Oleh
Klorofil-a yaitu pigmen yang sangat penting dalam proses fotosintesis karena
mampu mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Klorofil-a menjadi
salah satu indikator yang menentukan produktivitas primer perairan tersebut.
Klorofil-a umumnya banyak ditemui pada fitoplankton dan tumbuhan air. Pigmen
klorofil-a yaitu hijau biru dan klorofil jenis ini bersifat kurang polar. Keberadaan
klorofil-a di perairan disebabkan oleh banyaknya intensitas cahaya yang masuk ke
perairan dan kandungan nutrient seperti nitrat serta phospat. Kandungan pigmen
klorofil pada setiap fitoplankton berbeda-beda. Perbedaan kandungan pigmen ini
menyebabkan jumlah cahaya matahari yang diabsorbsi setiap plankton berbeda-
beda. Suhu memengaruhi produktivitas suatu perairan, semakin tinggi suhu maka
laju fotosintesis akan meningkat juga. Tingginya kandungan klorofil-a di lapisan
permukaan perairan disebabkan oleh tingginya kandungan nutrient yang berasal
dari daratan kemudian masuk ke aliran sungai dan bermuara ke laut. Berdasarkan
penjelasan di atas maka dilakukan praktikum mengenai klorofil-a yang terdapat di
perairan. Sampel air yang diamati terdiri atas sampel air laut dan sampel air tawar.
Klorofil-a adalah pigmen aktif yang terdapat di dalam sel fitoplankton dan berperan
dalam berlangsungnya proses fotosintesis. Proses fotosintesis yaitu mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik. Bahan anorganik yang ada di perairan
yaitu nutrient yang terdiri atas fosfat dan nitrat. Bahan anorganik berasal dari
penguraian yang memacu organism autotrof seperti fitoplankton dan meningkatkan
konsentarsi klorofil-a di perairan (Krismono, 2010 dalam Akbar, 2016).
Klorofil-a adalah pigmen fotosintesa yang sangat penting bagi tumbuhan khususnya
fitoplankton. Fitoplankton menjadi komponen penting dalam ekosistem karena
memiliki kemampuan menyerap energi matahari secara
langsung melalui proses fotosintesis. Proses fotosintesis ini membentuk bahan
organik yang berasal dari bahan anorganik yang disebut dengan produktivitas
primer. Konsentrasi klorofil-a di air menentukan biomassa fitoplankton yang
terdapat di perairan. Oleh karena itu, terdapat keterkaitan antara unsur hara dan
klorofil-a (Zulfia, 2013).
Kelimpahan klorofil-a diperairan disebabkan karena adanya unsur zat hara dan
kandungan nutrien yang terdapat di dalam perairan. Zat hara dan nutrien ini akan
menyuburkan perairan dan dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk proses
metabolisme di dalam tubuhnya. Selain itu, zat hara mempunyai peranan penting
dalam melestarikan lingkungan serta mendukung produktivitas primer perairan
agar menjadi subur. Aktivitas manusia seperti kegiatan mencuci dan kegiatan
lainnya serta faktor fisika perairan seperti arus yang membawa bahan organic
ataupun anorganik yang akan menyebabkan penumpukan kandungan nutrient dan
klorofil-a di perairan (Akbar, 2016).
2.3 Manfaat Klorofil – a
Kandungan nutrient yang tinggi di perairan menandakan bahwa konsentrasi
klorofil-a tinggi. Tingginya kandungan nutrient ini dimanfaatkan oleh fitoplankton
untuk tumbuh dan berkembang. Kandungan klorofil paling banyak ditemukan pada
lapisan permukaan air yang dekat dengan daratan. Hal ini menyebabkan suburnya
perairan yang kemudian dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk melakukan proses
fotosintesis. Konsentrasi klorofil-a tidak hanya digunakan sebagai proses
fotosintesis tetapi dapat juga berfungsi sebagai salah satu cara untuk memprediksi
keberadaan ikan yellowfin tuna. Kandungan klorofil-a yang optimum sangat disukai
oleh ikan. Fluktuasi klorofil-a terjadi karena adanya pengaruh angin muson
sehingga terdapat perubahan pola dan variasi sirkulasi air. Angin muson juga dapat
menyebabkan upwelling. Suhu dan klorofil-a sangat berpengaruh terhadap hasil
tangkapan yellowfin tuna (Tangke, 2015).
Konsentrasi klorofil-a, total P, dan total N yang tidak terkontrol di perairan dapat
meyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi yaitu proses pengkayaan unsur hara karena
pasokan bahan organik yang berlebih. Bahan organik ini berasal dari aktivitas
manusia maupun secara alami. Eutrofikasi dapat menurunkan kualitas air sehingga
menurunkan fungsi perairan dan mengganggu ekosistem di dalamnya termasuk
kelimpahan plankton (Reddy, 2005 dalam Samudra, 2013).
Air sampel 20 ml
Aluminium foil
• Dimasukan kedalam aluminium fail
tersebut dan ditutup diikat dengan karet
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Nilai Absorbansi
Volume
Sampel Panjang Nilai Volume
Kel Sampel
Air Gelombang Absorbansi Ekstrak (ml)
(ml)
630 nm 0,005 A
647 nm 0,006 A
1. Air Tambak 200 ml 4.2 ml
664 nm 0,003 A
750 nm 0,008 A
630 nm 0,006 A
750 nm -0.006 A
630 nm 0,025 A
750 nm -0.007 A
630 nm 0,058 A
647 nm 0,060 A
5. Air Sumur 200 ml 4 ml
664 nm 0,074 A
750 nm 0,023 A
750 nm 0,011 A
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas setiap sampel air dilakukan spektrofotometer untuk
mengetahui absorbansi dari kertas saring yang digunakan untuk menyaring air
sampel. Panjang gelombang yang digunakan pada spektrofotometer ini yaitu 630
nm, 647 nm, 664 nm, dan 750 nm. Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan
nilai perhitungan Ca dari hasil yang didapat dari nilai absorbansi 630, 647, 664, dan
750 nm dengan volume sampel sebesar 200ml. Kelompok 1 sampel air tambak
memperoleh nilai absorbansi 0.005, 0.006, 0.003, 0.008. Kelompok 2 sampel air
kolam pemancingan memperoleh nilai absorbansi 0,006, 0,110, 0,301, dan -0,006.
Kelompok 3 sampel air danau rusunawa Unila memperoleh nilai absorbansi 0,025,
0,039, 0,111, dan -0,007. Kelompok 4 sampel air kolam memperoleh nilai
absorbansi 0,858, 1.604, 2.953, dan 0,014. Pada kelompok 5 sampel air sumur
memperoleh nilai absorbansi 0,058, 0,060, 0,074, dan 0,023. Pada kelompok 6
sampel air Kali Akar memperoleh nilai absorbansi 0,034, -0,006, 0,063, dan 0,011.
Selanjutnya hasil perhitungan nilai Ca pada kelompok 1 sampai 6 berturu –turut
yaitu 0,11 , 3.455 , 1.3249 , 31.401, 0.540 dan 0,79. Sedangkan hasil nilai klorofil-
a pada setiap kelompok berturut–turut yaitu 0,018 , 0,085 , 0.021 , 0.502, 1.963 dan
0,032 mg/L.
Berdasarkan hasil yang didapat dapat diketahui bahwa nilai konsentrasi klorofil-a
tertinggi yaitu pada kelompok 4 sampel air kolam Lab K sebesar 0,502 mg/L
sedangkan nilai terendah yaitu pada kelompok 1 sampel air tambak sebesar 0.018
mg/L. Hasil yang didapatkan di atas menunjukkan bahwa kandungan klorofil-a
pada masing-masing sampel air tidak sama. Perbedaan mengapa terjadi blooming
alga, karena kandungan klorofil-a yang terlallu tinggi disebabkan oleh kandungan
nutrient dan intensitas cahaya yang ada di perairan tersebut. Apabila kandungan
nutrient dan intensitas cahaya mataharinya tinggi maka konsentrasi klorofil-a juga
tinggi dan dimanfaatkan fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa keberadaan klorofil-a di perairan dipengaruhi oleh
intensitas cahaya dan kandungan nutrient di perairan. Konsentrasi klorofil-a akan
tinggi apabila intensitas cahaya dan kandungan nutrient yang tersedia mencukupi
dan sebaliknya apabila intensitas cahaya dan nutrient sedikit maka konsentrasi
klorofil-a akan rendah. Diperairan tropis konsentrasi klorofil-a rendah karena
keterbatasan nutrient dan adanya stratifikasi yang kuat di kolom air akibat
pemanasan pada permukaan air (Simon Tubalawony, 2007 dalam Effendi, 2012).
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan setelah dilakukannya praktikum ini sebagai berikut:
1. Klorofil-a adalah suatu pigmen aktif yang terdapat pada fitoplankton dan
dimanfaatkan untuk proses fotosintesis
2. Adanya klorofil-a diperairan dimanfaatkan untuk proses fotosintesis dan
sebagai indikator kesuburan perairan berdasarkan produktivitas primer
perairan.
3. Kandungan klorofil-a yang didapatkan yaitu air tambak 0.018 mg/L, air
pemancingan 0.085 mg/L, air rusun 0.021 mg/L, air kolam lab K 0.502 mg/L,
air sumur 1.963 mg/L dan kali akar 0.032 mg/L.
5.2 Saran
Setelah dilakukannya praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengetahui
mengenai klorofil-a di perairan. Selain itu, untuk meningkatkan kegiatan praktikum
diharapkan sarana dan prasarana di laboratorium dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. Habibi Syaifullah, Aries Dwi Siswanto, Muhammad Zainuri. 2016. Studi
Pengaruh Konsentrasi Nitrat Terhadap Klorofil-a di Perairan Kalianget
Kabupaten Sumenep. Prosiding Seminar Nasional Kelautan. Madura.
Universitas Trunojoyo.
Bakhtiar, Deddy, Zamdial Ta’alidin. 2013. Kelimpahan Dan Kandungan Klorofil –
a Fitoplankton Di Perairan Pulau Enggano. Jurnal Mitra Bahari Vol. 7 No.
1. Bengkulu. Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Effendi, Rismanto, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan. 2012. Analisis Konsentrasi
Klorofil-a di Perairan Sekitar Kota Makassar Menggunakan Data Satelit
Topex/Poseidon. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika Jilid 8 No. 3.
Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Haikal, Valdi Muhamad, Ankiq Taofiqurohman, Indah Riyantini. 2012. Analisis
Massa Air di Perairan Maluku Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol.
3 No. 1. Semarang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro.
Irawan, Ade, Qadar Hasani, Herman Yuliyanto. 2014. Fenomena Harmful Algal
Blooms (HABs) di Pantai Ringgung Teluk Lampung, Pengaruhnya dengan
Tingkat Kematian Ikan yang Dibudidayakan pada Karamba Jaring Apung.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 15 No. 1. Lampung. Jurusan
Budidaya Perairan Universitas Lampung.
Makmur, Murdahayu, Haryoto Kusnoputranto, Setyo S. Moersidik, Djarot S.
Wisnubroto. 2012. Pengaruh Limbah Organik Dan Rasio N/P Terhadap
Kelimpahan Fitoplankton Di Kawasan Budidaya Kerang Hijau Cilincing.
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah Vol. 15 No. 2. Jakarta. Universitas
Indonesia.
Mulyani, Riani Widiarti, Wisnu Wardhana. 2012. Sebaran Spasial Spesies
Penyebab Harmfull Algae Bloom (HAB) di Lokasi Budidaya Kerang Hijau
(Perna viridis) Kamal Muara, Jakarta Utara, pada Bulan Mei 2011. Jurnal
Akuatika Vol. 3 No.1. Depok. Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Samudra, Sesilia Rani, Tri RetnaningsihSoeprobowati, Munifatul Izzati. 2013.
Komposisi, Kemelimpahan dan Keanekaragaman Fitoplankton Danau
Rawa Pening Kabupaten Semarang. BIOMA Vol. 15 No.1. Semarang.
Program Studi Magister Biologi Universitas Diponegoro.
Sihombing, Rina Febriyati, Riris Aryawati, Hartoni. 2013. Kandungan Klorofil-a
Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal Vol. 5 No. 1. Indralaya.
Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA Universitas Sriwijaya.
Tangke, Umar, John Ch Karuwal, Mukti Zainuddin, Achmar Mallawa. 2015.
Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Pengaruhnya Terhadap
Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna (Thunnus Albacares) di Perairan Laut
Halmahera Bagian Selatan. Jurnal Ipteks Psp Vol. 2 No. 3. Makassar.
Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Zulfia, Naila, Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau dari
Kandungan Unsur Hara (NO3 Dan PO4) serta Klorofil-a. Bawal Vol. 5 No.3. Pusat
Penelitian Pengelolaan Perikanan Dan Konservasi Sumberdaya Ikan.
LAMPIRAN