Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DITA LIDYA

NIM : BCA 116 174

KELAS : D AKUNTANSI

MATKUL : AKUNTANSI SYARIAH

BAB 1

HAKIKAT ALLAH DAN MANUSIA DALAM KONTEKS KONTRUKSI ILMU


EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

A. KONSEP TENTANG ALLAH


Allah menggambarkan diriNya dalam Al-Qur’an dengan gambaran yang sangat
bervariasi. Tentu saja gambaran tersebut adalah gambaran yang sedapat mugkin dipahami
oleh manusia, meskipun yang menyampaikannya adalah Allah sendiri. Ini dilakukan
semata-mata karena jangkauann pikiran manusia terbatas.

1. Allah: Menembus Ruang dan Waktu


Allah adalah Tuhan Yang Maha Meliputi. Dia ada dimana saja dan kapan saja. Tidak
ada satu tempatpun tanpa kehadiranNya. Dia ada di alam semesta dan sekaligus berada
di luar semesta. Dia berada dalam, dan sekaligus berada di luar, dimensi ruang dan
waktu. Dia terbebas dari dimensi ruang dan waktu.
Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya dengan cara mengambil bahan
dari DiriNya sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa alam semesta ini merupakan
bagian “tubuh” Allah. Tetapi harus diingat bahwa alam semesta bukanlah Allah.
Konsekuensi logis dari kketerangan di atas adalah bahwa Allah telahmenyatu dengan
manusia dan manusia itu sendiri merupakan bagian dari Allah. Bahkan dikatakan bahwa
Allah itu lebih dekat dari urat nadi manusia. Kalaupun manusia merasa jauh dan terpisah
dengan Allah , maka hal tersebut karena sebetulnya tingkat kesadaran manusia yang
belum sampai pada tingkat kesadaran tauhid.

2. Allah: Berfirman Kepada Siapa Pun dan Apa Pun


Allah sama sekali tidak dapat dihentikan untuk berfirman, karena Allah Maha
Berbicara (Al-Mutakalliman). Wahyu yang terbukukan dalam Al-Qur’an adalah
sebagian kecil dari ilmuNya, sebagian kecil dari hukum-hukumNya, dan sebagian kecil
dari diriNya. Jadi Al’Qur’an adalah relaif, tidak dapat disamakan dengan Allah Yang
Maha Mutlak. Al-Quran dalah petunjuk hidup bagi manusia yang di dalamnya ada
kebenaran.

3. Allah: Berada dengan Sendirinya


Allah tidak berawal dan berakhir. Dia ada dengan sendiriNya tanpa bergantung
pada apapun. Keberadaan manusia bersemayan dalam keberadaanNya, sehingga
sebenarnya manusai bergantung pada Allah. Segala sesuatu selain Allah adalah nisbi,
nihil, dan semu.

B. KONSEP TENTANG MANUSIA


Kehendak allah juga terhampar dalam diri manusia, baik dalam bentuk fisik maupun
non-fisik. Namun tidak semua manusia mampu mendengarfirman-firmanNya. Itu karena
banyak manusia yang telinga batinnya tidak mampu mendengar, sehingga Allah begitu jauh
dan terpisah.
1. Muhammad: Manusia yang Mulia dan Sempura
Salah satu bentuk representasi Allah pada manusia adalah tampak pada diri utuh
Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad tidak hanya sekedar memiliki sifat shiddiq,
amanah, fathonah, dan tabligh, tetapi lebih dari empat sifat tersebut.

2. Manusia: Dari Allah, Kembali pada Allah


Seuruh bagia tubuh manusia, baik fisik maupu batin, terbuat dari bagian tubuh
Allah sendiri. Manusia tidak akan pernah dapat pergi kemana-mana,karena kemanapun
manusia pergi, maka ia sebetulnya tetap berada dalam Diri Allah.
C. Kontruksi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Syariah
1. Otologi Tauhid: Mempelajari Kehendak, Wahyu, dan Hukum Allah
Realitas sosial, yang merupakan hasil interaksi antara anggota masyarakat dengan
anggota lain, sering kali menjadi objek konstruksi ilmu pengetahuan social. Secara
ontologis realitas sosial dalam kehidupan manusia adalah kehendak, wahyu, dan hukum
Allah.

2. Epistemologi Tauhid: Mengenal Allah Lebih Dekat


Sumber dari segala sumber imu pengetahuan adalah Allah Yang Maha
Mengetahui. Dialah Yang Maha Benar. Tidak Ada kebenaran, kecuali Yang Maha Benar.
Kesadaran ilahi yang berfokus pada ruh suci merupakan instrument yang paling suci
untuk mengenal Allah.

3. Aksiologi Tauhid: Menyatu dengan Allah


Untuk apa sebenarnya ilmu pengetahuan bagi manusia? Tentu saja untuk menyatu
denga Allah. Tidak ada pilihan lain, kecuali menyatu dengan Allah. Sepanjang ada
dualitas, maka sepanjan itu pula tidak ada tauhid. Ketika manusia mengklaim dirinya
sebagai hamba Allah, maka pada saat itu jugaada dua eksistentsi, yaitu hamba dan Allah.

4. Metologi Tauhid: Mengislamkan Positivisme


Upaya mengIslamkan metologi perlu dilakukan untuk membangun ilmu ekonomi
dan bisis syariah. Dengan cara menetapkan asumsi manusia dan kedua menurunkan
konsep ontology, epistemology, dan aksiologi tauhid menjadi metologi tauhid.
Konsep metode penelitian tauhid yang universal dalahmeliputi kesatuan zikir,
doa, dan tafakur (ZDT). Metode ZDT membawa tiga konsekuensi, yaitu:
 Dengan menggunakan ZDT, maka peneliti akan menjadi manusia yang bertakwa.
 Ilmu pengetahuan yang berhasil dirumuskan oleh peneliti adalah sebuah bentuk ilmu
pengetahuan Ilahi.
 Peradaban yang diciptakan manusia dalah peradaban yang bertauhid.

Anda mungkin juga menyukai