Dosen:
Disusun oleh:
Yusiartha F S P (88150036)
Kelas:
88.6A.33
2018
Pengertian
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya berhubungan dengan
intervensi pembedahan.(Dr.Nursalam,M.nurs,FransiscaB.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
”straddle injur” adalah trauma yang terjadi bila pasien jatuh atau terkena trauma benda keras di daerah
selangkangan(perinium).Trauma dapat mengenenai uretra pars membranasea, uretra bulbosa, uretra
pars dulum atau penis. (Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
Etiologi
1. trauma uretra terjadi akibat cedera yan gberasal dari luar dan cedera iatrtogenik akibat
intrumentasi pada uretra.
2. trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis,menyebabkan ruptur uretra pars
membranasea,sedangkan trauma tumpul pada selangkangan atau ”straddle injury” dapat
menyebabkan ruptur utetra para bulbosa.
3. pemasangan kateter pada uretra yan gkurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra
karena salah jalan (false route)
4. intervensi operasi trans uretra dapat menimbulkan uretra iotrogen.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
Patofisiologi
Trauma uretral pada pria
a. terjatuh mengangkang (missal pada stang sepeda, kecelakaan lau lintas ,penutup lubang selokan
,dsb).
b. Pukulan langsung ( penganiayaan sepak bola rugby)
Uretra mebranosa _ posterior
Kuasa
- kecelakaan lalu lindas
- jatuh dari ketinggian
- rudapaksa menggilas
mekanisme
regangan uretra akibat pergeseran posisi struktur fiksasinya ,ligamenta puboprostatik dan perlekatan
kospus karvenosum ke rami isio pubik.
Klasifikasi :
”straddle injury” ini sering ditemukan ; dibedakan menjadi tiga macam :
- ringan (grade 1 )
- sedang (grade II)
- berat (gradeIII)
- ringan
a. pada tingkat ini yang rusak adalah dinding uretra
b. fasia buck masih utuh.
- sedang
Pada tingkat ini terjadi :
a. ruptura dinding uretra
b. fasia buck tetap utuh
- Berat
Pada tingkat ini terjadi :
a. ruptura uretra
b. facia buck robek.
(Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
Penatalaksanan
- ringan
selalu konservativ ,lakukan sistostomi dan antibiotika untuk profilaksi ada bahaya striktura dikemudian
hari .
- sedang
a. bila hematom kecil dilakukan terapi konservatif, yaitu kateter dover selama 1-2 minggu dan
antibiotika untuk profilaksis
b. bila hematom besar , dilakukan prosedur yang sama dengan yan gberat , karena kadang-kadang
dalam hematom terjadi infeksi sekunder sehingga terbentuksuatu lubang dan kateter terlihat
dari luar .sebelum terjadi kerusakan demikian lebih baik dilakukan operasi.
- berat
dilakukan operasi peneotomi (dari kuit samapi daerah yang robek atau hematom) dan :
Komplikasi
1. Syok, perdarahan ,dan peritonitis.
2. Infeksi saluran kemih.
3. Striktur uretra.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
Gambaran klinis
Tertdapat perdarahan per-uretram yaitu darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah
mengalami terauma (harus di bedakan dengan hematuri,yaitu urine bercampur darah )
Pada trauma uretre yang berat,pasien tidak dapat miksi sehingga terjadi retensi urine.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
Prosedur diagnostic.
Diagnosis ditegakan melalui foto oretrografi dengan memasukan kontras melalui uretra,sehingga dapat
diketahui adanya ruftur uretra dan lokasinya.
Pemeiksaan radiologi pelvis menggambarkan beberapa bagian luasnya fraktur panggul.
Pemeriksaan rectal untuk mengetahui hematoma pada kandung kemih yang tinggi.
Urethrography tidakan untuk pencegahan aseptic
Infus urography untuk mengevaluasi status renal dan level dari bladder
( alken carl-eric,sokeland jurgen,M.Eengel, 1982)
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan trauma uretra meliputi :
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan penyakit yang lalu berhubungan
dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwyat kesehatan pasien
c. Riwayat keshatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubungan dengan
gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini
1. Bagaimana frekuensi miksi, apakah terjadi : poliuri, oliguria, miksi ke luar sedikit-sedikit
tetapi sering, urgensi, nocturi, tempo berhentinya urine selama miksi, pasien mengalami
keraguan/kesukaran sewaktu memulai miksi, urine keluar secara menetes, inkontinentia
urine
2. Adakah kelainan waktu miksi, seperti : dysuria, ada rasa panas, hematuria, piuri, lithuri
3. Adakah rasa sakit terdapat pada daerah setempat atas secara umum
4. Apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit yang lain
5. Apakah terdapat mual, muntah
6. Apakah terdapat oedema
7. Bagaimana keadaan urinen (volume, warna, bau, berat, jenis, jumlah urine dalam 24
jam)
8. Rasa nyeri (lokasi, identitas, saat timbulnya nyeri)
9. Riwayat kecelakaan (patah tulang panggul “staddle injury”)
d. Data Fisik
Inspeksi : secara umum dan secara khusus pada daerah genital
Palpasi : pada dearah abdomen, buli-buli, lipat paja.
Auskultasi : daerah abdomen
Perkusi : daerah abdomen ginjal
Data Psikologis