Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permulaan dari kolonialisme barat yaitu terjadinya perang salib. Perang
salib yaitu perang yang terjadi pada orang Kristen Eropa Barat untuk menguasai
tanah Timur. Perang tersebut terjadi pada abad ke-11 sampai abad ke-13 Masehi.
Salah satu tujuan dari perang ini adalah untuk melepaskan Palestina dari tangan
daulah Islam dan mendirikan daulah Kristen di tanah Timur. Disebut juga perang
salib karena umat Kristen yang ikut dalam peperangan salib ini menggunakan
tanda salib sebagai simbol mereka. Perang salib ini dimenangkan oleh umat
Kristen. Ini dikarenakan umat Islam pada saat itu tidak bersatu menjadikan
perpecahan dimana-mana dan para pemimpin Islam saling bermusuhan.
Pada abad ke-16 dan ke-17 adalah abad yang paling penting untuk
Eropa. Pada abad ke-17 itu pula Negara-negara Islam mulai mengalami
kemunduran. Masa penetrasi kolonial Barat dimulai pada abad ke-19 (1800). Pada
abad tersebut Eropa sedang mendominasi dunia. Pada abad ini didorong oleh
kebutuhan ekonomi industri dan pemasarannya dan Negara-negara Eropa
mendirrikan kerajaan territorial dunia. Beberapa Negara Eropa yang telah
menjajah di tanah timur seperti Rusia menduduki Asia Dalam, Belanda menguasai
Indonesia, Inggris mendirikan kerajaan di India dan Afrika dan mengontrol
sebagian Timur Tengah, Negeia, sebagian afrika Barat dan Afrika Timur.
Pada abad ke-20 dapat dikatakan bahwa bangsa Eropa hamper
menguasai suluruh dunia Islam. Pada abad ini Eropa telah siap untuk mengadakan
ekspansi perdagangan dengan didukung oleh pertmbuhan produksi prabik dalam
skala dan perubahan besar ditandai dengan ditemukannya keretaapi, telegraph dan
kapal uap. Dengan diiringi dengan pasukan bersenjata yang kuat, Eropa telah
menguasai Aljazair. Aljazair adalah Negara Islam yang pertama kali dikuasai
oleh Eropa yang ditaklukkan oleh Perancis pada tahun (1830 – 1847 M). Negara
Islam padasaat itu mengalami keterpurukan yang sangat besar dan mereka
mengalami keaadaan yang tidak stabil dalam pertumbuhan ekonomi dan budaya.1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka dapat merumuskan
masalah sebagai beikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kolonialisme ?


2. Bagaimana kolonialisme barat terhadap dunia islam ?
3. Bagaimana munculnya upaya pembaharuan dalam islam ?
4. Bagaimana kondisi umat islam saat ini ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolonialisme

1
Agussalim Sitompul, PerangSalib, Beberapa Aspek Negatifdan Positif (Makalah), Yogyakarta,
2006.
Kolonialisme menurut Oxford English Dictionary berasal dari kata
Romawi “Colonia” yang berarti “tanah pertanian” atau “pemukiman”, dan
mengacu kepada orang Romawi yang bermukim di negeri-negeri lain tapi masih
memepertahankan kewarganegaraan meraka,2 yang berarti suatu usaha untuk
untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut.
Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas
sumber daya alam, manusia, dan perdagangan di suatu wilayah. Wilayah koloni
umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk keperluan
negara yang melakukan kolonialisme.3
B. Kolonialisme Barat Terhadap Dunia Islam
Serbuan kaum salib ke negeri-negeri Islam tidak hanya menggunakan
pedang, besi dan api, tetapi juga melalui peradaban mereka yang dicekokkan ke
semua negeri yang dapat dikuasainya. Bukan hanya peradaban material yang
menyerbu negara-negara Islam, bahkan mental dan nilai-nilai moralpun tidak
ketinggalan, seperti sistem pendidikan dan pengajaran, dan pemikiran-pemikiran
orang Eropa mengenai ilmu jiwa, ilmu sosial, modal dan lain-lain. Perang Salib
menghasilkan puing-puing kehancuran bagi kaum muslimin akibat kemauan
penjajah yang dikendalikan oleh keserakahan untuk menguasai dan memperkuat
wilayahnya mereka memikul salib di pundak mereka, tetapi setan berada di hati
mereka.
Dahulu kaum muslimin menghayati peradaban ditambah dengan
peradaban Persia, Turki dan lain-lain disamping pemikiran filsafat yang diserap
dari Yunani dan Romawi. Dengan datangnya peradaban Barat, maka peradaban
lama yang telah mereka hayati selama berabad-abad mengalami keguncangan
hebat dalam pikiran mereka. Inti peradaban Barat bercorak Nasrani, karena itu
orang-orang Qibth di Mesir lebih mudah meniru dan menyerapnya. Namun
mereka lebih banyak menyerap segi material daripada segi moralnya, sehingga
setiap rumah dari keluarga kaum muslimin telah menggunakan penerangan listrik,
menggunakan sajadah buatan Eropa dan lain sebagainya.

2
Hhtps/armawanpena/wordpress.com/kolonialisme barat di dunia islan/2013/11/02
3
www.hadirukiyah2.blogspot.com
Tanpa peradaban Barat dunia Islam tentu masih seperti keadaan semula,
tetapi itu tidak berarti bahwa peradaban Barat tidak mengandung cacat dan
kekurangan. Peradaban Barat telah menjauhkan dunia Islam dari peradaban Islam
yang lama. Akhirnya peradaban Islam bukan lagi suatu produk dari kaum
muslimin mandiri sebagaimana peradaban Barat adalah produk dari orang-orang
Barat sendiri.
Kebangkitan Negara – Negara Islam Periode Modern Ekspansi yang
telah dilakukan oleh negara – negara Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa
mereka sangat tertinggal jauh dari negara – negara Eropa akibat keterbelakangan
dalam berbagai aspek kehidupan. Negara – negara Eropa bisa menjajah karena
keberhasilan mereka menerapkan sratetegi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
mereka miliki. Pada satu sisi kekuatan militer dan politik negara – negara Islam
menurun. Perekonomian yang merosot yang merupakan akibat dari monopoli
perdagangan antara timur dan barat tidak lagi mereka kendalikan. Di sisi lain
negara – negara Eropa pada waktu yang sama menggunakan metode berpikir
rasional, dan disana tumbuh kelompok intelektual yang membebaskan diri mereka
dari ikatan – ikatan gereja.
Dan di Indonesia partai politik besar yang menentang penjajahan di
Indonesia adalah Sarekat Islam didirikan tahun 1912 oleh HOS Tjokroamionoto.
Sarekat Islam sendiri merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang
didirikan oleh H.Samanhuditahun 1911. Tidak lama kemudian partai – partai
politik lainnyapun mulai bermunculan, seperti PNI, PNI Baru, Permi. Munculnya
gagasan – gagasan untuk pembaharuan Islam yang kemudian diikuti dengan
berdirinya beberapa partai politik merupakan modal pertama yang dimiliki oleh
umat Islam untuk mewujudkan negara yang bebas dari pengaruh negara – negara
Eropa. Perjuangan nyata partai politik tersebut mereka wujudkan dalam beberapa
bentuk kegiatan, seperti gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun
bersenjata, dan pendidikan dan propaganda untuk mempersiapkan masyarakat
menyambut dan mengisi kemerdekaan itu sendiri.
Dan pada pertengahan abad ke-20 terjadi Perang Dunia ke-2, yan
melibatkan negara kolonialis. Hampir semua daratan di Eropa dilanda peperangan.
Konsekuensinya adalah terpusatnya konsentrasi kekuatan militer di setiap negara.
Akibatnya negara – negara Eropa menarik pasukannya yang berada di daerah
jajahan mereka masing – masing. Dalam kondisi seperti ini negara – negra Islam
yang tidak terlibat memanfaatkannya untuk memperoleh kemerdekaan negerinya
masing – masing Dan negara mayoritas berpenduduk muslim pertama kali
memproklamasikan kemerdekaan adalah Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang, setelah Jepang ditaklukkan
oleh Tentara Sekutu dengan ditandai dibomnya kota Hiroshima dan Nagasakai.
Namun setelah itu masyarakat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan
dari Belanda dan Tentara Sekutu yang berhasil menguasai Indonesia.4
C. Pembaharuan dalam Islam

Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata


modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama.
Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran,
aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-
pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham
keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan terknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam
ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun
Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan
perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-
paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada
kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrunagan, pengetahuan,
situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang
mungkin masih banyak yang relevan dan madih dapat digunakan, tetapi mungkin
sudah banyak yang tidak sesuai lagi.

4
Imam Munawwir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke
Masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu
Dalam kaitannya dengan itulah, Harun Nasution5 mendefinisikan
pembaharuan Islam sebagai “pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan faham-
faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh
pengetahuan dan teknologi modern”. Dengan pengertian itu tampaknya Nasution
mengidentik pembaharuan Islam dengan modernitas Islam. Kata “modern”
berasal dari kata latin modo, yang berarti “masa kini” atau “mutakhir”.

D. Kondisi umat Islam saat ini

Dalam memahami kondisi umat Islam saat ini Ustadz Hizbullah Ali,
Muwajih Rumah Dakwah Indonesia, mengatakan sesungguhnya umat Islam telah
terdampar di persimpangan jalan.

Mereka hidup dalam kesengsaraan yang tidak pernah disaksikan oleh


sejarah Islam, telah berlalu banyak krisis dan bencana yang silih berganti. Hal ini
dikarenakan umat Islam sekarang berada pada kondisi yang lemah dan jauh dari
syariat Allah yang kokoh.

Akibatnya kita dapatkan kaum muslimin sekarang kehilangan sebagian


negeri atau harta mereka. Mereka hidup dalam keadaan bimbang, keguncangan,
ketakutan dan rasa was-was.

Islam datang pada masa jahiliyah dalam keadaan asing, dan telah
datang masanya di mana islam saat ini dirasakan asing oleh pemeluknya. Sungguh
benar sabda Rasulullah Saw yang artinya,

"Sesungguhnya Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali


asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing"
(HR Muslim)

5
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1994, h. 11-12
Definisi asing dalam hadits di atas bukanlah mutlak diberikan bagi
seorang yang tampil beda di tengah masyarakatnya. Akan tetapi, asing di sini
bermakna seorang muslim yang melaksanakan syariat Islam dengan benar ketika
masyarakat melupakannya.

Ketika ia melaksanakannya, masyarakat di sekitarnya mengingkarinya


bahkan menentangnya. Makna asing di sini dijelaskan dalam hadits lain
bahwasanya mereka adalah, "Orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia
rusak", dan dalam riwayat lain mereka adalah, "Orang-orang shalih di antara
banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak
dari yang mentaati mereka.

Anda mungkin juga menyukai