OLEH :
D-IV KEPERAWATAN
KELAS 3.A
0
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang HyangWidhi Wasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Berfikir Kritis dan Pengambilan Keputusan” ini dengan tepat waktu dan tanpa
ada halangan.
.Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah manajemen dan
kepemimpinan dalam keperawatan. Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan
dapat menjadikan Makalah ini jauh dan lebih baik lagi. Kami mohon maaf atas kesalahan
maupun kekurangan di dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................. 31
Daftar Pustaka .............................................................................................. 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan tugasnya, perawat tentu akan dihadapkan pada suatu kondisi
dimana perawat tersebut akan memutuskan tentang kondisi kesehatan klien atau pasien yang
ia tangani. Kondisi kesehatan pasien yaitu terdiri dari pasien yang sehat dengan pasien yang
sakit. Pemikiran kritis akan sangat dibutuhkan karena menentukan skala kondisi kesehatan
pasien tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Mengambil keputusan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat akan mempengaruhi
kualitas serta kuantitas pelayanan kesehatan pasien. Apabila sang perawat tidak berhati-hati.
Terdapat kemungkinan pasien akan menerima perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan.
Untuk membantu perawat dalam mendata dan memutuskan kondisi kesehatan pasien,
perawat dibantu dengan sebuah catatan yang disebut diagnosa. Diagnosa berisi tentang
kondisi pasien secara spesifik. Diagnosa dapat dijadikan sebuah acuan bagi pelayanan yang
akan diberikan kepada pasien agar lebih cepat dan tepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis?
2. Apa Makna dari berfikir kritis?
3. Bagaimana karakteristik dari berpikir kritis dalam keperawatan?
4. Apa saja model-model dari berfikir kritis?
5. Bagaimana cara berfikir kritis yang baik?
6. Apa saja aspek-aspek dari berfikir kritis?
7. Apa fungsi dari berfikir kritis dalam keperawatan?
8. Apa saja elemen-elemen dari berfikir kritis?
9. Bagaimana karakter dari berfikir kritis?
10. Bagaimana langkah-langkah dari berfikir kritis?
11. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
12. Bagaiamana fase-fase dari pengambilan keputusan?
13. Bagaiaman Teknik pengambilan keputusan?
14. Bagaiamana Proses pengambilan keputusan?
15. Bagaimana Metode pemecahan masalah?
4
16. Apa saja langkah-langkah pemecahan masalah?
17. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan?
18. Bagaiamana gaya dari pengambilan keputusan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih luas mengenai materi mengenai Berfikir Kritis dan
Pengambilan Keputusan.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep dasar berfikir kritis dalam
manajemen keperawatan.
b. Agar mahasiwa/i mampu Memahami mengenai konsep dasar pengambilam
keptusan dalam manajemen keperawatan.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain.
1) Manfaat Teoretis
a. Manfaat teoretis yang dimaksudkan agar makalah ini dapat dijadikan sebagai
tambahan bahan bacaan serta sebagai dokumentasi bagi pembaca.
b. Makalah ini dibuat sebagai pengaya wawasan yang menjadi motivasi bagi penulis
untuk melakukan penulisan makalah yang berbasis keilmuan.
2) Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat mengetahui dan memahami menganai
materi Berfikir Kritis dan Pengambilan Keputusan.
b. Manfaat bagi kampus, diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan di dalam menyusun materi khususnya mengenai materi Berfikir
Kritis dan Pengambilan Keputusan.
c. Manfaat bagi dosen, diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan acuan di dalam mengajar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa.
5
E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul Konsep
asuhan keperawatan komunitas berdasarkan informasi yang didapat dari situs internet.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep
berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
7
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan
yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis,
pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam
keperawatan penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan
tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas.
Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam
keperawatan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan
yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
8
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat,
dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka
perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi
terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis
dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya
rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri.
Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa
nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila
merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap
tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka
perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya
yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.
9
Transcultural Nursing adalah suatu area/ wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk
memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir secara kritis. Dalam
berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai
dengan kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat
memahami perbedaan budaya maka akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari
perawat.
Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi,
ketidakpastian, kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang
berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di argumen asing. Ini tumbuh dari
kesulitan dalam asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang
sesuai dan apa yang tidak.
Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik (moral atau
estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut
Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif
dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir
yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan
semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa argumen pendukung untuk
membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir
langsung kepada argumen yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo
(1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,
10
yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir
kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan
mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman,
pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan
sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo
(1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang
meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan
penilaian.
Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan
antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar antara keduanya yakni
bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya
dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis
yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses
berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan
masalah (deciding/ problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa
kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif),
seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.
Ada empat hal pokok dalam berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
11
a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of
language).
b. Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language).
c. Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan
keperawatan (directive use of language).
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan
keraguan dan keheranan (interrogative use of language).
e. Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
2) Argumentasi dalam keperawatan
12
mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk
memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam
mensintesa dan menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar
keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu social.
c. Perencanaan keperawatan
d. Implementasi keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi
nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu
pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat
menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak.
13
e. Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan
dasar klien. Pada proses evaluasi, argumen prosedur berfikir kritis sangat
memegang peranan penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil
keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan
tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan harus
mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan
konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai
dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu
untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan
kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang
lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
5. Kemandirian Berpikir
14
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk
mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis
beberapa konsep.
7. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh
kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi
mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang
akan diambil.
Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana
cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan
atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori merupakan
suatu proses yang kompleks. Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang
tampaknya asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
2) Kebiasan (H)
15
tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada
kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif. Intuisi
sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam diri”. Polanyi (1964) menjelaskan
fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang diam”, yaitu langkah penemuan
pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.
3) Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda
menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu
memaksa”. Penyelidikan termasuk menggali dan mempertanyakan segala hal terutama
asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai
sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang kurang jelas,
meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal tersebut
tampak tidak bermakna.
16
klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang harus digabungkan, disesuaikan, dan
dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik.
5) Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir,
tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir
tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata awalan,
“meta”, yang berarti “diantara atau ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti
“proses mengetahui”. Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda
akan mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak
sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak
menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir.
17
6. ASPEK-ASPEK BERFIKIR KRITIS
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang
dapat dilihat dari beberapa aspek:
a. Relevance
Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
b. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
c. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun
dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
d. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan
e. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
f. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
g. Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan
yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :
18
2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5) Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6) Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7) Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10) Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11) Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12) Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13) Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
a. Menentukan tujuan
b. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
c. Menujukan bukti
d. Menganalisis konsep
e. Asumsi
19
9. KARAKTER BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat diartikan
bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita melihat fenomena-
fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka akan tampak permasalahan yang
kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan
dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical
Thinking, yaitu:
1) Watak
2) Kriteria
3) Argumen
20
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
5) Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang
akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini,
mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi maupun
salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
21
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. DEFINISI
22
2) Aktifitas desain; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia
untuk mencapai tujuan.
Aktifitas desain meliputi:
a. menemukan cara-cara/metode
b. mengembangkan metode
c. menganalisa tindakan yang dilakukan
3) Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan
keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan.
Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan
keputusan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah utama
b. Menyusun alternatif
c. Menganalisis alternatif
d. Mengambil keputusan yang terbaik
Menurut G. R. Terry :
23
Menurut Peter Drucer :
1) Menetapkan masalah
2) Manganalisa masalah
3) Mengembangkan alternatif
4) Mengambil keputusan yang tepat
5) Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif
24
kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif
pada masa yang akan datang.
6) Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu
sendiri merupaka abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.
7) Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan
evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang
sudah diputuskan.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan
menimbulkan berbagai masalah :
25
b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi
baik dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara
kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang
tepat mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang
paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang
cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.
Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian
memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan
menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan untuk
menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu
menggunakan metoda coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa
(“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani
hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu
perubahan.
1) Mendefinisikan Masalah
Untuk mengetahui hakekat suatu masalah tidaklah mudah, karena masalah
yang sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas. Oleh karena itu
diperlukan keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang
tepat. Untuk itu manajer perawat dan bidan agar selalu mengembangkan
26
kemampuannya dan belajar dari pengalaman di masa lalu untuk mempelajari
perubahan yang terjadi.
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan
melalui proses yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi
keadaan/masalah yang mungkin timbul akan lebih mudah dilaksanakan
seperti ;
a. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?
b. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?
c. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk
prediksi secara tepat?
4) Penentuan Alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas
kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang
27
dihadapi. Dalam usaha menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu
memperhitungkan :
a. Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif ?
b. Tindakan apa yang diperlukan ?
c. Reaksi apa yang mungkin timbul ?
d. Dimana sumber reaksi tersebut ?
e. Interaksi apa yang diperlukan ?
6) Evaluasi
Untuk mengadakan penilaian yang baik, diperlukan obyektivitas dalam
melakukan penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi
seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu pelaksanaan
penilaian dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam
proses pengambilan keputusan untuk memperoleh tingkat obyektivitas setinggi
mungkin. Untuk proses evaluasi perlu diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang
bertanggung jawab serta kapan hal tersebut dilaksanakan, contoh; sebelumnya
manajer menetapkan suatu kebijakan baru dalam merespon keluhan pengunjung.
Untuk menjamin bahwa kegiatan itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf
terkait. Kemudian bagaimana penemuan itu akan dikomunikasikan kepada personal
lainnya.
28
7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Banyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam
pengambilan keputusan, antara lain:
1) Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal
karakteristik, kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat,
pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu
kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.
29
Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses
pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan,
mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan
pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan
tujuan, implementasi dan evaluasi.
Metode autokratik hasilnya lebih cepat dalam pengambilan keputusan dan cocok
untuk situasi yang krisis atau ketika kelompok senang menerima tipe ini sebagai gaya
keputusan. Bagaimanapun anggota staf umumnya lebih mendukung untuk pendekatan
konsultatif dan kelompok. Konflik dapat terjadi ketika masalah tidak terstruktur dibahas
atau jika manajer tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan dalam proses pemecahan
masalah.
30
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :
1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi
penulis.
2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada kekurangan di
dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Tjandra Y., Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi ke Dua, Penerbit
Universitas Indonesia , Jakarta, 2003
Aditama Tjandra Y., Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi ke Dua, Penerbit
Universitas Indonesia , Jakarta, 2003
https://dokumen.tips/documents/makalah-manajemen-pengambilan-keputusan.html
https://educ.utm.my/wp-content/uploads/2013/11/43.pdf
32