LANDASAN TEORI
4
5
Keterangan:
r = jumlah tanda positif
n = jumlah tanda negatif
Uji tanda digunakan untuk menguji hipotesis mengenai median populasi.
Dalam banyak kasus prosedur non parametrik, rataan digantikan oleh median sebagai
parameter lokasi yang relevan untuk diuji.
Uji tanda juga mempunyai asumsi dimana asumsinya adalah distribusinya
bersifat binomial. Binomial artinya mempunyai dua nilai. Nilai ini dilambangkan
dengan tanda, yaitu positif dan negatif. Ini mengapa ia disebut uji tanda.
Uji tanda banyak digunakan karena uji ini paling mudah untuk dilakukan
pengujiannya dan tidak memakan waktu yang lama. Pengerjaan pengujian ini
terbilang cukup mudah. Apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai lebih besar
dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (+). Sedangkan, apabila setiap nilai
pengamatan memiliki nilai kurang dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (-).
Dan, apabila nilai pengamatannya sama dengan nilai rataannya maka nilai
pengamatan tersebut harus dibuang.
Pengujian uji tanda yang pertama dilakukan adalah menentukan hipotesis
nolnya beserta dengan hipotesis tandingannya. Tentukan pula taraf nyatanya beserta
nilai proporsi peubah binomial X-nya. Kemudian melakukan penghitungan Z hitung
(apabila jumlah sampel lebih dari 30) dengan nilai n merupakan jumlah data
pengamatan setelah dibandingkan dengan nilai rataannya dan nilai x adalah jumlah
data pengamatan dengan tanda (+). Dengan begitu nilai Z akan didapat dan nilai P
(proporsi)nya dapat ditentukan. Keputusan H0 akan ditolak apabila nilai P yang
didapat lebih kecil atau sama dengan nilai taraf nyatanya.
diperoleh dari selisih antara pasangan pengamatan dan kasus contoh berpasangan,
tetapi
Setelah uji yang memanfaatkan baik arah maupun besar diajukan pada tahun
1945 oleh Frank Wilcoxon dan sekarang uji ini dikenal sebagai uji perangkat
bertanda wilcoxon atau dalam kasus pengamatan berpasangan disebut juga uji
wilcoxon bagi pengamatan berpasangan. (Sprent,1999 : 79).
Untuk menguji hipotesa bahwa N=N0 bagi suatu populasi yang kontinu
dengan uji peringkat bertanda wilcoxon. Pertama-tama kita harus membuang selisih
yang sama dengan N0 dan kemudian memberi peringkat pada diyang tidak sama
dengan nol tanpa memperhatikan tandanya peringkat 1 diberikan pada di dengan nilai
absolute terkecil. Peringkat dua pada terkecil berikutnya dan demikian seterusnya
dan apabila ada nilai yang sama, maka kita beri peringkat rata-rata untuk tiap nilai
yang sama tersebut [3].
Untuk menguji hipotesa atau kelompok sampel yang diberi dua perlakuan
yang berbeda dengan uji rangking bertanda wilcoxon maka pertama-tama kita cari
nilai di, dimana di adalah skor selisih sembarang pasangan dibawah dua perlakuan
yang berlainan, setiap pasangan memiliki satu di , hilangnya di kemudian berikan
hargarangking 1 untuk harga di terkecil dan seterusnya. Jika data n > 30 , kita dapat
menggunakan fakta bahwa distribusi w mendekati normal dengan rata-rata dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut :
n(n 1)
n
4 ..................................................................................... Pers (2.2)
Untuk mencari standar deviasi dapat digunakan cara dibawah ini :
n(n 1)(2n 2)
2 ............................................................ Pers (2.3)
24
Maka pengujian tersebut dapat didasarkan pada statistik dengan
menggunakan cara :
W w ............................................................................. Pers (2.4)
Z
w
Dan dengan daerah kritis yang sesuai dapat diperoleh dari distribusi
normal standar.
Untuk menggunakan metode non parametrik, asumsi dasar yang digunakan
adalah bahwa sample berasal dari populasi yang mengikuti suatu distribusi tertentu,
misalnya distribusi normal. Namun dalam banyak hal, asumsi tersebut sulit
dilakukan karena tidak ada informasi yang cukup memberi petunjuk mengenai
bentuk distribusi populasi yang dikaji.
Dalam kondisi seperti ini metode-metode non parametrik dapat digunakan
untuk melakukan suatu uji statistik sebagai alat untuk mengambil keputusan. Karena
bentuk distribusi yang mengatur populasi untuk menjadi prasyarat asumsi awal,
maka metode ini sering juga disebut sebagai metode bebas-distribusi. Secara umum,
ketika kedua metode parametrik dan non parametrik dapat digunakan untuk suatu
masalah tertentu, prosedur parametrik akan lebih efisien.
Dengan karakteristik yang dijelaskan diatas, metode non parametrik
kebanyakan digunakan dalam menangani data kualitatif. Metode ini khususnya
digunakan dalam menangani situasi berikut :
10
1. Jika ukuran sample terlalu kecil sehingga distribusi sampling dari statistik
tidak mendekati distribusi normal dan ketika bentuk distribusi populasi asal
sampel tersebut tidak dapat diasumsikan.
2. Jika digunakan jenisdata ordinal (atau data peringkat).
3. Jikadigunakanjenisdata nominal.