Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN MENGENAI STATUS GIZI BALITA SELAMA RAWAT INAP DI RS

KALIWATES

PROPOSAL SKRIPSI

oleh
Iif Adwiyatu ‘Iffa
NIM 152310101061

2018
BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada balita haruslah seimbang diantara komponen zat
gizinya, mengingat banyak sekali yang kita tewmukan berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau
dan tidak mampu untuk makan, padahal makanan yang tidak disukai itu mengtandung zat
gizi yang seimbang sehingga harapan dalam pemenuhan gizi yang selaras, serasi dan
seimbang tidak terlaksana. Pada masa tertentu ia menolak makanan yang satu dan terus
menerus memilih makanan yang lain (Azis Alimul H, 2005).
Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan yang sehat selama masa balita akan
menjadi dasar bagi kesehatan yang bagus di masa yang akan datang. Pengaturan makanan
yang seimbang menjadi terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energi pertumbuhan ana,
melindungi anak dari penyakit dan infeksi serta membantu perkembangan mental dan
kemampuan belajarnya (June Thompson, 2003).
Data Departemen Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan penurunan dari tahun 2007
dengan prevalensi gizi buruk 5,4% menjadi 4,9% pada tahun 2010, sementara prevalensi
gizi kurang tidak mengalami perubaan masih 13% (Depkes 2010).
Berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi jatim pada 2015, angka
balita gizi buruk di Jatim mencapai 1,8% dari jumlah balita sekitar 3,747 juta atau 10%
dari total penduduk sekitar 37,47 juta jiwa, jumlah balita gizi buruk di Jatim mencapai
6.745 balita. (http://surabaya.tribunnews.com/2016/04/04/jawa-timur-tempati-posisi-
kedua-di-indonesia-untuk-kasus-balita-gizi-buruk)
Sebanyak 342 anak di bawah lima tahun di Kabupaten Jember masuk dalam kategori
kritis atau gizi buruk yang tercatat dalam kartu menuju sehat (KMS). Kepala Dinas
Kesehatan Jember mempaparkan dari total 8.000 balita yang kekurangan gizi sebanyak
1.750 balita masuk kategori berat badannya di bawah garis merah (BGM) dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS) dan 342 balita di antaranya masuk kategori gizi buruk.
(https://seruji.co.id/daerah/jatim/342-balita-di-jember-alami-gizi-buruk/)
BAB. 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1 Konsep Gizi
2.1.1 Definisi
Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara
normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan metabolisme dan pengeluaran. Zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dan organ-organ, serta
menghasilkan energi. Energi yang digunakan sebagai bahan untuk melakukan
kegiatan. Energi memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologi akibat
dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2002).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat
dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan mengingatkan
kesehatan (Supariasa, 2002).
Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh jenuh
oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan
tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila
konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka
akan terjadi kesalahan gizi yang mencangkup kelebihan dan kekurangan zat gizi
(Supariasa, 2002).

2.1.2 Macam-macam Zat Gizi pada Anak


Menurut Djoko Pekik Irianto (2006: 165) Masa kanak-kanak merupakan fase
pertumbuhan, dan untuk menunjang kondisi tersebut perlu 23 diperhatikan asupan
makanan untuk menunjang kondisi tersebut dengan memperhatikan berbagai hal antara
lain:
1) cukup kalori.
2) cukup lauk nabati (tahu,tempe) maupun hewani (daging, ikan, dan telur)
3) Tersedia sayuran hijau.
4) Sayuran dimasak dengan minyak (tumis) yang akan mempermudah penyerapan
vitamin A, D, E, dan K.
5) Komposisi sumber makanan protein adalah hewani dibanding nabati adalah 1:1,
sedangkan protein hewani sebaiknya 5 gram/hari berasal dari hewan dan 10 gram/hari
berupa ikan.
6) Apabila anak sulit mengkonsumsi susu, dapat diganti produk olahan susu seperti
keju, es krim dll.
Menurut Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti (2004: 124) dalam menyusun menu
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kombinasi rasa yaitu asin, manis, asam, pahit, pedas jika disukai.
b) Kombinasi warna hidangan yaitu warna merah,hijau, cokelat, kuning dan
sebagainya.
c) Variasi bentuk potongan yaitu persegi, panjang, tipis, bulat, dan sebagainya
d) Variasi kering atau berkuah karena ada jenis hidangan berkuah banyak seperti sup,
sayur asam maupun yang sedikit kuah seperti tumis sayur, sambal goring serta yang
kering seperti ikan goreng, kering tempe.
e) Variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik
pengolahan digoreng, direbus, disetup, dan lainnya sehingga memberikan penampilan,
tekstur, dan rasa berbeda pada hidangan tersebut. Sebaiknya dihindari adanya
pengulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam satu menu.
Anak Sekolah Dasar kelas atas sewajarnya pada usia 10 – 12 tahun pada usia
ini, bila kesehatan tidak terganggu maka pertumbuhan badan 24 sangat cepat. Agar
kesehatan anak tetap terjaga maka anak diharuskan mengkonsumsi makanan yang
lengkap berupa “Empat Sehat Lima Sempurna”. Dalam makanan ini terkandung zat-
zat gizi yang dibutuhkan oleh anak untuk pertumbuhan yaitu berupa; karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat makanan. Menurut Djoko Pekik Irianto
(2006: 6-24) ada 6 jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
a. Karbohidrat adalah satu atau beberapa senyawa kimia termasuk gula, pati,
dan serat yang mengandung atom C, H dan O dengan rumus kimia Cn(H2O)n.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, kalau yang didapat
belum 80% berasal dari karbohidrat.
b. Lemak adalah garam yang terjadi dari pernyatuan asam lemak dengan
alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserin.
c. Protein adalah senyawa kimia yang mengandung asam amino, tersusun atau
atom-atom C, H, O dan N. Protein berasal dari kata proteos yang berarti menduduki
tempat pertama.
d. Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah
sedikit untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik seperti: pertumbuhan
normal, memelihara kesehatan dan reproduksi. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh
tubuh, sehingga harus diperoleh dari mengkonsumsi bahan makanan. 25 e. Mineral
adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk membantu
reaksi fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara keteraturan metabolisme.
f. Air merupakan komponen terbesar dari struktur tubuh manusia kurang lebih
60-70% berat badan orang dewasa berupa air, sehingga air sangat diperlukan oleh
tubuh terutama bagi yang melakukan olahraga atau aktivitas berat. Serat makanan
termasuk karbohidrat komplek yang tak dapat dicerna, berperan untuk memelihara
fungsi normal saluran cerna.
Dari keenam unsur gizi, tubuh akan memperoleh sumber energi untuk
bermain, belajar, bekerja, serta sumber pembangunan untuk pertumbuhan yang
normal, juga zat pengatur demi kelancaran prosesproses didalam tubuh dan kesehatan
yang baik.

2.1.3 Klasifikasi
Dalam menentukan status gizi anak harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Pengukuran baku antropomentri yang sekarang digunakan di indonesia adalah
WHO-NCHS. Menurut harvard dalam Supariasa 2002. Status gizi dapat dibedakan
menjadi empat yaitu:
a. Gizi lebih (Over Weight)
Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat dalam jumlah berlebihan
sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2005).
Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena ketidakmampuan antara energi
yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau
keduannya. Kelebihan berat badan anak tidak boleh diturunkan, karena
penyusutan berat badan akan sekaligus menghilangkat zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan (Arisman, 2007).
b. Gizi baik (Well nourished)
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-
zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2005).
c. Gizi kurang (Under weight)
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat
esensial (Almatsier, 2005).
d. Gizi buruk (severe PCM)
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,
atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata.
Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia,
kasus KEP (Kurng Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang
banyak dijumpai pada balita (Lusa, 2009).

2.1.4 Efek Kesalahan Gizi bagi Anak


Dampak dari kesalahan kelebihan dan kekurangan zat gizi untuk anak akan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak, sehinga harus diperhatikan asupan gizi
yang seimbang setiap harinya.
a. Dampak gizi kurang (Sunita Almatsier 2009), dampak dari gizi kurang adalah:
1) Berpengaruh terhadap pertumbuhan, anak-anak yang tidak tumbuh menurut
potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar sehingga otot-otot
menjadi lembek dan rambut mudah rontok
2) Pengaruh terhadap produksi tenaga, menyebabkan kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas
3) Pengaruh terhadap daya tahan, penderita mudah terserang infeksi seperti
pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini membawa kematian.
4) Pengaruh terhadap pertumbuhan jasmani dan mental, kekurangan gizi ini
dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

b. Dampak Gizi lebih.

Tim Penyusun Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah
(Ibtidaiyah 2005), Gizi lebih adalah suatu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah
asupan energy yang melebihi ketentuan. Tanda-tanda yang mudah dikenali pada anak
yang menderita gizi lebih adalah:

1) Gemuk yang mudah dinilai dari berat badan dan tinggi badan.

2) Lamban dan cepat lelah.

Efek yang sering terlihat adalah obesitas tipe hiperplasi, yakni obesitas karena
jumlah sel melebihi batas normal. Obesitas tipe ini akan sulit diturunkan berat
badannya. Kondisi ini bisa memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti
diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolestrol, dan penyakit jantung. Maka perlu gizi
yang seimbang agar tidak kekurangan gizi dan kelebihan gizi, untuk pemenuhan gizi
seimbang dengan mengkonsumsi makanan secara variatif tentunya berpedoman pada
empat sehat lima sempurna.

2.1.5 faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi


Belum ada kepastian penentuan kriteria untuk malnutrisi rawat inap,
malnutrisi pada anak yang menjalani rawat inap, perlu mendapatkan perhatian yang serius
dan dipertimbangkan untuk merawat setiap anak secara disiplin dengan memantapkan
kerja sama dalam tim asuhan gizi di rumah sakit. anak yang menjalani rawat i8nap yang
menjalani rawat inap mengalami stress yang luar biasa. Di satu sisi akibat penyakitnya
menyebabkan nafsu makan menurun, sehingga asupan nutrisi berkurang, di sisi lain
kebutuhan akan nutrisi meningkat untuk melawan berbagai kuman penyebab dalam tubuh
lingkungan rumah sakit yang asing dan berbagai prosedur tindakan medis yang harus
dijalani akan menambah beban penderitaan bagi anak. Dampakinya akan menyebabkan
malnutrisi, sehingga memperberat penyakitnya dan memperlambat masa penyembuhan.
Ada lima faktor risiko terkait dengan insidens MRI diantaranya:
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Diagnosis penyakit
d. Tipe malnutrisi saat masuk rumah sakit
e. Lama rawat
Kerangka Teori
BAB 3. KERANGKA KONSEP

Anda mungkin juga menyukai