SAYURAN
Dosen Pembimbing:
Afrinia Eka Sari, S.TP,M.Si
Disusun Oleh:
Nafa Andini P (201602023)
Yulia Permata Sari (201602024)
Alda Dwi Septianti (201602025)
Puri Hadiyanti (201602026)
Wijda Ningrum (201602027)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami
pengolahan dan pengawetan makanan yaitu pada sayuran.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengatuhui jenis olahan pada sayuran
2 Mengetahui teknik pembuatan pada sayuran
3 Mengetahui faktor - faktor penyebab kerusakan pada sayuran dan hasil olahannya
4 Mengetahui cara untuk mempertahankan umur simpan sayuran
5 Mengetahui teknologi yang digunakan untuk mengawetkan sayuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lalapan
Lalapan adalah sayur-sayuran yang biasa disajikan beserta masakan Indonesia. Lalap
menyerupai salad, yang banyak dijumpai di makanan barat, walau begitu khas bagi lalap
adalah bahwa sayur-sayur lalap tidak dimakan bersama saus (dressing) atau bumbu-bumbu.
Lalap biasa dimakan bersama nasi dan lauk-pauk lainnya (ayam goreng, ikan goreng, sambal,
dan sebagainya). Sayur-sayuran yang biasa digunakan antara lain selada, kacang
panjang, timun, tomat, daun pepaya, daun singkong, dan kemangi. Sayur-sayuran ini
biasanya dihidangkan dalam keadaan mentah atau untuk sayur-sayuran seperti daun singkong
dan daun pepaya sebelumnya direbus terlebih dahulu. Karena terdiri dari banyak sayuran
yang belum dimasak, lalap banyak mengandung serat yang baik bagi pencernaan. Lalapan
banyak di jual di pedagang kaki lima sebagai bagian dari menu ayam goreng, lele goreng tahu
tempe goreng dan disajikan dengan sambel terasi tomat. Lalapan yang akan dimakan mentah
sebaiknya di cuci terlebih dahulu untuk menghilangkan residu pestisida yang ada, khususnya
lalapan dari budidaya yang intensif.
B. Trancam
Trancam merupakan salah satu bentuk makanan tradisional Indonesia yang terbuat
dari sayuran segar yang di campur dengan bumbu kelapa. Sayuran yang biasanya digunakan,
antara lain : kacang panjang, kamangi, mentimun, taoge / kecambah, dan petai cina. Dalam
penggunaannya, sayuran – sayuran ini hanya dicuci bersih tanpa mengalamin proses
pemanasan seperti perebusan atau pengkusan. Kemudian kacang pajang dan mentimun diiris
kecil – kecil. Bumbu terbuat dari kelapa muda yang telah dibersihkan kemudian di parut.
Parutan kelapa dicampur dengan cabai merah,cabai rawit, bawang putih, kencur,dan garam
yang telah dihaluskan.
Trancam disajikan dengan cara semua sayuran dan bumbu kelapa dicampur jadi satu,
kemudia di atasnya diberi daun kemangi. Sebaiknya trancam segera disantap karena
bahannya terbuat dari sayuran mentah dan bumbunya juga dari kelapa mentah, sehingga
makanan ini tidak tahan lama atau cepat basi.
C. Gudangan
Gudangan adalah makanan yang terdiri dari aneka sayuranyang direbus dan disajikan
dengan sambal kelapa parut. Gudangan sering dijadikan sebagai hidangan untuk hajatan
tertentu oleh masyarakat seperti syukuran, selapanan dan selamatan.Makanan ini dapat
ditemukan di daerah jawa, khususnya jawa tengah. Menu berbahan dasar sayuran ini begitu
lengkap dan memiliki cita rasa Indonesia.
D. Pecel
Pecel merupakan olahan dari sayuran. yaitu makanan khas Kota Madiun Jawa Timur
Indonesia yang terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, tauge, kacang panjang, kemangi,
daun turi, krai (sejenis mentimun) atau sayuran lainnya yang dihidangkan dengan disiram
sambal pecel. Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah dan cabe rawit yang
dicampur dengan bahan lainnya seperti daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica dan
garam.
E. Sauerkraut
Sauerkraut merupakan olahan dari sayuran dengan cara peragian dan menggunakan
garam sebagi zat pengawetan. Kol atau kubis merupakan sayuran yang paling umum diolah
menjadi sauerkraut, karena jenis sayuran ini paling banyak ditanam di Indonesia. Selain
kubis, sayuran lain yang dapat diolah menjadi sauerkraut antara lain sawi, kangkung, dan
genjer.
F. Acar
Acar merupakan olahan sayuran yang sangat sederhana. Bahan – bahan yang di gunakan,
antara lain mentimun, wortel, cabai rawit, bawang merah, garam, gula, dan cuka , serta air
matang. Biasanya acar disajikan sebagai pendamping makanan lain seperti sate, martabak,
dan bakmi.
METODE PEMBUATAN
1. Lalapan
Sayuran yang akan digunakan
(Kol, kemangi, kacang panjang, timun,
selada, terong hijau bulat)
Penirisan
2. Trancam
Penyiangan bahan dan alat
Persiapan bahan
Sajikan
3. Gudangan
Penyiangan dan persiapan
bahan dan alat
Sajikan
4. Pecel
Penyiangan dan persiapan
bahan dan alat
Sajikan
5. Sauerkrau
6. Acar
Penyiangan dan persiapan
bahan dan alat
Sajikan
PEMBAHASAN
4.1 Faktor – faktor keberhasilan dalam proses produksi
Dalam pembuatan produksi olahan sayuran, ada beberapa faktor yang membuat keberhasilan
proses produksi diantaranya adalah :
Tingkat kesegaran sayuran
sayuran yang masih segar akan memberikan hasil produk yang lebih bagus
Komposisi Bahan
Cita rasa produk selain ditentukan oleh bahan baku juga ditentukan oleh komposisi
bumbu yang tepat
Metode Pembuatan
Jika metode pembuatan sesuai maka hasil yang diperoleh akan maksimal
Modal
Modal sangat diperlukan untuk bisa menjalankan suatu produksi
Sumber Daya Manusia
Agar produksi berjalan baik, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas
Daya Tahan
Menghasilkan produk yang tahan disimpan dalam waktu yang relatif lama tanpa
kerusakan
Teknologi
Diperlukan teknologi yang sesuai dan memadai untuk mempermudah proses produksi
Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis. Kerusakan
ini terjadi pada benturan antar bahan saat dipanen dengan alat, selama pengangkutan
tertindih atau tertekan, serta terjatuh sehingga mengalami cacat berupa memar, tersobek
atau terpotong.
Kerusakan Fisik
Kerusakan ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik misalnya terjadinya
case hardening karena penyimpanan dalam gudang basah menyebabkan bahan seperti
tepung kering dapat menyerap air sehingga terjadi pengerasan atau membatu. Dalam
pendinginan terjadi kerusakan dingin chilling injuries atau kerusakan beku freezing
injuries dan freezer burn pada bahan yang dibekukan. Sel-sel tenunan pada suhu
pembekuan akan menjadi kristal es dan menyerap air dari sel sekitarnya. Akibat
dehidrasi ini ikatan sulfihidril (–SH) dari protein akan berubah menjadi ikatan disulfida
(–S–S–), sehingga fungsi protein secara fisiologis hilang dan fungsi enzim juga hilang,
sehingga metabolisme berhenti dan sel rusak kemudian membusuk. Pada umumnya
kerusakan fisik terjadi bersama-sama dengan bentuk kerusakan lainnya.
Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan fisik contohnya adalah
pengerasan lapisan luar kulit pangan yang dikeringkan seperti yang ditemukan pada
buah atau sayuran, disebabkan oleh toksin yang terdapat pada tenunan sel hidup yang
dikenal sebagai asam klorogenat. Pada kondisi normal, asam klorogenat dinetralkan
atau didetoksifikasi oleh asam askorbat. Pada suhu dingin, kecepatan reaksi
detoksifikasi lambat sehingga sel buah dan sayur membusuk akibat akumulasi toksin
pada tenunan buah dan sayur. Kerusakan akibat penyimpanan pangan pada kelembaban
tinggi (RH > 70%) dapat menyebabkan pangan menyerap air sehingga pada tepung
kering dapat menggumpal yang memicu kerusakan mikrobiologis. Kerusakan akibat
penyimpanan suhu tinggi (suhu >30°C) pada buah dan sayuran dapat menyebabkan
dehidrasi dan keriput kulit akibat keluarnya air dari jaringan. Sedangkan pengeringan
dengan suhu tinggi dapat menyebabkan case hardening atau pengerasan kulit luar
pangan akibat kerusakan sel.
Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya coating atau
enamel, yaitu terjadinya noda hitam FeS pada makanan kaleng karena terjadinya reaksi
lapisan dalam kaleng dengan H–S– yang diproduksi oleh makanan tersebut. Perubahan
pH menyebabkan suatu jenis pigmen mengalami perubahan warna, demikian pula
protein akan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Reaksi browning dapat terjadi
secara enzimatis maupun non-enzimatis. Browning non-enzimatis merupakan
kerusakan kimia yang mana dapat menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan.
Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan kimia biasanya saling terkait
dengan jenis kerusakan lainnya. Misalnya adanya panas yang tinggi pada pemanasan
minyak mengakibatkan rusaknya beberapa asam lemak yang disebut “thermal
oxidation”. Oksigen dalam minyak menyebabkan terjadinya oksidasi pada asam lemak
tidak jenuh, yang mengakibatkan pemecahan senyawa tersebut atau menyebabkan
terjadinya ketengikan minyak. Perubahan kimia pada bahan pangan dapat dipengaruhi
suhu selama reaksi berlangsung, oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi, reaksi
biologis seperti enzimatik, pH yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan
warna dan adanya logam yang menjadi prekursor reaksi. Kerusakan fisiologis juga
merupakan kerusakan kimiawi, karena reaksi enzimatis biasanya aktif dalam proses
kerusakan tersebut.
b. Faktor Eksternal
Umumnya laju respirasi meningkat 2 – 2,5 kali tiap kenaikan suhu 10 °C.
Pemberian etilen pada tingkatan pra-klimakterik, akan meningkatkan respirasi buah
klimakterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan
karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat.
Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang masa simpan buah- buahan
dan sayur-sayuran, karena CO2 menimbulkan gangguan respirasi pada produk
tersebut. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya dihindari, karena dapat
memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek.
Transpirasi
Transpirasi adalah pengeluaran air dari dalam jaringan produk nabati. Laju
transpirasi dpengaruhi oleh faktor internal (morfologi/anatomi, rasio permukaan terhadap
volume, kerusakan fisik, umur panen) dan faktor eksternal (suhu, RH, pergerakan udara
dan tekanan atmosfir). Menurut Sastry, et al dalam Sucahyo (1999), kehilangan air pada
buah-buahan itu terjadi karena faktor transpirasi, dimana laju transpirasi akan
dipengaruhi oleh faktor komoditi dan faktor lingkungan.
Kehilangan air akibat transpirasi pada buah-buahan dan sayuran akan
menyebabkan terjadinya pengkerutan, merusak flavor dan menurunkan kualitas, juga
mempengaruhi berat. Kualitas sayuran dan buah-buahan berangsur-angsur turun sejalan
dengan transpirasi, respirasi dan perubahan fisik dan kimianya yang terjadi.
Transpirasi yang berlebihan selama penanganan pasca panen tomat akan
mengakibatkan pengkerutan dan warna kusam, gagal matang, bau yang kurang sedap.
Laju transpirasi buah tergantung dari jenis dan derajat kematangan, hal ini ada
hubungannya dengan ketebalan, struktur dari kulit, sel epidermis dan lapisan lilin.
Pengaruh dari dari penurunan transpirasi selama penyimpanan pada suhu rendah akan
lebih kecil dibandingkan dengan suhu tinggi
Laju transpirasi akan dipengaruhi oleh faktor komoditi seperti morfologi,
anatomi, rasio permukaan, luka dan derajat kematangan dan lingkungan sekitarnya
seperti suhu, kelembaban, pergerakan udara dan tekanan atmosfer.
Kehilangan air akibat transpirasi dapat merupakan salah satu sebab utama
kemunduran kualitas, karena mengakibatkan kehilangan berat juga menurunkan
kenampakan (layu dan pengkerutan), kualitas teksturnya (pelunakan dan hilangnya
kerenyahan) dan kualitas gizinya
Pendinginan
Pengeringan
Pengemasan
Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plstik berpori
yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang memilki lubang - lubang . Plastik ini
sangat penting penngunaanya bila dibandingkan dengan plastic yang lama yang harus
dibuat lubang dahulu. Jenis plastic tersebut dapat menggeser pengguanaan daun
pisang dan kulit ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.
Pengalengan
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak
secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam
suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua
mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis
memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air,
kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
Suatu jenis regenerasi baru growth substance sintesis yang disebut morfaktin telah
ditemuakan dan diaplikasikan untuk mencengah kehilangan berat secara fisiologis
pada pasca panen, kerusakan karena kapang, pemecahan klorofil serta hilangnya
kerennyahan buah. Scott dkk (1982) melaporkan bahwa terjadinya browning,
kehilangan berat dan pembusukan buah leci dapat dikurangi bila buah - buahan
tersebut direndam dalam larutan binomial hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan
segera di ikuti dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001
mm.
Pemanasan
Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat
berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan
kapri serta daging, sangat peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak warna
maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat
menerima panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan. Pada
umumnya semakin tinggi jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba
yang mati. Pada proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh
mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng
tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan
di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan
sebagian besar mikroba yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat
pertumbuhanya dengan penyimpanan pada suhu rendah atau dengan cara lain
misalnya dengan bahan pengawet. Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3
yaitu: pasteurisasi, pemanasan pada 1000 C dan pemanasan di atas 1000 C.
Teknik fermentasi
Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti
pangan. Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk
pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah. Sedangkan menurut Winarno et
al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan
menggunakan sumber iradiasi buatan.
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan
adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi
sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang
dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh dan
gelombang,radiasi pengion adalah radiasi partikel Contoh radiasi pengion yang
disebut terakhir inielektromagnetik paling banyak digunakan (Sofyan, 1984;
Winarno et al., 1980).
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan
adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs
(caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan
listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap
makanan.
Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang
diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi
pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari
dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika
dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima
konsumen
BAB V
1.1. Kesimpulan
Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya
mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah
secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran
atau sayur-mayur. Penyebab kerusakan sayuran setelah dipanen adalah masih
berlangsungnya proses fisiologis. Jenis olahan sayuran yaitu wortel kering dan kubis
kering. Ada 5 faktor kerusakan pada sayuran kerusakan mikrobiologis, kerusakan
mekanis, kerusakan fisik, kerusakan biologis dan fisiologis dan kerusakan kimia
sedangkan faktor yang mempengaruhi umur simpan sayur yaitu respirasi.
1.2. Saran
Untuk mempertahankan kandungan gizi yang terdapat pada sayuran harus diolah
dengan teknik pengolahan yang benar agar vitamin dan zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh tetap terjaga.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA