Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum Pengelasan

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Pengelasan

Pada Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan

Program Diploma Fakultas Sekolah Vokasi

Universitas Diponegoro

Semarang

Disusun Oleh :

Romadhani Yanuar Rizki 40040417060055

Athallah Makarim 40040417060056

Bima Abiyasa 40040417060057

M Nauzal Ilham Algafiqy 40040417060058

Zanuar Arif Nur Rachman 40040417060059

Dosen Pengampu :

Sulaiman, AT, MT

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN

PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Puji
dan syukur kehadirat yang diberikan-Nya sehingga tugas laporan yang berjudul “Laporan
Praktikum Pengelasan” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan sistematis. Laporan ini
dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas laporan Praktikum Pengelasan.

Dengan menerapkan teori yang diajarkan pada mata kuliah praktikum pengelasan,
diharapkan mahasiswa dapat memberikan gambaran mengenai prosedur – prosedur pengelasan
yang sesuai dengan standar operasional yang berlaku.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya
laporan ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan
kesempurnaan laporan ini penulis sangat hargai.

Semarang, 03 Oktober 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Praktikum........................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktikum ........................................................................................................ 1

1.3 Tempat & Tanggal Pelaksanaan Praktikum ................................................................ 1

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3

2.1 Mengidentifikasi Spesifikasi dan Menyiapkan Mesin Las Busur Manual .................. 3

2.2 Teknik Pengelasan Busur Listrik .............................................................................. 10

BAB III LAPORAN PRAKTIKUM ........................................................................................ 15

3.1 Persiapan Alat & Bahan ............................................................................................ 17

3.1.1 Alat ..................................................................................................................... 17

3.1.2 Bahan ................................................................................................................. 17

3.2 Prosedur Pengelasan .................................................................................................. 17

3.2.1 Proses Persiapan Material .................................................................................. 17

3.2.2 Proses Persiapan alat ............................................................................................ 9

3.2.3 Proses Pengelasan .............................................................................................. 18

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 24

4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 24

4.2 Saran .......................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum

Pengelasan merupakan suatu proses penting di dalam dunia industri dan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan industri, karena memegang peranan utama
dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Pengelasan adalah proses penyambungan
setempat antara dua bagian logam atau lebih dengan memanfaatkan energi panas. emiliki
banyak variasi posisi pengelasan dan pengoperasian. Selain itu lebih cepat dan singkat dari segi
ekonomi.

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi
yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Definisi las berdasarkan DIN (Deutche
Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam panduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara umum pengelasan dapat didefinisikan
sebagai penyambungan dari beberapa batang logam dengan memanfaatkan energi panas

Melaksanakan rutinitas dasar pengelasan dengan proses las SMAW (Shield Metal Arc
Welding) ,erupakan salah satu dari beberapa proses pengelasan dan posisi pengelasan dimana
pengelasan rutinitas dsar ini merupakan proses pengelasan yang biasa dipergunakan dalam
proses pengelasan tingkat dasar yaitu posisi mendatar atau dibawah tangan dari sambungan 1F
(Fillet Joint) dan sambungan tumpul 1G (Butt Joint), dilakukan untuk membentuk suatu
knstruksi dan merupakan posisi pengelasan yang paling banyak digunakan pada dunia
pengelasan. Pengelasan dengan proses las SMAW atau disebut dengan pengelasan busur listrik
yang mengalir sebagai pemanas dalam kawat las (Electrode). Kawat las yang digunakan
berbentuk potongan kawat baja dengan ukuran tertentu yang dilapisi flux padat.

1.2 Tujuan Praktikum

- Melaksanakan praktikum pengelasan dengan proses metode las busur manual (SMAW)
ini bertujuan agar mahasiswa mampu untuk melaksanakan sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur)
- Mahasiswa mengetahui alat dan kelengkapan pada mesin las busur listrik Shielded
metal arc welding (SMAW)
- Mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin las busur
listrik(Shielded metal arc welding (SMAW)
- Mahasiswa mengetahui penyebab dan kendala yang di alami selama kegiatan
praktik pengelasan.

1.3 Tempat & Tanggal Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan pengujian visual cacat pengelasan dilaksanakan di :

Tempat : Workshop DIII – Teknik Perkapalan

Tanggal : 12 - 14 September 2018

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mengidentifikasi Spesifikasi dan Menyiapkan Mesin Las Busur Manual


1. Penanganan Mesin Las Busur.
 Pemasangan Mesin Las
Ketika memasang mesin las, diutamakan menghindari lokasi yang rawan
bocor terhadap air, lembab, atau berdebu. Bila pemasangan didalam ruang, pastikan
bahwa ruang yang diijinkan sekitar 30 cm dari jendela dan dinding untuk
menghindari gangguan bentilasi karena efek pendinginan. Bila mesin las busur AC
digunakan pastikan bahwa rektifier didinginkan dengan menggunakan kipas
pendingin. Bila dua buah mesin dioperasikan bersamaan, beri ruang jarak di antara
mesin – mesin tersebut sesuai standar yang diijinkan yaitu sekitar 30 cm.
 Pengkabelan Sisi Output dan Pengardean
Pembumian atau arde perlu dilakukan untuk pengoperasian peralatan listrik
dengan aman, dan harus dilakukan dengan tepat. Tidak hanya kasus mesin yang
harus dibumikan, tetapi material yang dilas dan penumpu las juga harus dibumikan
untuk melndungi operator dari sengatan listrik.
Pada kasus mesin las yang tidak dibumikan, potensial listrik dari mesin
tersebut relatif terhadap bumi akan naik dikarenakan induksi atau penyebab lainnya,
kemungkinan menyebabkan sengatan listrik, walaupun rangkaian didalam mesin
las disiapkan dengan benar. Peralatan listrik yang dihubungkan dengan mesin las
juga harus dibumikan untuk menjamin keselamatan.
2. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Mesin Las Busur
Mesin las busur dan peralatan disekililingnya mempunyai banyak bagian yang
bergerak yang cenderung aus. Pemeriksaan dan pemeliharaan harian menolong untuk
memperpanjang umur peralatan dan membuat mesin menghasilkan kapasitas
maksimum. Secara struktur dibedakan antara mesin las busur AC dan mesin las bsur
DC, metode inspeksinya bervariasi.
 Periksa apakah tombol sumber listrik dan tombol inspeksi berfungsi dengan benar
dan apakah terjadi getaran atau suara berisik pada bagian yang bergerak, bagian
penggerak, dan kipas pendingin.
 Lumasi daerah yang berputar dari tuas pengatur arus dan permukaan gesek untuk
menghidari keausan.
 Jika terkumpul didalam, fungsi pendinginan dan kapasitas isolasi dari kumparan
transformer akan menurun. Bersihkan kumparan dengan meniup debu dengan udara
kompresi. Ukur tahanan isolasi dan tahanan pembumian dari kumparan secara
reguler/tetap dan dinyatakan bahwa pengukurannya memuaskan.
 Periksa sisi kabel input dan output, apakah bungkusnya mengelupas,
penyambungannya kendor dan kondisi isolasinya.

Pemerikasaan dan pemeliharaan harian sangat penting untuk keamanan dan


pengoperasian yanf efisien dari mesin las busur.

3
3. Karateristik dari sumber tenaga listrik dari mesin las busur
Busur mempunyai karakteristik arus – tegangan yang sangat berbeda dengan
tahanan dari beban listrik rumah tangga biasa. Mesin las busur harus mempunyai
beberapa karakteristik sebagai berikut ini sehubungan dengan penimbulan busur secara
mudah dan tetap stabil.
 Mudah terbentuknya busur dan kelanjutannya.
 Fluktuasi arus las kecil karena perubahan panjang busur.
 Kenaikan tegangn yang cepat untuk mengganti penurunan arus las untuk mencegah
selang waktu dari busur.
 Tegangan tanpa beban yang cukup.
4. Penyetelan Las Busur

Penyetelan atau pengaturan mesin las merupakan bagian penting dari tahapan persiapan
dan pelaksanaan pengelasan, khususnya pada proses las busur manual. Hal ini menjadi
penting karena penyetelan tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas hasil las
maupun keselamatan dan kesehatan operator las itu sendiri serta lingkungan kerjanya.
Namun, sebelum dilakukan penyetelan mesin las, maka perlu difahami terlebih dahulu
hal-hal yang terkait dengan keseluruhan aktifitas pengelasan, yaitu :

 Keselamatan dan kesehatan kerja las busur manual


 Sumber listrik dan sirkuit mesin las
 Duty cycle

a. Keselamatan Kerja Las Busur Manual


Pekerjaan las busur manual adalah salah satu jenis pekerjaan yang cukup berpotensi menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan atau malah dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Gangguan kesehatan atau kecelakaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni operator atau
teknisi las itu sendiri, mesin dan alat-alat las, atau lingkungan kerja, namun secara umum ada
beberapa resiko kalau bekerja dengan proses las busur manual, yaitu :

 Kejutan listrik ( electric shock )


 Sinar las
 Debu dan asap las
 Luka bakar dan kebakaran

1. Kejutan Listrik

Kecelakaan akibat kejutan listrik dapat terjadi setiap saat, baik itu pada saat
pemasangan peralatan, penyetelan atau pada saat pengelasan. Resiko yang akan terjadi dapat
berupa luka bakar, terjatuh, pingsan serta dapat meninggal dunia
Oleh sebab itu perlu hati-hati waktu menghubungkan setiap alat yang dialiri listrik,
umpamanya meja las, tang elektroda, elektroda dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan
kejutan listrik, terutama bila yang bersangkutan tidak menggunakan sarung tangan.

4
Untuk mempermudah pertolongan kepada penderita,
penolong harus dapat membedakan kecelakaan ini
satu sama lain. Bagaimanapun keterlambatan
pertolongan akan dapat mengakibatkan fatal kepada
penderita. Cara-cara untuk menolong bahaya akibat
kecelakaan listrik yaitu :

 Matikan stop kontak (switch off) dengan segera


 Berikan pertolongan pertama sesuai dengan
kecelakaan yang dialami oleh penderira.

Apabila tidak sempat mematikan stop kontak dengan


segera, maka hindarkanlah penderita dari aliran
listrik dengan memakai alat-alat kering yang tidak
bersifat konduktor (jangan gunakan bahan logam.

Gambar 1 : Pertolongan pada


Kecelakaan Akibat Listrik

Cara-caranya adalah sebagai berikut :


 Tarik penderita dengan benda kering (karet, plastik, kayu, dan sejenisnya) pada
bagian-bagian pakaian yang kering.
 Penolong berdiri pada bahan yang tidak bersifat konduktor ( papan, sepatu karet)
 Doronglah penderita dengan alat yang sudah disediakan.
 Bawalah kerumah sakit dengan segera.

PERHATIAN !

Luka-luka akan menjadi lebih parah dengan


pemindahan ( pertolongan ) yang terburu-buru.

Upaya mencegah kecelakaan pada mesin las busur manual :

 Kabel primer harus terjamin dengan baik, mempunyai isolasi yang baik.

5
 Kabel primer usahakan sependek mungkin
 Hindarkan kabel elektroda dan kabel masa dari goresan, loncatan bunga api dan
kejatuhan benda panas
 Periksalah sambungan-sambungan kabel, apakah sudah ketat, sebab persambungan
yang longgar dapat menimbulkan panas yang tinggi.
 Jangan meletakkan tang elektroda pada meja las atau pada benda kerja
 Perbaikilah segera kabel-kabel yang rusak
 Pemeliharaan dan perbaikan mesin las sebaiknya ditangani oleh orang yang telah
ahli dalam teknik listrik
 Jangan mengganggu komponen-komponen dari mesin las.

2. Sinar las
Dalam proses pengelasan timbul sinar yang membahayakan operator las dan
pekerja lain didaerah pengelasan.

Sinar yang membahayakan tersebut adalah :

 Cahaya tampak
 Sinar infra merah
 Sinar ultra violet
a. Cahaya Tampak :

Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las busur manual mengeluarkan
cahaya tampak Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diterusksn oleh lensa
dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka mata akan segera
menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit pada
mata sifatnya hanya sementara.

b. Sinar Infra Merah :

Sinar infra merah berasal dari busur listrik. Adanya sinar infra merah tidak segera
terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak
terlihat.

Akibat dari sinar infra merah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan
terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea dan kerabunan.

Jadi jelas akibat sinar infra merah jauh lebih berbahaya dari pada cahaya tampak. Sinar
infra merah selain berbahaya pada mata juga dapat menyebabkan terbakar pada kulit
berulang-ulang (mula-mula merah kemudian memar dan selanjutnya terkelupas yang
sangat ringan).

c. Sinar Ultra Violet

Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh.
Bila sinar ultra violet yang terserap oleh lensa melebihi jumlah tertentu , maka pada

6
mata terasa seakan-akan ada benda asing didalamnya dalam waktu antara 6 sampai 12
jam, kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa
sakit ini akan hilang setelah 48 jam.

Pencegahan Kecelakaan karena Sinar Las :

 Memakai pelindung mata dan muka ketika mengelas, yaitu kedok atau helm las.
 Memakai peralatan keselamatan dan kesehatan kerja ( pakaian pelindung ) pakaian
kerja , apron / jaket las, sarung tangan , sepatu keselamatan kerja ).
 Buatlah batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang lain tidak terganggu
(menggunakan kamar las yang tertutup, menggunakan tabir penghalang.
Kedok las dan helm las dilengkapi dengan kaca penyaring (filter) untuk menghilangkan
dan menyaring sinar infra merah dan ultra violet ( Gambar 3 ) . Filter dilapisi oleh kaca
bening atau kaca plastik yang ditempatkan disebelah luar dan dalam, fungsinya untuk
melindungi filter dari percikan-percikan las.

Gambar 2 : Kedok dan Helm Las Gambar 3 : Kaca Penyaring

Adapun ukuran ( tingkat kegelapan / shade ) kaca penyaring tersebut berbanding lurus
dengan besarnya amper pengelasan.
Berikut ini ketentuan umum perbandingan antara ukuran penyaring dan besar amper
pengelasan pada proses las busur manual :

AMPER UKURAN PENYARING

Sampai dengan 150 Amper 10

150 – 250 Amper 11

7
250 – 300 Amper 12

300 – 400 Amper 13

Lebih dari 400 Amper 14

3. Dubu dan Asap Las


a. Sifat fisik dan akibat debu dan asap terhadap paru-paru

Debu dan asap las besarnya berkisar antara 0,2 um sampal dengan 3 um jenis debu
ialah eternit dan hidrogen rendah. Butir debu atau asap dengan ukuran 0,5 um dapat
terhisap, tetapi sebagian akan tersaring oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan,
sedang yang lebih halus akan terbawa ke dalam dan ke luar kembali.

Debu atau asap yang tertinggal dan melekat pada kantong udara diparu-paru akan
menimbulkan penyakit, seperti sesak napas dan lain sebagainya. Karena itu debu dan
asap las perlu dapat perhatian khusus.

b. Harga bata kandungan debu dan asap las

Harga bata ( ukuran ) kandungan debu dan asap pada udara tempat pengelasan disebut
Thaeshol Limited Value ( TLV ) oleh International Institute of Welding (IIW)
ditentukan besarnya 10 mg/m2 untuk jenis elektroda karbon rendah dan 20 mg/m2 untuk
jenis lain.

Pencegahan kecelakaan karena debu dan asap las :

1. Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar diatur dan diupayakan, di mana
setiap kamar las dilengkapi dengan pipa pengisap debu dan asap yang
penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata / posisi wajah ( hidung ) operator las
yang bersangkutan.
2. Menggunakan kedok/ helm las secara benar, yakni pada saat pengelasan berlangsung
harus menutupi sampai di bawah wajah ( dagu ), sehingga mengurangi asap/ debu
ringan melewati wajah.
3. Menggunakan baju las (Apron) terbuat dart kulit atau asbes.

4. Menggunakan alat pernafasan pelindung debu, jika ruangannya tidak ada sirkulasi
udara yang memadai ( sama sekali tidak ada ).

8
Gambar 4 : Penempatan Alat Pengisap Asap Las/ Debu

4. Luka Bakar
Luka bakar dapat terjadi karena :

 Logam panas
 Busur cahaya
 Loncatan bunga api
Luka bakar dapat diakibatkan oleh logam panas karena adanya pencairan benda kerja
antara 12000C –15000C , sinar ultra violet dan infra merah, hal ini dapat mengakibatkan
luka bakar pada kulit.

Luka bakar pada kulit dapat menyebabkan kulit melepuh / terkelupas, dan yang sangat
fatal dapat menyebabkan kanker kulit.

Luka bakar pada mata mengakibatkan iritasi ( kepedihan, silau ) yang sangat fatal
menyebabkan katarak pada mata. Luka bakar yang diakibatkan oleh loncatan bunga api
adalah loncatan butiran logam cair yang ditimbulkan oleh cairan logam. Biarpun bunga
api itu kecil, tapi dapat melubangi kulit melalui pakaian kerja, lobang kancing yang
lepas atau pakaian kerja yang longgar.

Pencegahan Luka Bakar :

Untuk mencegah luka bakar, operator las harus memakai baju kerja yang lengkap yang
meliputi :

 Baju kerja (overall) dari bahan katun


 Apron / jaket kulit
 Sarung tangan kulit
 Topi kulit ( terutama untuk pengelasan posisi di atas kepala )
 Sepatu kerja
 Helm / kedok las

9
 Kaca mata bening, terutama pada saat membuang terak.

Gambar 5 : Sarung Tangan Las Gambar 6 : Sepatu Kerja

Tipe Mesin Las Busur


Mesin las busur untuk tegangan rendah, pengoperasian dengan arus besar dapat dipakai
untu pekerjaan pengelasan dan dibagi menjadi mesin las busur AC dan mesin las busur
DC.

Perbedaan Mesin Las Busur Listrik AC dengan DC

Jenis Perbedaan Mesin Las Busur DC Mesin Las Busur AC


Stabilitas Busur Sempurna Kurang stabil
Perubahan polaritas Memungkinkan Tidak memungkinkan
Hembusan busur Terjadi Jarang terjadi
Tegangan tanpa beban Relatif rendah Tinggi
Bahaya kejutan listrik Relatif tidak da Sering terjadi
Konstruksi Kompleks Sederhana
Agak sering untuk tipe
Pembongkaran Minimal
berputar (Rotating)
Tipe berputar agak bising,
Kebisingan Tidak bising
tetapi rektifier tidak
Harga Mahal Lebih murah

2.2 Teknik Pengelasan Busur Listrik


1. Persiapan mesin las

Tahapan persiapan yang perlu dilakukan dan hal – hal penting yang harus
diperhatikan dalam penanganan mesin las busur listrik :

 pemeriksaan sirkuit utama.


 pemeriksaan sirkuit bantu.
 persiapan tang ampere.
 pengaturan arus.

10
2. Menyiapkan bahan las

Besi murni lunak tidak kut sehingga tidak dapat dipakai. Untuk menambah
kekuatan, Carbon (C) 2% atau kurang ditambahkan ke besi murni membentuk material
struktur campuran besi karbon (material ini disebut baja karbon). Disampingkan Carbon,
baja karbon terdiri dari sejumlah kecil Mangan (Mn), dan Silicon (Si), Phospor (P) serta
belerang (S) sebagai unsur – unsur pada pembuatan baja.. baja memiliki kemampuan
Weldability yang lebih bagus dibandingkan dengan besi, maka dari itu kebanyakan material
yang digunakan pada proses pengelasan kebanyakan adalah baja.

3. Mengidentifikasi Elektroda Las Busur Manual

Desain yang tepat, material yang baik dan teknik yang baik adalah tiga faktor untuk
menjamin pengelasan yang bagus. Bila salah satu faktor ini tidak ada, hasil yang
memuaskan tidak dapat dicapai. Untuk melaksanakan pengelasan dengan kualitas yang
dipersyaratkan adalah penting untuk dimengerti sifat – sifat dari tiap – tiap material las
(elektroda las, kawat, fluks)..

Pemilihan logam pengisi las berua elektroda las / filler metal electrode sebagai
logam pengisi dalam proses pengelasan sangat berpengaruh dalam menentukan mutu hasi
pengelasan, begitu juga fluks dan gas sebagai peindung (shielding). Berkaitan dengan sifat
mekanis logam las yang dikenhendaki maka apabila salah dalam pemilihan akan
menyebabkan kegagalan pengelasan.

Pemilihan logam pengisi banyak ditentukan oleh keterkaitannya dengan :

 Jenis proses las yang digunakan.


 Jenis material yang akan dilas.
 Desain sambungan las.
 Perlakuan panas.

Agar dapat memilih eletroda / filler metal yang tepat sesuai dengan standar / kode,
dan dapat menghasilkan sambungan las yang dapat diterima sesuai dengan persyaratan
standar / kode maka logam pengisi yang dipilih sesuai dengan sifat logam induknya.

a) Elektroda bersalut

Logam pengisi las berupa elektroda terbungkus fluks untuk proses las busur terdiri dari
bagian :

 Kawat inti (Core Wire Rod)


Kawat inti berfungsi sebagai logam pengisi ini terbiat dari bahan logam yang
disesuaikan dengan logam induk yang akan dils, bisa mild steel, low carbon steel, alloy
steel, dll. Komposisi kimia dari kawat inti ini cukup berpengaruh terhadap sikap
mekanis dari logam las yang terbentuk, dan yang paling berpengaruh terhadap sifat
mekanis logam las ini adalah material dari coating (pembungkus) yaitu fluksnya.

11
 Coating (pembungkus)
Fluks terbuat dari biji alam, serbuk dan oksda perekat, karbonat, silikat, zat
organik, dan berbagai zat bubuk lainnya kecuali untuk logam, dicampurkan pada
perbandingan yang spesifik. Campuran ini ditempelkan / disalutkan ke kawat inti
dengan menggunakan air kaca sebagai perekat dan dikeringkan.
Dalam proses pengelasan, pembungkus elektroda ini akan terbakar dan
membentuk terak (slag) cair yang kemudian membeku sehingga melindungi logam las
dari pengaruh atmosfir atau mencegah terhadap kontaminasi dari udara sekitarnya..
Jika pengelasan busur dilakukan dengan elektroda telanjang, elektroda akan
menempel pada logam induk, menghalangi penyalaan busur atau menyebabkan busur
mati. Hal ini menghasilkan rigi yang tidak teratur dan lubang – lubang cacing. Fungsi
utama daripada fluks adalah sebagai berikut
 Fluks memfasilitasi penyalaan busur dan meningkatkan intesitas dan stabilitas
busur.
 Fluks menimbulkan gas untuk melindungi busur, fluks akan terurai dan
menimbulkan gas (CO2, CO, H, dan sebagainya) yang mengeilingi busur. Hal
ini menjaga bentuk butiran logam dan cairan teroksidasi atau nitrasi yang
disebabkan oleh kontak dengan atmosfer.
 Sag / terak melindungi logam las dan membantu pembentukan rigi. Selama
pengelasan, fluks mencair menjadi terak yang melindungi cairan dan rigi las
dengan cara menutupinya. Dengan berbagai kekentalan (viskositas) dari terak,
memungkinkan untuk melaksanakan pengelasan dalam berbagai posisi dan
memperbaiki bentuk dari rigi las.
 Fluks menghaluskan kembali logam las dengan deoksidasi, bila pengelasan
dilaksanakan pada udara terbukan, logam las tak bisa terhindar dari oksidasi
walau penimbul gas dan pembentuk terak digunakan. Elemen deoksidasi seperti
Mn dan Si telah ditambahkan kedalam fluks, melindungi pembentukan lubang
cacing dan meningkatkan kekuatan dan ketangguhan dari logam las.
 Fluks perlu ditambahi elemen campuran ke logam deposit, elemen campuran
yang tepat yang ditambahkan dari fluks untuk logam endapan akan
meningkatkan ketahanan terhadap korosi, panas, dan abrasi.
 Serbuk besi di dalam fluks meningkatkan laju pengendapan dan efisiensi
pengoperasian, laju pengendapan dapat ditingkatkan dengan arus las yang tinggi
atau diameter elektroda las yang besar.
 Fungsi isolasi, fluks memberikan isolasi istrik yang baik. Dalam hal elektrode
las dengan kurang hati – hati disentuhkan ke permukaan las selama pengelasan,
fluks mencegah geretan busur yang tidak terduga, dengan demikian mencegah
kerusakan las dan juga kecelakaan terhadap manusia.

12
b) Kode dan Penggunaan Elektroda

Kode elektroda digunakan untuk mengelompokkan elektroda dari perbedaan


fabrik pembuatnya terhadap kesamaan jenis dan pemakaiannya. Kode elektroda ini
biasanya dituliskan pada salutan elektroda dan pada kemasan/ bungkusnya.
Menurut American Welding Society ( AWS ) kode elektroda dinyatakan dengan
E diikuti dengan 4 atau lima digit yang artinya adalah sebagai berikut :
E = elektroda
Dua atau tiga digit pertama : menunjukkan nilai kekuatan tarik ( tensile
strength ) minimum x 1000 psi pada hasil pengelasan yang diperkenankan.
Digit ke tiga atau empat : menunjukkan tentang posisi pengelasan yang artinya
sbb :
 1 = elektroda dapat digunakan untuk semua posisi ( E xx1x )
 2 = elektroda dapat digunakan untuk posisi di bawah tangan ( flat ) dan
mendatar pada sambungan sudut/ fillet ( E xx2x )
 3 = hanya untuk posisi di bawah tangan saja ( E xx3x )
 4 = untuk semua posisi kecuali arah turun ( E .xx4x )
Digit terakhir ( ke empat/ lima ) menunjukkan tentang jenis arus dan tipe
salutan.
Digit ( angka ) tersebut mulai dari 0 s.d. 8 yang menunjukkan tipe arus dan
pengkutuban ( polarity ) yang digunakan, di mana ada empat pengelompokan yang
dapat menunjukkan tipe arus untuk tiap tipe elektroda, yaitu :
 Elektroda dengan digit terakhirnya 0 dan 5 dapat digunakan hanya untuk tipe
arus DCRP.
 Elektroda dengan digit terakhirnya 2 dan 7 dapat digunakan untuk arus AC atau
DCSP.
 Elektroda dengan digit terakhirnya 3 dan 4 dapat digunakan untuk arus AC atau
DC ( DCRP dan DCSP ).
 Elektroda dengan digit terakhirnya 1, 6 dan 8 dapat digunakan untuk arus AC
atau DCRP.
Khusus untuk tipe salutan ( flux ) elektroda, secara umum adalah sebagai berikut
:
 0 dan 1 = tipe salutannya adalah : celluloce ( E xxx0 atau E xxx1 )
 2, 3 dan 4 = tipe salutannya adalah : rutile ( E xxx2, E xxx3 atau E xxx4 )
 5, 6 dan 8 = tipe salutannya adalah : basic/ base (E xxx5, E xxx6 atau E xxx8 )
 7 = tipe salutannya adalah : oksida besi (E xxx7).

13
c) Komposisi Tambahan Bahan Kimia ( Paduan )

Tambahan bahan paduan pada elektroda akan ditunjukkan dengan dua digit
setelah empat/ lima digit terakhir kode elektroda, seperti contoh : E 8018-B2, di mana
“B2” tersebut adalah menunjukkan % kandungan bahan paduan pada elektroda
tersebut.
Berikut ini adalah simbol komposisi bahan paduan yang biasa ditambahkan
pada elektroda :
A1 C, 0,5 Mo
Catatan :
B1 0,5 Cr, 0,5 Mo
B2 1,25 Cr, 0,5 Mo C = Karbon
B3 2,25 Cr, 1 Mo Cr = Chromium
C1 2,5 Ni
Mo = Molybdenum
C2 3,5 Ni
C3 1 Ni Ni = Nikel

D1 1,5 Mn, 0,25 Mo Mn = Mangan


D2 1 Mn, 0,25 Mo

Contoh pembacaan kode elektroda las busur manual :

E 6013

E = elektroda.

60 = kekuatan tarik minimum = 60 x 1000 psi = 60.000 psi

1 = elektroda dapat dipakai untuk semua posisi

3 = tipe salutan adalah rutile dan arus AC atau DC.

E 8018-B2

E = elektroda.

80 = kekuatan tarik minimum = 80.000 psi

1 = elektroda dapat dipakai untuk semua posisi

8 = tipe salutan adalah basic dan arus AC atau DCRP.

B2 = bahan paduan adalah 1,25 Cr, 0,5 Mo.

14
d) Pemilihan Elektroda
 Pemilihan elektroda berdasarkan :
 Komposisi material (logam dasar)
 Posisi pengelasan
 Bentuk desain sambungan
 Arus las, AC, DC polaritas EP atau EN
 Persyaratan penetrasi, heat input
 Biaya operasional
 Juru las untuk proses spesialisasi

 Pengaruh kebasahan dan kandungan H2 (Hidrogen)

Apabila elektroda mengandung hidrogen (H2) kan merugikan hasil las, humidity
lebih besar dari 50% pada temperatur kamar akan mengakibatkan cold cracking (retak
dingin) pada hasi pengelasan.

e) Ukuran Elektroda
Elektroda diproduksi dengan standar ukuran panjang dan diameter. Diameter
elektroda diukur pada kawat intinya. Ukuran diameter elektroda secara umum
berkisar antara 1,5 sampai dengan 7 mm, panjang antara 250 – 450 mm serta dengan
tebal salutan antara 10% - 50% dari diameter elektroda.
Dalam perdagangan elektroda tersedia dengan beratnya 25 kg, 20 kg, atau 5
kg; dibungkus dalam dus atau kemasan yang terbuat dari kertas dan lapisan plastik
pada bagian luarnya.
Biasanya pada tiap kemasan dituliskan ukuran elektroda, yaitu : berat per
kemasan/ kotak dan diameter elektrodanya, disamping identitas atau keterangan lain,
antara lain : merk / fabrik pembuat, kode produksi dan kode elektroda, ketentuan-
ketentuan penggunaan, dll.

f) Penyimpanan elektroda las

Agar elektroda bertahan lama sebelum digunakan, maka elektroda perlu


disimpan secara baik dan benar. Oleh sebab itu perlu diperhatihan hal-hal berikut
dalam menyimpan elektroda :

1. Simpan elektroda pada tempat yang kering dengan kemasan yang masih tertutup
rapi ( kemasan tidak rusak ).
2. Jangan disimpan langsung pada lantai. Beri alas sehingga ada jarak dari lantai
3. Yakinkan, bahwa udara dapat bersikulasi di bawah tempat penyimpanan ( rak ).
4. Hindarkan dari benda-benda lain yang memungkinkan terjadinya kelembaban.
5. Temperatur ruangan penyimpanan sebaiknya sekitar 5o C diatas temperatur rata-
rata udara luar.

15
6. Bila elektroda tidak dapat disimpan pada tempat yang memenuhi syarat, maka
sebaiknya beri bahan pengikat kelembaban, seperti silica gel pada tempat
penyimpanan tersebut.

Gambar. Penyimpanan Elektroda

16
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM

3.1 Persiapan Alat & Bahan


3.1.1 Alat

Fasilitas Alat – alat yang kami gunkan saat praktikum di workshop DIII – Teknik Perkapalan
antara lain :

1. Mesin Las AC 1 unit


2. Mesin Las DC EP EN 1 unit
3. Topeng las
4. Sarung tangan las
5. Wearpack
6. Palu terak
7. Sikat baja
8. Gerinda tangan
9. Kacamata pelindung
10. Penggaris siku
11. Meteran
12. Tang
13. Kapur
14. Sepatu Safety
15. Kamar Las

3.1.2 Bahan

Bahan yang disediakan oleh workshop DIII – Teknik Perkapalan antara lain :

1. Baja Plat Strip ukuran 50 x 100 x 5 mm


2. Elektroda RD, Tipe E 6013 Ø2,6 dan Ø3,2 mm
3. Mata gerinda potong

3.2 Prosedur Pengelasan


3.2.1 Proses Persiapan Material
Sebelum dilakukan proses pengelasan, kelompok kami membagi tugas untuk mempersiapkan
material yang akan digunakan sebagai media pengelasan. Berikut proses persiapan material
sebelum material siap di las :
1. Marking plat strip menggunakan kapur sesuai ukuran yang ditentukan (100 mm).
2. Setelah dimarking plat strip kemudian dipotong menggunkan gerinda tangan yang sudah
terpasang dengan mata gerinda potong.

17
3. Plat strip yang sudah dipotong pun kami ukur kembali untuk mengecek ukurannya sudah
sesuai atau belum.
4. Finishing material dengan menggerinda tepian plat strip.

3.2.2 Proses Persiapan alat

Setelah mempersiapkan material kami berlanjut untuk mempersiapkan mesin las,


berikut tahapan kami dalam mempersiapkan mesin las :

1. Memastikan saklar tenaga dalam keadaan mati (off)


2. Memeriksa sambungan kabel las bila ada yang lepas
3. Memeriksa isolasi sambungan antar kabel dan yakinkan bahwa isolasi dalam keadaan aman
4. Memeriksa kondisi stang las dengan memasang elektroda dan pastikan bahwa elektroda
tidak goyang saat sudah terpasang di stang las
5. Menhidupkan saklar tenaga (on)
6. Hidupkan saklar mesin las
7. Putar tuas ampere untuk pengaturan ampere yang benar atau sesuai yang dikehendaki. Di
sini kami menggunakan ampere sekitar 80 – 100 A.
8. Lakukan sentuhan antar elektroda dengan material dasar untuk mengetahui pengisian aliran
listrik yang terjadi, normal atau tidak
9. Matikan saklar mesin las (off)

3.2.3 Proses Pengelasan

Sebelum proses pengelasan dilakukan, kami memastikan telah menggunakan alat


pelindung diri untuk meminimalisasi kecelakaan saat praktikum. Setelah memastikan alat
pelindung diri terpasang dengan benar kami melanjutkan proses pengelasan, berikut tahapan
kami dalam proses pengelasan :

1. Memastikan arus polaritas yang digunakan pada mesin las sudah sesuai dengan standar
(polaritas DC EN)
2. Menyetel arus pengelasan sampai dengan 100 A, tebal plat 5 mm
3. Membersihkan permukaan plat strip
4. Mengatur plat strip secara merata pada meja kerja

18
5. Menyalakan busur las
 Ketukan ujung elektroda pada material dan pertahanankan jarak terhadap plat strip
kurang lebih 2 – 3 mm
 Goreskan elektroda pada plat strip dan pertahankan jarak antara plat strip kurang lebih
2 – 3 mm

6. Melakukan proses tack welding untuk merekatkan material yang digunakan pada ujung
permukaan plat strip
 Untuk plat sambungan I kita merapatkan plat strip lalu melakukan proses tack weld
pada ujung sambungan.

 Untuk plat strip sambungan sudut kami menggunakan alat bantu tang untuk melakukan
tack weld pada tepian plat strip.

19
7. Setelah proses tack weld, material sambungan I dapat digunakan untuk proses pengelasan
dengan posisi 1G (bawah tangan)
 Tempatkan plat strip sambungan I pada meja kerja pada posisi stabil dan bersihkan
permukaannya
 Atur arus menjadi 100A
 Atur posisi tubuh
 Penyalaan busur sesuai dengan tahap 5
 Setelah busur menyala tempatkan elektroda 90° terhadap permukaan plat strip
sambungan I dan 70-80° terhadap arah pengelasan
 Tetapkan bahwa panjang busur kira – kira 2-3 mm
 Arahkan elektroda las pada jalur pengelasan dengan lurus

Tanpa diayun

Diayun zigzag

Diayun ½ C


 Mematikan busur las ketika sudah sampai tepi ujung plat strip sambungan I, dengan
mengurangi gerakan busur agar lebih pendek dan angkat secepat mungkin elektroda
dari plat strip sambungan I dengan posisi balik dan sedikit di miringkan.

20
 Setelah proses pengelasan selesai, tunggu beberapa detik agar plat strip sambungan I
mendingin.
 Bersihkan hasil pengelasan dari terak dengan menggunakan palu terak dan sikat baja
 Periksa rigi – rigi dan permukaan hasil pengelasan

8. Seteah proses tack weld plat strip sambungan sudut dapat digunakan proses pengelasan
dengan posisi 1F
 Tempatkan plat strip sambungan sudut pada meja kerja pada posisi stabil dan bersihkan
permukaannya

 Atur arus menjadi 100A


 Atur posisi tubuh

21
 Penyalaan busur sesuai dengan tahap 5
 Setelah busur menyala tempatkan elektroda 90° terhadap permukaan plat strip
sambungan sudut dan 70-80° terhadap arah pengelasan

elektroda

90 45

 Tetapkan bahwa panjang busur kira – kira 2-3 mm


 Arahkan elektroda las pada jalur pengelasan dengan lurus
 Mematikan busur las ketika sudah sampai tepi ujung plat strip sambungan sudut,
dengan mengurangi gerakan busur agar lebih pendek dan angkat secepat mungkin
elektroda dari plat strip sambungan sudut dengan posisi balik dan sedikit di miringkan.

 Setelah proses pengelasan selesai, tunggu beberapa detik agar plat strip sambungan I
mendingin.
 Bersihkan hasil pengelasan dari terak dengan menggunakan palu terak dan sikat baja
 Periksa rigi – rigi dan permukaan hasil pengelasan
9. Setelah selesai proses pengelasan kami membersihkan workshop dan mengembalikan alat
– alat yang kami pinjam

22
23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Proses pengelasan bawah tangan 1G dan 1F merupakan posisi yang di gunakan untuk
standar praktek las. Selain gampang untuk di praktekan posisi tersebut juga sering di gunakan
di dalam kontruksi jadi mahahsiswa dapat mengetahui posisi yang di gunakan dalam las
kontruksi.

4.2 Saran

Setelah melakukan praktek di workshop DIII teknik perkapalan workshop masih


kurang lengkap untuk memenuhi praktek las saran mungkin peralatan peralatan di
workshop di lengkapi agar memudahkan mahasiswa uuntuk praktek.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Heri. Dkk, Melaksanakan Rutinitas (Dasar) Pengelasan Dengan Proses Las Busur

Manual, Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I, 2009, Jakarta Selatan

Sunaryo, Heri. Dkk, Mengelas Pelat Posisi Dibawah Tangan Flat Dengan Proses Las Busur

Manual, Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I, 2009, Jakarta Selatan

Indonesia Australia Partnership for Skills Development , LAS BUSUR MANUAL-IIIA


(Shielded Metal Arc Welding-IIIA) , R.I, 2001 Batam Institutional Development Project

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai