Anda di halaman 1dari 33

BERFIKIR KRITIS DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

OLEH :

NI LUH DESY TRISNA EKAYANTI (P07120216006)


NI LUH PUTU INTAN SARI (P07120216007)
NI MADE ANASARI (P07120216008)
NI LUH PUTU MANIK JUNI ASTRI DEWI (P07120216009)
NI LUH PUTU PUTRI WIDIARI (P07120216010)

D-IV KEPERAWATAN
KELAS 3.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018

0
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang HyangWidhi Wasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Berfikir Kritis dan Pengambilan Keputusan” ini dengan tepat waktu dan tanpa
ada halangan.

.Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah manajemen dan
kepemimpinan dalam keperawatan. Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan
dapat menjadikan Makalah ini jauh dan lebih baik lagi. Kami mohon maaf atas kesalahan
maupun kekurangan di dalam penyusunan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 08 September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. 1


Daftar Isi ...................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5
E. Metode Penulisan ................................................................................. 6
Bab II Pembahasan
A. Berfikir Kritis
1. Definisi berfikir kritis...................................................................... 7
2. Makna berfikir kritis........................................................................ 9
3. Karakteristik Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.......................... 14
4. Model berfikir kritis........................................................................ 15
5. Cara berfikir kritis yang baik.......................................................... 17
6. Aspek-aspek berfikir kritis............................................................. 18
7. Fungsi berfikir kritis dalam keperawatan....................................... 18
8. Elemen berfikir kritis..................................................................... 19
9. Karakter berfikir kritis................................................................... 20
10. Langkah-langkah berfikir kritis..................................................... 21
B. Pengambilan Keputusan
1. Definisi Pengambilan keputusan................................................... 22
2. Fase pengambilan keputusan ...................................................... 22
3. Teknik pengambilan keputusan..................................................... 23
4. Proses pengambilan keputusan...................................................... 23
5. Metode pemecahan masalah......................................................... 26
6. Langkah-langkah pemecahan masalah......................................... 26
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan......... 29
8. Gaya pengambilan keputusan....................................................... 30

2
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................. 31
Daftar Pustaka .............................................................................................. 32

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalankan tugasnya, perawat tentu akan dihadapkan pada suatu kondisi
dimana perawat tersebut akan memutuskan tentang kondisi kesehatan klien atau pasien yang
ia tangani. Kondisi kesehatan pasien yaitu terdiri dari pasien yang sehat dengan pasien yang
sakit. Pemikiran kritis akan sangat dibutuhkan karena menentukan skala kondisi kesehatan
pasien tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Mengambil keputusan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat akan mempengaruhi
kualitas serta kuantitas pelayanan kesehatan pasien. Apabila sang perawat tidak berhati-hati.
Terdapat kemungkinan pasien akan menerima perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan.
Untuk membantu perawat dalam mendata dan memutuskan kondisi kesehatan pasien,
perawat dibantu dengan sebuah catatan yang disebut diagnosa. Diagnosa berisi tentang
kondisi pasien secara spesifik. Diagnosa dapat dijadikan sebuah acuan bagi pelayanan yang
akan diberikan kepada pasien agar lebih cepat dan tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis?
2. Apa Makna dari berfikir kritis?
3. Bagaimana karakteristik dari berpikir kritis dalam keperawatan?
4. Apa saja model-model dari berfikir kritis?
5. Bagaimana cara berfikir kritis yang baik?
6. Apa saja aspek-aspek dari berfikir kritis?
7. Apa fungsi dari berfikir kritis dalam keperawatan?
8. Apa saja elemen-elemen dari berfikir kritis?
9. Bagaimana karakter dari berfikir kritis?
10. Bagaimana langkah-langkah dari berfikir kritis?
11. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
12. Bagaiamana fase-fase dari pengambilan keputusan?
13. Bagaiaman Teknik pengambilan keputusan?
14. Bagaiamana Proses pengambilan keputusan?
15. Bagaimana Metode pemecahan masalah?

4
16. Apa saja langkah-langkah pemecahan masalah?
17. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan?
18. Bagaiamana gaya dari pengambilan keputusan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih luas mengenai materi mengenai Berfikir Kritis dan
Pengambilan Keputusan.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep dasar berfikir kritis dalam
manajemen keperawatan.
b. Agar mahasiwa/i mampu Memahami mengenai konsep dasar pengambilam
keptusan dalam manajemen keperawatan.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain.
1) Manfaat Teoretis
a. Manfaat teoretis yang dimaksudkan agar makalah ini dapat dijadikan sebagai
tambahan bahan bacaan serta sebagai dokumentasi bagi pembaca.
b. Makalah ini dibuat sebagai pengaya wawasan yang menjadi motivasi bagi penulis
untuk melakukan penulisan makalah yang berbasis keilmuan.
2) Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat mengetahui dan memahami menganai
materi Berfikir Kritis dan Pengambilan Keputusan.
b. Manfaat bagi kampus, diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan di dalam menyusun materi khususnya mengenai materi Berfikir
Kritis dan Pengambilan Keputusan.
c. Manfaat bagi dosen, diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan acuan di dalam mengajar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa.

5
E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul Konsep
asuhan keperawatan komunitas berdasarkan informasi yang didapat dari situs internet.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP BERFIKIR KRITIS

1. DEFINISI BERFIKIR KRITIS

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan


mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa
Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang
berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti
standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan
aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi,
fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara
terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional
terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argumen, kesimpulan-kesimpulan, isu-
isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan argumen ilmiah,
pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir
kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional
terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa argumen :

a. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


b. Penerapan profesionalisme.
c. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam argumen asuhan keperawatan.
d. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju
keberhasilan dalam berbagai aktifitas.

Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep
berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut

7
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan
yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis,
pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis diperlukan guna mengembangkan


kemampuan analisa, kritis, dan ide advokasi. Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis
menggunakan kemampuan deduktif dan induktif, kemampuan mengambil keputusan yang
tepat didasarkan pada fakta dan keputusan yang dihasilkan melalui berpikir kritis.

Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam
keperawatan penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan
tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas.
Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam
keperawatan.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :


Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan
kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan,
prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan


disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan
yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.

8
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat,
dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.

2. MAKNA BERPIKIR KRITIS

Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka
perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi
terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis
dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya
rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri.
Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa
nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila
merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap
tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka
perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya
yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.

9
Transcultural Nursing adalah suatu area/ wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk
memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir secara kritis. Dalam
berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai
dengan kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat
memahami perbedaan budaya maka akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari
perawat.
Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi,
ketidakpastian, kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang
berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di argumen asing. Ini tumbuh dari
kesulitan dalam asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang
sesuai dan apa yang tidak.
Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik (moral atau
estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut
Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif
dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir
yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan
semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa argumen pendukung untuk
membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir
langsung kepada argumen yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo
(1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,

10
yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir
kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan
mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman,
pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan
sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo
(1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang
meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan
penilaian.
Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan
antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar antara keduanya yakni
bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya
dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis
yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses
berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan
masalah (deciding/ problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa
kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif),
seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.
Ada empat hal pokok dalam berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :

1) Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam


mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya
terhadap klien, argumentasi perawat, profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat
melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam hal ini berfikir kritis adalah
kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif.
Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :

11
a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of
language).
b. Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language).
c. Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan
keperawatan (directive use of language).
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan
keraguan dan keheranan (interrogative use of language).
e. Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
2) Argumentasi dalam keperawatan

Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait


dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut:

a. Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa


sehari-hari).
b. Debat tentang suatu isu.
c. Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu
dalam rangka merubah perilaku sehat.
d. Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan
serangkaian alasan perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan
atau tindakan.
3) Pengambilan keputusan

Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada


situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam
interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah
manajemen di ruangan.

4) Penerapan dalam proses keperawatan


a. Pada tahap pengkajian

Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya


dengan hasil observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat
dipercaya dan membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan
keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh perawat diharapakan dapat

12
mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk
memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam
mensintesa dan menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar
keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu social.

b. Perumusan argumen keperawatan

Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal.


Dimana perawat dapat menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien,
berikut argumentasinya secara rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir
kritis, maka ia akan semakin tajam dalam menentukan masalah atau diagnose
keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang sifatnya possible, resiko,
ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan ketrampilan ini
sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose
keperawatan pada dasarnya adalah suatu konsep (Nanda, 1998).

c. Perencanaan keperawatan

Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan


pengetahuan dan alas an untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini merupakan
keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah atau pengambilan
keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam mensintesa
ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat
memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian
diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan
keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien dan dapat mencapai
tujuan asuhan keperawatan

d. Implementasi keperawatan

Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi
nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu
pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat
menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak.

13
e. Evaluasi keperawatan

Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan
dasar klien. Pada proses evaluasi, argumen prosedur berfikir kritis sangat
memegang peranan penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil
keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan
tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan harus
mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya.

3. KARAKTERISTIK BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.

1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan
konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai
dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu
untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan
kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang
lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
5. Kemandirian Berpikir

14
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk
mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis
beberapa konsep.
7. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh
kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi
mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang
akan diambil.

4. MODEL DARI BERPIKIR KRITIS

Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:

1) Ingatan Total (T)

Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana
cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan
atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori merupakan
suatu proses yang kompleks. Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang
tampaknya asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
2) Kebiasan (H)

Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga


menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima
dalam melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu

15
tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada
kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif. Intuisi
sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam diri”. Polanyi (1964) menjelaskan
fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang diam”, yaitu langkah penemuan
pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.

3) Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda
menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu
memaksa”. Penyelidikan termasuk menggali dan mempertanyakan segala hal terutama
asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai
sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang kurang jelas,
meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal tersebut
tampak tidak bermakna.

nquiry bisa diwujudkan melalui :

a. Melihat sesuatu (menerima informasi)


b. Mendapatkan kesimpulan awal
c. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
d. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama
e. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
f. Menggunakan pertanyaan netral
g. Menemukan satu atau lebih kesimpulan
h. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi
lebih banyak lagi.

4) Ide baru dan Kreativitas (N)


Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi
anda. Ide baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan
akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi

16
klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang harus digabungkan, disesuaikan, dan
dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik.
5) Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir,
tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir
tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata awalan,
“meta”, yang berarti “diantara atau ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti
“proses mengetahui”. Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda
akan mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak
sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak
menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir.

5. CARA BERPIKIR KRITIS YANG BAIK


a. Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)
1) Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
2) Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
3) Memilih informasi yang relevan.
4) Merumuskan /memformulasikan masalah.
b. Menilai informasi yang relevan
1) Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
2) Mengecek konsistensi.
3) Mengidentifikasi asumsi.
4) Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
5) Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat.
6) Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan ideologi.

c. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan


1) Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
2) Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
masalah/kesimpulan yang diambil.

17
6. ASPEK-ASPEK BERFIKIR KRITIS

Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang
dapat dilihat dari beberapa aspek:

a. Relevance
Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
b. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
c. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun
dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
d. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan
e. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
f. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
g. Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan
yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.

7. FUNGSI BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :

1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.

18
2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5) Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6) Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7) Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10) Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11) Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12) Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13) Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

8. ELEMEN BERFIKIR KRITIS

Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan


masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan
sikap berpikir kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:

a. Menentukan tujuan
b. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
c. Menujukan bukti
d. Menganalisis konsep
e. Asumsi

Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian. Kriteria elemen


terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.

19
9. KARAKTER BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat diartikan
bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita melihat fenomena-
fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka akan tampak permasalahan yang
kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan
dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical
Thinking, yaitu:

1) Watak

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap


skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-
pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.

2) Kriteria

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke


arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.
Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun
akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi
harus berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber
yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.

3) Argumen

Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang dilandasi atau


berdasarkan data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi hal-hal
sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian, serta menyusun argumen.

4) Pertimbangan atau pemikiran

20
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.

5) Sudut pandang

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang
akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

6) Prosedur penerapan criteria

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.


Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan
keputusan yang akan diambil.

10. LANGKAH-LANGKAH DALAM BERPIKIR KRITIS

Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi mengidentifikasi


isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan,
memilih informasi yang relevan, merumuskan masalah.

Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini,
mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi maupun
salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali data-data


yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.

21
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. DEFINISI

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan


menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin
akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi
masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik.

Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak


ahli, diantaranya adalah :

a. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai


pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin.
b. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan
oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
c. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
d. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap
suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif
dan tindakan.

2. FASE PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1) Aktivitas intelegensia; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan
keputusan dipilih atau tidak.

22
2) Aktifitas desain; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia
untuk mencapai tujuan.
Aktifitas desain meliputi:
a. menemukan cara-cara/metode
b. mengembangkan metode
c. menganalisa tindakan yang dilakukan
3) Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan
keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan.
Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan
keputusan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah utama
b. Menyusun alternatif
c. Menganalisis alternatif
d. Mengambil keputusan yang terbaik

3. TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1) Operational Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalam analisa dan
pemecahan persoalan.
2) Linier Programming ; Riset dengan rumus matematis.
3) Gaming War Game ; Teori penentuan strategi.
4) Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal
tidak normal.
4. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Menurut G. R. Terry :

1) Merumuskan problem yang dihadapi


2) Menganalisa problem tersebut
3) Menetapkan sejumlah alternatif
4) Mengevaluasi alternatif
5) Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan

23
Menurut Peter Drucer :

1) Menetapkan masalah
2) Manganalisa masalah
3) Mengembangkan alternatif
4) Mengambil keputusan yang tepat
5) Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif

Pengambilan keputusan merupakan proses yang komleks yang memerlukan


penanganan yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh
langkah beriktu (Gibson dkk, 1987):

1) Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan


keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil
yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
2) Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan
harus diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan
memberi batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga
memerlukan upaya penggalian.
3) Mengmbangkan alternatif : Tahap ini berisi pengnidentifikasian berbagai
alternatif yang memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama
alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini.
Belum ada komentar dan analisis.
4) Menentukan alternatif : Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap
berbagai alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap
ini juga disusun juga kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan
sasaran pengambilan keputusan. Hasil tahap ini mungkin masih merupakan
beberapa alternatif yang dipandang layak untuk dilaksanakan.
5) Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih
satu alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan,

24
kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif
pada masa yang akan datang.
6) Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu
sendiri merupaka abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.
7) Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan
evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang
sudah diputuskan.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :

a. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.


b. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :

a) Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan


diambil.
b) Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c) Falsafah yang dianut organisasi.
d) Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi
administrasi dan manajemen di dalam organisasi.

c. Masalah harus diketahui dengan jelas.


d. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
e. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.

Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan
menimbulkan berbagai masalah :

a. Tidak tepatnya keputusan.

25
b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi
baik dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara
kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang
tepat mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang
paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.

Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang
cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.

5. METODE PEMECAHAN MASALAH

Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian
memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan
menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan untuk
menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu
menggunakan metoda coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa
(“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani
hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu
perubahan.

6. LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

1) Mendefinisikan Masalah
Untuk mengetahui hakekat suatu masalah tidaklah mudah, karena masalah
yang sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas. Oleh karena itu
diperlukan keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang
tepat. Untuk itu manajer perawat dan bidan agar selalu mengembangkan

26
kemampuannya dan belajar dari pengalaman di masa lalu untuk mempelajari
perubahan yang terjadi.
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan
melalui proses yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi
keadaan/masalah yang mungkin timbul akan lebih mudah dilaksanakan
seperti ;
a. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?
b. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?
c. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk
prediksi secara tepat?

3) Analisa Fakta dan Data


Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara
sistematis yang akhirnya akan merupakan suatu informasi yang akan digunakan
sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Analisa fakta dan data perlu
dihubungkan dengan serangkaian pertanyaan sebagai berikut :
a. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah?
b. Apa latar belakang dari masalah?
c. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi
d. dengan tujuan, rencana dan kebijakan organisasi?
e. Apa konsekuensi atas keputusan yang diambil?
f. Apakah pemecahan masalah sesuai dengan kapasitas
g. organisasi?
h. Apakah waktu pengambilan tepat?
i. Siapa yang akan ditugaskan mengambil tindakan?

4) Penentuan Alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas
kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang

27
dihadapi. Dalam usaha menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu
memperhitungkan :
a. Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif ?
b. Tindakan apa yang diperlukan ?
c. Reaksi apa yang mungkin timbul ?
d. Dimana sumber reaksi tersebut ?
e. Interaksi apa yang diperlukan ?

5) Penentuan Pilihan yang Terbaik


Pada setiap pengambilan keputusan selalu disertai dengan pengambilan resiko.
Pada umumnya pilihan diambil dari beberapa alternatif jika diduga bahwa pilihan itu
akan memberikan manfaat yang paling besar baik untuk jangka panjang maupun
jangka pendek. Namun demkian perlu dipertimbang juga bahwa resiko yang
menyertai bersifat moderat.

6) Evaluasi
Untuk mengadakan penilaian yang baik, diperlukan obyektivitas dalam
melakukan penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi
seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu pelaksanaan
penilaian dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam
proses pengambilan keputusan untuk memperoleh tingkat obyektivitas setinggi
mungkin. Untuk proses evaluasi perlu diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang
bertanggung jawab serta kapan hal tersebut dilaksanakan, contoh; sebelumnya
manajer menetapkan suatu kebijakan baru dalam merespon keluhan pengunjung.
Untuk menjamin bahwa kegiatan itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf
terkait. Kemudian bagaimana penemuan itu akan dikomunikasikan kepada personal
lainnya.

28
7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Banyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam
pengambilan keputusan, antara lain:
1) Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal
karakteristik, kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat,
pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu
kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.

Pengambilan keputusan kelompok


Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif:
1) Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang
sebelumnya telah didefinisikan.
2) Keputusan harus diterima oleh orang yang bertanggungjawab melaksanakannya.
Contoh; Rapat merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai informasi dan
mengambil keputusan. Ada keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dipetik
melalui suatu rapat, yaitu :
a. Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena dibicarakan
dalam forum terbuka.
b. Interaksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah pikiran
serta pengertian yang mendalam.
c. Penerimaan dan pelaksanaan keputusan diambil oleh peserta
rapat.
d. Rapat melatih menerima pendapat orang lain.
e. Melalui rapat peserta dilatih belajar tentang pemikiran orang lain
dan belajar menempatkan diri pada posisi orang lain.

29
Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses
pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan,
mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan
pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan
tujuan, implementasi dan evaluasi.

8. GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Gaya pengambilan keputusan manajer perawat/bidan umumnya sama dengan gaya


kepemimpinan yang digunakan oleh manajer tersebut diatas. Ada 7 variabel yang
berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk menyeleksi gaya yang paling cocok,
yaitu :

1) Pentingnya kualitas keputusan untuk keberhasilan institusi.


2) Derajat informasi yang dimiliki oleh manajer.
3) Derajat pada masalah yang terstruktur dalam organisasi.
4) Pentingnya komitmen bawahan dan keterampilan membuat keputusan.
5) Kemungkinan keputusan autokratik dapat diterima.
6) Komitmen bawahan yang kuat terhadap tujuan institusi.
7) Kemungkinan bawahan konflik dalam proses akhir pada keputusan final.

Metode autokratik hasilnya lebih cepat dalam pengambilan keputusan dan cocok
untuk situasi yang krisis atau ketika kelompok senang menerima tipe ini sebagai gaya
keputusan. Bagaimanapun anggota staf umumnya lebih mendukung untuk pendekatan
konsultatif dan kelompok. Konflik dapat terjadi ketika masalah tidak terstruktur dibahas
atau jika manajer tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan dalam proses pemecahan
masalah.

30
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam


mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi,
dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup


interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Berpikir kritis digunakan perawat untuk
beberapa argumen : Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Penerapan
profesionalisme, Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam argumen asuhan
keperawatan, Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju
keberhasilan dalam berbagai aktifitas.

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan


menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan
dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah
utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang
terbaik.

B. SARAN
Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :

1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi
penulis.

2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada kekurangan di
dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aditama Tjandra Y., Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi ke Dua, Penerbit
Universitas Indonesia , Jakarta, 2003

Maryam, Siti R.2008.Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan.Jakarta:Penerbit


Buku Kedokteran

Aditama Tjandra Y., Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi ke Dua, Penerbit
Universitas Indonesia , Jakarta, 2003

https://dokumen.tips/documents/makalah-manajemen-pengambilan-keputusan.html

https://educ.utm.my/wp-content/uploads/2013/11/43.pdf

32

Anda mungkin juga menyukai