OLEH
Kelas : I-B
NIM : P0 7534017070
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah saya bisa menyelesaikan makalah ini tentang “Staphylococcus”.
Dan juga berterimakasih kepada bapak Selamat Riadi selaku Dosen Mata Kuliah Bakteriologi
yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Staphylococcus. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran,dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terjadi kata-kata yang kurang berkenan
dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini
di waktu yang akan datang.
.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
koloni kasar tetapi sebagian besar bakteri menghasilkan polisakarida dan membentuk koloni
halus. Bentuk kasar akan banyak ditemui bila biakan ditumbuhkan pada serum
antipolisakarida tipe-spesifik. Bila suatu tipe pneumokokus yang tidak mempunyai simpai
polisakarida ditumbuhkan dalam ekstrak DNA dan tipe pneumokokus yang menghasilkan
polisakarida simpai akan terbentuk pneumokokus bersimpai tipe terakhir. Reaksi transformasi
yang serupa pernah dilakukan dalam rangka perubahan resistensi obat.
Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus bisa mengakibatkan infeksi ringan
sampai parah pada saluran pernafasan atas dan bawah, dari pertengahan telinga, hidung
hingga paru-paru. Infeksi tersebut selanjutnya bisa menyebar ke organ tubuh penting yang
lain melalui aliran darah (invasif).
Streptococcus pneumoniae dapat menyebabkan penyakit pneumonia. Pneumonia
adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,
mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya
ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch).
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu
diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
"community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospital-acquired"
(diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya). Pneumonia yang didapat diluar
institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Pneumonia
yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani
perawatan dirumah sakit, sistem pertahanan tubuh
penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinan terjadinya
infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik lebih besar.
2
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengenal dan mengetahui tentang
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi
C. Sifat-sifat Perbenihan
Untuk pertumbuhan terbaik perlu media dengan pH 7,6-7,8. Kuman ini tumbuh aerob
dan fakultatif anaerob. Jarang tumbuh pada suhu di bawah 25 o C dan di atas 41o C. Suhu
pertumbuhan pertumbuhan optimum 37,5o C. Glukosa dan gliserin meningkatkan
multiplication rate-nya, tetapi bertambahnya asam laktat selain menghambat dapat pula
membunuhnya, kecuali bila ke dalam perbenihan ditambah kalsium karbonat 1% untuk
menetralkannya.
Dalam lempeng agar darah sesudah pengeraman selama 48 jam akan terbentuk koloni
yang bulat kecil dan dikelilingi zona kehijau-hijauan identik dengan zona yang dibentuk oleh
Streptococcus viridans. Kuman ini lisis dalam larutan empedu 10% (otolisis) atau natrium
desoksikholat 2% dalam waktu 5-10 menit, sifat ini penting untuk membedakannya dari
Streptococcus viridans.
4
Kuman pneumokokus meragi inulin: inulin positif dapat menegakkan diagnosis, tetapi
jika negatif belum tentu bukan pneumokokus.
Kuman ini berbeda dari kokus lainnya, dihambat oleh optokhin. Koloni yang diduga
pneumokokus, ditanam pada pelat agar darah, kemudian ditempelkan cakram optokhin. Bila
ternyata Pneumokokus maka akan nampak zona yang tidak ada pertumbuhan kuman di
sekeliling cakram.
Untuk memperoleh perbenihan yang murni bahan pemeriksaan diduntikkan melalui
intraperitoneum pada tikus putih. Dengan cara ini pula, virulensinya dapat diketahui.
E. Struktur Antigen
Antigen terpenting adalah kapsul polisakarida, yang menentukan virulensi dan 5
macam tipe spesifik. Jika kuman dicampur dengan serum anti spesifik, maka selubung akan
membengkak. Reaksi ini disebut reaksi qüellung.
5
G. Mortalitas
Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur,dan keadaan umum
penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada tidaknya septikemia,
ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifiik, dan faktor-faktor lainnya. Pada penderita
yang tidak diobati mortalitasnya 20-30%, namun setelah ditemukan antibiotika turun sampai
5%. Hasil yang kurang baik pada infeksi primer oleh Pneumokokus terdapat pada meningitis
terutama pada otitis media dan meningitis. Sebelum dipakai antibiotika mortalitas 99%,
dengan pemakaian antibiotika mortalitas turun berkisar antara 7-72%, terendah pada anak-
anak dan meningkat secara progresif sesudah umur 40 tahun.
H. Pengobatan
Semua tip Pneumokokus sensitif terhadap penisilin, penisilin merupakan drug of
choice. Yang berbahaya bila terjadi infeksi sekunder oleh Stafilokokus yang resisten terhadap
penisilin dan antibiotika lainnya. Pada pneumonia dan septikemia cukup dengan penisilin
dosis 500.000-1.000.000 satuan setiap hari. Sedang pada meningitis diperlukan dosis yang
lebih tinggi agar dapat mencapai selaput otak. Penisilin diberikan secara intravena dengan
dosis 1 juta satuan per jam sampai terlihat adanya perbaikan. Inipun harus disertai suntikan
penisilin intramuskulus setiap 6 jam dengan dosis 4-5 juta satuan selama 2-3 minggu.
Pemberian penisilin intratekal tidak dianjurkan, karena bila dosisnya terlampau tinggi akan
mengakibatkan reaksi berupa pendarahan otak.
Akhir-akhir ini Pneumokokus sudah resisten terhadap banyak preparat antibiotika,
misalnya tetrasikli, eritromisin, dan linkomisin. Peningkatan resistensi terhadap penisilin juga
terlihat pada Pneumokokus yang diisolasi dari New Guinea.
6
5.Penderita penyakit paru obstruktif menahun
6.Penderita kanker,penerima organ cangkokan
7.Penderita AIDS
Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang
dewasa yang beresiko tinggi:
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Streptococcus pneumoniae merupakan diplokokus gram positif berbentuk lanset.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1881 oleh Stenberg dan Pasteur di dalam saliva manusia.
Pada tahun 1886 diketahui bahwa kuman ini menyebabkan penyakit pneumonia lobaris, oleh
Frunkel dan Weichselbaum.
Kuman ini positif Gram dan pada perbenihan tua dapat nampak sebagai negatif gram,
tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama dibuat oleh jenis
yang virulen.
Untuk pertumbuhan terbaik perlu media dengan pH 7,6-7,8. Kuman ini tumbuh aerob
dan fakultatif anaerob. Jarang tumbuh pada suhu di bawah 25 o C dan di atas 41o C. Suhu
pertumbuhan pertumbuhan optimum 37,5o C.
Kuman ini mati setelah 10 menit pada suhu 52o C, 1 jam oleh sinar matahari langsung, 1
12 jam oleh sinar matahari yang difus. Pneumokokus lebih mudah mati dengan fenol,
HgCl2, kalium permanganat dan antisptikum lainnya daripada Mikrokokus dan Streptokokus.
Antigen terpenting adalah kapsul polisakarida, yang menentukan virulensi dan 5
macam tipe spesifik.
Yang khas ialah menyebabkan penyakit pneumonia lobaris. Selain itu dapat pula
menimbulkan sinusitis, otitis media, osteomielitis, artritis,peritonitis, ulserasi kornea dan
meningitis.
3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini yang berupa pemahaman materi dapat di
simpulkan betapa pentingnya memahami mengenai Pneumococcus. Penulis berharap adanya
masukan dan saran dari pembaca yang membaca makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, dkk., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, ed 20, 143, Kedokteran EGC, Jakarta
Johnson, Arthur G., 1994, Mikrobiologi dan Imunologi, 36-37, Binarupa Aksara, Jakarta
Koeswardono, Gerard Bonang Enggar S., 1992, Mikrobiologi untuk Laboratorium
dan Klinik, 79-80, Gramedia, Jakarta Oswari, E., 1995, Penyakit dan Penanggulangannya,
208, Gramedia, Jakarta
Pelczar, Michael J., 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, cet 1, 363, UI Press, Jakarta
http://elearning.unej.ac.id/courses/FA
U1307/document/deskripsibakteri.ppt?cidReq=FAU1307.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1994.Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran edisi revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.
en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_pneumoniae
http://en.wikipedia.org/wiki/streptococcus_pneumoniae
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/4/26/k1.htm
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=797
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&kategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=html=0711
http://www.pediatrik.com/pkb/0601022023132-f6vo140.pdf
http://www.sehatgroup.web.id/articles/isiArt.asp?artID=75
http://www.tabloid-nakita.com/khasanah/khasanah09419-05.htm
https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/streptococcus-pneumoniae.pdf
http://tyqhatiktik.blogspot.co.id/2011/06/streptococcus-pneumoniae-pneumokokus.html