perawatan diri) pada Tn.S karena
kemampuan realitas klien menurun dimana klien tidak mempedulikan
keadaan dirinya . Dari analisa data yang didapat klien mengatakan malas
mandi, tidak ada semangat, mandi tidak menggunakan sabun dan shampo,
mengatakan jarang mengosok gigi dan menyisir rambut, ada memiliki
bekas luka dikepalanya, mengeluh kulit kepala dan punggung terasa gatal,
belum bisa berhias/mencukur sendiri hingga kurang mengetahui mengenai
masalah tentang pentingnya kebersihan diri yang ditandai juga dengan
hasil pemantauan bahwa klien saat makan masih berserakan dan ada sisa-
sisa makanan dimulut setelah makan, tampak diri tidak terawat, bau dan
kumal. Kuku tampak panjang dan kotor, gigi kotor penuh dengan karang
gigi, berlubang, serta bau mulut kami merencanakan asuhan keperawatan
defisit keperawatan diri pada Tn. S agar dapat menjaga kebersihan dirinya
dengan baik dan mampu mengimplementasikan kegiatan yang telah
diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah dilakukan


tindakan keperawatan selama 4 hari, pasien mampu menjaga kebersihan
diri, melakukan kegiatan yang telah dipilih, mengontrol marah dan
mengontrol halusinasi.Faktor pendukung bagi kami dalam mengumpulkan
data dimana pasien cukup kooperatif dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk kelengkapan data.

42
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan
mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan
khususnya pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri.

2. Bagi institusi pendidikan


Sebagai bahan bacaan dan referensi asuhan keperawatan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi
mahasiswa yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes RI Pontianak
khususnya pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri.

3. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya
pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri

43
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa, Jakarta : Trans Info Media.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.

Gloria Bulecheck, Howard Butcher, dkk. 2016. Nursing Interventions


Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed.
3. Jakarta : SalembaMedika.

Keliat, BA dan Akemat. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:


EGC

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


Ed. 3. Jakarta : Salemba Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

44

Anda mungkin juga menyukai