BAB II
DASAR TEORI
Drilling bit atau pahat bor adalah suatu alat yang dipasang paling ujung
pahat bor dibuat oleh pabrik, disesuaikan dengan batuan yang sering dijumpai di
operasi pemboran. Secara umum dalam proses pemboran, pahat dapat digolongkan
Wing bit terbuat dari sebuah nipple baja yang pada ujung bawahnya
diberi sayap, dilass kuat dengan bahan penguat. Diantara sayap-sayap terdapat
lubang nozzle untuk aliran cairan pemboran menyemprot secara kuat kearah bawah
Wing bit hanya digunakan untuk mengebor lapisan tanah yang lunak,
Pemeliharaan pahat ini cukup mudah, karena hanya melakukan rewelding dan
rebuilding apabila pahat telah aus atau rusak. Pada operasi pemboran saat ini
karena ditumpu dengan Roller Bearing. Gigi-gigi yang menyatu denagn cone dan
diperkeras dengan bahan pengeras disebut Mill Tooth Bit. Cone yang dipasangi gigi-
macam sifat batuan, dari lapisan yang lunak sampai yang keras. Pembuatan bit
Fixed Cutter Bit merupakan bit yang tidak mempunyai cone yang dapat
berputar, bentuknya menyerupai wing bit. Pahat ini dikenal dengan nama PDC Drill
Bit (Polycrystalline Diamond Compact) dan Natural Diamond Drill Bit, mempunyai
performance yang lebih baik dibandingakn dengan Cone Bit, dan dapat
menghasilkan interval pemboran yang panjang karena umur pemakaian juga lebih
panjang.
PDC Bit juga dibuat berbagai ukuran, dari 2” - 5½” untuk Slim Hole dan
sampai 17½” pada pemboran biasa, bit jenis ini juga dibuat untuk lapisan tanah yang
sangat lunak sampai lapisan tanah yang sangat keras. Untuk lapisan yang lunak
mempunyai cutter yang besar-besar dan semakin keras lapisannya semakin kecil
cutternya. Pada akhir-akhir ini, pahat jenis ini paling banyak digunakan, interval
7
lubang bor yang terbentuk oleh tiap pahat lebih panjang sehingga mengurangi
Coring bits adalah jenis pahat khusus yang digunakan untuk melakukan
pengambilan contoh batuan dari dasar lubang bor, lazimnya disebut pengintian.
Pahat inti ini pada bagian tengahnya berlubang sehingga ada formasi batuan yang
tidak terpotong oleh pahat dan masuk ke dalam barrel khusus daria lat pengintian
dan nantinya akan terbawa keluar dari lubang bor sewaktu mencabut rangkaian
pipa.
Jenis-jenis core bits antara lain Blade core barrel head, Tungsten Carbide
Insert Core Barrel Head, Roller Core Barrel Head, PDC Core Barrel Head, Natural
Diamond Core Barrel Head. Ukuran yang standard untuk core bits adalah : 3½”
sampai 6¼”
yang tersusun dari komposisi kimia tertentu yang dinyatakan dalam bentuk rumus-
dalam mineral tersebut. Banyak sedikitnya suatu komposisi kimia akan membentuk
suatu jenis mineral tertentu dan akan menentukan macam batuan. Untuk batuan
reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen klastik yang berupa (batupasir dan
8
batuan shale) serta batuan sedimen non-klastik berupa (batuan karbonat) atau
batuan vulkanik.
2.2.1. Batupasir
adalah quartz (SiO2), feldspar (KNaCa(AlSi3O8)) dan rock fragment (unstabil grain).
Berdasarkan tekstur batuan, batupasir dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama,
a. Orthoquartzites
dari mineral kuarsa (quartz). Mineral pengikatnya (semen) terutama adalah silika
dan orthoquartzites. Batuan ini juga merupakan jenis batuan sedimen yang relatif
lebih bersih yaitu bebas dari clay dan shale dengan komposisi kimia jenis ini
tersusun dari unsur silika yang tinggi jika dibandingkan dengan unsur-unsur
penyusun lainnya.
b. Graywacke
berbutir kasar, terutama mineral kwarsa dan feldspar dengan mineral pengikatnya
c. Arkose
Batuan karbonat secara umum terjadi karena adanya proses kimia yang
a. Dolomite
karbonate lebih dari 50% (Pettijohn, 1958) dengan adanya proses dolomitisasi yang
bekerja. Batuan dengan unsur kalsit yang lebih besar dari dolomite disebut dolomitic
b. Limestone
limestone fraksi disusun terutama oleh mineral calcite. Tabel II-6 memperlihatkan
susunan kimia pembentuk batuan limestone, bahwa kandungan CaO dan CO2
sangat besar, mencapai lebih besar dari 95%. Unsur lain yang penting adalah MgO
lempung (berukuran < 0.0625 mm). Shale adalah batuan yang kaya akan
gelembung hidrokarbon dikelilingi oleh phase air). Shale merupakan batuan yang
berlaminasi dan tubuh lapisannya tipis, berbutir halus, kandungan mineralnya adalah
lempung dan silt. Sifat-sifat fisik shale ditentukan oleh sifat-sifat mineral yang
campuran mekanik yang memperkirakan 50% silt, 35% “clay or mika fraksi” dan 15%
material kimia.
a. Drillability
b. Hardness
goresan. Mohs membuat 10 tingkat skala kekerasan mulai dari Talc dengan tingkat
kekerasan 1 sampai Intan dengan tingkat kekerasan 10, namun secara umum
kekerasan batuan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: Batuan lunak dengan
skala Mohs dibawah 4 (Fluorite), batuan sedang dengan skala mohs antara 4
sampai 7 (Fluorite sampai Quartz) dan batuan keras dengan skala Mohs besar dari
7 (Quartz).
c. Abrassiveness
besar. Hal ini dikarenakan cutting hasil gerusan mata bor umunya berbentuk runcing,
tajam dan pipih, sehingga dibutuhkan pahat dengan “gauge” yang punya pelindung
khusus.
d. Fracturing
Fracturing yang dimaksud merupakan rekahan alami yang terdapat pada lapisan
produktif. Ketika mata bor memasuki zona ini, laju pemboran akan bertambah
secara mendadak, kondisi ini dapat mempercepat kerusakan pada bantalan dan
”bearing” pahat.
12
WOB dan RPM merupakan faktor mekanik yang berpengaruh langsung terhadap
laju pemboran. Beban pada pahat merupakan suatu beratan yang diberikan agar
dapat menembus suatu formasi batuan. Pengaturan WOB juga ditujukan untuk
Dalam kondisi normal, WOB diberikan berkisar antara 60 – 80%. RPM sendiri
menyatakan banyaknya putaran pahat per menit. Peningkatan RPM yang melebihi
kecepatan putaran kritisnya akan dapat menimbulkan getaran (vibrasi) pada drill
Jika kedua parameter bor ini dioptimalkan, laju penetrasi akan bertambah sampai
pada suatu batas tertentu, dan apabila telah melampui batas tersebut tidak akan
b. Bit Hydraulic
Faktor hidrolika sangat berpengaruh dalam mencapai laju pemboran yang optimal.
Hidrolika pahat disini didefinisikan sebagai penggunaan debit aliran dan tenaga yang
ditimbulkan oleh semburan lumpur melalui nozzle kedalam lubang bor guna
pahat, yaitu:
Pembersihan cutting dari lubang bor merupakan faktor yang sangat penting.
Cutting yang tertinggal dalam lubang bor akan menyebabkan kerja pahat
menjadi terganggu saat menggerus formasi karena akan terjadi proses re-
berpengaruh pada besar kecilnya jet velocity suatu pahat. Semakin kecil
ukuran nozzle maka akan semakin tinggi jet velocity suatu pahat.
Besarnya ”pressure loss” pada pahat juga ditentukan oleh nozzle yang
digunakan.
lubang dari cutting, dimana besarnya tergantung dari energi fluida yang keluar
dari pahat. BHHP ditentukan oleh jumlah tenaga yang tersedia (horse power
Identifikasi derajat keausan pahat dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :
Keausan dan ketumpulan gigi pahat dinyatakan dalam perdelapan bagian dari
ketinggian gigi pahat yang telah aus. Keausan ini disimbolkan dengan “T”
pahat, digunakan notasi “G” (gauge) dan notasi ”I” (In-gauge) bila tidak terjadi
Pada tahun 1972 IADC membuat daftar klasifikasi ”Rolling Cutter Bit”
dengan maksud untuk mempermudah dalam pemilihan pahat. Rolling Cutter Bit atau
Kode IADC terdiri dari tiga angka, dimana masing-masing angka menunjukkan arti
yang berbeda. Penggolongan Tree Cone Bit terdiri dari tiga angka, misalnya IADC
1.2.3, digit pertama menunjukkan jenis gigi yang terdiri lagi dari delapan tingkatan;
Digit kedua menunjukkan tingkat kekerasan dari tiap-tiap jenis formasi yang mampu
ditembus oleh pahat dengan jenis gigi yang ditunjukkan digit pertama tadi, yaitu
15
lunak, sedang dan keras. Sedangkan angka ketiga menunjukkan ciri-ciri khusus
Sebagai contoh: Pahat Rolling Cutter Bit dengan IADC 5.2.7 mempunyai
arti sebagai berikut; angka 5 menunjukkan jenis gigi merupakan ”insert” yang
dilengkapi “friction bearing” dan “gauge protection”. Penentuan bentuk gigi-gigi pahat
disesuaikan dengan formasi yang akan dibor. Untuk formasi lunak giginya lebih
panjang dan runcing dengan jumlah yang lebih sedikit serta kerucut dan bantalannya
lebih kecil, sedangkan untuk formasi yang keras bentuk giginya lebih pendek dan
karakteristik batuan, beban pada pahat (WOB), banyaknya putaran pahat per menit
Dengan parameter yang sesuai pahat PDC mampu lebih cepat membor
formasi dibanding dengan pahat lain, dengan konsekuensi timbulnya torsi yang
besar. Torsi yang terlalu besar dapat menimbulkan in-efisiensi biaya operasional,
dimana ”footage” pahat akan semakin kecil. Untuk mereduksi torsi pada PDC ini,
Pahat PDC bisa di ”re-run” selama cutting elemen yang terpakai tidak lebih dari
50%. Rusaknya ”cutter” pada pahat PDC juga dapat disebabkan oleh perubahan
formasi secara tiba-tiba, ”junk” di dalam lubang, penambahan WOB yang berlebihan
kecepatan aliran fluida pada pahat dan abrasi akibat bergeseran dengan material
cutting yang keras. Derajat keausan pahat PDC utamanya dilihat dari sisa ”cutter”
pada pahat. Cutter yang aus dibedakan atas delapan tingkatan dengan skala 0
sampai 8. Angka 0 menunjukkan bahwa cutter masih utuh dan belum terpakai,
sedangkan angka 8 menunjukkan cutter telah habis dipakai. Keausan Bearing atau
seals untuk pahat PDC dinotasikan dengan ”X”, sedangkan untuk ”Gauge” tetap
baik sifat fisik batuan tersebut maupun sifat-sifat lainnya pada saat proses pemboran
berlangsung.
17
2.4.1. Coring
Coring adalah suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan (core) dari
formasi di bawah permukaan untuk dianalisa sifat fisik batuan secara langsung. Ada
dua macam metode coring, yaitu bottom hole coring dan sidewall coring. Pemilihan
metode coring yang akan digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda
antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, yaitu biaya, kekerasan formasi, ukuran
Bottom hole coring adalah cara pengambilan core yang dilakukan pada
waktu pemboran berlangsung. Metode ini menggunakan sejenis pahat yang terbuka
ini akan menempati core barrel yang berada di atas pahat dan akan tetap berada di
b. Sidewall Coring
operasi pemboran selesai atau pada waktu pemboran berhenti. Metode ini
dipergunakan untuk mendapatkan contoh core dari zona tertentu ataupun pada zona
yang telah dibor. Hal ini umumnya dilaksanakan dengan menggunakan peralatan
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.37. Suatu peluru kosong yang dapat
permukaan. Suatu kabel baja yang fleksibel menarik kembali peluru yang telah terisi
core.
18
¾-1 3/16 inci dengan panjang ¾ - 1 inci. Sidewall coring lebih banyak dipergunakan
pada daerah yang batuannya lunak, di mana kondisi lubangnya tidak memungkinkan
nomor sampel dan urutan kedalamannya, baru kemudian dianalisa satu persatu.
Core tersebut minimal telah mengalami dua proses, yaitu proses pemboran dan
proses perubahan kondisi tekanan dan temperatur dari kondisi reservoir ke kondisi
permukaan. Dalam proses pemboran core dipengaruhi oleh air filtrat lumpur
sehingga akan mempengaruhi harga saturasi core. Pada proses perubahan kondisi
tekanan dan temperatur pengaruhnya banyak terjadi pada harga saturasi core,
akibat pengaruh ekspansi gas maka satuarasi air dan minyak menjadi berkurang.
Dari hasil coring, maka core yang didapat dapat di analisa besaran-
besaran petrofisiknya di laboratorium. Analisa core ada dua macam, yaitu analisa
core rutin dan analisa core spesial. Analisa core rutin meliputi pengukuran porositas,
permeabilitas, dan saturasi fluida. Analisa core spesial memerlukan sampel yang
kapiler, dan parameter yang bisa ditentukan disini adalah distribusi fluida.
keadaan awal di reservoir. Core tersebut telah mengalami flushing dan kontaminasi
19
oleh fluida pemboran, penurunan tekanan dan temperatur sehingga gas dalam
absolut tidak begitu terpengaruh oleh faktor-faktor di atas. Analisa core rutin yang
fluida.
Daerah cekungan di Jawa Timur meliputi daerah Laut Jawa dan Palung
Graben Tuban yang dibatasi oleh patahan barat timur. Cekungan Florence
f. Arah positif JS-I (JS-I positif trend), merupakan sisi timur cekungan florence
g. Depresi masalembo, suatu cekungan terdapat disebelah timura arah positif JS-
h. Daerah tinggi masalembo merupakan elemen tekonik paling timur dari daerah
cekungan laut jawa timur dan membatasinya dari laut dalam Flores
barat ke Graben tuban utara dan cekungan madura. Yang sangat khas
didaerah percekungan ini adalah arah tektonik yang membujur timur laut-barat
daya, dan cekungan sempit-sempit yang berupa graben atau setengan graben,
tenggara pada jaman Eosen sedangakan kearah barat – utara sedimentasi klastik
kasar terjadi dalam graben dan cekungan dalam keadaan non-marin. Secara
luas menutupi seluruh daerah, termasuk unsur-unsur tektonik positif terjadi pada
jaman Miosen Bawah (Te) dan disebut formasi Kujung. Perkembangan formasi
kujung ini adalah menumpang (Onlapping) sehingga terdapat perubahan fasies dari
kecekungan Geosinklin Jawa timur- Madura, formasi kujung sering kali berkembang
menjadi terumbu yang berpontensi sebagai perangkap. Selain itu pada atap formasi
kujung terdapat pula terumbu tiang (pinnancle). Diatas formasi kujung diendapakan
formasi tuban (formasi rembang, lapisan OK), yang terutama terdiri dari serpih atau
napal dan pada bagian barat yang mendekati karimunjawa jaga terdapat lapisan
pasir (ngrayong sand) yang produktif di cekungan jawa timur. Didalam formasi tuban
mungkin sekali terdapat banyak ketidakselarasan. Semua formasi ini secara tidak
limestone) yang berkisar dari pliosen sampai plistosen, malahan sampai resen.
patahan dasar, dan sering merupakan lipatan landai dengan arah timur laut-
baratdaya. Lapangan minyak sampai saat ini banyak ditemukan disekitar pertelukan
JS-20. disii terdapat lapangan minyak JS-20 (lapangan poleng) dan juga sumur JS-
sediment tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal yang khas dari cekungan
ini adalah arah timur – barat dan kelihatannya merupakan gejala tektonik tersier
muda. Disebelah selatan, cekungan yang memanjang timur- barat ini dibatasi oleh
tersier terlipat sangat ketat, yang diarengi sesar-sesar naik. Pada umumnya disini
reservoir minyak.
b. Jalur Randublatung-Madura
Pada umumnya terdiri dari sedimen halus seperti serpih napal, dengan
cekungan. Lapisan yang tertua dalah formasi kujung yang terdapat dalam
fasies cekungan yang berumur Te. Diatasnya terdapat formasi Tuban yang
pada bagian atasnya terdapat fasa regresif dan berkembang dalam fasies pasir
dibatasi dari formasi yang ada diatasnya, yaitu formasi kawengan (formasi
Formasi kawenagn yang terdiri dari anggota Wonocolo, anggota Ledok, dan
anggota Mundu merupakan lapiran reservoir penting, dan berumur Miosen atas
Pliosen. Formasi paling atas adalah formasi Lidah, yang berumur Pliosen
fasa regresif anggoata Ngrayong dan formasi Kawengan yang transgresif diatasnya