Penetapan Kadar Sari, Penetapan Susut Pengeringan, Penetapan Kadar Tanin, dan
Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Kelompok 7 - KP I
Oleh :
1. Anita Nur Hasanah 110116002
2. Aldo Indra Vernando 110116303
3. Agnes Stella Heriyanto 110116343
4. Angelina Chrismas T.P 110116350
5. Ahmad Al-Hazel H.K 110116400
C. Hasil Praktikum
1. % kadar sari yang larut dalam air (etanol)
= (oven2 x 5)/bobot awal pemanasan x 100%
= (0,0968 x 5)/5,01 x 100%
= 9,61%
2. % kadar sari yang larut dalam air (etanol)
= (oven2 x 5)/bobot awal pemanasan x 100%
= (0,1435 x 5)/5,01 x 100%
=14,018%
3. % kadar sari yang larut dalam air (etanol)
= (oven2 x 5)/bobot awal pemanasan x 100%
= (0,0933 x 5)/5,01 x 100%
= 9,311%
4. Rata-rata ± SD = rata-rata = 10,97166667 %
SD = 2,63551747 %
D. Pembahasan
Prinsip penetapan kadar sari yaitu dengan melarutkan sejumlah simplisia pada
pelarut tertentu untuk menentukan sejumlah senyawa aktif yang terkandung pada pelarut
tersebut. Sebelumnya, dilakukan proses maserasi dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Saat proses maserasi, sebaiknya
dilakukan pengadukan agar proses maserasi berjalan baik sehingga isi didalam sel keluar
semua menuju keluar sel, dan didapatkan sari yang banyak dalam pelarut.
Pada praktikum yang dilakukan kadar sari yang didapat sedikit karena prosedur
yang dilakukan tidak memenuhi syarat yaitu suhu oven tidak mencapai 105oC, suhu tidak
mencapai titik didih air ± 100oC sehingga kemungkinan masih mengandung pelarut
ataupun air yang belum sepenuhnya menguap. Selain itu, filtrat seharusnya di oven selama
1 jam tetapi pada saat praktikum hanya dilakukan selama 10 menit.
E. Kesimpulan
Termasuk bobot tetep karena identifikasi bobot tetap lebih besar daripada ambang bobot
tetap.
% kadar sari (rata-rata) = 10,97 % < 14,20 % dihitung sbg kurkumin
% Kv = 24,02 % (terlalu besar) > 18 % (tidak memenuhi syarat bahan alam)
F. Daftar Pustaka
Farmakope Herbal Indonesia edisi 1.2008. halaman 154
DepKes RI. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I, III dan IV
Freska, dkk. 2012. Laporan Praktikum Farmakognosi II, Penentuan Kadar Sari dalam
Pelarut Tertentu. Diakses tanggal 6 April 2015, pukul 21.46 WIB.
(http://www.academia.edu/9267373/laporan_penentuan_kadar_sari_dalam_pelarut_tertent
u)
Krus Berat krus Berat Simplisia Berat Simplisia Berat Simplisia ∆ Berat
kosong (g) I (Oven I) (g) II (Oven II) (g) III (Oven III)
(g)
1 21,1527 1,9369 1,8809 1,8629 0,018
2 22,0440 1,9523 1,8964 1,8823 0,0141
3 18,5599 1,8548 1,8007 1,7864 0,0143
N asam oksalat
Pembakuan KmnO4
Buret Erlenmeyer
Dibilas dengan KmnO4 0,1 N + 10 ml asam oksalat
Diisi dengan KmnO4 ad tanda 0,00 ml + H2SO4 4 ml dipanaskan
Buret siap dipakai 70-80°C di tandai dengan embun
Pada hotplate
Keadaan hangat
Asam oksalat dititrasi KmnO4 ad TAT/MMS
Hitung N KmnO4
Percobaan Blanko
Erlenmeyer 1000ml
(+) 25 ml aquadem
(+) 750 ml aquadem
(+) indicator as indigo sulfonar 25,0 ml
Titrasi KmnO4
Perubahan warna biru tua > kuning emas saat titrasi campuran diaduk dengan
magnetic stir
Dicatat volume titran
C. Hasil Praktikum
Kadar baku primer
N Asam Oksalat = g/Mr x 1000/v(ad) x ekivalen
= 0,6502 gram/126,07 x 1000/100 x 2
= 0,103149044 N
C. Hasil Praktikum
% Kadar minyak atsiri : Hasil destilasi / Bobot simplisia yang didestilasi x 100%
: 0,07/10g x 100% = 0,7%
D. Pembahasan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah simplisia kayu manis yang berupa
serbuk. Metode yang digunakan adalah destilasi stahl. Prinsip destilasi stahl adalah
pemisahan dengan cara panas berdasarkan perbedaan titik didih dan berat jenis senyawa.
Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Kemudian
uap air melewati kondensor akan mengalami pendinginan menghasilkan tetesan yang
masuk ke dalam buret. Di dalam buret, senyawa yang memiliki BJ lebih rendah akan
berada di bagian atas ( minyak atsiri ). sementara senyawa dengan BJ lebih tinggi akan
berada di bagian bawah.
Proses destilasi stahl diawali dengan serbuk lada hitam10g dimasukkan kedalam labu alas
bulat kemudian ditambah air 250ml kemudian ditambah batu didih agar pemanasan merata.
Setelah itu labu alas bulat dirangkaikan pada alat destilasi stahl dengan dioleskan sedikit
vaselin pada mulut luar labu agar rangkaian alat tidak lepas dan tidak terjadi kebocoran
selama destilasi berlangsung, kemudian selang masuk dan keluar dipasang sesuai
tempatnya yaitu selang masuk pada bagian bawah dan selang keluar pada bagian atas.
Selanjutnya selang masuk dihubungkan dengan pompa air dan air kemudian dialirkan
hingga air memenuhi seluruh kondensor. Pada pipa stahl diisi dengan air dengan tujuan
mencegah kekeringan pada sampel dan mencegah agar minyak yang menguap tidak keluar.
Setelah semua siap heating mantel dihidupkan dengan suhu medium. Suhu harus tetap
dijaga agar pemanasan tidak terjadi over heat. Proses destilasi umumnya dilakukan selama
5 jam untuk mendapatkan minyak atsiri, namun pada praktikum kali ini proses destilasi
dihentikan setelah 1 jam 5 menit proses hal tersebut dikarenakan serbuk simplisia yang
digunakan sudah dalam keadaan kering dan kemungkinan minyak atsiri yang terkandung
telah menguap.
Dalam percobaan kadar minyak atsiri kelompok kami memperoleh minyak atsiri sebanyak
0,7 ml
E. Kesimpulan
Setelah melakukan destilasi selama 1 jam 5 menithasil yang kamiperoleh adalah
0,7% v/b,hasil yang kami peroleh tidak sesuai dengan teori kadar minyak atsiri lada hitam
yang tidak boleh <1%.Hal ini dapat terjadi karena mulut labu alas bulat/dataryang tidak
terlalu tertutup rapat denganalat destilasi stahl,serta lamanya destilasi kurang dari 5 jam
F. Daftar Pustaka
1. DepKes RI. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I dan IV.
2. Darwis SN 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Bogor : Puslitbang tanaman
industri
3. Dalimartha Setiawan. Altas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus Agriwidya
1999
4. Tanaman obat Keluarga. Jakarta. PT.Intisari Mediatama. 1999
5. Hariana H Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, seri II dan seri III.Jakarta :
Penebar swadaya.