Topik : Vertigo
Tanggal Presentasi :
1. Diagnosis
Vertigo
1
2. Riwayat Pengobatan
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
4. Riwayat Keluarga
5. Riwayat Pekerjaan
6. Lain-lain :
a. Pemeeriksaan Fisik
N : 87 kali / menit
RR : 20 kali / menit
o
T : 37, 0 C
2
SpO2 : 99 %
Pemeriksaan Thorax
Pulmo
Cor
sinistra
3
Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Perkusi : Timpani
HASIL PEMBELAJARAN
1. Diagnosis Kerja
Vertigo Perifer
4
2. Subyektif
3) Pemeriksaan Laboratorium :
Tidak dilakukan
5
4. Assessment
Definisi
Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus
varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral
serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis. Beberapa hari kemudian timbul bintik kecil kemerahan pada kulit.
Bintik-bintik ini lalu berubah menjadi gelembung-gelembung transparan
berisi cairan, persis seperti pada cacar air namun hanya bergerombol di
sepanjang kulit yang dilalui oleh saraf yang terkena. Bintik-bintik baru dapat
terus bermunculan dan membesar sampai seminggu kemudian. Jaringan lunak
di bawah dan di sekitar lepuhan dapat membengkak untuk sementara karena
peradangan yang disebabkan oleh virus. Gelembung kulit ini mungkin terasa
agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa sengaja. Jika dibiarkan, gelembung
akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi).
Bercak ini lama-kelamaan akan pudar tanpa meninggalkan bekas. Namun, jika
gelembung tersebut pecah oleh garukan, keropeng akan terbentuk lebih dalam
sehingga mengering lebih lama. Kondisi ini juga memudahkan infeksi bakteri.
Setelah mengering, keropeng akan meninggalkan bekas yang dalam dan dapat
membuat parut permanen. Virus varisela-zoster umumnya hanya
mempengaruhi satu saraf saja, pada satu sisi tubuh. Sesekali, dua atau tiga
syaraf bersebelahan dapat terpengaruh. Saraf di kulit dada atau perut dan
wajah bagian atas (termasuk mata) adalah yang paling sering terkena. Herpes
zoster di wajah seringkali menimbulkan sakit kepala yang parah. Otot-otot
wajah juga untuk sementara tidak dapat digerakkan.
Etiologi
6
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid
tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan
diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya
virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Penularannya secara aerogen.
Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar
dorsalis saraf, nervus kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan
gejala. Pada individu yang immunocompromise, beberapa tahun kemudian
virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan
infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu
ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.
Manifestasi klinis
o Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala
prodomal local (nyeri otot tulang, gatal, pegal).
o Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
yang berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian
menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta.
o Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
hamper selalu unilateral.
Patofisiologi
7
Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi dikulit dan
permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara
sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam ganglion
ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak
mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya
infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi
virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini
menyebabkan nekrosis pada saraf serta menjadi inflamasi yang berat dan
biasanya disertai neuralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik, sehingga terjadi
neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan
gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster.
Penatalaksanaan
Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotic. Indikasi antiviral
ialah pasien dengan defisiensi imunitas atau pasien dengan terapi
kortikosteroid. Obat yang biasa digunakan adalah Asiklovir dan derivatnya
seperti valasiklovir dan Famsiklovir. Sebaiknya diberikan dalam 3 hari
pertama sejak lesi muncul.
8
Jika lesi baru masih tetap timbul, obat tersebut masih dapat diberikan dan
dihentikan 2 hari setelah lesi tidak timbul lagi.
5. Preventif
Terapi RS Bhayangkara :
Farmakologi
1. Mertigo 3 x 12 mg
2. Flunarizin 2 x 5 mg
3. Lansoprazol 1 x 30 mg
Edukasi
Pemeriksaan Penunjang :
Komplikasi :
9
1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan
spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat.
Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.
2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul
satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang
dan menghilang spontan setelah 1–6 bulan
3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma
sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola
mata.
5. Herpes zoster diseminata / generalisata
6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigoensefalitis, paralysis
saraf motorik dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi.
Pendidikan :
Konsultasi :
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi, Prof.dr; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketiga; Balai
Penerbit FKUI; Jakarta 2009
10
2. Suherman, Suharti K; Farmakologi dan Terapi edisi ke empat; Gaya Baru; Jakarta
1997
3. R.S. Siregar, Prof dr Sp.KK; Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi kedua;
Penerbit Buku kedokteran EGC 2005, hal 80-89
5. Ilmu kesehatan anak Nelson. Ed 15th. Jilid II. Jakarta: EGC; 2000.1382-95.
7. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K. Dermatology in general medicine. 4th edition.
New York: McGraw – Hill Medical Publisher; 2003.p.2182-3.
11