PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Diseluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari 5 juta orang yang
menderita SLE. Di Amerika, prevalensi SLE diperkirakan ada sebanyak 14-
50 kasus per 100.000 orang, dengan insidens yang bervariasi dari 1,8 – 7,6
kasus per 100.000 orang per tahun.
Di Indonesia, jumlah penderita SLE diperkirakan mencapai 1,5 juta
orang dimana 90% penderitanya adalah wanita.
Menurut The American College of Rheumatology (ACR), prevalensi
penderita SLE dengan gangguan system saraf pusat berkisar 37 hingga 95%
dimana, sindroma yang paling sering yaitu disfungsi kognitif, nyeri kepala,
gangguan mood, penyakit serebrovaskular, seizures, polineuropati, anxietas
dan psikosis.
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
1. Autoantibodi
(Tabel 1) Target antigen dan deficit neurologic yang berkaitan dengan autoantibodi pada SLE
P0, P1, P2
2. Abnormalitas vascular
3. Mediator inflamasi
Pusat Perifer
Myelopati Plexopati
Gangguan ansietas
Disfungsi kognitif
Ganggguan mood
Psikosis
1. Ruam malar
2. Ruam diskoid
3. Fotosensitivitas
4. Oral ulcers
5. Arthritis
6. Serositis (pleuritis, effuse pleura, pericarditis,dll)
7. Gangguan ginjal
8. Gangguan neurologis (seizures, psikosis,uremia, dll)
9. Gangguan hematologi (anemia hemolitik, leukopeni, dll)
10. Gangguan imunologi (anti-dsDNA abnormal, anti SM
positif, Ig G dan Ig M abnormal, dll)
11. Antinuklear antibody (ANA)
Frekuensi kelainan yang terlihat dari MRI pada SLE yaitu sekitar
25-50%, semakin meningkat sesuai dengan pertambahan usia, keparahan
penyakit dan adanya riwayat SLE dengan gangguan system saraf pusat.
3. Electroencephalography (EEG)
4. Lumbal Punksi
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Prognosis
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA