OLEH:
Cynthia Kristi Harlimton
C111 14 100
Pembimbing
dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program
studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Saya
menyadari bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
2. dr. Muh. Iqbal Basri, M.Kes., Sp.S dan dr. Asty Amalia selaku dosen
penguji atas waktu dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;
3. Pihak Puskesmas Kassi-Kassi yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan moral dan
material; dan
5. Sahabat dan teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Makassar, Desember 2017
Penulis
iii
iv
v
vi
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
vii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2017
Cynthia Kristi Harlimton
dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kesadaran Ibu mengenai Pentingnya
Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak di Puskesmas Kassi-Kassi
ABSTRAK
viii
THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
December 2017
Cynthia Kristi Harlimton
dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes., Sp.A
Description of Mothers’ Knowledge and Awareness Level of Complete Basic
Immunization Importance in Puskesmas Kassi-Kassi
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
2.2.1. Pengertian ……………………………………………………….23
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ……………... 24
2.2.3. Proses Mengadopsi Pengertian ………………………………….25
2.2.4. Tingkatan Pengetahuan ………………………………............... 25
2.3 Sikap.......................................................................................................... 27
2.3.1. Definisi Sikap ……………………………………………………27
2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap ……………….27
2.3.3. Tingkatan Sikap ………………………………………………….27
2.3.4. Struktur dan Pembentukan Sikap ………………………………..28
2.3.5. Komponen Sikap ………………………………………………...29
2.3.6. Pembagian Sikap ………………………………………………...30
2.4 Kerangka Teori.......................................................................................... 31
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 32
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 33
4.2 Tempat danWaktu ..................................................................................... 33
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 33
4.4 Perkiraan Besar Sampel ............................................................................ 33
4.5 Cara Pengambilan Sampel ........................................................................ 35
4.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..................................................................... 35
4.7 Etika Penelitian ......................................................................................... 35
4.8 Manajemen dan Analisis Data ................................................................. 36
4.9 Definisi Operasional.................................................................................. 38
BAB 5. HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Karakteristik Sampel................................................................. 39
5.1.1 Karakteristik Sampel menurut Umur Ibu......................................... 39
5.1.2 Karakteristik Sampel menurut Pendidikan Terakhir ....................... 40
5.2 Hasil Uji Kuesioner ................................................................................... 41
5.2.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ......................................................... 41
xi
5.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ...................................................... 41
5.3 Hasil Analisa Data .................................................................................... 41
5.2.1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu................................................ 42
5.2.2. Gambaran Tingkat Kesadaran Ibu ................................................... 46
BAB 6. PEMBAHASAN
6. 1.Tingkat Pengetahuan Ibu mengenai Imunisasi .......................................... 50
6. 2.Tingkat Kesadaran Ibu mengenai Imunisasi ............................................. 52
6. 3.Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 54
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.Kesimpulan ............................................................................................... 55
7.2.Saran ......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57
LAMPIRAN ......................................................................................................... 60
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Anak-anak merupakan masa depan bangsa. Karena itu, penting bagi kita untuk
memperhatikan kehidupan anak-anak pada saat ini dalam segala aspek, baik dari
perkembangan fisik, mental, dan jiwa – salah satunya adalah kesehatan mereka.
Kesehatan pada masa anak-anak perlu diberi perhatian lebih, karena kesehatan anak
pada masa sekarang akan menentukan perkembangan otak dan tingkah laku mereka
di masa depan. Salah satu cara memberdayakan kesehatan anak secara efektif adalah
sebuah penyakit infeksi, yang biasanya melalui pemberian vaksin. Imunisasi terbukti
dilihat dari estimasi pencegahan penyakit oleh imunisasi yaitu sekitar 2-3 juta
kematian setiap tahunnya. Selain itu, imunisasi tidak memakan biaya yang besar,
dan emosional anak, dimana pemenuhan kebutuhan akan asah, asih dan asuh melalui
pemenuhan aspek fisik hingga aspek biologis anak (gizi, kebersihan, imunisasi,
vitamin A, dan pelayanan kesehatan yang bermutu), kasih sayang dan stimulasi yang
2
3
memadai pada balita akan meningkatkan kualitas kelangsungan hidup anak dan
balita pada anak, kurangnya pemenuhan kebutuhan anak dimana segala bentuk
penyakit, kekurangan gizi, kasih sayang ataupun stimulasi dapat membawa dampak
negatif yang akan terus menetap hingga dewasa bahkan usia lanjut (WHO, 2017).
Imunisasi pada bayi berumur kurang dari satu tahun merupakan hal yang sangat
penting dalam mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Diperkirakan PD3I merupakan penyebab kematian dari sekitar 48 bayi dan 56 balita
per1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun (WHO, 2017). Setiap tahun
lebih dari 1,4 juta anak meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat
kematian, sebenarnya sebagian besar anak tidak perlu meninggal. Daya lindung
vaksin difteri (80%), pertussis (90%), tetanus (90%), polio (92%), dan campak (95%)
– semuanya angka tersebut menunjukkan banyaknya bayi dan anak yang dapat
dicegah mengalami penyakit jika diberikan vaksin dengan baik. Angka di atas
yang kondusif mutlak dilakukan pada anak dalam tumbuh kembangnya sedini
Demikian pula perhitungan ekonomi bahwa pencegahan adalah salah satu cara
perlindungan yang paling efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati apabila
sudah terserang penyakit dan memerlukan perawatan rumah sakit (IDAI, 2011).
4
imunisasi dasar secara lengkap, sehingga dapat terhindar dari penyakit. Namun,
indikator imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar
86,54%. Angka ini belum mencapai target Renstra tahun 2015 sebesar 91%.
(Kemenkes, 2015).
Capaian indikator di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 sebesar 85,86%. Angka ini
juga tidak mencapai target Renstra pada tahun 2015. (Kemenkes, 2015)
Namun di Makassar, hal ini tidak lagi berlaku. Berdasarkan laporan dari Bidang
Bina P2PL, imunisasi dasar lengkap pada tahun 2014 telah mencapai angka 100,38%.
Selain itu, indikator lain untuk menilai keberhasilan imunisasi melalui UCI
(Universal Child Imunization) dimana dari 143 kelurahan yang ada di Kota Makassar,
ini. Pada tahun 2011, cakupan UCI di Puskesmas Kassi-Kassi adalah HB0 104,2%,
135,56%, Polio2 112,10%, Polio3 103,30%, Polio4 109,99%, dan Campak 111,0%.
Data ini menunjukkan Puskesmas Kassi-Kassi berhasil mencapai target UCI. (Profil
dasar pada anak. Hal ini dapat dilihat bahwa presentase pemberian imunisasi dasar
lengkap lebih banyak pada ibu yang memiliki pengetahuan cukup, yaitu sebesar
87,5%.
Karena adanya kontras ini maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan
Makassar.
1. 2 Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan Penelitian
1. 3. 1 Tujuan Umum
1. 3. 2 Tujuan Khusus
1. 4Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam bidang
2. Bagi instansi sebagai sumber data dan pertimbangan untuk menjadi salah satu
3. Bagi tempat penelitian sebagai sumber data pengetahuan dan kesadaran ibu
pertimbangan.
5. Bagi peneliti lain untuk dijadikan referensi bagi penelitian yang sama atau
terkait.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Sistem imun adalah suatu sistem
pertahanan yang terdiri atas sel-sel serta zat-zat yang dihasilkannya, dimana mereka bekerja
sama secara kolektif dan terkoordinasi untuk melawan benda asing, misalnya kuman atau
produk racunnya yang masuk ke dalam tubuh. Anak diimunisasi berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit spesifik sesuai dengan jenis imunisasinya (Notoatmodjo,
2007). Imunisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga jika anak terpapar pada antigen yang serupa di
kemudian hari, sistem imun dapat mengatasinya dan tidak berkembang menjadi penyakit
(IDAI, 2001).
imunitas dalam sistem imun tubuh. Vaksinasi merupakan tindakan yang dengan sengaja
rupa sehingga anak tidak jatuh sakit tetapi tetap mampu mengaktifkan limfosit untuk
dalam tubuh untuk merangsang antibodi, sehingga tubuh menjadi resisten terhadap
7
8
penyakit tertentu. Sistem imunitas tubuh mempunyai suatu sistem memori dimana ketika
vaksin masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan
vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai sebuah pengalaman.
Apabila tubuh terpapar kembali dengan antigen yang sama dengan vaksin, maka antibodi
akan terbentuk lebih cepat dan banyak meskipun antigen bersifat lebih kuat daripada vaksin
yang diberikan. Faktor inilah yang menyebabkan imunisasi efektif dalam mencegah
a. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun) memasuki tubuh, maka tubuh
akan berusaha mempertahankan diri, dimana tubuh akan memproduksi zat anti berupa
b. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah,
sehingga tidak cukup banyak antibodi yang terbentuk. Pada reaksi kedua, ketiga, dan
c. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan suntikan imunisasi ulang.
d. Kadar antibodi yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit terserang penyakit.
Terdapat banyak faktor penyebab keberhasilan imunisasi, misalnya dari faktor anak
seperti umur bayi pada saat diberikan imunisasi yang menentukan apakah masih ada
antibodi maternal dari ibu pada waktu imunisasi diberikan. Kualitas dan kuantitas vaksin
Pemberian imunisasi pada anak sebaiknya mengikuti jadwal yang ada. Dengan
memberikan imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan, hasil pembentukan antibodi
juga akan optimal sehingga dapat melindungi anak dari paparan penyakit. Ada tujuh
penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat, walaupun
sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut adalah
mengharuskan orang tua untuk memberikan lima imunisasi dasar lengkap yaitu Hepatitis B,
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi sehingga dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi atau anak yang disebabkan oleh penyakit menular
(Proverawati, 2010). Imunisasi juga bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada populasi (Marimbi, 2010). Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang
sebagai sebuah cara untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi, balita, dan
1. Bagi anak, yaitu untuk mencegah penderitaan dan kemungkinan cacat atau kematian
sakit dan memberdayakan pembentukan keluarga karena orang tua yakin anaknya akan
3. Bagi negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, serta menciptakan bangsa yang kuat
1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik terhadap antigen yang diberikan dan
mendapatkan suatu memori terhadap antigen ini, sehingga ketika kembali terpapar, tubuh
dapat mengenali dan meresponnya dengan efektif. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa
c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau cairan kultur jaringan
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
anak dan orang tua, teknik penyuntikan yang aman, pencatatan, pembuangan limbah,
sampai pada teknik penyimpanan dan penggunaan sisa vaksin dengan benar. Penjelasan
kepada orang tua sebelum dan sesudah imunisasi penting untuk diperhatikan. Pengetahuan
mengenai kualitas vaksin yang masih boleh diberikan pada bayi/anak juga perlu dipelajari.
Selain itu, ukuran jarum, lokasi suntikan, cara mengurangi ketakutan dan rasa nyeri pada
anak juga perlu diketahui. Proses imunisasi dari awal hingga akhir perlu dicatat secara
lengkap, termasuk keluhan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). (IDAI, 2011)
Bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi dan anak-anak yang berumur
di bawah 12 bulan adalah paha anterolateral. Regio deltoid juga merupakan lokasi
alternatif untuk vaksinasi anak-anak yang lebih besar (yang sudah dapat berjalan) dan
Sejak akhir 1980, WHO memberikan rekomendasi untuk melakukan vaksinasi pada
daerah anterolateral paha, bukan pada pantat (daerah gluteus) karena adanya risiko
kerusakan saraf ischiadika (n. ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadika akibat
12
suntikan di daerah gluteus lebih besar pada bayi karena adanya variasi posisi saraf tersebut,
massa otot yang lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan suntikan intramuskular di
daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal
yang lebih berat. Vaksinasi hepatitis B dan rabies bila disuntikkan di daerah gluteal kurang
imunogenik (untuk semua umur). Sedangkan vaksin BCG harus disuntik pada kulit di atas
insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan di atas puncak pundak memberi
2.1.7. Pemberian dua atau lebih vaksin pada hari yang sama
Pemberian vaksin yang berbeda boleh diberikan pada hari yang sama. Vaksin
inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya vaksin yang dianjurkan dalam jadwal
imunisasi, pada umumnya diberikan pada lokasi yang berbeda pada saat hari kunjungan
yang sama. Misalnya, pada saat yang sama dapat diberikan vaksin DTP, Hib, Hepatitis B,
dan Polio.
Pada saat yang sama dapat diberikan lebih dari satu macam vaksin virus hidup, tetapi
apabila sudah diberikan satu jenis vaksin, vaksin virus hidup jenis lain tidak boleh
diberikan kurang dari dua minggu, sebab respon terhadap vaksin kedua mungkin telah
berkurang. Vaksin-vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin
yang berbeda yang diberikan dalam satu hari yang sama harus diberikan pada lokasi yang
terhadap pemberian vaksin. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38°C
2. Vaksin BCG tidak boleh diberikan pada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala
3. Jika orang tua sangat keberatan terhadap pemberian imunisasi pada bayi yang sakit,
lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi setelah bayi sehat.
Penanganan pada bayi yang mengalami kondisi sakit tetapi tetap sebaiknya diberi
imunisasi:
1. Pada bayi yang mengalami alergi atau asma, imunisasi masih bisa diberikan, kecuali
jika anak alergi terhadap salah satu komponen dalam vaksin yang diberikan
2. Sakit ringan seperti infeksi saluran nafas atau diare dengan suhu di bawah 38,5°C
4. Dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda dan
gejala AIDS, jika menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS tidak diberikan
6. Bayi yang menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal
atau hati.
7. Pada penderita Down Syndrome atau pada anak dengan kondisi saraf stabil.
1. BCG
Imunisasi BCG (Bacille Calmete-Guerin) adalah vaksin hidup yang diberikan pada bayi
untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC), yang disebabkan oleh sekelompok bakteri
Mycobacterium tuberculosis complex. Vaksin ini dibuat dari Mycobacterium bovis yang
dibiakkan selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih
Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan dengan suntikan
intrakutan pada lengan atas. Untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun vaksin diberikan
dengan dosis 0,05 mL, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan
sebanyak 0,1 mL. Setelah 1 hingga 2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan
kemerahan di lokasi suntikan yang kemudian berubah menjadi pustul, dan pecah menjadi
luka. Namun luka ini tidak perlu pengobatan khusus karena akan sembuh sendiri
(Proverawati, 2010).
Vaksin BCG tidak dapat mencegah terjadinya infeksi tuberkulosis, namun dapat
mencegah komplikasinya. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari tiga bulan,
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada anak yang sedang menderita penyakit kulit
berat atau menahun seperti eksim, furunkolosis, dan sebagainya. Imunisasi BCG tidak
diberikan pada anak yang menderita tuberkulosis atau menunjukkan uji mantoux
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8°C tetapi
tidak boleh beku. Vaksin yang telah diencerkan harus dihabiskan dalam waktu 8 jam.
Penyuntikan BCG intradermal akan menimbulkan ulkus lokal superfisial tiga minggu
setelah penyuntikan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan
meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis yang diberikan
terlalu tinggi, maka ukuran ulkus menjadi lebih besar, namun apabila penyuntikan
Limfadenitis
lebih lanjut. Apabila limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula, maka dapat
BCG-itis diseminasi
Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi terinfeksi HIV, imunodefisiensi
radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe.
Vaksin BCG diberikan pada bayi berumur kurang dari dua bulan
Pada bayi yang memiliki kontak erat dengan penderita tuberculosis (BTA +3)
2. DTP
Imunisasi DTP bertujuan untuk mencegah tiga penyakit yaitu difteri, pertusis, dan
tetanus. Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphteriae. Pertusis adalah penyakit batuk rejan (batuk seratus hari) adalah penyakit infeksi
saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis (Marimbi, 2010). Sedangkan
tetanus adalah gangguan neuromuscular akut yang berupa trismus (Maryunani, 2012).
Terdapat dua jenis vaksin DTP, yaitu DTwP (whole-cell pertussis) dan DTaP (acellular
pertussis). Berdasarkan pandangan James D. Cherry, MD dalam The New England Journal
of Medicine, imunisasi DTaP harus dimulai dari usia muda dengan interval yang rendah
pada setiap dosis. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa pada dasarnya ibu hamil
17
mendapatkan imunisasi DTP untuk menurunkan risiko terjadinya penularan pertussis pada
saat melahirkan dan dapat memberikan perlindungan sekitar selama 1-2 bulan.
Imunisasi DTP primer diberikan tiga kali sejak anak berumur dua bulan (DTP tidak boleh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan
8 minggu, sehingga DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2 diberikan pada umur 4
bulan, dan DTP-3 diberikan pada umur 6 bulan. Ulangan booster DTP selanjutnya
diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada saat
Pada booster umur lima tahun, vaksin dengan komponen pertussis harus tetap diberikan
kejadian
pertussis pada dewasa muda meningkat akibat ambang proteksi telah sangat rendah
Dosis DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml secara intramuskular, baik untuk
Reaksi lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi yang terjadi pada
Proporsi demam ringan dengan reaksi lokal sama dan diantaranya dapat
mengalami hiperpireksia.
Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan
(inconsolable crying).
18
Kejang demam sesudah vaksinasi yang berhubungan dengan demam yang terjadi
Kejadian ikutan paling serius yaitu terjadinya ensefalopati akut atau reaksi
Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini merupakan kontraindikasi mutlak terhadap
terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi
DTP.
Riwayat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan pemberian
vaksin sebelumnya, kejadian ikutan pasca imunisasi atau alergi terhadap vaksin
3. Hepatitis B
WHO merekomendasikan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah lahir dalam waktu
24 jam pertama meskipun tanpa mengetahui status HbsAg dari ibu, mengingat vaksinasi
hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif dalam memutus rantai
penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Liza Fitria, dkk. dalam
salah satu jurnal Pediatrica Indonesiana yang diterbitkan pada November 2010 yaitu
19
Newborn Infants from Hep-B Positive Mothers menjelaskan bahwa efektifitas vaksin
Vaksin diberikan secara intramuskular, dimana pada bayi diberikan di anterolateral paha,
a. Imunisasi aktif
Imunisasi HepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir
Imunisasi HepB-2 diberikan setelah satu bulan (empat minggu) dari imunisasi
HepB-1. Untuk hasil yang maksimal, interval imunisasi HepB-2 dengan HepB-3
minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi HepB-3 diberikan pada umur 3-6
bulan.
Bila sesudah dosis pertama imunisasi terputus, segera berikan dosis kedua.
Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bulan bukan dari
imunisasi kedua.
Bila bayi lahir dengan ibu Hbs-Ag tidak diketahui, HepB-1 harus diberikan dalam
waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3-6 bulan.
Apabila semula status Hbs-Ag ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selajutnya diketahui ibu dengan Hbs-Ag positif, maka akan ditambahkan hepatitis
Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag positif, diberikan vaksin HepB-1 dan HBIg 0,5
Anak dari ibu pengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar tiga kali
pada semasa bayi, maka pada usia 5 tahun tidak perlu diberikan booster, hanya
Apabila sampai dengan usia lima tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi HepB dengan jadwal tiga kali
pemberian (catch-up vaccination), yang merupakan upaya imunisasi pada anak atau
remaja yang belum pernah diimunisasi atau terlambat lebih dari satu bulan dari
diberikan dengan interval minimal 4 minggu antara dosis pertama dan dosis kedua,
sedangkan interval antara dosis kedua dan ketiga minimal 8 minggu atau 16 minggu
b. Imunisasi pasif
dalam jangka waktu pendek (3-6 bulan). HBIg hanya diberikan setelah terjadi paparan.
lama.
4. Polio
Polio dapat menyebabkan gejala ringan atau penyakit yang sangat parah. Penyakit ini
dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Polio dapat menyebabkan demam,
21
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat
a. Inactivated Polio Vaccine (IPV= Vaksin, Salk) mengandung virus polio yang telah
b. Oral Polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin) mengandung vaksin hidup yang telah
Imunisasi dasar polio diberikan empat kali, yaitu polio I, II, III, IV dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah imunisasi polio
IV, kemudian pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan
vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita defisiensi
imunitas. Tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 3, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18
bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu diberikan
b. Cara Pemberian
c. Efek Samping
Efek samping dari vaksin polio hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Mungkin
d. Kontraindikasi
Vaksin polio tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau
demam tinggi (di atas 38 derajat celcius), muntah atau diare, penyakit kanker atau
5. Campak
penyakit campak pada anak, terutama karena penyakit ini sangat menular (Maryunani,
2012).
Sebenarnya bayi telah mendapat kekebalan terhadap campak dari ibunya. Namun
seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi
23
tambahan melalui pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular,
dan orang-orang dengan daya tahan tubuh yang lemah mudah terserang penyakit ini.
Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup, sehingga orang tidak akan terkena
kembali. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit ini sampai
seumur hidup.
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11
bulan, dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian
suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan (Proverawati, 2010).
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Pemberian imunisasi campak tidak boleh
dilakukan pada orang yang mengalami imunodefisiensi atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010).
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian
Pengetahuan menurut Notoatmojo (2010) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
manusia diperoleh melalui proses melihat dan mendengar oleh mata dan telinga, yang juga
dapat diperoleh melalui pendidikan, baik formal maupun non formal. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih sempurna daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
24
1. Faktor internal
pekerjaan, dan umur. Pendidikan secara umum adalah upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan
untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pendidik. Dari batasan ini maka tersirat unsur-unsur pendidikan yaitu:
input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, dan masyarakat) dan pendidik
(pelaku pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain),
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola
kehidupannya dan keluarga. Pekerjaan bukan sebuah sumber kesenangan, tetapi lebih
Umur adalah hitungan tahun manusia mulai saat dilahirkan hingga saat berulang
tahun. Sedangkan menurut Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
2. Faktor eksternal
25
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Sistem sosial
budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
suatu proses berurutan, dimana menurut Dewi dan Wawan (2011) adalah sebagai berikut:
1. Awareness (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian terhadap stimulasi
tersebut
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses di atas dan didasari oleh pengetahuan,
kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung lama (long lasting).
Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran,
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif meliputi enam tingkatan:
(Notoatmojo, 2010)
1. Tahu (know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat berupa aplikasi atau
penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen yang masih ada dalam satu struktur organisasi dan masih ada
5. Sintesa (synthesis)
27
bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dalam menyusun
atau merencanakan.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan secara
2.3. Sikap
Menurut Notoatmojo (2010), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Heri Purwanto (1998), sikap
minat. Sikap dapat dipelajari, dibentuk, dan akan mencerminkan kepribadian seseorang.
Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu: 1) kepercayaan, ide, dan konsep terhadap sebuah
objek; 2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; 3) kecenderungan untuk
bertindak. Ketiga komponen ini membentuk sebuah sikap yang utuh. Dalam penentuan
28
sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memgang peranan
Menurut Notoatmojo (2003), tingkatan sikap dibagi menjadi empat bagian umum,
diantaranya adalah:
diberikan (objek).
3. Menghargai (valuing), yaitu subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan
4. Bertanggung jawab (responsible), yaitu sikap bertanggung jawab atas segala sesuatu
Struktur sikap terdiri atas komponen yang saling menunjang yaitu komponen
kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang berlaku
atau apa
yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan telah terbentuk, maka akan menjadi dasar
pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
juga bentuk-bentuk perilaku yang berupa pertanyaan atau perkataan yang diucapkan
Pembentukan sikap menurut Azwar (2005) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengalaman pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting juga salah satu komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap.
3. Pengaruh kebudayaan dimana kita dibesarkan juga memberi pengaruh besar dalam
pembentukan sikap.
6. Pengaruh faktor emosional merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi
Biasanya para peneliti berpendapat sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu kesadaran,
perasaan dan perilaku. Karena untuk memahami sikap sangat rumit, maka ketiga
komponen ini sangat membantu dalam memahami hubungan potensial antara sikap dan
perilaku. Dalam banyak hal, kesadaran dan perasaan tidak dapat dipisahkan. Hal ini
perasaan bisa menimbulkan hasil akhir perilaku seseorang. Meskipun kita sering berpikir
kenyataannya komponen-komponen ini sulit untuk dipisahkan, karena saling berkaitan satu
Secara garis besar sikap dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap
negatif merupakan sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak
menyetujui norma yang berlaku. Salah satu cara untuk mengukur sikap seseorang yaitu
dengan skala kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian pernyataan tentang
Kontraindikasi Imunisasi
3.1.Kerangka Konsep
Ketakutan
akan efek
Biaya samping
Capaian
Kesadaran
imunisasi
dan Gambaran
belum
pengetahuan penelitian
mencapai
target ibu
32
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian
tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pentingnya imunisasi dasar lengkap pada
2017.
Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang membawa anaknya ke posyandu-
inklusi penelitian. Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang membawa
imunisasi dasar.
Besar sampel penelitian ini diambil dengan metode random sampling dengan
𝑁. 𝑍 2 . 𝑝. 𝑞
𝑛=
(𝑑(𝑁 − 1) + 𝑍)𝑝. 𝑞
33
34
Keterangan:
α = tingkat signifikansi
N = perkiraan jumlah populasi wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak
d = nilai presisi = 5%
52,822
𝑛=
1,165
Sampel penelitian ini adalah wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak
Teknik pengambilan sampel yang diterapkan adalah metode simple random sampling
yaitu semua populasi wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak berumur 0-
Terdapat variabel yang tidak lengkap dalam buku pencatatan tanggal pemberian
imunisasi anak.
4.7.Etika Penelitian
pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang kemudian diajukan kepada ibu-ibu yang
Imunisasi dasar diukur dengan cara mencatat imunisasi dasar yang sudah
berdasarkan tabel imunisasi PPI tahun 2012 dan diisi pada kuesioner, kemudian
disesuaikan dengan jadwal imunisasi PPI. Imunisasi dasar ini diukur dengan
menggunakan kuesioner.
mencatat jawaban dari pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada ibu, kemudian
b. Pengetahuan ibu tentang imunisasi cukup, apabila ibu mampu menjawab 6-7
b. Ibu dikategorikan tidak setuju terhadap imunisasi, apabila ibu setuju dengan
daftar tilik dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS ver. 24 untuk
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk
program pemerintah yang terdiri atas BCG, Hepatitis B, DTP, Polio, dan
Campak.
kerja, jadwal pemberian, jenis imunisasi dasar program PPI, serta efek samping
imunisasi.
3. Kesadaran Ibu mengenai Imunisasi yang dimaksud adalah persetujuan ibu yaitu
banyak dibandingkan dengan kerugiannya; dan cara ibu menangani isu mengenai
HASIL PENELITIAN
Sampel merupakan ibu-ibu yang mempunyai anak 0-12 bulan dan dibawa ke
Berdasarkan hasil pengumpulan data karakteristik sampel menurut umur dapat dilihat
≤20 3 6
21-30 37 74
31-40 10 20
Total 50 100
Graf
ik 5.1.
Distribusi Sampel menurut Umur Ibu Distribusi
74%
Sampel
80%
menurut
70%
60% Umur Ibu
Persentase
50%
40%
30% 20%
20%
6%
10%
0%
<=20 21-30 31-40
39 Umur
Kategori
40
Berdasarkan tabel dan grafik 5.1., dapat dilihat bahwa ibu-ibu di Puskesmas Kassi-
Kassi umumnya berada pada kelompok umur 21-30 tahun, yaitu sebanyak 37 orang
(74%), kemudian diikuti oleh kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 10 orang (20%),
dan paling sedikit pada kelompok umur kurang dari 20 tahun, yaitu hanya sebanyak 3
orang (6%).
SD 4 orang 8
SMP 10 orang 20
SMA/SMK 22 orang 44
D3/S1 14 orang 28
Berdasarkan tabel dan grafik 5.2., dapat dilihat bahwa ibu-ibu di Puskesmas
sebanyak 22 orang (44%), kemudian di urutan kedua pada tingkat D3/S1 sebanyak 14
orang (28%), yang diikuti pada tingkat SMP sebanyak 10 orang (20%) di urutan
ketiga, dan yang paling sedikit pada tingkat SD sebanyak 4 orang (8%).
Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner, didapatkan hasil bahwa setiap
nomor dalam kuesioner valid. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai r hitung setiap
nomor ≥ r tabel, dimana r tabel yang didapatkan adalah 0,3610, sesuai tingkat
signifikansi 0,05.
kuesioner bersifat reliabel. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai Cronbach alpha
Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah, diperoleh data yang disajikan dalam
bentuk distribusi tabel dan grafik yang menggambarkan tingkat pengetahuan dan
kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kassi-
Kassi.
4 2 orang 4
5 5 orang 10
6 4 orang 8
7 9 orang 18
8 9 orang 18
9 13 orang 26
10 8 orang 16
16%
15%
10%
10% 8%
4%
5%
0%
4 5 6 7 8 9 10
SKOR
Berdasarkan tabel dan grafik 5.3., dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu
kemudian di urutan kedua yaitu pada skor 7 dan 8 sebanyak 9 orang (18%), diikuti
skor 10 sebanyak 8 orang (16%). Pada urutan berikutnya yaitu pada skor 5 sebanyak
5 orang (10%), diikuti skor 6 sebanyak 4 orang (8%), dan di urutan terakhir yaitu
Baik 30 orang 60
Cukup 13 orang 26
44
Kurang 7 orang 14
70%
60%
60%
50%
PERSENTASE
40%
30%
20% 26%
10% 14%
0%
Baik Cukup Kurang
KATEGORI
Berdasarkan tabel dan grafik 5.4., tingkat pengetahuan ibu umumnya berada
pada kategori baik, yaitu sebanyak 30 orang (60%). Selanjutnya diikuti oleh
pengetahuan ibu lebih atau sama dengan 80%, dikatakan cukup apabila 60-
70%, dan dikatakan kurang apabila kurang atau sama dengan 50%.
1 38 76 12 24
2 48 96 2 4
3 36 72 14 28
4 50 100 0 0
5 44 88 6 12
6 45 90 5 10
7 43 86 7 14
8 19 38 31 62
9 39 78 11 22
10 27 54 23 46
46
100%
96% 100%
PERSENTASE
Benar Salah
Berdasarkan tabel dan grafik 5.5., dapat dilihat frekuensi jawaban kuesioner
jawaban benar, dan sebanyak 12 (24%) jawaban salah. Pada nomor 2, diperoleh
sebanyak 48 (96%) jawaban benar, dan sebanyak 2 (4%) jawaban salah. Pada nomor
3 diperoleh sebanyak 36 (72%) jawaban benar dan 14 (28%) jawaban salah. Pada
nomor 4, tidak diperoleh jawaban salah sehingga diperoleh 50 (100%) jawaban benar.
Pada nomor 5, diperoleh sebanyak 44 (88%) jawaban benar dan 6 (12%) jawaban
salah. Pada nomor 6, diperoleh sebanyak 45 (90%) jawaban benar dan 5 (10%)
jawaban salah. Pada nomor 7, diperoleh sebanyak 43 (86%) jawaban benar dan 7
(14%) jawaban salah. Pada nomor 8, diperoleh sebanyak 19 (38%) jawaban benar dan
31 (62%) jawaban salah. Pada nomor 9, diperoleh sebanyak 39 (78%) jawaban benar
47
dan 11 (22%) jawaban salah. Pada nomor 10, diperoleh sebanyak 27 (54%) jawaban
6 1 orang 2
7 0 orang 0
8 9 orang 18
9 11 orang 22
10 29 orang 58
40%
30%
20%
22%
10% 18%
2% 0%
0%
6 7 8 9 10
NILAI
48
Berdasarkan tabel dan grafk 5.6., dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran ibu
mengenai imunisasi dasar di Puskesmas Kassi-Kassi umumnya berada pada nilai 10,
yaitu sebanyak 29 orang (58%), kemudian diikuti pada nilai 9 sebanyak 11 orang
(22%), di urutan ketiga yaitu pada nilai 8 sebanyak 9 orang (18%), dan terakhir pada
nilai 6 yaitu sebanyak 1 orang (2%). Tidak terdapat responden yang memperoleh nilai
7.
≥80% 49 98%
<80% 1 2%
Total 50 100%
100%
98%
80%
PERSENTASE
60%
40%
20%
2%
0%
≥80% <80%
KATEGORI
Berdasarkan tabel dan grafik 5.7., tingkat kesadaran ibu di Puskesmas Kassi-
Kassi umumnya berada di kategori ≥80% yaitu sebanyak 49 orang (98%). Pada
1 50 100 0 0
2 50 100 0 0
3 48 96 2 4
4 47 94 3 6
5 37 74 13 26
50
6 38 76 12 24
7 48 96 2 4
8 50 100 0 0
9 49 98 1 2
10 50 100 0 0
74% 76%
PERSENTASE
80%
60%
Berdasarkan tabel dan grafik 5.8., dapat dilihat frekuensi jawaban masing-
masing poin kuesioner. Pada nomor 1, tidak terdapat jawaban tidak setuju sehingga
terdapat 50 (100%) jawaban setuju. Pada nomor 2 juga tidak terdapat jawaban tidak
setuju sehingga terdapat 50 (100%) jawaban setuju. Pada nomor 3 terdapat 48 (96%)
jawaban setuju dan 2 (4%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 4 terdapat 47 (94%)
jawaban setuju dan 3 (6%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 5 terdapat 37 (74%)
51
jawaban setuju dan 13 (26%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 6 terdapat 38 (76%)
jawaban setuju dan 12 (24%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 7 terdapat 48 (96%)
jawaban setuju dan 2 (4%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 8 tidak terdapat
jawaban tidak setuju sehingga terdapat 50 (100%) jawaban setuju. Pada nomor 9
terdapat 49 (98%) jawaban setuju dan 1 (2%) jawaban tidak setuju. Pada nomor 10
tidak terdapat jawaban tidak setuju sehingga jawaban setuju berjumlah 50 (100%).
50
BAB 6
PEMBAHASAN
sampel yang mengikuti penelitian ini adalah 50 orang, yang semuanya berjenis
kelamin perempuan. Dari 50 sampel, yang berusia 21-30 tahun memiliki jumlah
terbanyak daripada kelompok umur lainnya, yaitu sebanyak 37 orang (74%). Jika
Dari data hasil penelitian di atas, tingkat pengetahuan ibu mengenai imunsasi
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik adalah sebesar
60% (30 orang), dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
adalah sebesar 26% (13 orang), sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang
adalah sebesar 14% (7 orang). Namun dilihat dari tingkat pengetahuan ibu menurut
skor, tingkat pengetahuan ibu dengan skor 7 memiliki jumlah yang sama dengan ibu
yang memeperoleh skor 8, yaitu 9 orang (18%), sehingga dapat kita lihat bahwa dari
26% ibu dengan tingkat pengetahuan cukup, setengahnya telah mendekati skor
50
51
Pada umumnya, ibu-ibu belum mengetahui mengenai isi dari imunisasi yang
diberikan. Seperti yang dapat dilihat pada tabel dan grafik 5.5., pada poin kuesioner
nomor 8 dengan pertanyaan mengenai isi dari imunisasi yang diberikan, terdapat
lebih banyak ibu yang tidak menjawab dengan benar, yaitu sebanyak 31 orang (62%).
Selain itu, cukup banyak ibu yang juga tidak menjawab dengan benar pada
orang (46%). Hal ini menunjukkan ibu-ibu masih belum mengetahui dengan tepat
mengenai asal usul imunisasi, dan juga mungkin belum akrab dengan istilah kejadian
Atas, hingga Perguruan Tinggi. Banyaknya proporsi ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan baik mungkin dapat disebabkan tingkat pendidikan ibu yang rata-rata di
mendapatkan materi mengenai imunisasi dan memiliki wawasan yang lebih luas
mengenai imunisasi pada anak. Selain itu, ibu-ibu di Puskesmas Kassi-Kassi rata-rata
berusia 21-30 tahun, dimana usia ini dikenal dengan usia produktif dan kemungkinan
berperan dalam tingkat pengetahuan pada anak. Namun hal ini belum dapat
dipastikan karena jumlah sampel yang tidak sebanding antar kelompok umur maupun
seseorang yang dilandasi oleh pengetahuan lebih teguh dan tahan lama daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu yang baik mengenai
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari pada
tahun 2015 di Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan. Pada penelitian ini diperoleh
hasil sebesar 52,3% ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, dimana 49,2%
bayi dengan status imunisasi tidak lengkap dengan pengetahuan ibu yang kurang
baik. Seperti yang telah diketahui bahwa capaian imunisasi Puskesmas Kassi-Kassi
telah mencapai target dan termasuk tinggi, sehingga tidak mengejutkan jika tingkat
dalam tabel dan grafik menunjukkan bahwa ibu yang setuju ≥80% dari pernyataan
kuesioner terhadap imunisasi adalah sebesar 98% (49 orang), sedangkan ibu yang
kategori ≥80%, sebagian besar (58%) setuju sepenuhnya dengan pernyataan pada
kuesioner, yang dilihat dari perolehan skor 10. Kemudian secara bertahap menurun
pada skor 9 dan 8, masing-masing sebesar 22% dan 18% dari seluruh sampel.
53
Sedangkan ibu yang termasuk dalam kategori tidak setuju hanya 1 orang (2%) dan
memperoleh skor 6.
informasi dan pengalaman dengan kaitannya dengan situasi, kondisi, dan objek
tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan yang dijelaskan Notoatmodjo (2005) bahwa
terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain
kognitif atau pengetahuan, yang berarti seseorang tahu terlebih dahulu stimulus yang
dapat berupa materi atau suatu objek. Kemudian hal ini menimbulkan suatu respon
yang baru terhadap objek tersebut yang akhirnya akan dihasilkan respon yang lebih
besar responden, yang menghasilkan hasil 98% kategori kesadaran ≥80% terhadap
imunisasi. Namun terdapat juga beberapa pernyataan yang cenderung tidak disetujui
dengan respon tidak setuju sebesar 26% dan 24%. Para ibu cenderung tidak setuju
membawa anaknya kembali untuk diimunisasi jika telah mengalami demam pada
imunisasi sebelumnya, dan juga jika mendengar kasus efek samping yang terjadi dari
orang di sekitarnya. Hal ini mungkin terjadi karena para ibu tidak sepenuhnya
hal yang membahayakan dan menjadi tidak percaya dengan imunisasi. Hal ini
54
mungkin terjadi mengingat cukup banyak jawaban yang tidak tepat pada pertanyaan
mengenai KIPI.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Kecamatan Kasemen Kota Serang. Pada penelitian ini diperoleh hasil sebesar 69,7%
ibu menunjukkan sikap positif, dimana 59,2% diantaranya memiliki status imunisasi
lengkap. Sedangkan terdapat sebesar 23,7% bayi dengan status imunisasi tidak
lengkap dengan kesadaran ibu yang masih rendah. Pada penelitian tersebut
didapatkan nilai p=0.000, dengan nilai OR = 20,25 yang menunjukkan ibu yang
maka wajar kesadaran ibu untuk membawa anaknya diimunisasi juga tinggi.
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai imunisasi dasar lengkap. Namun
tidak menutup kemungkinan, sikap setuju yang diberikan ibu-ibu juga disebabkan
oleh faktor-faktor lainnya selain karena pengetahuan ibu, misalnya karena melihat
Penelitian ini pula memiliki beberapa kelemahan, yaitu cakupan sampel yang
tidak merata, yaitu hanya mencakup ibu-ibu dengan status imunisasi dasar lengkap.
7. 1. Kesimpulan
dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kassi-
a. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki anak dengan imunisasi dasar lengkap
b. Tingkat kesadaran ibu yang memiliki anak dengan imunisasi dasar lengkap
7. 2. Saran
sebagai berikut:
dari imunisasi dan efek samping imunisasi, serta Kejadian Ikutan Pasca
55
56
c. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengambil sampel tidak hanya ibu dengan
status imunisasi lengkap, tetapi juga ibu dengan status imunisasi dasar yang
tidak lengkap. Selain itu peneliti selanjutnya juga dapat meneliti lebih jauh
Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Cherry, James D., MD. 2012. The New England Journal of Medicine: Perspective-
Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi DPT-HB. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Dewi, A.P., Eryati D., Edison. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas.
Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Makassar. 2016. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun
Fitria, Liza., Hartono Gunardi, Arwin AP Akib. 2010. Pediatrica Indonesiana Vol 50 no. 6:
57
58
Heri Purwanto. 1998. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2001. Buku Imunisasi Indonesia. Jakarta: IDAI.
Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita.
Maryunani. 2012. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Wahab S. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Notoatmojo, Prof. Dr. Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak, edisi I. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Riyanto, DA. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Imunisasi Dasar dengan
Kagungan Kecamatan Kasemen Kota Serang tahun 2013. Bandung: Jurnal Kesehatan
Robbins, Stephen P., Judge, Timothy A. 2007. Organizational Behavior. 12th edition.
Sari, DNI., Basuki, SW., Triastuti NJ. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi
Sutarjo, U. S., dkk. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Wawan dan Dewi. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Widyastuti Nur. 1998. Hubungan antara Pengetahuan dan Praktek Ibu dalam Imunisasi
Dasar Lengkap bagi Bayi di Desa Purwokerto Kecamatan Patelon Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah. Semarang: Karya Ilmiah Program Studi Kedokteran Umum FK Undip.
Ziemmerman Barry, Lavi Sasson. 1988. Adverse Reaction to Vaccines. In: Elliot
Middleston Jr., editor. Allergy, principles, and practice. 3rd edition. Vol 1. CV.
Mosby Company.
LAMPIRAN
60
61
Dilakukan
( _____________________ )
Saksi 1 : Saksi 2:
( __________________ ) ( __________________ )
B) Identitas Bayi
1. Nama:
2. Tempat / tanggal lahir :
3. Umur :
4. Anak ke- :
5. Jenis kelamin :
b. Diteteskan di telinga
c. Dioleskan di kulit tangan
d. Tidak tahu
10. Yang tidak termasuk Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah:
a. Sakit pada tempat suntikan
b. Luka
c. Mata juling
d. Tidak tahu
Pertanyaan Ya Tidak
Untuk Validitas perhatikan nilai cronbach’s alpha, jika nilai > 0.6 maka keseluruhan
pertanyaan dinyatakan reliabel
Untuk Reliabilitas perhatikan nilai Corrected Item-Total Correlation, jika nilai > 0.3 (nilai
bias positif atau negatif) maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid
RELIABILITY
/VARIABLES=A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.732 11
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
A1 .3000 .46609 30
A2 .3667 .49013 30
A3 .2000 .40684 30
A4 .3333 .47946 30
A5 .3333 .47946 30
A6 .3333 .47946 30
A7 .3333 .47946 30
68
A8 .3333 .47946 30
A9 .2333 .43018 30
A10 .3667 .49013 30
A 3.1333 2.55604 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
A1 5.9667 24.033 .412 .718
A2 5.9000 23.541 .494 .710
A3 6.0667 23.789 .549 .711
A4 5.9333 23.789 .452 .714
A5 5.9333 23.375 .545 .707
A6 5.9333 23.099 .609 .702
A7 5.9333 23.926 .421 .716
A8 5.9333 23.789 .452 .714
A9 6.0333 24.516 .336 .724
A10 5.9000 23.541 .494 .710
A 3.1333 6.533 1.000 .737
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
6.2667 26.133 5.11208 11
Correlations
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A
A1 Pearson Correlation 1 ,106 ,036 ,309 ,154 ,154 ,154 ,154 ,327 ,257 ,486**
Sig. (2-tailed) ,578 ,849 ,097 ,416 ,416 ,416 ,416 ,078 ,171 ,006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A2 Pearson Correlation ,106 1 ,484** ,342 ,196 ,342 ,196 ,196 -,093 ,282 ,565**
Sig. (2-tailed) ,578 ,007 ,064 ,300 ,064 ,300 ,300 ,626 ,131 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A3 Pearson Correlation ,036 ,484** 1 ,177 ,354 ,354 ,177 ,354 -,079 ,484** ,604**
Sig. (2-tailed) ,849 ,007 ,350 ,055 ,055 ,350 ,055 ,679 ,007 ,000
69
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A4 Pearson Correlation ,309 ,342 ,177 1 ,250 ,400* -,050 ,100 -,056 ,342 ,525**
Sig. (2-tailed) ,097 ,064 ,350 ,183 ,029 ,793 ,599 ,770 ,064 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A5 Pearson Correlation ,154 ,196 ,354 ,250 1 ,250 ,700** ,250 ,111 ,049 ,610**
Sig. (2-tailed) ,416 ,300 ,055 ,183 ,183 ,000 ,183 ,558 ,797 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A6 Pearson Correlation ,154 ,342 ,354 ,400* ,250 1 ,100 ,250 ,279 ,489** ,666**
Sig. (2-tailed) ,416 ,064 ,055 ,029 ,183 ,599 ,183 ,136 ,006 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A7 Pearson Correlation ,154 ,196 ,177 -,050 ,700** ,100 1 ,250 ,279 -,098 ,497**
Sig. (2-tailed) ,416 ,300 ,350 ,793 ,000 ,599 ,183 ,136 ,607 ,005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A8 Pearson Correlation ,154 ,196 ,354 ,100 ,250 ,250 ,250 1 ,279 ,049 ,525**
Sig. (2-tailed) ,416 ,300 ,055 ,599 ,183 ,183 ,183 ,136 ,797 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A9 Pearson Correlation ,327 -,093 -,079 -,056 ,111 ,279 ,279 ,279 1 ,234 ,410*
Sig. (2-tailed) ,078 ,626 ,679 ,770 ,558 ,136 ,136 ,136 ,212 ,025
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A10 Pearson Correlation ,257 ,282 ,484** ,342 ,049 ,489** -,098 ,049 ,234 1 ,565**
Sig. (2-tailed) ,171 ,131 ,007 ,064 ,797 ,006 ,607 ,797 ,212 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A Pearson Correlation ,486** ,565** ,604** ,525* ,610** ,666** ,497** ,525** ,410* ,565** 1
*
Sig. (2-tailed) ,006 ,001 ,000 ,003 ,000 ,000 ,005 ,003 ,025 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
70
RELIABILITY
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.732 11
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
B1 .7333 .44978 30
B2 .5667 .50401 30
B3 .6333 .49013 30
B4 .6000 .49827 30
B5 .5333 .50742 30
B6 .4667 .50742 30
B7 .4667 .50742 30
B8 .4667 .50742 30
B9 .4667 .50742 30
B10 .4667 .50742 30
B 5.4000 2.71141 30
71
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
B1 10.0667 27.651 .329 .724
B2 10.2333 27.013 .409 .717
B3 10.1667 27.247 .375 .720
B4 10.2000 27.062 .404 .717
B5 10.2667 26.133 .581 .704
B6 10.3333 25.195 .776 .688
B7 10.3333 26.575 .492 .710
B8 10.3333 25.885 .632 .700
B9 10.3333 27.126 .383 .719
B10 10.3333 27.264 .356 .721
B 5.4000 7.352 1.000 .735
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
10.8000 29.407 5.42281 11
Correlations
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B
B1 Pearson Correlation 1 ,385* ,010 -,031 ,040 ,262 ,111 ,262 -,040 ,262 ,402*
Sig. (2-tailed) ,035 ,956 ,872 ,833 ,162 ,560 ,162 ,833 ,162 ,028
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B2 Pearson Correlation ,385* 1 ,033 ,247 ,261 ,279 ,279 ,144 ,009 ,009 ,484**
Sig. (2-tailed) ,035 ,864 ,188 ,164 ,136 ,136 ,448 ,962 ,962 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B3 Pearson Correlation ,010 ,033 1 -,198 ,397* ,434* ,157 ,296 ,296 ,018 ,451*
Sig. (2-tailed) ,956 ,864 ,295 ,030 ,016 ,407 ,113 ,113 ,923 ,012
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B4 Pearson Correlation -,031 ,247 -,198 1 ,191 ,355 ,491** ,218 ,082 ,218 ,480**
Sig. (2-tailed) ,872 ,188 ,295 ,312 ,055 ,006 ,247 ,667 ,247 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B5 Pearson Correlation ,040 ,261 ,397* ,191 1 ,473** ,339 ,339 ,473** -,063 ,642**
Sig. (2-tailed) ,833 ,164 ,030 ,312 ,008 ,067 ,067 ,008 ,743 ,000
72
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B6 Pearson Correlation ,262 ,279 ,434* ,355 ,473** 1 ,330 ,464** ,330 ,464** ,812**
Sig. (2-tailed) ,162 ,136 ,016 ,055 ,008 ,075 ,010 ,075 ,010 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B7 Pearson Correlation ,111 ,279 ,157 ,491** ,339 ,330 1 ,330 -,071 ,063 ,561**
Sig. (2-tailed) ,560 ,136 ,407 ,006 ,067 ,075 ,075 ,708 ,743 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B8 Pearson Correlation ,262 ,144 ,296 ,218 ,339 ,464** ,330 1 ,330 ,330 ,687**
Sig. (2-tailed) ,162 ,448 ,113 ,247 ,067 ,010 ,075 ,075 ,075 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B9 Pearson Correlation -,040 ,009 ,296 ,082 ,473** ,330 -,071 ,330 1 ,063 ,461*
Sig. (2-tailed) ,833 ,962 ,113 ,667 ,008 ,075 ,708 ,075 ,743 ,010
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B10 Pearson Correlation ,262 ,009 ,018 ,218 -,063 ,464** ,063 ,330 ,063 1 ,436*
Sig. (2-tailed) ,162 ,962 ,923 ,247 ,743 ,010 ,743 ,075 ,743 ,016
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B Pearson Correlation ,402* ,484** ,451* ,480** ,642** ,812** ,561** ,687** ,461* ,436* 1
Sig. (2-tailed) ,028 ,007 ,012 ,007 ,000 ,000 ,001 ,000 ,010 ,016
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
73
Pengetahuan Sikap
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 a c a a b a d b c c y y y y y y y y y y
2 a c a a b a c b c c y y y y n n y y y y
3 b c a a b a c c c c y y y y y y y y y y
4 a c a a b b c b c c y y n y y y y y y y
5 a c d a b a c d c d y y y y n y y y y y
6 a c a a b a d a d d y y y y y y y y y y
7 c c d a b a c c c d y y y y y y y y y y
8 a c a a b a c c c d y y y y y y y y y y
9 a c a a b a c c c c y y y y y y y y y y
10 a c a a b a c c b c y y y y y y y y y y
11 c c a a b a c c b c y y y y y n y y y y
12 a c a a b b c a c c y y y y n n y y y y
13 a c a a b a c c c b y y y y n n y y y y
14 a c a a b a c c c c y y y y y y y y y y
15 a c a a b a b c c d y y y y y y y y y y
16 c c d a b a d d d d y y y y y y y y y y
17 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y
18 a c a a b a c c d d y y y y y y y y y y
19 b c d a b a d c c d y y y y y y y y y y
20 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y
21 a c b a b a c c c c y y y y n y y y y y
22 a c d a b b c d c d y y y y y y y y y y
23 b c a a b a c b c c y y y y n n y y y y
24 a c a a b a c a b a y y y n y y y y y y
25 a c d a b a c b a c y y y y y y y y y y
26 a c a a a a c b c c y y y y y y y y y y
27 a c a a b a c c c c y y y y y y y y y y
28 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y
29 a c a a a a c b c a y y y y n n y y y y
30 a c a a b a c b c a y y y y y y y y y y
31 a c a a b a c c c c y y y y y y y y n y
32 c c a a b a c c c a y y y y n y n y y y
33 a c a a b a c b c a y y y y n n y y y y
34 a c a a b a c b c a y y y y n y y y y y
35 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y
76
36 a c a a b a c b c c y y y y y n y y y y
37 a c a a b a c b c c y y y y n y y y y y
38 c c c a b a c a c c y y y y y y y y y y
39 a c a a a b c c a d y y y y y y y y y y
40 c c a a b a c a c c y y y y y y y y y y
41 a c d a b a c b c c y y y y y y y y y y
42 a c d a b a b c d d y y y y y n y y y y
43 d d d a d a c d c d y y n n y n n y y y
44 a c d a a a c c c d y y y n n y y y y y
45 a c d a b a c c c d y y y y y y y y y y
46 c c a a b b c c c c y y y y n n y y y y
47 a b c a b a c a a a y y y y y n y y y y
48 a c a a b a a b c c y y y y y y y y y y
49 c c a a a a c a a a y y y y y y y y y y
50 a c a a b a c b c c y y y y y y y y y y
77
Data Pribadi:
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Kristen
Gol. Darah : AB
Ayah : Wiraswasta
Ibu : IRT
78
Anak ke :3
Email : cynthiaharlimton@yahoo.co.id
Riwayat Organisasi