HAKIKAT ALLAH DAN MANUSIA DALAM KONTEKS KONTRUKSI ILMU
EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
A. KONSEP TENTANG ALLAH
Allah menggambarkan diriNya dalam Al-Qur’an dengan gambaran yang sangat bervariasi. Tentu saja gambaran tersebut adalah gambaran yang sedapat mugkin dipahami oleh manusia, meskipun yang menyampaikannya adalah Allah sendiri. Ini dilakukan semata-mata karena jangkauann pikiran manusia terbatas.
1. Allah: Menembus Ruang dan Waktu
Allah adalah Tuhan Yang Maha Meliputi. Dia ada dimana saja dan kapan saja. Tidak ada satu tempatpun tanpa kehadiranNya. Dia ada di alam semesta dan sekaligus berada di luar semesta. Dia berada dalam, dan sekaligus berada di luar, dimensi ruang dan waktu. Dia terbebas dari dimensi ruang dan waktu. Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya dengan cara mengambil bahan dari DiriNya sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa alam semesta ini merupakan bagian “tubuh” Allah. Tetapi harus diingat bahwa alam semesta bukanlah Allah. Konsekuensi logis dari kketerangan di atas adalah bahwa Allah telahmenyatu dengan manusia dan manusia itu sendiri merupakan bagian dari Allah. Bahkan dikatakan bahwa Allah itu lebih dekat dari urat nadi manusia. Kalaupun manusia merasa jauh dan terpisah dengan Allah , maka hal tersebut karena sebetulnya tingkat kesadaran manusia yang belum sampai pada tingkat kesadaran tauhid.
2. Allah: Berfirman Kepada Siapa Pun dan Apa Pun
Allah sama sekali tidak dapat dihentikan untuk berfirman, karena Allah Maha Berbicara (Al-Mutakalliman). Wahyu yang terbukukan dalam Al-Qur’an adalah sebagian kecil dari ilmuNya, sebagian kecil dari hukum-hukumNya, dan sebagian kecil dari diriNya. Jadi Al’Qur’an adalah relaif, tidak dapat disamakan dengan Allah Yang Maha Mutlak. Al-Quran dalah petunjuk hidup bagi manusia yang di dalamnya ada kebenaran.
3. Allah: Berada dengan Sendirinya
Allah tidak berawal dan berakhir. Dia ada dengan sendiriNya tanpa bergantung pada apapun. Keberadaan manusia bersemayan dalam keberadaanNya, sehingga sebenarnya manusai bergantung pada Allah. Segala sesuatu selain Allah adalah nisbi, nihil, dan semu.
B. KONSEP TENTANG MANUSIA
Kehendak allah juga terhampar dalam diri manusia, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Namun tidak semua manusia mampu mendengarfirman-firmanNya. Itu karena banyak manusia yang telinga batinnya tidak mampu mendengar, sehingga Allah begitu jauh dan terpisah. 1. Muhammad: Manusia yang Mulia dan Sempura Salah satu bentuk representasi Allah pada manusia adalah tampak pada diri utuh Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad tidak hanya sekedar memiliki sifat shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh, tetapi lebih dari empat sifat tersebut.
2. Manusia: Dari Allah, Kembali pada Allah
Seuruh bagia tubuh manusia, baik fisik maupu batin, terbuat dari bagian tubuh Allah sendiri. Manusia tidak akan pernah dapat pergi kemana-mana,karena kemanapun manusia pergi, maka ia sebetulnya tetap berada dalam Diri Allah. C. Kontruksi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Syariah 1. Otologi Tauhid: Mempelajari Kehendak, Wahyu, dan Hukum Allah Realitas sosial, yang merupakan hasil interaksi antara anggota masyarakat dengan anggota lain, sering kali menjadi objek konstruksi ilmu pengetahuan social. Secara ontologis realitas sosial dalam kehidupan manusia adalah kehendak, wahyu, dan hukum Allah.
2. Epistemologi Tauhid: Mengenal Allah Lebih Dekat
Sumber dari segala sumber imu pengetahuan adalah Allah Yang Maha Mengetahui. Dialah Yang Maha Benar. Tidak Ada kebenaran, kecuali Yang Maha Benar. Kesadaran ilahi yang berfokus pada ruh suci merupakan instrument yang paling suci untuk mengenal Allah.
3. Aksiologi Tauhid: Menyatu dengan Allah
Untuk apa sebenarnya ilmu pengetahuan bagi manusia? Tentu saja untuk menyatu denga Allah. Tidak ada pilihan lain, kecuali menyatu dengan Allah. Sepanjang ada dualitas, maka sepanjan itu pula tidak ada tauhid. Ketika manusia mengklaim dirinya sebagai hamba Allah, maka pada saat itu jugaada dua eksistentsi, yaitu hamba dan Allah.
4. Metologi Tauhid: Mengislamkan Positivisme
Upaya mengIslamkan metologi perlu dilakukan untuk membangun ilmu ekonomi dan bisis syariah. Dengan cara menetapkan asumsi manusia dan kedua menurunkan konsep ontology, epistemology, dan aksiologi tauhid menjadi metologi tauhid. Konsep metode penelitian tauhid yang universal dalahmeliputi kesatuan zikir, doa, dan tafakur (ZDT). Metode ZDT membawa tiga konsekuensi, yaitu: Dengan menggunakan ZDT, maka peneliti akan menjadi manusia yang bertakwa. Ilmu pengetahuan yang berhasil dirumuskan oleh peneliti adalah sebuah bentuk ilmu pengetahuan Ilahi. Peradaban yang diciptakan manusia dalah peradaban yang bertauhid.