Anda di halaman 1dari 4

PENYULUHAN KESEHATAN JIWA

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA DAN PENYULUHAN KESEHATAN JIWA


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan
sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata suasana tanpa penyakit atau kelemahan.
.” Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu suasana sejahtera yang positif, bukan
sekedar suasana tanpa penyakit. Tidak terdapat satupun pengertian universal kesehatan
jiwa, tetapi saya dan anda bisa menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya.
Kesehatan jiwa ialah suatu situasi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang
tampak dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional.
Penyuluhan kesehatan jiwa adalah kegiatan promotif yang dilakukan oleh petugas
kesehatan atau kader terlatih mengenai kesehatan jiwa.
Tujuan penyuluhan kesehatan jiwa yaitu untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan dan peran serta masyarakat atau keluarga dalam kesehatan jiwa.

B. CIRI-CIRI ORANG YANG JIWANYA SEHAT


1. Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya
2. Mampu bekerja secara produktif dandan memenuhi kebutuhan hidup
3. Dapat berperan serta dalam lingkungan hidup
4. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain
5. Mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar

C. DAMPAK TIDAK MEMPUNYAI KESEHATAN JIWA


1. Merasa cemas dan khawatir berlebihan dalam menghadapi masalah
2. Ada perubahan nyata dalam pola tidur atau pola makan (berlebihan atau kurang)
3. Mudah tersinggung atau marah oleh sebab yang tidak jelas
4. Sulit konsentrasi atau sulit membuat keputusan
D. MASALAH KESEHATAN JIWA PADA MASYARAKAT
Berbagai situasi psikososial yang menjadi indikator taraf kesehatan jiwa masyarakat,
terutama yang sehubungan dengan ciri khas kehidupan di perkotaan (urban mental health)
meliputi:
1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Kekerasan dalam lokasi tinggal tangga ialah tiap tindakan terhadap seseorang yang
berdampak timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis dan/atau
penelantaran lokasi tinggal tangga tergolong ancaman untuk mengerjakan perbuatan,
pemaksaan atau perampasan kebebasan secara melawan hukum dalam lingkup lokasi
tinggal tangga (definisi dalam UU No.23 tahun 2004 mengenai penghapusan KDRT).
2. Anak Putus Sekolah
3. Masalah Anak Jalanan
Anak-anak jalanan rentan terhadap sekian banyak tindak kekerasan, pembiasan
perlakuan, pelecehan seksual bahkan dilibatkan dalam sekian banyak tindak kriminal
oleh orang dewasa yang menguasainya.
4. Kasus Kriminalitas Anak Remaja
Laporan Komnas PA mengaku bahwa 50-70% anak tercebur dalam tindak pidana
kriminalitas kemudian di vonis penjara dan masuk LP Anak malah perilakunya menjadi
lebih jelek dan menjadi residivis dikemudian hari.
5. Masalah Narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza) serta
dampaknya (Hepatitis C, HIV/AIDS, dll)
Narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza) termasuk dalam zat
psikoaktif yang bekerja memprovokasi kerja sistem penghantar sinyal saraf (neuro-
transmiter) sel-sel rangkaian saraf pusat (otak) sampai-sampai meyebabkan
terganggunya faedah kognitif (pikiran), persepsi, daya nilai (judgment) dan perilaku
serta bisa menyebabakan efek ketergantungan, baik jasmani maupun psikis.
6. Gangguan Psikotik Dan Gangguan Jiwa Skizofrenia
Ganguan jiwa berat ini merupakan format gangguan dalam faedah alam benak berupa
disorganisasi (kekacauan) dalam isi benak yang ditandai antara beda oleh fenomena
gangguan pemahaman (delusi waham) gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi
serta dijumpai daya nilai realitas yan terganggu yang ditunjukan dengan perilaku-
perilaku mengherankan (bizzare).
7. Kasus Bunuh Diri
Data WHO mengindikasikan bahwa rata-rata selama 800.000 orang di semua dunia
mengerjakan tindakan bunuh diri masing-masing tahunnya. Laporan di India dan Sri
Langka mengindikasikan angka sebesar 11-37 per 100 ribu orang, barangkali di
Indonesia angkanya tidak jauh dari itu. Berdasarkan keterangan dari Dr. Benedetto
Saraceno dari departemen kesehatan jiwa WHO, lebih dari 90% permasalahan bunuh
diri bersangkutan dengan masalah gangguan jiwa laksana depresi, psikotik dan dampak
ketergantungan zat (Napza).

E. KOMPONEN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN JIWA


Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen dan dipengaruhi oleh berbagai factor
(Johnson, 1997):
1. Otonomi dan kemandirian: Individu dapat melihat ke dalam dirinya untuk
menemukan nilai dan tujuan hidup. Individu yang otonom dan mandiri dapat bekerja
secara interdependen atau kooperatif dengan orang lain tanpa kehilangan
otonominya.
2. Memaksimalkan potensi diri: Individu memiliki orientasi pada pertumbuhan dan
aktualisasi diri. Ia tidak puas dengan status quo dan secara kontinu berusaha tumbuh
sebagai individu.
3. Menoleransi ketidakpastian hidup: Individu dapat menghadapi tantangan hidup
sehari-hari dengan harapan dan pandangan positif walaupun tidak mengetahui apa
yang terjadi di masa depan.
4. Harga diri: Individu memiliki kesadaran yang realistis akan kemampuan dan
keterbatasannya.
5. Menguasai lingkungan: Individu dapat mengahadapi dan mempengaruhi lingkungan
dengan cara yang kreatif, kompeten, dan sesuai kemampuan.
6. Orientasi realitas: Individu dapat membedakan dunia nyata dari dunia impian, fakta
dari khayalan, dan bertindak secara tepat.
7. Manajemen stress: Individu dapat menoleransi stress kehidupan, merasa cemas atau
berduka sesuai keadaan, dan mengalami kegagalan tanpa merasa hancur. Ia
menggunakan dukungan dari keluarga dan teman untuk mengatasi krisis karena
mengetahui bahwa stress tidak akan berlangsung selamanya.

Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa juga dapat dipandang dalam tiga kategori, yaitu
1. Faktor individual: meliputi struktur biologis, ansietas, kekhawatiran dan
ketakutan, ketidakharmonisan dalam hidup, dan kehilangan arti hidup (Seaward,
1997).
2. Faktor interpersonal: meliputi komunikasi yang tidak efektif, ketergantungan
yang berlebihan atau menarik diri dari hubungan, dan kehilangan kontrol
emosional.
3. Faktor budaya dan sosial: meliputi tidak ada penghasilan, kekerasan, tidak
memiliki tempat tinggal, kemiskinan, dan diskriminasi seperti perbedaan ras,
golongan, usia dan jenis kelamin

Anda mungkin juga menyukai