Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM TIFOID

I. Pengkajian
1. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin, umur,
alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat
badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien typhoid biasanya mengeluh adanya demam.
3. Riwayat penyakit sekarang
Umumnya yang dirasakan pada klien dengan typhoid adalah demam, perut terasa
mual, adanya anorexia, diare atau konstipasi,dan bahkan menurunnya kesadaran.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien sebelumnya pernah mengalami typhoid atau penyakit
menular yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan apakah keluarga pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit yang
lainnya.
6. Pola-Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Adanya nausea dan vomitus serta anorexia akan mempengaruhi status gizi.
Pengukuran TB dan BB jika memungkinkan akan memperlihatkan adanya
penurunan atau peningkatan status gizi klien.
c. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu akibat adanya malaise serta keterbatasan
latihan yang mewajibkan klien untuk bed rest.
d. Pola istirahat dan tidur
Frekuensi dan kebiasaan tidur klien akan terganggu karena adanya proses
peningkatan suhu tubuh.
e. Pola eliminasi
Klien dengan typhoid mengalami masalah pada pola eliminasi karena
kurangnya intake asupan nutrisi dan kondisi yang mewajibkan untuk
bedrest, maka klien akan beresiko besar untuk terkena konstipasi.
f. Pola hubungan
Akibat dari proses infeksi tersebut secara langsung akan
mempengaruhi hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Akan terjadi perubahan jika klien tidak memahami cara yang efektif
untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri.
h. Pola mekanisme koping
Masalah timbul jika klien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
i. Pola nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah
yang baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan
akan mengganggu kebiasaan ibadahnya.
7. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
Biasanya tidak ada masalah, tetapi pada kasus berat bisa didapatkan
komplikasi yaitu adanya pneumonia.
b. B2 (Blood)
TD menurun, diaforesis terjadi pada minggu pertama, kulit pucat,
akral dingin, penurunan curah jantung dengan adanya bradikardi,
kadang terjadi anemia, leukopeni pada minggu awal, nyeri dada, dan
kelemahan fisik.
c. B3 (Brain)
Pada klien dengan typhoid biasanya terjadi delirium dan diikuti
penurunan kesadaran dari composmentis keapatis,somnolen hingga
koma pada pemeriksaan GCS.
d. B4 (Bladder)
Pada kondisi berat akan terjadi penurunan output respon dari curah
jantung.
e. B5 (Bowel)
1) Inspeksi: lidah kotor, terdapat selaput putih, lidah hiperemis,
stomatitis, muntah,kembung, adanya distensi abdomen dan nyeri
abdomen, diare atau konstipasi.
2) Auskultasi: penurunan bising usus kurang dari 5x/menit pada minggu
pertama dan selanjutnya meningkat akibat adanya diare.
3) Perkusi: didapatkan suara tympani abdomen akibat adanya kembung.
4) Palpasi: adanya hepatomegali, splenomegali, mengidentifikasi adanya
infeksi pada minggu kedua. Adanya nyeri tekan pada abdomen.
f. B6 (Bone) : adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise.
Kelemahan umum. Integumen : timbulnya roseola (emboli dari
kuman dimana didalamnya mengandung kuman Salmonella
Ttyphosa , yang timbul diperut, dada, dan bagian bokong), turgor
kulit menurun, kulit kering.

II. Diagnosa Keperawatan


1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa.
2) Resiko/aktual: Defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan
output yang tidak seimbang
3) Resiko/aktual: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan
anoreksia.
4) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi pada usus
halus.
5) Gangguan pola eliminasi: diare berhubungan dengan proses peradangan pada
usus halus.
6) Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan proses peradangan
pada usus halus.
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
III. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
. keperwatan hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor TTV klien Untuk mengetahui
b/d proses tindakan keperawatan sesering mungkin. tanda-tanda
infeksi selama 2x24 jam makan kenaikan suhu
salmonella diharapkan suhu tubuh yang mungkin
typhosa normal, dengan kriteria terjadi infeksi
hasil: 2. Anjurkan klien Supaya klien
1. Suhu normal berpakaian tipis dari merasa nyaman,
2. Nadi dan RR normal bahan yang menyerap karena bahan
3. Tidak ada pusing keringat pakaian yang tipis
akan mengurangi
evaporasi tubuh.
3. Monitor intake da Untuk mengamati
output klien perbaikan dan
perburukan dari
klien
4. Anjurkan klien Sebagai rehidrasi
untuk meningkatkan dari cairan yang
intake cairan 2-3 hilang dari
liter/hari. penguapan tubuh,
mual, muntah dan
diare.
5. Memberikan Agar lebih mudah
kompres dengan air untuk
biasa (suhu normal). memindahkan
panas dari klien ke
handuk kompres
6. Kolaborasi dengan Antibiotik untuk
dokter untuk mengurangi proses
pemberian terapi infeksi dan
antibiotik dan antipiretik untuk
antipiretik menurunkan panas
tubuh.

2. Resiko/aktual Setelah dilakukan 1. Monitor status mengetahui


defisit tindakan keperawatan nutrisi klien adanya tanda-
volume selama 2x24 jam makan tanda perbaikan
cairan diharapkan intake dan dan perburukan
berhubungan output seimbang, dari klien.
dengan intake dengan 13riteria hasil: 2. Anjurkan klien Untuk mengganti
dan output 1. Defisit cairan dapat untuk banyak minum cairan yang hilang
yang tidak teratasi akibat diare.
seimbang. 2. Tidak ada 3. Monitor intake dan Sebagai dasar
tandatanda dehidrasi. output klien tindakan
3. Turgor baik. banyaknya
4. Membrane mukosa rehidrasi yang
baik. dibutuhkan klien.
4. Kolaborasi dengan membantu
pemberian cairan mengganti cairan
melalui IV intravaskuler yang
berkurang
5. Kolaborasi dengan Sebagai terapi
dokter apabila terjadi lanjutan apabila
tanda-tanda shock. terjadi tandatanda
shock.

3. Resiko/aktual Setelah dilakukan 1. Monitor status Sebagai dasar


nutrisi kurang tindakan keperawatan nutrisi klien awal tindakan
dari selama 2x24 jam makan keperawatan.
kebutuhan diharapkan nutrisi klien
tubuh b/d dapat terpenuhi, BB 2. Jelaskan pada klien meningkatkan
intake yang tetap atau bertambah, tentang pentingnya pengetahuan klien
tidak adekuat tidak ada anorexia dan makanan untuk tentang manfaat
akibat mual, mual muntah, dengan membantu proses nutrisi sehingga
muntah. kriteria hasil: penyembuhan memotivasi klien
1. Tidak ada tandatanda
mal nutrisi.
2. Adanya peningkatan 3. Tawarkan klien agar mau makan
BB sesuai dengan snack yang disukai. Untuk menambah
tujuan nafsu makan klien.
3. Mual dan muntah 4. Jaga kebersihan Dapat memberi
berkurang, tidak ada oral pasien rasa nyaman pada
anoreksia mulut sehingga
dapat menambah
nafsu makan
5. Berikan makanan Menghindari rasa
dalam porsi kecil tapi mual dan
sering. keinginan untuk
muntah
6. Berikan asupan Supaya
nutrisi sesuai dengan memudahkan
diet (diet lembek, klien untuk
rendah serat, dan menelan makanan
bumbu yang tidak dan tidak
merangsang). menyebabkan
mual.
4. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji intensitas nyeri untuk mengetahui
rasa nyaman : tindakan keperawatan (faktor presipitasi, intensitas nyeri
nyeri b/d selama 2x24 jam makan kualitas, lokasi, klien
inflamasi diharapkan rasa nyaman skala,durasi).
pada usus klien terpenuhi. dengan 2. Kaji respon klien mengetahui
halus kriteria hasil: terhadap nyeri yang sejauhmana nyeri
1. Nyeri berkurang atau dialami. mempengaruhi
hilang, ekspresi wajah aktivitas klien.
rileks 3. Ajarkan klien untuk untuk membantu
2. tanda-tanda vital relaksasi dan distraksi mengurangi nyeri
normal secara non
3. skala nyeri 1-0. farmakologi
4. untuk membantu untuk menambah
mengurangi nyeri kenyamanan klien.
secara non
farmakologi
5. Kolaborasi dengan untuk mengurangi
pemberian analgesik. rasa nyeri secara
farmakologis

5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor Sebagai awal


pola tindakan keperawatan penyebab diare tindakan
eliminasi: selama 2x24 jam makan pengobatan
diare b/d diharapkan pola 2. Monitor BAB Mengetahui pola
proses eliminasi klien kembali (warna, jumlah, BAB klien
peradangan normal. dengan kriteria frekuensi, dan
pada usus hasil: konsistensi dari feces).
halus. 1. BAB normal, Feses 3. Monitor TTV dan Mengetahui
(konsistensi dan KU klien. adanya tanda dan
frekuensi) normal. gejala shock pada
2. mencegah daerah klien.
rectal agar tidak iritasi. 4. Anjurkan klien Untuk merehidrasi
3. turgor kulit normal untuk minum 2-3 liter cairan yang keluar
setiap hari. akibat diare
5. Kolaborasi Mengganti cairan
pemberian cairan IV pada intravakuler
dan intrerstitial
6. Kolaborasi dengan Anti diare
Dokter untuk terapy membantu
anti diare mengurangi diar

6. Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi Menentukan dasar


pola tindakan keperawatan penyebab timbulnya awal tindakan
eliminasi: selama 2x24 jam makan konstipasi keperawatan.
konstipasi b/d diharapkan pola 2. Ganti posisi klien Ganti posisi klien
proses eliminasi klien kembali tiap 2 jam sekali. tiap 2 jam sekali
peradangan normal. dengan kriteria
pada usus hasil: 3. Pertahankan intake memenuhi cairan

halus 1. BAB normal. cairan 2-3 liter setiap dan memperbaiki

2. rasa tidak nyaman hari konsistensi feces.

berkurang 3. tidak ada 4. Kolaborasi dengan Tinggi serat

massa ahli gizi dengan memudahkan


pemberian diet tinggi pengeluaran feces
serat dan rendah
lemak
5. Kolaborasi dengan membantu
dokter dalam mengeluarkan
pemberian laksatif feces.

7. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji respon pasien untuk mengetahui


aktivitas b/d tindakan keperawatan terhadap aktivitas perubahan-
kelemahan selama 2x24 jam makan perubahan
fisik diharapkan klien dapat aktivitas yang
mandiri dan aktivitas dialami oleh klien
klien kembali normal. 2. Anjurkan klien Untuk
dengan kriteria hasil: 1. untuk tetap istirahat mempercepat
aktivitas klien tetap proses
normal. 2. kelemahan penyembuhan
fisik berkurang 3. Batasi pengunjung agar klien tidak
yang datang terganggu dalam
beristirahat
4. Bantu klien untuk memberikan rasa
beraktivitas seharihari nyaman, karena
sesuai dengan kebutuhan klien
kebutuhan klien dapat terpenuhi
dengan dibantu
oleh perawat
ataupun keluarga
5. Ajarkan aktivitas Agar tidak
yang dapat dilakukan mengganggu
klien secara bertahap bedrest pada
proses
penyembuhan
klien

Anda mungkin juga menyukai