Makalah
Untuk memenuhi tugas matakuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan
Kerja dalam Keperawatan
Yang dibina oleh ibu Dr. Sri Mugiati, SKp, M.Kep
Oleh :
Ni Putu Ardiyani P17211186005
Rosyada Nirmala P17211186011
Luluk Mamluatul U P17211186016
Martoyo Ichwan P17211186026
Bryna Zara Vania P17211186037
1.2 Tujuan
1. Mengetahui tentang pengendalian bahaya di tempat kerja
1.3 Manfaat
1. Mampu memahami pengertian pengendalian bahaya di tempat kerja
2. Mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bahaya
ditempat kerja
3. Mampu memahami cara-cara pengendalian bahaya ditempat kerja
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.Definisi
2.2. Tujuan
Pengendalian bahaya di tempat kerja bertujuan untuk
meminimalisir/mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah
atau tingkatan yang dapat ditolelir (Soputan dkk, 2014).
2.4. Metode
2.4.1. Upaya-Upaya Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja
Terdapat beberapa upaya yang dilakukan dalam pengendalian bahaya
menurut (Santoso, 2004) diantaranya :
1. Subtitusi bahan-bahan kimia yang berbahaya
2. Proses isolasi
3. Pemasangan lokal exhauster
4. Ventilasi umum
5. Pemakaian alat pelindung diri
6. Ketatarumahtanggaan perusahaan
7. Pengadaan fasilitas saniter
8. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan berkala
9. Penyelenggaraan latihan/penyuluhan kepada semua karyawan dan
pengusaha
10. Kontrol administrasi
Dari kasus diatas disimpulkan bahwa korban yang tertimpa pipa scafolldifing
mengalami ketidaksengajaan terpeleset saat ingin melepas pipa scafollding. APD
yang digunakan hanya helm, rompi proyek dan sepatu proyek. Dan permasalahan
yang diambil dari kasus diatas korban tidak mendapatkan pertolongan pertama saat
korban mengalami kecelakaan kerja di tol pandaan-malang. Korban meninggal saat
dalam perjalanan ke puskesmas untuk pengobatan lebih lanjut. Setelah sampai di
puskesmas dalam keadaan korban sudah meninggal, korban langsung dilarikan ke
RSUD Bangil untuk dilakukan visum luar. Akan tetapi keluarga korban tidk
mengizinkan untuk dilakukan visum/autopsi.
Menurut kelompok kami kesalahan yang terjadi pada korban kecelakaan kerja
tol pandaan-malang adalah korban kurang berhati hati dalam membongkar pipa
scafollding dan kurangnya penanganan pertama saat korban mengalami pendarahan
di dahi. Menurut kelompok kami semestinya pendarahan korban dihentikan sebagai
pertolongan pertama.
Alat pengendalian diri (APD) merupakan saranan pengendalian yang
digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian yang
lebih permanen belum dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir
dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Resiko kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut:
Kejatuhan /tertimpa benda dari ketinggian
Jatuhnya tenaga kerja (terpeleset)
2. Faktor resiko yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja:
Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan
mengenai K3 yang antara lain pemakaian alat pelindung diri
kecelakaan kerja.
Kurangnya pengalaman dan keahlian dalam bekerja.
Kurangnya pengetahuan tenaga kerja terhadap pekerjaan yang akan
dilakukan.
Kurangnya pengetahuan tenaga kerja dalam melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka saran-saran yang dapt diberikan
adalah:
1. Untuk mengantisipasi terjadiya faktor resiko penyebab kecelakaan kerja
yang dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja maka
perlu untuk lebih banyak dilakukan sosialisasi dan pengarahan melalui safety
meeting atau pertemua-pertemuan di lapangan yang diikuti oleh semua pihak
mulai dari pekerja, mandor, dan sub-kontraktor, agar pekerja memiliki budaya
kerja yang aman, disiplin, dan lebih memperhatikan keselamatan kerja.
2. Melakukan pembinaan K3 pada proses awal perekrutan tenaga kerja baru
ntuk memperhatikan tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Serta dilakukan pelatihan terhadap K3 dan ditingkatkan agar pekerja yang
direkrut sadar terhdap K3 dalam melaksanakan pekerjaannya, serta dapat
mencegah terjadinya kecelakaan.
3. Pemeriksaan dan inspeksi terhadap material dan peralatan yang akan
digunakan perlu dilaksanakan dengan seksama dan teliti agar tidak
menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan kerja pada saat di gunakan.
4. Untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari potensi
bahaya kecelakaan kerja, maka perlu dilakukan upaya budaya kerja yang
tertib oleh para pekerja, serta pengawasan yang tinggi terhdap potensi bahaya
kecelakaan kerja, khususnya pada daerah pelaksanaan pekerjaan yang telah
diidentifikasi memiliki potensi bahaya dengan tingkat resiko yang tinggi.
Lingkungan kerja yang diciptakan sedemikian rupa sehingga mengikuti
standar K3 akan mendukung produktivitas tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA