Oleh:
dr. Pradinta Bayu Krisnadewara
Pembimbing:
dr.Yuyun
2. Riwayat Pengobatan :
- Tidak ada.
4. Riwayat Keluarga :
5. Riwayat pekerjaan:
- Pasien merupakan seorang Ibu yang tinggal dan diurus oleh keluarganya. Saat ini
pasien berada di rumah saja setiap harinya.
Daftar Pustaka :
- Guideline Stroke Tahun 2011. Pokdi Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI). Jakarta. 2011.
- Gilroy J. Basic Neurology. Third Edition. Mc Graw Hill. New York, 2000 ; 225 -306
- Japardi I. Patofisiologi stroke infark akibat tromboemboli. USU digital library. Available
from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1982.
- Feigin V. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke
(terjemahan). cetakan kedua. PT Buana Ilmu Populer. Jakarta. 2006
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Stroke non Hemoragik.
Definisi Stroke
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal
maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24
jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke pada prinsipnya
terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila
karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh
darah otak disebabkan karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan.Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke
merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan
stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke embolik)
dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%. Presentase
stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%.± 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau
hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan subarachnoid.Angka kematian stroke
hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah
ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.
Usia merupakan faktor resiko terjadinya stroke. Dengan semakin bertambahnya usia,
seseorang semakin beresiko menderita stroke.. Hal ini berkaitan dengan elastisitas pembuluh
darah.
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk
menderita stroke dibanding perempuan. Hal ini dapat disebabkan gaya hidup seperti merokok
dan mengkonsumsi alkohol yang lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding perempuan.
Ras dan keturunan juga mempengaruhi resiko seseorang menderita stroke. Riwayat penyakit
stroke dalam keluarga atau penyakit yang berkaitan dengan stroke menjadi faktor resiko
seseorang dapat terserang stroke.
Orang yang memiliki kebiasaan merokok dua kali lebih beresiko untuk menderita
stroke dibanding orang yang tidak merokok . Rokok menimbulkan plak pada pembuluh darah
akibat nikotin dan karbon monosida, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya aterosklerosis.
Hipertensi merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam kejadian stroke.
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya ateroslerosis pembuluh darah serebral sehingga
nantinya akan pecah dan menimbulkan perdarahan pada jaringan otak. Pada pasien dengan
penyakit jantung, fibrilasi atrium dapat menyebabkan penurunan cardiac output, sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi serebral.
Pada pasien dengan penyakit diabetes mellitus terjadi gangguan vaskuler sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya hambatan aliran darah ke otak. Meningkatnya kadar gula
darah secara berkepanjangan berkaitan erat dengan disfungsi sel endotel yang dapat memicu
terbentuknya aterosklerosis. Kecenderungan membentuk bekuan abnormal semakin
dipercepat oleh resistensi insulin, sehingga kecenderungan mengalami koagulasi
intravaskular juga semakin meningkat.
Patofisiologi Stroke
Stroke merupakan jejas otak yang disebabkan oleh dua jenis gangguan vaskular,
yaitu iskemia dan hemoragik. Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan perubahan
aliran darah otak, baik karena adanya sumbatan/oklusi pembuluh darah ataupun karena
adanya perdarahan pada otak, menimbulkan tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa.
Berkurangnya oksigen atau meningkatnya karbondioksida dapat merangsang pembuluh darah
untuk berdilatasi sebagai kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah lebih banyak.
Sebaliknya keadaan vasodilatasi memberi efek pada peningkatan tekanan intrakranial.
Mekanisme cedera sel akibat stroke sebagai berikut. Tanpa obat-obat neuroprotektif,
sel-sel saraf yang mengalami iskemia 80% atau lebih akan mengalami kerusakan irreversibe
dalam beberapa menit. Pusat iskemik dikelilingi oleh daerah jaringan lain yang disebut
penumbra iskemik atau “zona transisi” .Sel-sel neuron yang berada di daerah ini berada
dalam bahaya tetapi belum rusak secara ireversibel. Cedera dan kematian sel otak
berkembang secara cepat di dalam pusat infark, dan setelah beberapa saat di daerah penumbra
iskemik, karena tanpa pasokan darah yang memadai, sel-sel otak kehilangan kemampuan
untuk menghasilkan energi, terutama ATP. Apabila kekurangan energi terjadi, maka akan
mengakibatkan pompa natrium-kalium sel berhenti berfungsi sehingga neuron membengkak.
Salah satu cara sel otak berespon terhadap kekurangan energi ini adalah dengan
meningkatkan konsentrasi kalium intrasel. Sel-sel otak kemudian melepaskan
neurotransmitter eksitatorik glutamat dalam jumlah berlebihan. Glutamat yang dibebaskan ini
kemudian merangsang aktivitas kimiawi dan listrik di sel otak lain dengan melekat ke suatu
molekul di neuron lain, reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA). Pengikatan reseptor ini
memicu pengaktifan enzim nitrat oksida sintase (NOS), yang menyebabkan terbentuknya
molekul gas, nitrat oksida (NO). NO terdapat secara alami di dalam tubuh dan meningkatkan
banyak fungsi fisiologis yang bergantung pada vasodilatasi, namun dalam jumlah berlebihan,
NO dapat menyebabkan kerusakan dan kematian neuron. Sel-sel otak akhirnya mati akibat
kerja berbagai protease yang diaktifkan oleh kalsium, lipase, dan radikal bebas yang
terbentuk akibat jenjang iskemik. Akhirnya, jaringan otak yang mengalami infark
membengkak dan dapat menimbulkan tekanan dan distorsi serta merusak batang otak.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
Pada pasien stroke, tekanan darah diperiksa pada kedua tangan untuk mengetahui
adanya gangguan aliran darah. Denyut nadi dan pernapasan berhubungan dengan
saraf otonom.
Status Generalis
Menilai pasien secara keseluruhan dari head to toe.
Status Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk mengkonfirmasi anamnesis yang telah
ditanyakan. Apakah memang ada gangguan pada Nervus cranialis ataupun gangguan
neorologis lainnya
Pemeriksaan Penunjang
Tujuan dilakukannya pemeriksaan penunjang yaitu untuk diagnosis, preventif dalam
menanggulangi faktor resiko, dan untuk menentukan prognosis. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan terdiri dari pemeriksaan radiologi dan laboratorium. CT-scan kepala non kontras
merupakan pemeriksaan gold standard
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke dapat dibagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap akut dan paska
akut. Fase akut terjadi pada hari ke 0 sampai hari ke 14 sesudah onset penyakit. Pada tahap
akut, sasaran pengobatan ditujukan untuk menyelamatkan neuron yang cedera agar tidak
sampai mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu atau
mengancam fungsi otak. Tidakan dan obat yang diberikan harus menjamin perfusi darah ke
otak tetap cukup. Jalan napas pasien harus bersih dan longgar. Jantung juga harus berfungsi
dengan baik, bila perlu dipantau dengan EKG. Tekanan darah dipertahankan pada tingkat
optimal, serta dipantau agar jangan terjadi penurunan perfusi otak. Kadar gula darah yang
tinggi pada fase akut tidak diturunkan dengan drastis, terutama pada penderita diabetes
melitus. Bila pasien dalam keadaan gawat atau koma, keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa darah harus dipantau.
Obat-obatan yang digunakan untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak
antara lain anti edema otak berupa gliserol 10 % per infus, 1 gr/kg BB/hari dalam 6 jam,
kortikosteroid dan deksametason dengan bolus 10-20 mg i.v., diikuti 4-5 jam/6 jam selama
beberapa hari, lalu diturunkan pelan-pelan dan dihentikan setelah fase akut. Anti agresasi
trombosit asam asetil salisilat (ASA), seperti aspirin, aspilet dengan dosis rendah : 80-300
mg/hari serta antikoagulan misalnya heparin. Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan
dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi penderita dan pencegahan terulangnya stroke.
Pemberian antikoagulan
a) Antikoagulasi yang urgent dengan tujuan mencegah timbulnya stroke ulang awal,
menghentikan perburukan defisit neurologi, atau memperbaiki keluaran setelah stroke
iskemik akut tidak direkomendasikan sebagai pengobatan untuk pasien dengan stroke
iskemik akut.
b) Antikoagulasi urgent tidak direkomendasikan pada penderita dengan stroke akut
sedang sampai berat karena meningkatkan komplikasi perdarahan intrakranial.
c) Secara umum, pemberian heparin, LMWH atau heparinoid setelah stroke iskemik
akut tidak bermanfaat. Namun, beberapa ahli masih merekomendasikan heparin dosis
penuh pada penderita stroke iskemik akut dengan risiko tinggi terjadi reembolisasi,
diseksi arteri atau stenosis berat arteri karotis sebelum pembedahan. Kontraindikasi
pemberian heparin juga termasuk infark besar >50%, hipertensi yang tidak terkontrol,
dan perubahan mikrovaskuler otak yang luas.
Pemberian antiplatelet
a) Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48 jam setelah
awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut.
b) Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi akut pada
stroke, seperti pemberian rtPA intravena.
c) Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan.
d) Penggunaan aspirin sebagai adjunctive therapy dalam 24 jam setelah pemberian
obat trombolitik tidak direkomendasikan.
e) Pemberian clopidogrel saja atau kombinasi dengan aspirin, pada stroke iskemik
akut, tidak dianjurkan, kecuali pada pasien ada indikasi spesifik, misalnya angina
pektoris tidak stabil, non-Q-wave MI, atau recent stenting, pengobatan harus
diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian.
f) Pemberian antiplatelet intravena yang menghambat reseptor glikoprotein IIb/ IIIa
tidak dianjurkan. Kombinasi Aspilet + extended-releasedipyridamol pilihan yang
diterima oleh FDA sebagai pencegahan sekunder stroke iskemik dibandingkan
hanya aspilet saja. Pemberian warfarin dan antikoagulan oral lain meningkatkan
resiko perdarahan sehingga tidak direkomendasikan.
Neuroprotektan
Pemakaian obat-obatan neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang efektif,
sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun, citicoline sampai saat ini memberikan
manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicoline pada pada stroke iskemik akut dengan dosis
2 x 1000 g intravena 3 hari dan dilanjutkan dengan oral 2 x 1000 g selama 3 minggu. Selain
itu, pada penelitian yang dilakukan PERDOSSI secara multisenter, pemberian plasmin oral 3
x 500 mg pada 66 pasien di 6 rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukkan efek positif
pada penderita stroke akut berupa perbaikan motorik.
.
BAB II
KASUS
IDENTITAS PASIEN
NRM : 79.32.10
Nama : Ny.S
Umur : 85 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Suku : Jawa.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD.
Alamat : Tanggung Gunung 01/02 Tulungagung
Tanggal Masuk : 27 April 2018
Jaminan : Umum
ANAMNESA
Keluhan Utama
Bicara Pelo.
Keluhan Tambahan
Nyeri Kepala, Kaki dan tangan kiri terasa lemas.
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : Tampak lemas.
- Kesadaran : E4 M6 V5.
- Tekanan Darah : 150/80 mmHg.
- Nadi : 98 x/menit.
- Pernafasan : 20 x/menit.
- Suhu : 36.2 oC.
Kepala
- Wajah : Simetris kanan dan kiri, deformitas (-).
- Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+), pupil bulat, isokor 3 mm / 3 mm.
- Telinga : Dalam batas normal.
- Hidung : Dalam batas normal.
- Mulut : Kering (-)
Thorax
- Cor : Bunyi jantung I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-).
- Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-).
Abdomen
Perut tampak mendatar, bising usus (+) normal, teraba supel, nyeri tekan (-), perkusi timpani,
nyeri ketok (-).
Ekstremitas
- Superior : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
- Inferior : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
Pemeriksaan Neurologis
GCS : E4 M6 V5.
Mata : Pupil bulat, isokor 3 mm / 3 mm.
Nervus Cranialis : Dalam batas normal.
Motorik :
- Superior 5555 / 1111.
- Inferior 5555 / 1111.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DL GDA EKG
DIAGNOSA SEMENTARA
CVA susp non Hemoragik
Pada Kasus dapat dilihat dari keluhan utama pasien berupa bicara pelo dengan disertai
nyeri kepala, dan kelemahan anggota gerak badan sebelah kiri merupakan gejala yang
menunjukkan gejala Stroke. Hal ini didukung dengan riwayat penyakit pasien berupa
Hipertensi yang tidak terkontrol, dimana hal ini meningkatkan resiko terjadinya Stroke, selain
itu dari anamnesis juga tidak dapatkan jika pasien mengalami muntah atau trauma kepala
sebelumnya.
Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan Tanda Tanda Vital, Tekanan darah 150/80mmHg,
Nadi98 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36.2 oC GCS E4M5V6. Kemudian dari
pemeriksaan status neurologis didapatkan kelainan pada Nervus XII dan Nervus VII.
Dari Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik kita dapat menghitung Siriraj Score dengan
hasil -5, dimana dapat kita ambil kesimpulan Diagnosis sementara pasien adalah Stroke non
Hemoragik,
Dari Penatalaksanaan diberikan IVFD NaCl 0,9% 20 t/m, inj citicoline 3 x 250 mg
(IV), inj Ranitidine 2 x 150 mg (IV), dan Inj. Santagesic 3 x 1 amp (IV). Penatalaksanaan
IGD pada kasus ini sudah tepat, dimana diberikan neuroprotector berupa citicoline dan
tatalksana simptomatis berupa injeksi ranitidine dan injeksi Santagesic. Hanya saja untuk
Stroke non Hemoragik dapat diberikan trombolitik untuk mengurangi sumbatan di pembuluh
darah otak, dan pemeriksaan penunjang dapat dilakukan CT-Scan Non Kontras, karena
pemeriksaan CT-Scan Non Kontras merupakan gold standart dari pemeriksaan penunjang
untuk Stroke
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
- Guideline Stroke Tahun 2011. Pokdi Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI). Jakarta. 2011.
- Gilroy J. Basic Neurology. Third Edition. Mc Graw Hill. New York, 2000 ; 225 -
306
- Japardi I. Patofisiologi stroke infark akibat tromboemboli. USU digital library.
Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1982.