Anda di halaman 1dari 8

671 Pemanfaatan mikroba untuk peningkatan efisiensi ...

(Mulyasari)

PEMANFAATAN MIKROBA UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN IKAN


Mulyasari, Mas Tri Djoko Sunarno, dan Lusi Herawati Suryaningrum
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar
Jl. Sempur No. 1, Bogor 16151
E-mail: mulyasari_bogor@yahoo.co.id

ABSTRAK

Salah satu kendala dari sistem budidaya perikanan secara intensif yang dirasakan menjadi beban pembudidaya
adalah pakan. Biaya pakan bisa mencapai 60-70% dari total biaya produksi apalagi saat ini bahan baku
pakan lebih banyak diimpor sehingga harga pakan pun terus meningkat. Tujuan tulisan ini adalah memberikan
informasi dan gambaran mengenai pemanfaatan jenis-jenis mikroba dalam pakan ikan khususnya untuk
meningkatkan efisiensi pakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan biaya pakan adalah
dengan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan antara lain dengan pemanfaatan mikroba. Mikroba
seperti probiotik memiliki kemampuan memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein
dan lemak dalam bahan pakan yang diberikan. Hal ini terjadi karena adanya enzim-enzim khusus yang
dimiliki oleh mikroba untuk memecah ikatan tersebut. Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan dan
makhluk air lainnya meskipun ada kuantitas dan kualitasnya dalam jumlah terbatas. Pemecahan molekul-
molekul kompleks ini menjadi molekul sederhana akan mempermudah pencernaan lanjutan dan
penyerapannya di saluran pencernaan ikan. Di sisi lain, mikroorganisme mendapat keuntungan berupa
energi yang diperoleh dari hasil perombakan molekul kompleks tersebut. Penggunaan mikroorganisme
dalam pakan dapat berupa probiotik yang hidup dalam saluran pencernaan ikan maupun sebagai predigest
untuk menyederhanakan bahan baku pakan sebelum diberikan pada ikan.

KATA KUNCI: mikroba, efisiensi pakan, budidaya ikan

PENDAHULUAN
Salah satu kendala dari sistem budidaya perikanan secara intensif yang dirasakan menjadi beban
pembudidaya adalah pakan. Biaya pakan bisa mencapai 60-70% dari total biaya produksi apalagi
saat ini bahan baku pakan lebih banyak diimpor sehingga harga pakan pun terus meningkat. Menurut
Aslamyah (2006), permasalahan utama harga pakan yang relative mahal adalah kandungan protein
yang tinggi dalam pakan terutama protein yang dalam bentuk tepung ikan. Protein merupakan zat
terpenting pada ikan sebagai bahan penyusun dan sumber energi utama untuk ikan (NRC, 1983).
Tepung ikan dan tepung kedelai adalah bahan baku sumber protein utama yang terdapat dalam
pakan. Kedua bahan baku ini lebih banyak dipasok dari luar negeri karena ketersediaannya di dalam
negeri terbatas. Oleh karena itu, perlu diperhatikan upaya-upaya yang dapat dilakukan agar
penggunaan pakan dapat digunakan seefisien mungkin sehingga biaya produksi dapat ditekan. Salah
satunya adalah dengan memanfaatkan mikroba.
Mikroba adalah jasad renik yang banyak ditemukan di alam, yang terdiri dari jenis bakteri, kapang
maupun khamir. Mikroba dikenal sebagai mahluk hidup yang bersifat pathogen, meskipun banyak
pula mikroba yang menguntungkan. Mikroba memiliki kemampuan memecah atau menguraikan
rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak dalam bahan pakan yang diberikan. Hal ini terjadi
karena adanya enzim-enzim khusus yang dimiliki oleh mikroba untuk memecah ikatan tersebut.
Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan dan makhluk air lainnya meskipun ada kuantitas
dan kualitasnya dalam jumlah terbatas. Pemecahan molekul-molekul kompleks ini menjadi molekul
sederhana akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapannya di saluran pencernaan
ikan.
Di sisi lain, mikroorganisme mendapat keuntungan berupa energi yang diperoleh dari hasil
perombakan molekul kompleks tersebut (Feliatra et al., 2004). Penggunaan mikroorganisme dalam
pakan dapat berupa probiotik yang hidup dalam saluran pencernaan ikan maupun sebagai predigest
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 672

untuk menyederhanakan bahan baku pakan sebelum diberikan pada ikan. Predigest dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan kecernaan bahan baku pakan sehingga ikan dapat dengan mudah
memanfaatkan pakan tersebut. Predigest bahan baku menggunakan mikroba lebih dikenal dengan
istilah fermentasi.
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan pemanfaatan mikroba dalam pakan ikan dari hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan dan jenis–jenis mikroba yang digunakan dengan tujuan memberikan
informasi dan gambaran mengenai pemanfaatan mikroba dalam pakan ikan khususnya untuk
meningkatkan efisiensi pakan.
PROBIOTIK UNTUK EFISIENSI PAKAN
Ikan memiliki pencernaan yang relative sederhana, dimana enzim-enzim yang ada dalam saluran
perncernaan tersebut relative terbatas jumlahnya. Sehingga kemampuan ikan untuk mencerna
makananpun terbatas. Pada ikan, protein lebih efektif digunakan sebagai sumber energy dibandingkan
karbohidrat (Furuichi, 1988 dalam Aslamyah, 2006) karena terbatasnya enzim amylase dan enzim
lainnya pada ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kandungan
enzim dalam pencernaan ikan sehingga ikan tidak hanya menggunakan protein sebagai sumber
utama energinya melainkan juga dari karbohidrat maupun lemak salah satunya dengan penggunaan
probiotik.

Sumber : http://www.ercprobioticenzymes.com/faq.html
Gambar 1. Bakteri probiotik

Probiotik adalah mikroba tambahan yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi inang
melalui peningkatan nilai nutrisi pakan dan memperbaiki respon inang terhadap penyakit (Verschuere
et al,, 2000). Dengan penambahan probiotik dalam pencernaan ikan maka akan terjadi perubahan
komposisi mikroba dalam usus, yang berarti mempengaruhi ekosistem usus. Salah satu efek yang
menguntungkan dengan adanya probiotik dalam usus adalah kemampuan probiotik untuk
mengeluarkan enzim yang berkaitan dengan proses pencernaan bahan yang kompleks. Probiotik
dapat menghasilkan beberapa enzim eksogen seperti enzim protease, amylase, lipase dan selulase
yang akan membantu enzim endogenous inang untuk menghidrolisis nutrient pakan seperti
karbohidrat, protein dan lemak dari molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana (Wang
et al., 2008 dalam Putra, 2010). Menurut Fuller (1991), Probiotik yang efektif harus memenuhi
beberapa kriteria antara lain adalah: memberikan efek yang menguntungkan pada host, tidak patogenik
dan tidak toksik, mengandung sejumlah besar sel hidup, mampu bertahan dan melakukan kegiatan
metabolisme dalam usus, tetap hidup selama dalam penyimpanan dan waktu digunakan, mempunyai
sifat sensori yang baik, dan diisolasi dari host. Dalam beberapa penelitian mengenai probiotik untuk
ikan umumnya probiotik diisolasi dari saluran pencernaan ikan seperti ikan lele (Mulyasari et al.,
2010; Kurniasih, 2011), ikan nila (Putra, 2010), ikan kerapu macan (Feliatra et al., 2006), ikan bandeng
(Aslamyah, 2006), ikan jelawat (Sabariah, 2010), dan udang vaname (Nopitawati, 2010). Beberapa
jenis bakteri dalam saluran pencernaan ikan yang diketahui memiliki potensi sebagai probiotik antara
lain adalah Lactobacillus spp. (Taoka, 2007), Bacillus megaterium (Ocho & Olmos dalam Putra, 2010),
Bacillus coagulans (Wang, 2007), Carnobacterium sp. (Aslamyah, 2006), Vibrio alginoliticus (Aslamyah,
2006), Planococcus sp. (Aslamyah, 2006), Bacillus licheniformis (El-Haroun et al., 2006 dalam Putra,
673 Pemanfaatan mikroba untuk peningkatan efisiensi ... (Mulyasari)

2010), Proteus mirabilis (Sabariah, 2010), Micrococcus sp (Feliatra et al., 2006), Pseudomonas sp. (Feliatra
et al., 2006), Bifidobacterium sp. (Feliatra et al., 2006).
Beberapa penelitian mengenai penggunaan probiotik dalam pakan untuk melihat pengaruhnya
terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan telah dilakukan dan hasilnya mampu menunjukkan
pengaruh positif terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan. Penelitian yang dilakukan Aslamyah
(2006) yaitu isolasi probiotik dari saluran pencernaan ikan bandeng dengan tujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan sintasan benih ikan bandeng diperoleh beberapa jenis bakteri
probiotik salah satunya yaitu Carnobacterium sp. Jenis probiotik ini saat ditambahkan ke dalam 100
g pakan dengan konsentrasi sebesar 1010 CFU/ml dapat meningkatkan efisiensi pakan, pemanfaatan
karbohidrat, retensi protein dan pertumbuhan ikan bandeng. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Murni (2004) yang menggunakan bakteri probiotik untuk melihat pengaruhnya terhadap efisiensi
pakan dan pertumbuhan ikan gurame menyatakan bahwa penambahan bakteri probiotik Bacillus sp.
ke dalam pakan gurame meningkatkan aktivitas enzim protease dan amilase sehingga kecernaan
protein dan karbohidrat meningkat akibatnya protein dan energi nutrien pakan yang dapat diserap
oleh saluran pencernaan ikan gurame lebih banyak dan pertumbuhannyapun meningkat. Sabariah
(2010) melakukan penelitian mengenai probiotik yang dapat meningkatkan enzim pencernaan ikan
jelawat untuk meningkatkan pertumbuhan ikan jelawat tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probiotik yang dikenali sebagai proteus mirabilis mampu
meningkatkan nilai konversi pakan, kecernaan protein, kecernaan total, retensi protein dan laju
pertumbuhan ikan jelawat. Penelitian yang dilakukan oleh Nopitawati (2010) mengenai probiotik
untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname menunjukkan hasil yang positif dimana
pertumbuhan udang vannamei yang diberi pakan mengandung probiotik berbeda nyata (p<0,05)
dengan pertumbuhan udang yang diberikan pakan kontrol atau tanpa penambahan probiotik. Lebih
lanjut menurut Nopitawati (2010) penambahan probiotik K9 (Penghasil enzim protease yang diisolasi
dari saluran pencernaan udang vaname) pada pakan memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan
kinerja pertumbuhan udang vaname tersebut. Putra (2010) dalam penelitiannya mempelajari
penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinbiotik yaitu kombinasi probiotik dan prebiotik menghasilkan
efisiensi pakan dan laju pertumbuhan yang signifikan.
Hasil serupa juga dilaporkan oleh Kurniasih et al. (2011) dimana penggunaan probiotik dalam
pakan ikan nila secara signifikans dapat meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan nila.
Kurniasih et al. (2011) dalam penelitiannya menggunakan isolate probiotik yang berasal dari saluran
pencernaan ikan lele. Selanjutnya menurut Nur dan Fatah (2000) pengkayaan rotifer dengan bakteri
probiotik Bacillus sp. pada pakan larva udang tidak secara nyata menambah panjang larva udang
tersebut namun memberikan respon pakan yang cukup baik.
Meskipun probiotik memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ikan dan juga efisiensi pakan,
namun ada pula hasil penelitian yang menunjukkan bahwa probiotik tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan ikan dan efisiensi pakan seperti penelitian yang dilakukan oleh Arief et al (2008). Dalam
penelitiannya, Arief et al. (2008) menggunakan probiotik dalam pakan buatan untuk melihat pengaruh
penambahan probiotik tersebut pada laju pertumbuhan ikan nila dan konversi pakannya. Jenis
probiotik yang digunakan adalah probiotik komersial yang merupakkkan gabungan Lactobacillus dan
Bacillus, sedangkan dosis yang digunakan adalah 0%, 2%, 4% dan 6%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertumbuhan ikan nila dan konversi pakan yang diberi probiotik sampai dosis 6% tidak
memperlihatkan hasil yang berbeda nyata dengan pertumbuhan dan konversi pakan yang tanpa
probiotik.
PREDIGEST (FERMENTASI) UNTUK PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI
PAKAN
Kekayaan alam Indonesia yang cukup besar merupakan sumberdaya yang potensial untuk
penyediaan bahan baku lokal. Banyak bahan baku lokal yang potensial dikembangkan sebagai sumber
protein alternatif terutama bahan baku hewani dan nabati hasil samping (by product) dari perkebunan
dan peternakan. Meskipun bahan baku lokal jumlahnya melimpah di Indonesia, namun penggunaan
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 674

bahan baku ini masih belum optimal. Hal ini disebabkan karena bahan tersebut memiliki faktor
pembatas yang akan sangat berpengaruh pada kualitas dan daya cerna pakan seperti kandungan
serat yang tinggi, kadar air yang tinggi, kadar lemak tinggi atau mengandung zat antinutrisi. Oleh
karena itu, untuk dapat meningkatkan kualitas dan daya cerna bahan baku tersebut perlu
dikembangkan suatu teknik yang tepat salah satunya adalah dengan memanfaatkan mikroba. Menurut
Murni et al. (2008) perbaikan kualitas bahan baku pakan dapat dilakukan dengan perlakuan biologis
yaitu dengan bantuan enzim maupun mikroba yang bertujuan untuk meningkatkan daya cerna bahan
dan mengurangi kandungan antinutrisi suatu bahan baku serta pengawetan.
Mikroba memiliki kemampuan memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein
dan lemak dalam bahan pakan yang diberikan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas bahan pakan sehingga pakan yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik, daya cerna
yang lebih tinggi serta lebih ekonomis. Fermentasi adalah salah satu metode penerapan dari
kemampuan mikroba tersebut. Di dalam fermentasi, mikroorganisme memecah senyawa organik
menjadi senyawa sederhana (Pujaningsih, 2005). Fermentasi merupakan perubahan kimia yang
disebabkan oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau mikroba. Sujono (2001)
menyatakan bahwa mikroba yang mampu melakukan proses fermentasi pada substrat adalah
kapang, khamir, dan bakteri. Fermentasi dapat berlangsung dalam suasana aerob maupun anaerob.
Teknologi fermentasi telah menjadi solusi untuk memanfaatkan bahan-bahan yang berkualitas rendah
menjadi produk yang lebih bernilai. Metode ini telah banyak diterapkan dalam budidaya perikanan
khususnya teknologi pakan. Penelitian mengenai perbaikan kulitas bahan baku pakan menggunakan
teknik fermentasi ini telah banyak dilakukan dan hasilnya cukup signifikan untuk meningkatkan
kualitas dan kecernaan bahan baku pakan. Bahan baku pakan dapat digunakan untuk menggantkan
bahan baku pakan yang utama sepeerti tepung ikan dan tepung bungkil kedelai.
Asngad (2005) mencatat bahwa fermentasi pada jerami padi (Oryza sativa) yang ditambah media
onggok dengan kadar berbeda menggunakan bakteri asam laktat akan meningkatkan kualitas jerami
padi. Adapun perlakuan yang digunakan adalah: P0 : tanpa tambahan onggok, P1 : tambahan onggok
2%, P2 : tambahan onggok 4%, P3 : tambahan onggok 6%. Dari hasil penelitian diperoleh data yaitu:
penambahan onggok 6% (P3) menghasilkan kadar protein sebesar 5,54%, selanjutnya berturut-turut
diikuti oleh penambahan onggok 4% (P2), menghasilkan kadar protein 3,59%, kemudian di ikuti
penambahan 2% (P1)dengan kadar protein 3,53% dan tanpa penambahan onggok (P0) dengan kadar
protein sebesar 3,26%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan onggok
sebesar 6% pada fermentasi jerami padi (Oryza sativa) menghasilkan kadar protein yang terbaik yaitu
5,54%. Kualitas hasil jerami padi (Oryza sativa) secara organoleptik sama yaitu mempunyai warna
hijau keperangan, tidak menggumpal, tidak berjamur dan tingkat keasamannya sama.
Oboh, 2006 melaporkan fermentasi kulit ubi kayu menggunakan Saccharomyces cerevisae dan
konsorsium dari Lactobacillus delbruckii dan Lactobacillus coryneformis mampu meningkatkan kadar
protein serta menurunkan kandungan sianida dan fitat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit
ubi kayu terfermentasi mengalami peningkatan protein dari 8,2% menjadi 21.5% dan mengalami

Sumber : http://www.magma.ca/~pavel/science/L_bulgaricus.htm
Gambar 2. Lactobacillus delbruckii
675 Pemanfaatan mikroba untuk peningkatan efisiensi ... (Mulyasari)

penurunan kadar sianida dari 44,6 mg/kg menjadi 6,2 mg/kg. Fitat turun dari 1043,6 mg/100g menjadi
789,7 mg/100g. Sehingga kulit ubi kayu terfermentasi merupakan sumber protein alternatif dalam
formulasi pakan.
Fitriliyani (2010) memanfaatkan ekstrak enzim cairan rumen domba untuk meningkatkan kualitas
nutrisi tepung daun lamtoro sebagai bahan pakan ikan nila (Oreochromis niloticus). Enzim yang
diekstrak dari cairan rumen domba diinjeksikan pada tepung daun lamtoro dengan variasi dosis 20,
40, 60, 80, 100 mL/kg. Inkubasi dilakukan selama 2 jam dan 24 jam. Selanjutnya TDL terhidrolisis
digunakan sebagai salah satu komponen pakan uji dengan kandungan persentase TDL terhidrolisis
yang berbeda dalam pakan formulasi. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan nila sebanyak 8
ekor dengan bobot awal rata-rata 9,38 ­± 0,41 gram dalam 18 akuarium berukuran 50x35x40 cm,
yang terhubung dengan sistem resirkulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak enzim cairan
rumen domba potensial untuk meningkatkan kualitas TDL. Terbukti bahwa semakin banyak ekstrak
enzim yang ditambahkan, semakin rendah kandungan serta kasar dan fitatnya, sementara kadar
glukosa terlarut dan protein terlarut meningkat. Penggunaan TDL terhidrolisis dalam pakan juga
dapat meningkatkan aktivitas enzim protease, amilase dan selulase dalam saluran pencernaan ikan
nila. Penggunaan TDL terhidrolisis sampai 15% dalam pakan ikan nila memperlihatkan kinerja
pertumbuhan dan parameter pemanfaatan pakan yang lebih baik jika dibandingkan dengan TDL
tanpa hidrolisis.
Melati et al. (2010) memanfaatkan mikroba Aspergillus niger untuk memperbaiki kualitas tepung
ampas tahu. Tepung ampas tahu dicampur dengan tepung tapioka dengan perbandingan 100/0, 75/
25, 50/50, 25/75, kemudian difermentasi dengan A. Niger. Perbandingan tepung ampas tahu/tapioka
75/25 mengalami peningkatan protein tertinggi (129,58%). Selanjutnya bahan tersebut dicampurkan
dengan bahan lain dengan tujuan mensubstitusi tepung bungkil kedelai dalam formulasi. Pakan
diujikan ke ikan patin dengan ukuran 11,41+0,03 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/akuarium.
Digunakan 12 unit akuarium dengan ukuran 100 cm x 60cm x 60 cm. Sebagai perlakuan adalah
persentase substitusi protein tepung ampas tahu terfermentasi terhadap protein tepung kedelai
dengan perincian: pakan A (substitusi protein 0%), pakan B (substitusi protein 2,52%), pakan C
(substitusi protein 4,03%), pakan D (substitusi protein 6,04%). Hasil terbaik ditunjukkan oleh substitusi
protein tepung bungkil kedelai oleh tepung ampas tahu terfermentasi sebesar 4,03% (pakan C).

Sumber : http://genome.jgi-psf.org/Aspni1/Aspni1.home.html
Gambar 3. Aspergillus niger

Penelitian yang dilakukan oleh Arunlertaree & Rakyuttithamkul (2006) menyatakan bahwa tepung
bulu ayam (TBA) yang difermentasi menggunakan ragi roti dapat menggantikan tepung ikan (TI)
sampai dengan 25% dalam formulasi pakan ikan lele. Prosentase TBA dalam pakan untuk setiap
perlakuan adalah 0% (A) sebagai kontrol; 25% (B); 50% (C); 75% (D); 100% (E). Kadar protein kasar
pakan buatan berkisar antara 30–32%. Ikan perlakuan ditebar sebanyak 20 ekor dengan berat sekitar
70±0,5 g ke dalam akuarium kapasitas 120 L dengan sistem resirkulasi dan aerasi. Penelitian dilakukan
selama 8 minggu.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa retensi protein pada ransum yang
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 676

mengandung 25% TBA tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan 0% dan 50% TBA, akan tetapi lebih
tinggi daripada ransum dengan TBA sebanyak 75% dan 100%.

Sumber : http://archives.microbeworld.org/resources/gallery_06_sacc.htm
Gambar 4. Saccharomyces cerevisae (ragi roti)

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyasari et al. (2011) mengenai perbaikan kualitas bahan baku
kulit ubi kayu dan jagung sebagai bahan baku pakan ikan menggunakan dua jenis mikroba yaitu
kapang dan bakteri menunjukkan hasil cukup signifikan dalam meningkatkan kecernaan bahan baku
tersebut. Kapang yang digunakan adalah jenis Phenarochaete chrysoporium dan Trichoderma viride
sedangkan bakteri yang digunakan adalah Bacillus megaterium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai kecernaan protein, energi dan bahan dari kulit ubikayu dan jagung berbeda nyata dengan
kecernaan bahan baku yang tanpa penambahan mikroba.
Mulyasari et al. (2010) telah melakukan penelitian mengenai predigest bahan pakan menggunakan
enzim dan mikroba asal saluran pencernaan lele untuk pertumbuhan benih lele dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecernaan pakan yang diberi enzim dan mikroba lebih baik dibandingkan dengan

Sumber : http://genome.jgi-psf.org/Phchr1/Phchr1.home.html
Gambar 5. Phenarochaete chrysoporium

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Trichoderma_viride
Gambar 6. Trichoderma viride
677 Pemanfaatan mikroba untuk peningkatan efisiensi ... (Mulyasari)

Sumber : http://megabac.tu-bs.de/
Gambar 7. Bacillus megaterium

kontrol. Sedangkan Kurniasih (2010), yang melakukan penelitian mengenai penambahan enzim
protease dari mikroba asal saluran pencernaan lele pada pakan buatan untuk meningkatkan kualitas
pakan dan kinerja pertumbuhan ikan nila, memperlihatkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan
laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan dan kecernaan protein ikan nila.
PENUTUP
Mikroba memiliki kemampuan mendegradasi ikatan pada rantai panjang karbohidrat, protein
dan lemak dalam bahan pakan yang diberikan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
efisiensi pakan ikan. Mikroba dapat digunakan sebagai probiotik untuk meningkatkan daya cerna
saluran pencernaan ikan sehingga nutrien pakan dapat terserap secara maksimal dan sebagai predigest
untuk memperbaiki kualitas bahan pakan sehingga kecernaan pakan dapat ditingkatkan dan nutrient
pakan dapat diserap secara maksimal yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi pakan dan
juga laju pertumbuhan ikan.
DAFTAR ACUAN
Arief M, Mufidah, Kusriningrum. 2008. Pengaruh penambahan probiotik pada pakan buatan terhadap
pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus). Berkala ilmiah
perikanan 3(2) : 53-58.
Arunlertaree, C. & Ek Rakyuttithamkul. 2006. Utilization of Fermented Feather Meal as a Replacement
of Fish Meal in the Diet of Hybrid Clarias Catfish. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 40 : 436 – 448
Aslamyah S. 2006. Penggunaan Mikroflora saluran pencernaan sebagai probiotik untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng. [Disertasi]. Program Pascasarjana IPB. 256
hal.
Asngat, A. 2005. Perubahan Kadar Protein Padafermentasi Jerami Padi Dengan Penambahan Onggok
Untuk Makanan Ternak. Jurnal Peneniitian Sains dan Teknologi. Vol 6, No 1, 2005 : 65-74
Feliatra, Effendi I dan Suryadi E. 2004. Isolasi dan identifikasi bakteri probiotik dari ikan kerapu
macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam upaya efisiensi pakan ikan. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 75-
80.
Fitriliyani, I. 2010. Peningkatan Kualitas Nutrisi Tepung Daun Lamtoro Dengan Penambahan Ekstrak
Enzim Cairan Rumen Domba (Ovis Aries) Untuk Bahan Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Desertasi. Sekolah pasca sarjana. Instititut pertanian bogor. Hal 21-70.
Fuller R. 1989. Probiotics in man and animal. Microbiology 66: 365-378
Fuller, R. 1991. History and development of probiotics In Probiotics the Scientific Basis. Chapman and
Hall.
Kurniasih. 2010. Seleksi bakteri proteolitik dan aplikasi enzim protease untuk peningkatan kualitas
pakan dan kinerja pertumbuhan ikan nila. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. 51 hal.
Kurniasih, T., L.H. Suryaningrum, Z.I.Azwar. 2011. Pemanfaatan probiotik untuk meningkatkan
pertumbuhan, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup ikan nila. Laporan Kegiatan Seminar Hasil
Riset 2011. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar - Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 678

Melati, I., Azwar, Z.I., Kurniasih, T. 2010. Pemanfaatan Ampas Tahu Terfermentasi sebagai Substitusi
Tepung Kedelai dalam Formulasi Pakan Ikan Patin. Prosiding. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Hal 713-719.
Mulyasari, Azwar, Z.I., Kurniasih,T., Melati, I., 2010. Hidrolisis pakan buatan (predigestion) oleh crude
enzyme pencernaan eksogen yang disekresikan mikroba probiotik asal pencernaan ikan lele untuk
memperbaiki kelulusan hidup benih ikan lele. Laporan Kegiatan Seminar Hasil Riset 2010. Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar - Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Mulyasari, Azwar, Z.I, Melati, I. dan Erlania. 2011. Perbaikan kualitas bahan baku yang mengandung
serat kasar tinggi secara kimia dan biologi (fermentasi). Laporan Kegiatan Seminar Hasil Riset
2011. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar - Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan.
Murni. 2004. Pengaruh penambahan bakteri probiotik Bacillus sp dalam pakan buatan terhadap
aktivitas enzim pencernaan, efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy
Lac.) Tesis. Program Pascasarjana IPB. 47 hal.
National Research Council (NRC). 1983. Nutrients requirements of warm water fishes and shellfishes.
National Academy of Science, Washington D.C. 63 pp.
Nopitawati, T. 2010. Seleksi bakteri probiotik dari saluran pencernaan untuk meningkatkan kinerja
pertumbuhan udang vaname Litopenaeus vannamei. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Nur A, Fatah S. 2000. Aplikasi probiotik pada pemeliharaan larva udang windu dan ikan bandeng.
Laporan BBAP Jepara.
Oboh, G. 2005. Nutrient enrichment of cassava peels using a mixed culture of Saccharomyces cerevisae
and Lactobacillus spp solid media fermentation techniques. Electronic Journal of Biotechnology.
Vol.9 No.1. Pontificia Universidad Católica de Valparaíso – Chile. Page 46-49.
Pujaningsih, R.I., 2005. Teknologi Fermentasi & Peningkatan Kualitas Pakan. Diktat Kuliah. Laboratorium
Teknologi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. UNDIP.
Putra, AN. 2010. Kajian probiotik, prebiotik dan sinbiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan
ikan nila (Oreochromis niloticus). Kurniasih et al (2011) menunjukkan bahwa penggunaan probiotik
dalam pakan ikan nila secara signifikans dapat meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan
ikan nila.
Sabariah. 2010. Seleksi bakteri probiotik dari saluran pencernaan untuk meningkatkan kinerja
pertumbuhan ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. 51 hal.
Salminen S, Ouwehand A, Benno Y, Lee YK. 1999. Probiotics : How should they be defined. Trend
Food Science Technology. 10, 107 – 110
Sujono, 2001. Tampilan Produksi Semen Ayam arab yang diberi Pakan Mengandung Berbagai Aras
Bekatul Terfermentasi dengan Rhizopus oligoporus. Desertasi. Program Pasca Sarjana. Universitas
Airlangga. Surabaya
Taoka Y, Maeda H, Yoon jo and Sokata T.2007. Influence of commercial probiotics on the digestive
enzyme activities of Tilapia, Oreochromis niloticus. Aquaculture Science 55 (2) : 183-189.
Vescheure L, Rombaut G, Sorgelos P, Verstraete W. 2000. Probiotics bacteria as biological control
agents in aquaculture. Journal Microbiology and Molecular Biology Review. Dec. 64:655-671.
Wang, Bo Yan. 2007. Probiotics in Aquaculture : challenges and outlook. Effect of probiotics on
growth performance n digestive enzyme activity of the shrimp Penaeus vannamei. Aquaculture
269: 259-264.

Anda mungkin juga menyukai