Anda di halaman 1dari 19

KLOROFIL – a

(Laporan Praktikum Manajemen Kualitas Air)

Oleh

Bagoes Septa Nanda


1714111024
Kelompok 6

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Bagoes Septa Nanda


NPM : 1714111024
Judul Praktikum : Klorofil – a
Tanggal Praktikum : 20 September 2018
Tempat Praktikum : Laboratorium Perikanan dan Kelautan
Program Studi : Budidaya Perairan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung
Kelompok : 6 (enam)

Bandar Lampung, 28 September 2018


Mengetahui,
Asisten

Dina Tri Madya Ningsing


NPM. 1614111049
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses fotosintesis merupakan aktifitas penting yang dimiliki organisme autotrof
untuk meghasilkan makanan, Oksisgen, dan Gllukosa, dimana perannya tidak lepas
dari klorofil. Klorofil dalam proses fotosintesis berfungsi untuk memanfaatkan
sinar matahari, mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, dan penyedia
energi bagi organisme yang ada dalam ekosistem. Pembentukan klorofil
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor pembawaan, cahaya, oksigen,
temperature, air, karbohidrat, garam-garam mineral serta unsur hara. Klorofil tidak
hanya berfungsi untuk fotosintesis tetapi juga tetapi juga mampu mengubah energi
cahaya matahari menjadi energy kimia dalam bentuk ATP yang prosesnya
melibatkan elektron.

Klorofil-a yaitu pigmen yang sangat penting dalam proses fotosintesis karena
mampu mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Klorofil-a menjadi
salah satu indikator yang menentukan produktivitas primer perairan tersebut.
Klorofil-a umumnya banyak ditemui pada fitoplankton dan tumbuhan air. Pigmen
klorofil-a yaitu hijau biru dan klorofil jenis ini bersifat kurang polar. Keberadaan
klorofil-a di perairan disebabkan oleh banyaknya intensitas cahaya yang masuk ke
perairan dan kandungan nutrient seperti nitrat serta phospat. Kandungan pigmen
klorofil pada setiap fitoplankton berbeda-beda. Perbedaan kandungan pigmen ini
menyebabkan jumlah cahaya matahari yang diabsorbsi setiap plankton berbeda-
beda. Suhu memengaruhi produktivitas suatu perairan, semakin tinggi suhu maka
laju fotosintesis akan meningkat juga. Tingginya kandungan klorofil-a di lapisan
permukaan perairan disebabkan oleh tingginya kandungan nutrient yang berasal
dari daratan kemudian masuk ke aliran sungai dan bermuara ke laut. Berdasarkan
penjelasan di atas maka dilakukan praktikum mengenai klorofil-a yang terdapat di
perairan. Sampel air yang diamati terdiri atas sampel air laut dan sampel air tawar.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya pratikum ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian klorofil-a
2. Untuk mengetahui manfaat klorofil-a di perairan
3. Untuk mengetahui kandungan klorofil-a pada sampel air tawar dan air laut
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Klorofil – a


Klorofil-a adalah pigmen yang bersifat aktif dan terdapat pada tumbuh-tumbuhan.
Klorofil-a ini memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis di perairan. Selain
itu, dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan seperti
produktivitas primernya. Kesuburan perairan juga ditandai dengan banyak atau
tidaknya ikan dalam wilayah tertentu yang dilihat berdasarkan rantai makanannya
(Effendi, 2012).

Klorofil-a merupakan zat hijau daun yang bertujuan untuk meningkatkan


produktivitas primer dalam rangkaian rantai makanan di perairan. Produktivitas
primer ini dihasilkan dari proses fotosintesis yaitu proses pengubahan nutrient yang
tersedia di perairan menjadi suatu produk yang siap digunakan oleh biota-biota
perairan. Semakin tinggi klorofil-a di perairan maka populasi fitoplankton akan
meningkat. Konsentrasi klorofil-a dan fitoplankton dalam jumlah yang cukup akan
memberikan manfaat bagi lingkungan perairan (Bakhtiar, 2013).

Klorofil-a adalah pigmen aktif yang terdapat di dalam sel fitoplankton dan berperan
dalam berlangsungnya proses fotosintesis. Proses fotosintesis yaitu mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik. Bahan anorganik yang ada di perairan
yaitu nutrient yang terdiri atas fosfat dan nitrat. Bahan anorganik berasal dari
penguraian yang memacu organism autotrof seperti fitoplankton dan meningkatkan
konsentarsi klorofil-a di perairan (Krismono, 2010 dalam Akbar, 2016).

Klorofil-a adalah pigmen fotosintesa yang sangat penting bagi tumbuhan khususnya
fitoplankton. Fitoplankton menjadi komponen penting dalam ekosistem karena
memiliki kemampuan menyerap energi matahari secara
langsung melalui proses fotosintesis. Proses fotosintesis ini membentuk bahan
organik yang berasal dari bahan anorganik yang disebut dengan produktivitas
primer. Konsentrasi klorofil-a di air menentukan biomassa fitoplankton yang
terdapat di perairan. Oleh karena itu, terdapat keterkaitan antara unsur hara dan
klorofil-a (Zulfia, 2013).

2.2 Faktor Penyebab Kelimpahan Klorofil – a


Keberadaan klorofil-a di perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan
kandungan nutrient di perairan. Konsentrasi klorofil-a akan tinggi apabila intensitas
cahaya dan kandungan nutrient yang tersedia mencukupi dan sebaliknya apabila
intensitas cahaya dan nutrient sedikit maka konsentrasi klorofil-a akan rendah.
Diperairan tropis konsentrasi klorofil-a rendah karena keterbatasan nutrient dan
adanya stratifikasi yang kuat di kolom air akibat pemanasan pada permukaan air
(Simon Tubalawony, 2007 dalam Effendi, 2012).

Kelimpahan konsentrasi klorofil-a di perairan dapat disebabkan oleh kondisi


oseanografis atau faktor hidrologis seperti suhu, salinitas, pH, DO, arus, nitrat, dan
fosfat. Tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di perairan erat kaitannya dengan
pasokan nutrient dari daratan yang terbawa aliran sungai dan bermuara di laut.
Semakin ke tengah laut maka kandungan klorofil-a rendah karena hanya
mendapatkan sedikit nutrient yang berasal dari daratan. Produktivitas primer di
daerah yang dekat dengan muara lebih tinggi daripada produktivitas primer di
tengah laut (Sihombing, 2013).

Kelimpahan klorofil-a diperairan disebabkan karena adanya unsur zat hara dan
kandungan nutrien yang terdapat di dalam perairan. Zat hara dan nutrien ini akan
menyuburkan perairan dan dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk proses
metabolisme di dalam tubuhnya. Selain itu, zat hara mempunyai peranan penting
dalam melestarikan lingkungan serta mendukung produktivitas primer perairan
agar menjadi subur. Aktivitas manusia seperti kegiatan mencuci dan kegiatan
lainnya serta faktor fisika perairan seperti arus yang membawa bahan organic
ataupun anorganik yang akan menyebabkan penumpukan kandungan nutrient dan
klorofil-a di perairan (Akbar, 2016).
2.3 Manfaat Klorofil – a
Kandungan nutrient yang tinggi di perairan menandakan bahwa konsentrasi
klorofil-a tinggi. Tingginya kandungan nutrient ini dimanfaatkan oleh fitoplankton
untuk tumbuh dan berkembang. Kandungan klorofil paling banyak ditemukan pada
lapisan permukaan air yang dekat dengan daratan. Hal ini menyebabkan suburnya
perairan yang kemudian dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk melakukan proses
fotosintesis. Konsentrasi klorofil-a tidak hanya digunakan sebagai proses
fotosintesis tetapi dapat juga berfungsi sebagai salah satu cara untuk memprediksi
keberadaan ikan yellowfin tuna. Kandungan klorofil-a yang optimum sangat disukai
oleh ikan. Fluktuasi klorofil-a terjadi karena adanya pengaruh angin muson
sehingga terdapat perubahan pola dan variasi sirkulasi air. Angin muson juga dapat
menyebabkan upwelling. Suhu dan klorofil-a sangat berpengaruh terhadap hasil
tangkapan yellowfin tuna (Tangke, 2015).

Manfaat klorofil-a yaitu menunjukkan status trofik tingkat kesuburan suatu


perairan. Tingkat kesuburan ini diukur dari kandungan nutrient, tingkat kecerahan,
serta aktivitas biologi organisme di perairan. Peningkatan unsur hara dapat berasal
dari sisa pakan dan sisa hasil metabolisme organisme akuatik. Klorofil-a paling
banyak ditemukan pada fitoplankton (Jeffrey, 1980 dalam Zulfia, 2013).

Klorofil-a diperairan menunjukan kesuburan suatu perairan. Tinggi rendahnya


kandungan klorofil-a berkaitan dengan kandungan nutrient yang berasal dari
daratan. Besarnya produktivitas primer suatu perairan mengindikasikan besarnya
ketersediaan nutrient terlarut. Adanya klorofil-a di perairan akan mengefektifkan
pemanfaatan cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Jika ketersediaan
klorofil-a tinggi maka produktivitas perairannya juga tinggi, begitu pun sebaliknya.
Klorofil-a merupakan pigmen terbesar yang dimiliki oleh fitoplankton (Platt, 1986
dalam Haikal, 2012).

2.1 Dampak Klorofil – a Berlebih di Perairan


Klorofil-a di perairan akan membawa manfaat apabila dalam konsentrasi yang
cukup. Klorofil-a terdapat dalam fitoplankton, apabila jumlah fitoplankton di
perairan tinggi dapat menyebabkan blooming. Ledakan fitoplankton dapat
disebabkan karena adanya peningkatan unsur hara di perairan. Blooming
fitoplankton dapat memberikan dampak negatif bagi perairan dan organism akuatik.
Blooming fitoplankton dapat menyebabkan kematian massal karena organisme
akuatik kekurangan oksigen (Irawan, 2014).

Adanya klorofil-a diperairan mengindikasikan adanya fitoplankton. Harmfull


Algae Bloom (HAB) terjadi karena adanya ledakan fitoplankton yang berpigmen
salah satunya pigmen klorofil-a. Peristiwa ini menyebabkan warna air laut berubah
sesuai dengan pigmen pada fitoplankton. Ledakan fitoplankton ini dapat
menyebabkan tertutupnya permukaan air sehingga terjadi deplesi oksigen yang
dapat mengakibatka kematian massal pada ikan, tidak hanya itu perairan akan
mengalami keracunan akibat dari proses bertambahnya fitoplankton yang banyak
kita sebut sebagai blooming (Mulyani, 2012).

Konsentrasi klorofil-a, total P, dan total N yang tidak terkontrol di perairan dapat
meyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi yaitu proses pengkayaan unsur hara karena
pasokan bahan organik yang berlebih. Bahan organik ini berasal dari aktivitas
manusia maupun secara alami. Eutrofikasi dapat menurunkan kualitas air sehingga
menurunkan fungsi perairan dan mengganggu ekosistem di dalamnya termasuk
kelimpahan plankton (Reddy, 2005 dalam Samudra, 2013).

Tingginya kandungan nutrient di perairan salah satunya klorofil-a dapat


menyebabkan hyper-eutrophic. Hyper-eutrophic adalah suatu perairan yang
memiliki tingkat kesuburan sangat tinggi. Dampak negatif dari suburnya perairan
dapat menyebabkan ledakan fitoplankton dan kematian massal karena kurangnya
kandungan oksigen terlarut dalam perairan. Ledakan fitoplankton juga dapat
menurunkan nilai estetika perairan tersebut sebagai tempat wisata bahari (Makmur,
2012).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini pada tanggal hari Rabu 27
September 2017 pukul 15.00 – 17.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Perikanan dan Kelautan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagai berikut air sampel,
spektrofotometer, tabung reaksi, labu ukur 50 ml, pipet 10 ml, mortar, kertas saring
whattman, corong kecil, satu set section pump, pipet tetes, dan aseton 90%.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Cara kerja saat menyaring dan menggiling
Cara kerja pada tahap penyaringan dan penggilingan yaitu

Air sampel 20 ml

• Diambil mengunakan gelas ukur

Kertas saring, erlenmayer, dan corong

• Disaring air sampel


• Dimasukan kedalam erlenmeyer
Larutan aseton 90 % 10 ml

• Dicampurkan kedalam erlenmeyer sampai


homogen
Kertas saring didalam botol akua
• Dihaluskan kertas saring menggunakan
tumbukan

Aluminium foil
• Dimasukan kedalam aluminium fail
tersebut dan ditutup diikat dengan karet

Kulkas dengan suhu 4°C


• Disimpan selama 24 jam
• Dimasukan kedalam tabung reaksi

Sentrifus kecepatan 400 Rpm

• Disentrifus selama 30 menit

Spektofotometer dengan panjang gelombang 630,


647, 664, dan750 nm

• Diukur menggunakan spektofotometer


• Jika hasil pengukuran lebih dari 0,05
maka dilanjutkan dengan panjang
gelombang 664,647,630
• Dicatat hasilnya
Hasil

3.3.2. Cara Kerja saat di sentrifuge


Cara kerja yang dilakukan pada percobaan kali ini saat menstrifuge adalah :

Sampel dan sentrifuge

• Sampel yang sudah di simpan di


sentrifuge
Sentrifuge dan larutan

• disentrifuge larutan selama 30 menit


dengan kecepatan 4000 rpm
Hasil
3.3.3 Cara kerja saat diukur di spektrofotometer
Cara kerja yang dilakukan pada tahap pengukuran absorbansi ini yaitu:
sentrifuge dan spektrofotometer

• sampel yg telah disentrifuge dimasukan


ke kuvet spektrofotmeter

Absorbansi dengan panjang gelombang 630, 647, 664, dan


750

• Diukur absorbansi sampel

Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Nilai Absorbansi
Volume
Sampel Panjang Nilai Volume
Kel Sampel
Air Gelombang Absorbansi Ekstrak (ml)
(ml)

630 nm 0,005 A

647 nm 0,006 A
1. Air Tambak 200 ml 4.2 ml
664 nm 0,003 A

750 nm 0,008 A

630 nm 0,006 A

Air 647 nm 0,110 A


2. 200 ml 6.2 ml
Pemancingan 664 nm 0,301 A

750 nm -0.006 A

630 nm 0,025 A

Air Danau 647 nm 0,039 A


3. 200 ml 4 ml
Rusun 664 nm 0,111 A

750 nm -0.007 A

4. 630 nm 0,858A 200 ml 4 ml


647 nm 1.604 A
Air Kolam
664 nm 2.953 A
Lab K
750 nm 0.014 A

630 nm 0,058 A

647 nm 0,060 A
5. Air Sumur 200 ml 4 ml
664 nm 0,074 A

750 nm 0,023 A

Air Sungai 630 nm 0,034 A 200 ml 10 ml


Kali Akar
647 nm -0.006 A
6.
664 nm 0,063 A

750 nm 0,011 A

Tabel 2. Hasil Pengukuran Nilai Ca dan Klorofil – a


Sampel Hasil Perhitungan Hasil Perhitungan
Kel
Air Nilai Ca Klorofil – a (mg/l)

1. Air Tambak 0.11 0,018

2. Air Pemancingan 3.455 0,085

3. Air Danau Rusun 1.3249 0.021

4. Air Kolam Lab K 31.401 0.502

5. Air Sumur 0.540 0,1963

6. Air Kali Akar 0.79 0.032

4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas setiap sampel air dilakukan spektrofotometer untuk
mengetahui absorbansi dari kertas saring yang digunakan untuk menyaring air
sampel. Panjang gelombang yang digunakan pada spektrofotometer ini yaitu 630
nm, 647 nm, 664 nm, dan 750 nm. Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan
nilai perhitungan Ca dari hasil yang didapat dari nilai absorbansi 630, 647, 664, dan
750 nm dengan volume sampel sebesar 200ml. Kelompok 1 sampel air tambak
memperoleh nilai absorbansi 0.005, 0.006, 0.003, 0.008. Kelompok 2 sampel air
kolam pemancingan memperoleh nilai absorbansi 0,006, 0,110, 0,301, dan -0,006.
Kelompok 3 sampel air danau rusunawa Unila memperoleh nilai absorbansi 0,025,
0,039, 0,111, dan -0,007. Kelompok 4 sampel air kolam memperoleh nilai
absorbansi 0,858, 1.604, 2.953, dan 0,014. Pada kelompok 5 sampel air sumur
memperoleh nilai absorbansi 0,058, 0,060, 0,074, dan 0,023. Pada kelompok 6
sampel air Kali Akar memperoleh nilai absorbansi 0,034, -0,006, 0,063, dan 0,011.
Selanjutnya hasil perhitungan nilai Ca pada kelompok 1 sampai 6 berturu –turut
yaitu 0,11 , 3.455 , 1.3249 , 31.401, 0.540 dan 0,79. Sedangkan hasil nilai klorofil-
a pada setiap kelompok berturut–turut yaitu 0,018 , 0,085 , 0.021 , 0.502, 1.963 dan
0,032 mg/L.

Berdasarkan hasil yang didapat dapat diketahui bahwa nilai konsentrasi klorofil-a
tertinggi yaitu pada kelompok 4 sampel air kolam Lab K sebesar 0,502 mg/L
sedangkan nilai terendah yaitu pada kelompok 1 sampel air tambak sebesar 0.018
mg/L. Hasil yang didapatkan di atas menunjukkan bahwa kandungan klorofil-a
pada masing-masing sampel air tidak sama. Perbedaan mengapa terjadi blooming
alga, karena kandungan klorofil-a yang terlallu tinggi disebabkan oleh kandungan
nutrient dan intensitas cahaya yang ada di perairan tersebut. Apabila kandungan
nutrient dan intensitas cahaya mataharinya tinggi maka konsentrasi klorofil-a juga
tinggi dan dimanfaatkan fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa keberadaan klorofil-a di perairan dipengaruhi oleh
intensitas cahaya dan kandungan nutrient di perairan. Konsentrasi klorofil-a akan
tinggi apabila intensitas cahaya dan kandungan nutrient yang tersedia mencukupi
dan sebaliknya apabila intensitas cahaya dan nutrient sedikit maka konsentrasi
klorofil-a akan rendah. Diperairan tropis konsentrasi klorofil-a rendah karena
keterbatasan nutrient dan adanya stratifikasi yang kuat di kolom air akibat
pemanasan pada permukaan air (Simon Tubalawony, 2007 dalam Effendi, 2012).

Klorofil-a diperairan mempunyai peranan yang penting. Klorofil-a merupakan


pigmen aktif yang terdapat pada fitoplankton dan dimanfaatkan untuk tumbuh dan
berkembang. Tinggi rendahnya klorofil-a diperairan disebabkan oleh kandungan
nutrient di air yang berasal dari daratan dan terbawa oleh aliran sungai dan
bermuara di laut. Konsentrasi klorofil-a umumnya ditemukan pada lapisan
permukaan perairan yang dekat dengan muara. Adanya klorofil-a dimanfaatkan
oleh fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis. Selain itu, dapat digunakan
untuk memprediksi keberadaan ikan seperti yellowfin tuna sehingga dapat
mengoptimalkan hasil tangkapan. Klorofil-a juga sebagai indikator kesuburan
perairan yang ditunjukkan dengan produktivitas perairan tersebut. Tingkat
kesuburan ini diukur dari kandungan nutrient, tingkat kecerahan, serta aktivitas
biologi organisme di perairan. Peningkatan unsur hara dapat berasal dari sisa pakan
dan sisa hasil metabolisme organisme akuatik (Jeffrey, 1980 dalam Zulfia, 2013).

Blooming alga merupakan kondisi dimana peraiaran mengalami ledakan populasi


dari plankton yang membuat penampakan air menjadi hijau. Blooming alga terjadi
karena proses eutrotifikasi atau penyuburan pada akibat dari sisa pakan dan bahan
organik di dasar perairran sehingga memberikan asupan nutrien bagi plankton
untuk tuumbuh subur dan memperbanyak diri.
Dampak dari blooming alga adalah tentu akan menghalangi penetrasi cahaya,
adanaya persaingan buat rebut saingan O2dan pengaruh akan kaibat dari pH yang
berkurang dan dapat mempengaruhi air masa jenisnya., dan kualitas air di perairan
terebuut..
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan setelah dilakukannya praktikum ini sebagai berikut:
1. Klorofil-a adalah suatu pigmen aktif yang terdapat pada fitoplankton dan
dimanfaatkan untuk proses fotosintesis
2. Adanya klorofil-a diperairan dimanfaatkan untuk proses fotosintesis dan
sebagai indikator kesuburan perairan berdasarkan produktivitas primer
perairan.
3. Kandungan klorofil-a yang didapatkan yaitu air tambak 0.018 mg/L, air
pemancingan 0.085 mg/L, air rusun 0.021 mg/L, air kolam lab K 0.502 mg/L,
air sumur 1.963 mg/L dan kali akar 0.032 mg/L.

5.2 Saran
Setelah dilakukannya praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengetahui
mengenai klorofil-a di perairan. Selain itu, untuk meningkatkan kegiatan praktikum
diharapkan sarana dan prasarana di laboratorium dilengkapi.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. Habibi Syaifullah, Aries Dwi Siswanto, Muhammad Zainuri. 2016. Studi
Pengaruh Konsentrasi Nitrat Terhadap Klorofil-a di Perairan Kalianget
Kabupaten Sumenep. Prosiding Seminar Nasional Kelautan. Madura.
Universitas Trunojoyo.
Bakhtiar, Deddy, Zamdial Ta’alidin. 2013. Kelimpahan Dan Kandungan Klorofil –
a Fitoplankton Di Perairan Pulau Enggano. Jurnal Mitra Bahari Vol. 7 No.
1. Bengkulu. Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Effendi, Rismanto, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan. 2012. Analisis Konsentrasi
Klorofil-a di Perairan Sekitar Kota Makassar Menggunakan Data Satelit
Topex/Poseidon. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika Jilid 8 No. 3.
Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Haikal, Valdi Muhamad, Ankiq Taofiqurohman, Indah Riyantini. 2012. Analisis
Massa Air di Perairan Maluku Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol.
3 No. 1. Semarang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro.
Irawan, Ade, Qadar Hasani, Herman Yuliyanto. 2014. Fenomena Harmful Algal
Blooms (HABs) di Pantai Ringgung Teluk Lampung, Pengaruhnya dengan
Tingkat Kematian Ikan yang Dibudidayakan pada Karamba Jaring Apung.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 15 No. 1. Lampung. Jurusan
Budidaya Perairan Universitas Lampung.
Makmur, Murdahayu, Haryoto Kusnoputranto, Setyo S. Moersidik, Djarot S.
Wisnubroto. 2012. Pengaruh Limbah Organik Dan Rasio N/P Terhadap
Kelimpahan Fitoplankton Di Kawasan Budidaya Kerang Hijau Cilincing.
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah Vol. 15 No. 2. Jakarta. Universitas
Indonesia.
Mulyani, Riani Widiarti, Wisnu Wardhana. 2012. Sebaran Spasial Spesies
Penyebab Harmfull Algae Bloom (HAB) di Lokasi Budidaya Kerang Hijau
(Perna viridis) Kamal Muara, Jakarta Utara, pada Bulan Mei 2011. Jurnal
Akuatika Vol. 3 No.1. Depok. Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Samudra, Sesilia Rani, Tri RetnaningsihSoeprobowati, Munifatul Izzati. 2013.
Komposisi, Kemelimpahan dan Keanekaragaman Fitoplankton Danau
Rawa Pening Kabupaten Semarang. BIOMA Vol. 15 No.1. Semarang.
Program Studi Magister Biologi Universitas Diponegoro.
Sihombing, Rina Febriyati, Riris Aryawati, Hartoni. 2013. Kandungan Klorofil-a
Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal Vol. 5 No. 1. Indralaya.
Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA Universitas Sriwijaya.
Tangke, Umar, John Ch Karuwal, Mukti Zainuddin, Achmar Mallawa. 2015.
Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Pengaruhnya Terhadap
Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna (Thunnus Albacares) di Perairan Laut
Halmahera Bagian Selatan. Jurnal Ipteks Psp Vol. 2 No. 3. Makassar.
Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Zulfia, Naila, Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau dari
Kandungan Unsur Hara (NO3 Dan PO4) serta Klorofil-a. Bawal Vol. 5 No.3. Pusat
Penelitian Pengelolaan Perikanan Dan Konservasi Sumberdaya Ikan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai