Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 TUJUAN PENULISAN
1.3 METODE PENULISAN
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 TINJAUAN TEORI


a. Pengertian
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual. Dikatakan bersifat individual karenarespon individual terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainya
(konsep dan aplikasi kebutuhan dasar manusia, asmadi 2008).
Nyeri juga diartikan pengalaman sensori dan emosiaonal yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial.
(Keperawatan Medical Bedah vol. 1 2002 )
Mengatakan nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori
yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara
actual atau potensial atau menunjukan adanya kerusakan. (Nanda 2006.)
Serangan mendadak atau perlahan dari intesitas ringan sampai berat
yang dapat diatasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan. dan
nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual ataau
potensial atau adanya kerusakan, serangan mendadak atau perlahan
dariinternsitas ringan sampai berat, nyeri konstan atau berulang yang tidak
dapat di antisipasi atau diprediksi kesembuhannnya dengan durasi nyeri
lebih dari 6 bulan.

b. Etiologi
- Faktor Resiko
o Nyeri akut
 Melaporkan nyeri sacara verbal dan nonverbal

 Menunjukan kerusakan

 Posisi untuk mengurangi nyeri

 Gerakan untuk melindungi

 Tingkah laku berhati-hati

 Muka topeng

 Gangguan tidur

 Focus pada diri sendiri

 Focus menyempit (penurunan persepsi, kerusakan proses


berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

 Tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain,


aktifitas berulang)

 Respon otonom (diaphoresis, perubahan tekanan darah,


perubahan nadi, napas, dilatasi pupil)

 Perubahan otonom dalam tonus otot ( dalam rentang lemah ke


kaku)

 Tingkah laku ekspresif ( gelisah, merintih, waspada, napas


panjang, mengeluh)

 Perubahan dalam napsu makan

o Nyeri kronis

 Perubahan berat badan

 Melaporkan secara verbal atau nonverbal atau menunjukaan


perilaku melindungi, perilaku berhati-hati, muka topeng,
iritabilitas, focus pada diri sendiri, gelisah, depresi

 Attrofi yang melibatkan beberapa otot


 Perubahan pola tidur

 Kelelahan

 Takut cidera kembali

 Interaksi dengan orang lain menurun.

- Faktor Predisposisi

1. Trauma

a. Mekanik

Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami


kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-
lain

b. Thermis

Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan


akibat panas, dingin, misalnya karena api dan air

c. Khemis

Nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat


asam atau basa kuat

d. Elektrik

Nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat


mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan
otot dan luka bakar

2. Neoplasma

a. Jinak

b. Ganas

3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan, misalnya
abses

4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah

5. Trauma psikologis

-Faktor presipitasi

o Lingkungan

o Suhu ekstrem

o Kegiatan yang tiba-tiba

o Stressor fisik

o Emosi

- Klasifikasi nyeri
o Nyeri berdasarkan tempatnya

1. Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan


tubuh misalnya pada kulit, mukosa

2. Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh


yang letih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral

3. Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena


penyakit organ/ struktur dalam tubuh, yang ditransmisikan
kebagian tubuh didaerah yang berbeda bukan daerah asal
nyeri

4. Central pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan


pada system saraf pusat, spinal coret, batang otak, thalamus
dll

o Nyeri berdasarkan sifatnya


1. Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.

2. Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta


dirasakan dalam waktu yang lama.

3. Paroxymal pain yaitu nyeri yang dirasakanberintensitas


tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±
10-15 menit lalu menghilang kemudian timbul lagi.

o Nyeri berdasarkan berat ringannya :

1. Nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah

2. Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi

3. Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi

o Nyeri berdasarkan waktu lama nya serangan

1. Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang


singkat dan berakhir kurang dari 6 bulan

2. Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan

- Komplikasi
o Gangguan pola istirahat tidur
o Syok neurogenik

c. Proses terjadinya
- Teori spesifik (the specificity theory)

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh


melalui saraf sensori. Saraf sensori untuk setiap indra perasa bersifat
spesifik, artinya saraf sensoris dingin hanya dapat dirangsang oleh
sensasi dingin bukan oleh panas begitu pula dengan saraf sensoris
lainnya.menurut teori ini timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan
pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik,
rangsangan kimia atau temperature yang berlebihan. Persepsi nyeri
yang dibawa oleh serabut saraf diproyeksikan oleh spinotalamik ke
spesifik pusat nyeri di thalamus.

- Teori control pintu (the gate control theory)

Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi nyeri, kegiatannya


tergantung pada aktifitas serat saraf eferen berdiameter besar atau kecil
yang dapat mempengaruhi sel saraf disubstansia gelatinosa. Aktifitas
serat saraf yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya
“pintu ditutup” sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil
mempengaruhi transmisi yang artinya “pintu terbuka”.tetapi menurut
penelitian terakhir tidak ditemukan hambatan yang presinaptik .
hambatan oleh presinaptik pada serat yang berdiameter besar maupun
kecil hanya terjadi bila serat tersebut dirangsang secara berturut-turut.
Oleh karena tidak semua sel saraf disubstansia gelatinosa menerima
infus konfergen dari sel saraf besar maupun kecil baik yang
membahayakan atau tidak, maka peranan control pintu ini menjadi
tidak jelas.

- Teori intensitas (the intensity theory)

nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap


rangsangan sensory punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup.

d. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan DL ( darah lengkap )

b. CT Scan

c. EKG

d. MRI

e. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

- Monitor gejala cardinal/tanda-tanda vital


- Kaji ada infeksi atau peradangan disekitar nyeri

- Beri rasa aman

- Sentuhan terapeutik

Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai


keseimbangan energi antara tubuh dengan lingkar luar. Orang sakit
berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan
pada pasien diharapkan ada transfer energi pasien.

- Gulded imagery

Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang


menyenangkan. Tindakan ini akan membantu pasien menghilangkan
nyeri yang dirasakan.

- Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri efektif untuk nyeri ringan


sampai sedang. Distraksi visual (melihat tv), distraksi audio
( mendengarkan musik), distraksi sentuhan ( massage, memegang
mainan ), distraksi intelektual ( merangkul pazzel)

- Akupressure

Pemberian tekanan pada pusat nyeri

- Anticipatory guldance

Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri

- Bio feed back

Teraapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi


tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol
volunteer terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan migren dengan cara memasang elektrodo pada
pelipis.

2. Penatalaksanaan medis
- Pemberian analgetik

Obat golongan analgetik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri


dengan jalan mendepresi system saraf pusat pada thalamus dan korteks
serebri. Analgetik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah nyeri. Terdapat tiga
klasifikasi mayor dari analgetik yaitu :

a. Narkotik (strong analgetik )

Termasuk didalamnya adalah derivate opiate seperti morphine


dan codein. Narkotik menghilangkan nyeri dengan mengubah
aspek emosional dari pengalaman nyeri.

b. Non narkotik ( mild analgesic )

Mencangkup derivate dari asam salisilat ( aspirin ). Para amino


phenols ( pheracetin ), pyrazdan ( phenylbutazone )

c. Analgetik kombinasi

Seperti kombinasi dan analgetik kuat dan ringan contohnya :


tylenol, merupakan kombinasi dari acetaminophen obat
analgetik non narkotik dengan codein 30mg

- Plasebo

Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat


analgesic ( seperti : gula, larutan garam / normal saline, air ) tetapi hal
ini dapat menurunkan nyeri. Hal itu karena factor persepsi kepercayaan
pasien.

f. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Penentuan ada tidaknya nyeri
- Karakteristik nyeri dengan cara PQRST :
P (provoking) : factor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri
Q (quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tertusuk atau tersayat
R (region) : daerah / lokasi nyeri
S ( severity ) : tingkat keparahan nyeri, skala nyeri
0: tidak ada nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10: nyeri berat
T (time) : waktu timbulnya nyeri / lamanya/ frekuensi nyeri
- Respon Fisiologi
o Respon prilaku
o Respon afektif
o Pengaruh nyeri terhadap kehidupan pasien
o Persepsi pasien terhadap nyeri

1. Data Subjektif

Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, pasien cemas
karena nyerinya tidak berkurang, mengkaji karakteristik nyeri
dengan metode PQRST

2. Data Objektif

- Badannya teraba panas karena peradangan sekitar nyeri

-Tekanan darah dan nadi meningkat

-Pasien meringis

-Pasien menunjukkan gerakan tubuh seperti : gelisah, impbilisasi,


ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan, aktivitas
melangkah yang tunggal ketika berlari atau berjalan, gerakan ritmik,
gerakan melindungi bagian tubuh yang terasa nyeri

-Pasien menunjukkan vokalisasi berupa sesak nafas, mengaduh,


mendengkur.

a. Perencanaan

1. Prioritas

Nyeri akut atau nyeri kronis berhubungan dengan :

- Trauma jaringan tubuih ditandai dengan terdapatnya luka

-Iritasi bagian mukosa lambung ditandai dengan nyeri pada


perut bagian kanan bawah, pasien memegangi bagian perut
bawah yang sakit
2. Rencana keperawatan

a. Diagnosa keperawatan

- Nyeri akut

- Nyeri kronis

b. Tujuan dan kriteria hasil

1. Pasien menunjukkan penurunan skala nyeri

2. Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks

3. Pasien mampu mempertahankan fungsi fisik dan


psikologis yang dimiliki

4. Pasien mampu menggunakan terapi yang diberikan


untuk mengurangi rasa nyeri

c. Intervensi dan Rasional

No Intervensi Rasional
1 Bangun rasa saling percaya dengan Menumbuhkan kepercayaan klien
klien
2 Kaji tingkat nyeri dengan tehnik Untuk mengetahui tingkat nyeri dan
P,Q,R,S,T berguna dalam pengawasan keefektifan
obat serta kemajuan kesembuhan
3 Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum pasien
4 Pertahankan tirah baring selama fase Istirahat dapat mengurangi rasa nyeri
nyeri pasien
5 Beritehnik distraksi dan relaksasi Tindakan ini dapat menurunkan tekanan
vaskuler serebral dan yang memperlambat
atau memblok respon simpatik efektif
dalam menghilangkan nyeri
6 Delegatif : pemberian analgesic sesuai Menurunkan dan mengontrol nyeri serta
indikasi menurunkan rangsangan system saraf
simpatik

d. Pelaksanaan

Pelasanaan atau implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan


dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri
( independen ) dan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain ( Tarwoto dan
Wartonah, 2006)

e. Evaluasi

1. Penurunan skala nyeri ( misalnya dari 5 menjadi 2 dari 10 skala nyeri yang
diberikan.

Merasa nyaman dan dapat istirahat tidur dengan tenang


2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.TY

DENGAN NYERI AKUT DI RUANGAN IGD RSUD WANGAYA

TANGGAL 23 JULI 2015

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 23 Juli 2015 pukul di
Ruang IGD RSUD Wangaya dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medik).
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung Jawab

Nama : Tn.TY Ny.MW


Umur : 46 tahun -

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Status Perkawinan : Menikah Menikah

Suku/bangsa : Indonesia Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan :- -

Pekerjaan :- -

Alamat : Jl.Kartika no.36 Kuta Jl.Kartika No.36 Kuta

No.telepon :-

No. Register : 981171

Tgl MRS : 23 Juli 2015

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien mengeluh sakit perut.
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien megeluh sakit perut bagian kanan bawah sejak 2 hari yang
lalu. Riwayat berobat ke klinik (+).
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD keluhan nyeri perut pada bagian kanan
bawah, saat diperiksa terdapat adanya nyeri tekan pada bagian
perut kanan bawah. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada
mual muntah. Pasien tampak gelisah, pasien tampak memegang
perutnya dan meringis kesakitan. Dari hasil pemeriksaan di
dapatkan tanda-tanda vital : TD : 140/90 mmHg, N: 88 x/mnt, RR :
19 x/mnt, S:37,40C.
Di IGD pasien mendapatkan terapi :
IVFD RL 20 tetes/menit
Obat injeksi
- Cefotaxime 3x1 gram
- Ranitidine
Skin test (+)
Pemeriksaan penunjang : cek lab lengkap
Pasien di diagnose medis oleh dokter dengan Obs. Abdominal Pain
e.c. Appendicitis.
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya pasien belum dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama ataupun penyakit
lainnya yang infeksius maupun penyakit lainnya seperti Diabetes,
Hipertensi, Stroke, dan sebagainya
5. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada mempunyai
riwayat penyakit yang sama dengan pasien ataupun penyakit
lainnya yang infeksius maupun penyakit lainnya seperti Diabetes,
Hipertensi, Stroke, dan sebagainya

c. Pola Kebiasaan
1. Bernafas
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sebelum sakit pasien
tidak mengalami gangguan dalam bernafas.
Saat pengkajian : pasien mengatakan saat sakit pasien tidak
ada masalah dalam bernafas.
2. Makan dan minum
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sebelum sakit
mengatakan nafsu makan pasien baik. Pasien
makan 3x1 sehari masing-masing 1 porsi.
Pasien tidak memiliki pantangan makan dan
pasien minum 7-8 gelas sehari.
Saat pengkajian : pasien mengatakan saat sakit nafsu makan
pasien tetap seperti biasa.
3. Eliminasi
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sebelum sakit pasien
BAB 1x sehari dengan konsistensi padat
warna kuning kecoklatan, bau kas feses.
Pasien BAK 3-4 x sehari dengan warna
kuning bau kas urine.
Saat pengkajian : pasien mengatakan BAB dan BAK sama
seperti biasa.
4. Gerak dan Aktivitas
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan biasa melakukan
kegiatan sendiri tanpa di bantu oleh keluarga.
Saat pengkajian : pasien mengatakan saat sakit aktivitasnya di
bantu oleh keluarga.
5. Istirahat dan Tidur
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sebelum sakit biasa
tidur 7-8 jam sehari.
Saat pengkajian : pasien mengatakan semenjak sakit tidurnya
berkurang karena pasien merasakan nyeri di
bagian perut kanan bawah.
6. Kebersihan Diri
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan mandi 2x sehari.
Saat pengkajian : pasien mengatakan sebelum masuk rumah
sakit sudah sempat mandi.
7. Pengaturan Suhu Tubuh
Sebelum pengkajiam : pasien mengatakan sempat mengalami
demam di rumah.
Saat pengkajian : pasien mengatakan badannya teraba panas.
8. Rasa Nyaman
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidak merasakan nyeri
sebelum sakit.
Saat pengkajian : pasien mengatakan mengalami nyeri di
bagian perut kanan bawah, pasien merasakan
nyeri ketika pasien bergerak, skala nyeri
pasien 4 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan.
9. Rasa Aman
Sebelum pengkajian : pasien usia dewasa sedang dalam pengaruh
alcohol pasien mampu melakukan mobilisasi
secara mandiri, kondisi sensori pasien baik,
lingkungan perawatan pasien dalam kondisi
baik.
Saat pengkajian : pasien usia dewasa tidak dalam pengaruh
alcohol, pasien mampu melakukan mobilisasi
secara mandiri, kondisi sensori pasien baik,
lingkungan perawatan pasien dalam kondisi
baik.
10. Data Sosial
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan hubungan dengan
keluarganya baik.
Saat pengkajian : pasien mengatakan tetap berhubungan baik
dengan keluarganya.
11. Prestasi dan Produktivitas
Sebelum Pengkajian : pasien tidak mempunyai prestasi yang
menonjol.
Saat pengkajian : pasien tidak mengetahui cara
menanggulangi penyakitnya secara mandiri.
12. Rekreasi
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sebelum masuk rumah
sakit pasien berkunjung ke rumah saudara
untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Saat pengkajian : pasien mengatakan saat di rumah sakit
mengobrol dengan keluarganya untuk
menghilangkan rasa sakitnya.
13. Belajar
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidak mengerti tentang
pengertian, tanda gejala, penyebab, dan
penatalaksanaan appendicitis.
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak mengerti tentang
pegertian, tanda gejala, penyebab, dan
penatalaksanaan appendicitis.
14. Ibadah
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan setiap hari sembahyang
di rumah.
Saat pengkajian : pasien mengatakan sudah sembahyang
sebelum ke rumah sakit.

d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : compos mentis
b. Bangun tubuh : sedang
c. Postur tubuh : tegak
d. Cara berjalan : lancar terkoordinir
e. Gerak motorik : normal
f. Keadaan Kulit :
- Warna : normal
- Turgor : baik
- Kebersihan : bersih
- Luka : tidak ada
g. Gejala Kardinal
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- RR : 19 x/menit
- Suhu : 37,4oC
h. Ukuran Lain
- BB : Tidak terkaji
- TB : Tidak terkaji
- LL : Tidak terkaji
2. Kepala
Kulit kepala bersih, rambut pendek, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada luka.
3. Mata
Kunjungtiva merah muda, skelara putih, pupil isokor, mata
simetris, tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan.
5. Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada luka, tidak ada cairan atau
serumen, tida ada nyeri tekan.
6. Mulut
Bentuk simetris, mukosa bibir kering, gusi tidak berdarah, gigi
bersih.
7. Leher
Normal, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
8. Thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan.
9. Abdomen
Bentuk simetris, nyeri perut bagian kana bawah, distensi.
10. Genetalia
Tidak terkaji.
11. Anus
Tidak terkaji
12. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
Pergerakan bebas, kuku bersih, CRT kurang dari 2 detik,
tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan.
b. Ekstremitas Bawah
Pergerakan bebas, kuku bersih, CRT kurang dari 2 detik,
tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan.
c. Kekuatan otot
Tidak terkaji
e. Pemeriksaan Penunjang

Ruang Hari/tanggal/jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai


Laboratorium Pemeriksaan Rujukan
Instalansi Kamis / 23 juli pH 6,5 4,5 – 8,6
laboratorium 2015
Leukosit Esterase Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
urobilinogen Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Sedimen
Eritrosit Negatif 0,2
Leukosit 0,1/ lpb
Silinder Negatif
Sel epitel 2-3
Kristal Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain - lan

Ruang Hari /Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai


/Jam laboratorium DL Pemeriksaan rujukan
Instalasi Kamis 23 juli Hematologi
laboratorium 2015
DL 5 DIFF
Jumlah leukosit H 16.86 103/UL 4.0 – 10.0
Jumlah eritrosit 4.93 106/UL 4.50 – 6.20
Hemoglobin 15.5 g/dl 13.0- 18.0
Hematokrit 43.9 % 40.0 – 54.0
MCV 89.0 fl 81.0 – 96.0
MCH 31.4 pg 27.0 -36.0
MCHC 35.3 g/l 31.0 – 37.0
Jumlah Trombosit 162 103 /UL 150-400
RDW-SD 44.2 fl 37 – 54
RDW-CV 13.8 % 11.0 – 16.0
PDW 11.4 fl 9.0 – 17.0
MPV 10.7 fl 9.0 -13.0
P-LCR 28.7 % 13.0 – 43.0
PCT 0.17% 0.17 – 0.35
Neutrofil H 79.0 % 50 – 70
Monosit 7-9% 2-3
limfosit L 11.9% 20 – 40
Eusinofil 1.1 % 0- 4
Basofil 0.1 % 0-1
IG - 0 – 0.60
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 105 mg/dl
Urinalisasi
Urine lengkap
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.015 1000 - 1030

2. Analisa Data

ANALISA DATA PADA PASIEN Tn.TY


DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN : NYERI AKUT
DI RUANG IGD RSUD WANGAYA
TANGGAL 23 JULI 2015

Data Subjektif Data Objektif Masalah


1. Pasien mengatakan sakit 1. Pasien tampak meringis kesakitan Nyeri akut
2. Pasien tampak memegang perutnya
perut bagian kanan
3. Tekanan darah pasien 140/90
bawah sejak 2 hari yang
mmHg
lalu
2. Pasien mengatakan
merasa nyeri ketika
bergerak
1. Pasien mengatakan sakit 1. Peningkatan jumlah leukosit H Resiko Infeksi
perut bagian kanan 16.86 103 /UL dari nilai normal 4,8
bawah sejak 2 hari yang – 10,8 103 / UL
lalu
2. Rumusan Masalah Keperawatan
a. Nyeri Aku
b. Resiko Infeksi
3. Analisa Masalah
a. P : Nyeri Akut
E : Agen cidera biologi
S: Pasien mengatakan sakit pada perut bagian kanan bawah ,pasien
tampak meringis kesakitan,pasien mengatakan kesakitan ketika
bergerak.skala nyeri pasien 4 dari 0-10 dari skala nyeri yang di
berikan.

Proses terjadinya: Peradangan yang terjadi pada apendik menyebabkan


reseptor nyeri pada daerah tersebut mengirimkan/melepaskan
makan mediator nyeri ke pusat nyeri ke korteks otak kemudian dip
roses dan impuls tersebut di kembalikan ke perifer dalam bentuk
persepsi nyeri.
Akibat tidak di tanggulangi : Berkurangnya rasa nyaman hingga syok
neurogenik

b. P : Resiko infeksi
E : Proses inflamasi
S : Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah sejak 2 hari
yang lalu, peningkatan jumlah leukosit H 16.86 103 /UL dari nilai
normal 4,8 – 10,8 103 / UL
Proses terjadinya : prosedur infasif akan menyebabkan terjadinya
kontak tubuh yang terjadi insisi / tindakan inpasif lainya sehingga
menyebabkan mikroorganisme penyebab infeksi mudah masuk ke
dalam tubuh.
Akibat jika tidak di tanggulangi : Akan terjadi infeksi actual.
3.2 PERENCANAAN
1. Prioritas masalah keperawatan (gangguan rasa nyaman)
a. Nyeri akut
b. Resiko infeksi

RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.TY

No Hari/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf


tanggal/ Keperawatan
jam
1. Kamis, Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan O:
23 Juli 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan 1x2 jam, 1. Observasi tanda-tanda
2015 pengaruh nyeri terhadap
agen cidera biologi diharapkan masalah vital
peningkatan TD dan nadi
yang di tandai dengan keperawatan gangguan rasa
pasien.
pasien mengatakan nyaman nyeri teratasi
sakit perut bagian dengan kriteria hasil:
N:
1. Skala nyeri 1-3 dari 0-10
kanan bawah, pasien N:
2. Untuk mengurangi rasa
skala nyeri yang
tampak meringis 2. Istirahatkan pasien pada
nyeri yang dirasakan
diberikan
kesakitan, pasien posisi nyaman
2. Pasien tidak meringis pasien dan pasien lebih
merasa sakit perut
kesakitan rileks.
ketika bergerak, 3. Pasien tidak berhati-hati
tekanan darah pasien dan menghindari daerah 3. Anjurkan teknik 3. Memfokuskan kembali
140/90 mmHg yang nyeri distraksi dan relaksasi perhatian meningkatkan
rasa control dan dapat
meningkatkan
kemampuan dalam
4. Kaji skala nyeri dengan managemen nyeri
PQRST
4. Untuk mengetahui skala
nyeri pasien secara lebih
C: lanjut.
5. Kolaborasikan dengan
dokter pemberian obat
penghilang rasa nyeri 5. Untuk menurunkan skala
nyeri
2. Kamis, Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk mengetahui suhu
23 Juli berhubungan dengan keperawatan 1x2 jam vital tubuh sampai 380C dalam
2015 proses inflamasi diharapkan masalah resiko 24 jam yang menandakan
infeksi teratasi dengan terjadinya infeksi
2. Untuk mencegah
kriteria hasil:
1. Infeksi tidak terjadi terjadinya infeksi
2. Lakukan cuci tangan
3. Member jalan masuk
sebelum kontak dengan
untuk pemberian obat-
pasien
3. Kolaborasi pemasangan obatan ke dalam tubuh
4. Untuk mencegah
infuse RL
pertumbuhan kuman atau
bakteri

4. Pemberian tindakan
delegatif pemberian
obat antibiotic :
cefotaxime
3.3 PELAKSANAAN
3.4 EVALUASI
BAB IV

PEMBAHASAN

Penerapan teori asuhan keperawatan dalam menangani masalah gangguan


rasa nyeri dalam praktik lapangan tepatnya di ruang IGD RSUD Wangaya secara
umum sudah sesuai tahapan-tahapan dalam proses keperawatan yang meliputi,
pengkajian, diagnosa, intervensi,implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap pertama asuhan keperawatan dimana
dalam pengkajian dilakukan pengumpulan data. Data yang ditemukan
pada kasus yaitu pasien mengeluh sakit perut bagian kanan bawah sejak 2
hari yang lalu dan mengeluh nyeri ketika bergerak. hasil laboratorium
hematologi DL: WBC tinggi, RBC normal, HGB normal, HCT normal,
MCV normal.
B. DIAGNOSA
Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis
menggunakan pendapat NANDA (2006) sebagai dasar untuk perumusan
diagnosis keperawatan. Penulis mengacu pada rumusan diagnosa NANDA
2006.
Menurut NANDA 2006 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Tn. TY dengan :
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut.
Menurut NANDA 2006 nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (internasional assosciation for the study of pain),
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir dapat diantisipasi atau diprediksi dengan berlangsung
kurang dari 6 bulan. Dari data tersebut dan berdasarkan keluhan
pasien penulis memunculkan diagnosa nyeri akut, ini karena sesuai
dengan tanda dan gejala serta skala nyeri yang pasien rasakan.

C. PERENCANAAN
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas
masalah. Dalam penentuan prioritas penulis menentukan berdasaerkan
teori hirarki maslow. Penentuan prioritas dilakukan karena tidak semua
masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencannan masing-
masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan
lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan tempat/ ruangan dan
sumber daya dari tim kesehatan. Pada penentuan kriteria waktu, penulis
juga menetapkan berdasarkan kondisi pasien dan ruangan sehingga penulis
berharap tujuan yang sudah disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai.
Adapun pembahasan perencanaan kepada pasien TN TY dengan Obstrusi
abdominal pain ec appendisitis sesuai prioritas diagnosa keperawatan
sebagai berikut:
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut.
Dari diagnosa keperawatan tersebut maka rencana tindakan pada pasien
Tn. TY appendisitis dengan pendekatan NANDA 2006 adalah:
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut tujuan
utamanya adalah tanda-tanda vital normal, pasien mampu
mencapai pain level dan pasien tidak mengeluh nyeri lagi. Dengan
kriteria hasil tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan
darah 110/70mmHg sampai 120/80 mmHg, nadi 60 sampai 100
kali permenit, respirasi rate 16 sampai 24 kali permenit).
Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan nursing
intervention classification ( NIC) dan nursing outcomes
classification (NOC), perencanaannya adalah monitor TTV,
lakukan kolaborasi pemberian obat analgesik, lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi , karakteristik,durasi,
frekuensi,kualitas dan faktor penyebab nyeri itu muncul, anjurkan
untuk meningkatkan istirahat dan lakukan tindakan distraksi dan
relaksasi.

D. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan
susunan perencanaan dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat
terpenuhi secara optimal. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini,
penulis melibatkan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain sehingga dapat
bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Dalam
pelaksanaan, penulis juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan
kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini penulis
mengalami faktor penghambat, dokter yang menangani pasien Tn. TY sulit
dicari dan untuk melakukan konsultasi. Faktor pendukung pasien,
keluarga, dan tim kesehatan lain mudah untuk dilakukan kerjasama. Dalam
hal hubungan baik antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain
mempermudah untuk penyembuhan pasien. Adapun pembahasan
pelaksanaan dari masing-masing diagnosa yang telah disusun adalah
sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut.
Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori
nursing intervention classification ( NIC) dan nursing outcomes
classification (NOC). Diagnosa ini diambil dari NANDA 2006 .
a. Independen
Monitor TTV (TD : 130/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 37,2°C,
RR :22x/menit), melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
faktor yang membuat nyeri bertambah, dan mengajarkan teknik
farmakologi (relaksasi nafas dalam).
b. Interdepeden
Mengkolaborasikan dengan keluarga pasien untuk memberikan
teknik distraksi dan relaksasi.

c. Dependen
Melakukan tindakan delegatif untuk pemberian obat paracetamol.

E. EVALUASI
Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanaan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria
penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang telah ditentukan pada
tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya (Nursalam,
2008).
Adapun evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa keperawatan adalah
sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan yang tujuannya belum tercapai
a. Nyeri akut berubungan dengan agen injury biologis.
Evaluasi terakhir dilakukan pada hari Kamis, 23 Juli 2015 Pukul
19.50 Wita, tujuan belum tercapai dengan indikator pasien masih
mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah, melaporkan
bahwa nyeri sudah berkurang, dan skala menjadi 4 dari 0-10 dari
skala yang diberikan.

F. DOKUMENTASI
Penulis melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan pada pasien Tn.TY dalam studi kasus ini,
penulis telah mendokumentasikan secara lengkap mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi secara formatif dengan
format yang telah disediakan dari akademik menggunakan model “SOAP”
yang berfungsi untuk sebagai catatan perkembangan pasien.
BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN
5.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai