Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang merupakan cedera fisik yang banyak
dijumpai di Indonesia. Masalah kesehatan ini menjadi perhatian publik
karena masih banyaknya kasus fraktur tanpa penanganan yang tepat. Fraktur
menurut Sjamsuhidayat & Wim de Jong, (2010) merupakan suatu kondisi
terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa dan juga disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik yang ditentukan jenis luasnya trauma”. “Fraktur bisa terjadi didaerah
cranium, thorak, pelvis, anggota gerak atas, dan anggota gerak bawah.
Faktor yang menyebabkan fraktur yaitu kecelakaan lalu lintas dan
kejadian alam yang tidak terduga (Susanti, 2018). Data yang dikeluarkan
WHO (2013) bahwa masalah ini sangat penting karena kecelakaan lalu lintas
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di
negara berkembang. Menurut Global Status Report on Road Safety
(2013)yang dibuat oleh World Health Organization (WHO), sebanyak 1,24
juta korban meninggal tiap tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan lalu
lintas, di negara Indonesia pada tahun 2010 telah terjadi 31.234 kematian
akibat kecelakaan lalu lintas.
Prevalensi Angka kejadian fraktur cukup tinggi. Menurut World Health
organization (WHO), kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang
pada tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada
tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang mengalami fraktur dengan
angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan
angka prevalensi sebesar 3,5%. Di Indonesia sendiri, kejadian fraktur

1
2

merupakan kasus terbanyak di Asia Tenggara yaitu setiap tahun


mencapai 1,3 juta dalam 238 juta penduduk (Wrongdignosis, 2011).
Menurut Sjamsuhidayat (2010), Salah satu penatalaksanaan fraktur
adalah ORIF (Open Reduction Internal Fixation) ORIF adalah reposisi secara
operatif diikuti dengan fiksasi interna. Fiksasi Interna yang dipakai biasanya
pelat dan sekrup. Pada pasien yang dilakukan ORIF biasanya akan di
timbulkan beberapa dampak yaitu gangguan kenyamanan, nyeri, dan
keterbatasan mobilitas. Tindakan ORIF pada pasien pasca fraktur akan
menciptakan reposisi dan fiksasi yang sempurna sehingga pasien bedah
dapat melakukan mobilisasi dengan segera. Dampak yang di timbulkan pasca
bedah ORIF pada umumnya setiap pasien pasti akan mengalami
keterbatasan aktivitas dan juga ketidakseimbangan gerak. (Herdman,2015)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas tentang
fraktur femur sinistra 1/3 distal dan mampu menerapkan suatu konsep
tentang asuhan keperawatan secara komprehensif melalui proses
keperawatan pada klen dengan fraktur femur sinistra1/3 distal.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari fraktur.
2. Mengetahui etiologi dari fraktur.
3. Mengetahui patofisiologi dari fraktur.
4. Mengetahui proses peyembuhan fraktur
5. Mengetahui manifestasi klinis yang muncul dari fraktur.
6. Mengetahui komplikasi dari fraktur.
7. Mengetahui penatalaksanaan pada fraktur.
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur.
3

C. Ruang Lingkup
Pada laporan ini terfokus pada:
1. Persiapan serta langkah-langkah operasi yang dilakukan baik selama Pre,
Intra, maupun Post Operasi.

2. Asuhan Keperawatan yang sudah diberikan atau dilakukan pada pasien.

D. Manfaat
1. Bagi peserta pelatihan bedah
Laporan kasus ini diharapkan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman nyata peserta pelatihan bedah dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan fraktur serta sebagai sarana pembelajaran
dengan mengembangkan pengetahuan dibidang kesehatan khususnya
didunia keperawatan.
2. Bagi pasien
Diharapkan pasien dan dapat memahami hal yang perlu dilakukan dan yang
tidak perlu dilakukan sebelum, selama, dan sesudah operasi, diharapkan
laporan kasus ini dapat menjadi bukti tambahan dokumentasi dari tindakan
yang sudah diberikan pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma,
tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar.
Tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau
tidak lengkap (Budhiarta, 2013).
Samsuhidayat (2014) menjelaskan bahwa fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tau tulang rawan yang umum
karena oleh rudapaksa.
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan
kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2012).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang pengumpil atau radius adalah tulang lengan bawah yang
menyambungkan bagian siku dengan tangan di sisi ibu jari. Tulang pengumpil
terletak di sisi lateral tulang hasta (ulna). Bentuk badan tulang pengumpil
semakin ke bawah semakin membesar yang akan membentuk persendian
pergelangan tangan.

4
Pada ujung atas terdapat bagian yang sangat khas yaitu bonggol tulang
yang bundar, disebut caput radii (kepala radius). Permukaan caput akan
bersendi

5
6

dengan capitulum di tulang lengan atas. Keliling caput akan bersendi dengan
tulang hasta. Di dekat caput, terdapat struktur kasar yang disebut tuberositas
radii.
Badan tulang pengumpil memiliki pinggir interosseus (yang menghadap
ke tulang hasta) yang tajam.
Pada ujung bawah terdapat penonjolan processus styloideus ke arah
distal. Di permukaan posterior, terdapat struktur kasar yang kecil yang disebut
tuberculum dorsalis.

C. EPIDEMIOLOGI / PREVELENSI PENYAKIT


Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan
suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan.
Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan
hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa
memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang
7

dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi
pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson
dan Keogh, 2014)

D. ETIOLOGI
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa
terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan
tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila
seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi
kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan
bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita.
Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada
dewasa.
Fraktur radius distalis yang paling sering ditemukan pada manula,
insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca
menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh
pada tangan yang terentang. (Apley & Solomon, 1995) Biasanya penderita jatuh
terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan
pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius
terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial
sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan
dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan
subluksasi sendi radioulnar distal (Reksoprodjo, 1995) Momok cedera tungkai
atas adalah kekakuan, terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan.
8

Penyebab paling umum fraktur adalah :


1. Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu
lintas/jatuh.
2. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti
osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur radius adalah :
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.
2. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
3. Spasme otot.
4. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan
normal.
5. Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
6. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh
fragmen tulang.
7. Krepitasi jika digerakkan.
8. Perdarahan.
9. Hematoma.
10. Syok

11. Keterbatasan mobilisasi.

F. PATOFISIOLOGI
Fraktur yaitu gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka atau yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
9

perdarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi


perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edema local maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilisasi fisik
terganggu. Di samping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit (Sylvia,
2006).

G. PATHWAY

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang fraktur radius adalah :
1. Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
10

2. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain :


Darah lengkap, Golongan darah, Masa pembekuan dan perdarahan, EKG,
Kimia

I. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur radius adalah :
1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok.
2. Bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera.
3. Sindroma kompartemen
4. Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.
5. Tromboemboli
6. Infeksi.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani
fraktur :
1. Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan
yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang
dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya
pemasangan bidai.
2. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Cara penanganan secara
reduksi : Pemasangan gips Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang
yang fraktur. Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
11

Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi


tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi
maupun di dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan
dengan pembedahan.
3. Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
4. Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.

K. ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


1. Pengkajian Keperawatan Pre Operasi
Pengakajian merupakan langkah awal dasar dari proses keperawatan. Tujuan
utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap
dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan
yang dihadapi klien.
a. Pengkajian umum :
1) Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi
2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat
b. Alasan masuk rumah sakit
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis.
e. Riwayat kesehatan sekarang
12

Perlu diketahui lamanya klien menderita sakit kronik/akut, apakah yang


menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas tertentu, ada
tidaknya keluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas, nyeri
dada, malaise.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau
kronis.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) TTV
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 19x/menit
Suhu : 36,7 oC
b) Tingkat kesadaran
2) Ekstermitas atas
a) Inspeksi dalam keadaan istirahat tidak ada pembengkakan yang
abnormal.
b) Auskultasi
Tidak ada suara krepitasi.
c) Palpasi
Terdapat nyeri tekan atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik terputusnya kontinuitas
tulang
b. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
13

Intra operasi
a. Resiko cidera kombustio
Post Operasi
a. Nyeri b.d luka operasi.
b. Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.
c. Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
d. Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identisas Pasien
Nama : Sdr. M
Tanggal Lahir : 10 Februari 1997
No RM : 6760XX
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Semarang
Diagnosa medis : Fraktur Radius (sinestra)
Tanggal Masuk RS : 31 Januari 2020
Tanggal Operasi : 01 Februari 2020
Dokter operator : dr. Y, Sp. Ot
Dokter Anestesi : dr. A, Sp. An
Jenis Anestesi : General Anastesi
Jam mulai : 18.00 WIB
Jam selesai : 19.20 WIB
b. Identitas penanggung jawab pasien
Nama : Tn. P
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
15

Alamat : Semarang

Hubungan dengan pasien : Ayah kandung


2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri
P : Fraktur radius sinestra
Q : berdenyut
R : ektermitas kiri atas
S:8
T : terus menerus

Pengkajian berdasarkan APAIS (Amsterdam Preoperative Anxiety and


Information Scale)

No Pertanyaan 1 2 3 4 5
1 Saya takut dibius √
Saya terus menerus memikirkan
2 √
tentang pembiusan
Saya ingin tahu sebanyak
3 √
mungkin tentang pembiusan
4 Saya takut dioperasi √
Saya terus menerus memikirkan
5 √
tentang operasi
Saya ingin tahu sebanyak
6 √
mungkin tentang operasi
Total 15 (kecemasan sedang)

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


16

Kronologi kejadian klien datang ke IGD RS Panti Wilasa Citarum


pada tanggal 31 Januari jam 15.30 WIB dengan keluhan nyeri skala 8 dan
tangan tidak bisa digerakan. Terdapat lebam di tangan kiri, luka lecet
disiku, dan lutut kaki kiri. Pasien mengatakan jatuh dari sepeda motor saat
berkendara .saat jatuh pasien mengatakan tangan kiri sebgai tumpuan.
klien dijadwalkan operasi pada tanggal 31 Januari 2020.
c. Riwayat kesehatan dulu
Pasien mengatakan dulu belum pernah operasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang menular seperti hepatitis dan tbc.
e. Chek list Pre Operatif
1) Rekam medik klien : Ada
2) Persyaratan administrasi : Ada
3) Persiapan darah : Tidak ada
4) Puasa operasi : 6 jam sebelum operasi
5) Informed dan consent : Informed bedah dan anastesi
6) Protese / gigi palsu / softlens : Tidak ada
7) Perhiasan digunakan : Tidak ada
8) Lab darah : Ada
9) Foto Rontgen : Ada
10) Infuse : Ringer Laktat 20 tpm
11) Kateter urine : Tidak ada
12) Alergi obat : Tidak ada
13) Lain-lain : Tidak ada
f. Pemeriksaan fisik
a.Keadaan umum :Baik
17

b. TTV : TD : 130/90 mmhg


Nadi : 80 x/Menit
RR : 19 x/menit
Suhu : 36,7 oC

c. Kesadaran : Komposmetis (E:4, V:5, M:6)


d. Ektermitas atas
- Inspeksi : mengalami perubahan pada area ektermitas kiri atas.
- Palpasi : terdapat nyeri tekan.
- Auskultasi : terdapat suara krepitasi
e. Pengkajian kebutuhan dasar manusia
1) Oksigen
Klien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mengalami gangguan
pernafasan. Saat ini klien mengatakan tidak mengalami gangguan
pernafasan.
2) Cairan
Klien mengatakan sebelum sakit minum -/+ 750- 800 ml perhari.
Saat ini klien mengatakan minum -/+ 600-700 ml perhari.
3) Nutrisi
Klien mengatakan sebelum sakit dan saat ini tidak ada perubahan
porsi makan yaitu makan sehari 3 kali dan habis satu porsi.
4) Eliminasi Fekal
Klien mengatakan sebelum sakit dan saat ini tidak mengalami
gangguan BAB.
5) Eliminasi Urin
Klien mengatakan sebelum sakit dan saat ini tidak pernah
mengalami gangguan BAK.
18

6) Aktivitas
Klien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami gangguan
aktivitas mandiri. Saat sakit pasien mengatakan tidak bisa
menggerakan tangan kirinya.
7) Tidur
Klien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami gangguan
istirahat tidur. klien tidur selama -/+ 8 jam sehari. Saat ini klien
mengatakan cemas dan susah tidur karena menahan sakit.
8) Sexualitas/Reproduksi
Klien mengatakan sebelum sakit dan saat sakit tidak mengalami
gangguan seksualitas.
9) Privasi dan Interaksi Sosial
Klien mengatakan sebelum sakit, berinteraksi dengan sesama
secara baik dan tidak memiliki masalah dalam kehidupan sosial.
Klien saat ini banyak orang yang datang menjenguknya.
10) Pencegahan masalah kesehatan
Klien mengatakan berobat hanya saat sakit saja.
11) Promosi Kesehatan.
klien mengatakan sebelum sakit belum pernah mendapat promosi
kesehatan terkait penyakitnya. Saat ini klien sudah mengerti terkait
penyakitnya.

B. ANALISA DATA
Pre operatif
19

No Tanggal/Jam Analisa Data Etiologi Problem TTD


1. 1 februari 2020 DS : Agen Nyeri Gading
Pasien mengatakan cidera fisik akut
nyeri

P : Fraktur radius
sinestra
Q : berdenyut
R : ektermitas kiri atas
S:8
T : terus menerus
DO :
- Klien tampak
menahan nyeri
- Pemeriksaan fisik
Ektermitas atas
Inspeksi : mengalami
perubahan pada area
ektermitas kiri atas.
Palpasi : terdapat nyeri
tekan.
Auskultasi : terdapat
suara krepitasi

2 31 Januari 2020 DS : tindakan Ansietas gading


- Klien mengatakan operasi
cemas dan susah
tidur karena
memikirkan tentang
20

operasi yang akan


dilakukan
DO :
- Klien banyak
bertanya mengenai
prosedur operasi
- Klien tampak tegang
- APAIS Score 15
- TTV : TD : 140/90
mmHg
- N : 108 x/menit
- S : 37 oC

Intra operatif
No Tanggal/ Data Fokus Etiologi Masalah
Jam
1. 1 februari DS : - Efek agen Hipotermia
2020 DO : farmakologis (obat)
- S : 36,8 ͦC anaestesi)
- S ruangan OK :
18,9 ͦC
- Kelembapan
ruangan 56%
- Terpasang selimut
2. 1 Februari DS : - Efek sekunder Resiko Cidera
2020 DO : penggunaan ESU
- Pasien terpasang
21

netral couter
(ground plate) di
paha kanan

Post operatif
N Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem
o
1. 1 februari DS : - Kelemahan Hambatan
2020 DO : anggota mobilitas
- Keadaan umum : lemah gerak (efek fisik
- Post general anestesi anastesi)
- Bromage score 1
- Klien terpasang gelang
kuning

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi :
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
- Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
Intra operasi :
- Hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis (obat anaestesi)
- Risiko cedera ditandai dengan adanya faktor risiko efek sekunder
penggunaan ESU
Post operasi :
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak
(efek anastesi).

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
22

Pre operasi :
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi Ttd
Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
berhubungan tindakan selama 1. Kaji skala nyeri
2. Observasi reaksi
dengan agen 1x30 menit,
non verbal dari
cidera fisik diharapkan : ketidaknyamanan
1. Nyeri berkurang 3. Manajemen
kenyamanan gading
2. Klien tampak
- Memposisikan
tenang anatomis
(supinasi)
- Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
2. Ansietas Setelah dilakukan 1. Tenangkan klien
berhubungan tindakan selama 2. Anjurkan klien untuk
dengan 1x30 menit, berdoa
tindakan diharapkan : 3. Ajarkan klien teknik
operasi 3. Klien dapat distraksi nafas dalam
memahami proses 4. Dampingi pasien dan
tindakan operasi beri support gading
4. Klien menyadari
bahwa operasi
penting untuk
kesembuhannya
5. Klien tampak
tenang

Intra operatif :
23

Tanggal/ Tujuan dan Kriteria Intervensi Paraf


Jam Hasil
1 februari Setelah dilakukan 1. Monitor suhu gading
2020 tindakan pembedahan minimal tiap 30
selama 1x60 menit menit
diharapkan tidak 2. Monitor Vital sign
terjadi hipotermia, 3. Monitor warna dan
dengan kriteria hasil : suhu kulit
1. Suhu tubuh 4. Berikan selimut
dalam rentang
normal (36,5-
37,5)
2. Nadi dan RR
dalam rentang
normal (N : 60-
100x/menit, RR :
16-20 x/menit)
1 februari Setelah dilakukan 1. Pasang ground plate gading
2020 tindakan pembedahan dibagian yang rata
selama 1x60 menit dengan otot yang
diharapkan tidak tebal dan dekat area
terjadi cedera, dengan insisi. Hindari
criteria hasil : pemasangan pada
1. Tidak ada luka tulang yang menonjol,
combustion kulit berbulu, atau luka
2. Pasien terbebas dari (tattoo)
cidera kulit 2. Fiksasi ground plate
24

(kemerahan/bulla) dengan adekuat


3. Gunakan power
output sesuai
kebutuhan
4. Awasi selama
pemakaian ESU

Post operatif :
N Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1. Hambatan Setelah dilakukan 1. Kunci roda brankart
mobilitas fisik tindakan 1x1 jam 2. Pasang batas
berhubungan diharapkan : pengaman samping
dengan 1. Kejadian jatuh tidak kanan dan kiri
kelemahan ada 3. Pindahkan pasien
anggota gerak 2. Klien dalam posisi secara aman
(efek anastesi). aman dan nyaman 4. Posisikan klien
supinasi dengan
kepala lebih tinggi 300
dari kaki
5. Edukasi klien dan
keluarga tentang post
spinal anastesi.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pre operatif
No Diagnosa Tindakan Respon dan Hasil TTD
25

Keperawatan
1. Nyeri akut Manajemen nyeri : DS : Klien mengatakan
berhubungan 1. Melakukan sedikit tenang
dengan agen pengkajian nyeri DO :
cidera fisik 2. Mengobservasi klien tampak
reaksi non verbal mengikuti instruksi
dari dari kita
ketidaknyamanan
Lingkungan
1. Meposisikan semi gading
fowler untuk
memberikan
kenyamanan
pasien
2. Menginstruksikan
klien untuk
relaksasi nafas
dalam
2. Ansietas 1. Menenangkan klien - DS : Klien Gading
berhubungan 2. Menganjurkan klien mengatakan
dengan untuk berdoa sedikit tenang
tindakan 3. Mengajarkan klien DO :
operasi teknik distraksi - klien tampak
4. Mendampingi klien rileks
dan beri support - Klien tampak
(termasuk pada berdoa
saat pemberian - Klien tampak
26

obat anastesi) berbincang-


bincang
dengan
anaknya ketika
memberikan
support

Intra Operatif
Tanggal/ Tindakan Keperawatan Respon TTD
Jam
1 februari 1 Monitor suhu DS : - gading
2020 minimal tiap 30 DO :
menit - pasien terpasang
2 Monitor vital sign drap steril
3 Monitor warna dan - vital sign
suhu kulit TD : 138/80
4 Berikan selimut mmHg
N : 94x /menit
S : 36,8 0C
RR : 22x/menit
SPO2 : 99%
1 februari 1. Memasang ground DS : - gading
2020 plate DO :
2. Memfiksasi ground - ground plate
plate dengan terpasang di paha
adekuat kanan
3. Mengatur power - ground plate
output sesuai terfiksasi dengan
27

kebutuhan adekuat
4. Mengawasi selama - cutting 30 MHz
pemakaian ESU - coagulation 30 MHz

Post Operasi
N
Tanggal Diagnosis Implementasi Respon dan hasil
o
1. 1 februari Hambatan 1. Kunci roda 1. DS : -
2020 mobilitas brankart DO : Brankat
fisik 2. Pasang batas tidak bergerak
berhubungan pengaman 2. DS : -
dengan samping kanan DO : pasien
kelemahan dan kiri terpasang
anggota 3. Memindahkan pengaman di
gerak (efek klien secara samping kiri dan
anastesi). aman kanan
4. Memposisikan 3. DS : -
klien nyaman DO :Pasien
dengan dipindahkan
menaikkan secara aman.
tempat tidur 4. DS :
posisi semi pasien merasa
fowler nyaman
5. Melakukan DO : pasien
edukasi klien dan diposisikan
keluarga tentang semifowler.
melakukan 5. DS : klien dan
28

ambulasi dini. keluarga


mengerti
tentang
ambulasi dini.
DO : klien dan
keluarga dapat
melakukan
latihan ambulasi
dini.

F. EVALUASI KEPERAWATAN
Pre operatif
No Tanggal/jam Diagnosa Catatan Perkembangan TTD
Keperawatan
1. 1 februari Nyeri akut S : Pasien mengatakan gading
2020 berhubungan nyeri berkurang (Skala 7)
dengan agen O : PAsien tampak lebih
cidera fisik tenang
2. 1 februari Ansietas S : Klien mengatakan Gading
2020 berhubungan cemas nya sedikit
dengan bekurang dan siap untuk
tindakan dilakukan tindakan
operasi operasi
O:
- klien terlihat rileks
- Skala APAIS 15
29

- TTV : TD : 140/70
mmHg
- N : 88x /menit
- S : 37 0C
- RR : 22x/menit
- SPO2 : 99%
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
- Melakukan teknik
ditraksi
- Memberikan
dukungan/ support
kepada klien
- Menganjurkan untuk
berdoa

Intra Operatif
Tanggal/ Jam Diagnosis Catatan Keperawatan TTD
1 februari Hipotermia S :- gading
2020 berhubungan dengan O : S: 36,50C
efek agen Terpasang selimut
farmakologis (obat A : Masalah teratasi
anaestesi) P : Hentikan intervensi

1 februari Resiko cidera ditandai S:- gading


2020 dengan adanya faktor O : Mampu terhindar
risiko efek sekunder dari paparan
30

penggunaan ESU penggunaan ESU


A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Post operatif
N
Tanggal Diagnosis Catatan keperawatan TTD
o
1 1 februari Resiko jatuh S:- gading
2020 berhubungan O:
dengan - klien mampu
kelemahan berpindah dari meja
anggota gerak operasi ke tempat
(efek anastesi) tidur/brankat dengan
dengan bantuan
- klien terpasang gelang
kuning
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
31

G. LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN PEMBEDAHAN

HIPKABI Bangsal : Anggrek Kelamin : L Nomor :


Nama : Sdr. M Umur : Th Tgl/bl/th :

Kelas / Jaminan : Km Operasi No : 1 Op Ke : 1 Jam 18.00


II / BPJS Tgl : 01/02/2020

Praktikan : Gading Suryo Trainer : Linamariya, AMK


Putro, A.Md.Kep
Paraf :
Paraf :
LAPORAN
PENGHITUNGAN
INSTRUMENT DAN
LANGKAH-LANGKAH
OPRASI
Diagnosa Medis : Fraktur Radius (S) Operator: dr. Yudha Manggala, Sp.OT
Tindakan Oprasi : ORIF
Peran Observer Sirkuler Asisten Instrument Instrumentasi Mandiri
Pratikan dengan Pendampingan

Persiapan Anestesi :

Jenis Anestesi :General Anestesi

- hgbhghbh Propofol 1 ampul - Endotrakeal Tube (ET) ID 6,5


- Fentalin 1 ampul - Handglove
- Sulfas Atropin 0,25 - Lubrikan (GEL)
- Tramadol 1 ampul - Gas Valve Mask
- Ondancentron 4 mg - Plester
- Pehacain 1 ampul - Yankes Suction
- Laringoscope no.3 - OPA (oropharyngeal Airway)
32

- Spuit 3 cc – 1 - Hands glove


- Spuit 5 cc – 1 - Hypafix
- Spuit 10 cc – 1

PENGHITUNGAN INSTRUMENT DAN BAHAN HABIS PAKAI

No Instrumen dan Sponge Jumlah


Pra Intra + Post

1. Kidney Tray 1 1 - 1

2. Bowl 2 2 - 2
3. Sponge holding forceps 1 1 - 1

4. Homeostatic forcep kecil 4 4 - 4


5. Hemostatic Forceps sedang 2 2 - 2

6. Dressing Scissor (Gunting benang) 1 1 - 1


7. Gunting metzenbeum (Dissecting 1 1 - 1
Scissor)
8. Chirurgis pincet 1 1 - 1

9. Anatomis pincet 1 1 - 1
10. Knable tang 1 1 - 1

11. Towel clamp 5 5 - 5


12. Langenbeck 2 2 - 2

13. Needle holder 2 2 - 2


14. Pengukur 1 1 - 1

15. Raspatorium 1 1 - 1
16. Reduction (kecil/sedang) 1/2 1/2 - 1/2

17. Scalpel no 3 1 1 - 1
18. Screw driver 1 1 - 1
33

19. Bor 2 2 - 2
20. Mata bor 1 1 - 1

21. Tapper 1 1 - 1
22. Tatah 2 2 - 2

23. Canul suction 1 1 - 1


24. Kuret 1 1 - 1

25. Cobra bone/ hoffman (kecil/besar) 2/2 2/2 - 2/2

BARANG HABIS PAKAI


1. Handscon 6.5/7/8.5 1/2/1 1/2/1 - 1/2/1

2. Underpad 1 1 - 1
3. Apron 4 4 - 4

4. Providon iodine 10% 100cc 90cc - 10cc


5. Alkohol 50cc - - -

6. Bisturi no 10 1 1 - 1
7. Kassa sterile 20 30 10 30

8. Selang oksigen 1 1 - 1
9. Plester 20 cm 20cm - 0cm

10. Couter 1 1 - 1
11. Ground pad 1 1 - 1

12. T scrub 3 3 - 3
13. NaCl 100cc - - -

14. Selang suction 1 1 - 1


15. Silk 3-0 ▼ 1 1 - 1

16. PGA 2-0 ●


17. Screw cortex 3,5 no 20 4 4 - 4
34

18. Screw cortex 3,5 no 18 2 2 - 2


19. Narrow plate 6 hole 1 1 - 1

20. Elastis bandage 6 inci 1 1 - 1


21 Spuit 10 cc 1 1 - 1

PENGELOLAAN PASIEN PERIOPERATIF

A. SERAH TERIMA PASIEN


1. Pasien dari ruang Anggrek datang ke IBS dilakukan serah terima antara
perawat ruangan kepada perawat IBS
2. Melakukan transfer pasien dari brankart ruangan dengan bergeser pindah ke
brankart kamar bedah di holding room.
3. Mengganti baju pasien dan memakaikan topi operasi serta memasang
siderail brankart kamar bedah
4. Melakukan pengecekan pengisian ceklist yang berisi pengecekan inform
concern (persetujuan operasi), identitas pasien, kelengkapan operasi (obat
premedikasi sebelum operasi)
5. Memeriksa keadaan pasien meliputi tingkat kesadaran, tanda-tanda vital
(TTV) dan mengkaji riwayat alergi.

B. SIGN IN
Perawat sirkuler melakukan sign in diruang pra induksi sebelum induksi anestesi,
dan dihadiri minimal oleh dokter anestesi, perawat bedah dan perawat anestesi.
a. Apakah pasien telah memberikan konfirmasi kebenaran identifikasi,
lokasi operasi, prosedur dan telah memberikan persetujuan dalam
lembar inform concern ? (sudah)
b. Apakah lokasi operasi sudah diberi tanda/marking ? (sudah)
35

c. Apakah mesin dan obat anestesi telah dicek dan lengkap ? (sudah)
d. Apakah pulseoxymeter sudah terpasang dan berfungsi ? (sudah)
Apakah pasien memiliki
a. Riwayat alergi yang diketahui ? (tidak ada)
b. Risiko kesulitan pada jalan napas atau risiko aspirasi ? (tidak ada)
c. Risiko kehilangan darah > 500 cc (35ml/KgBB pada dewasa) ? (tidak ada)

PERSIAPAN TIM BEDAH, ANASTESI DAN PENGELOLAAN PASIEN

1. Dokter operator, asisten operator, perawat instrument menggunakan APD


(Penutup kepala, masker, kacamata, apron, sandal / sepatu boot).
2. Alasi meja operasi dengan menggunakan duk bersih dan underpad,
kemudian pasien dipindahkan ke meja operasi secara aman dengan
bergeser pindah sendiri dibantu perawat. Kemudian perawat sirkuler
membantu memasang groundpad di kaki pasien.
3. Perawat instrument menyiapkan instrument orthopedi set yang akan
digunakan untuk tindakan ORIF.
4. Perawat sirkuler memasang pulseoxymeter, bedside monitor,
spigmomanometer dan menempatkan infus pada standart infus,
mengecek tabung suction dan memasang tabung suction.
5. Tim anestesi (dokter anestesi dan perawat anestesi) melakukan anestesi
dengan teknik General Anestesi (GA)
6. Kemudian perawat sirkuler mengatur posisi pasien supine.

C. SCRUBING
Dokter operator, asisten operator, perawat instrument melakukan cuci tangan
bedah menggunakan air mengalir, chlorehexidine 4%, pembersih kuku, sponge,
36

dan sikat. Dengan langkah-langkah:


a. Melepaskan aksesoris pada tangan dan mengecek apakah tanga ada yang
terluka atau tidak, jika ada luka minta perawat instrument lain untuk
menggantikan.
b. Memakai apron
c. Melipat lengan baju sampai 10 cm di atas siku
d. Membasahi tangan sampai 5 cm di atas siku di bawah air mengalir
e. Membersihkan kuku menggunakan pembersih kuku dibawah air mengalir
dari arah dalam keluar. Buang pembersih kuku ke tempat sampah
f. Mengambil chlorehexidine 4% ke spon secukupnya (alat sensor) bersamaan
dengan membuang plastik tempat sikat dan spon ke tempat sampah.
g. Membasahi spon dan meremas-remas sampai berbusa, gosokkan tangan dari
jari sampai 5 cm di atas siku.
h. Menyikat kuku pada masing-masing tangan selama 1 menit atau 60x gosokan
dengan arah menjauhi badan
i. Membuang sikat ke tempat sampah dan bilas tangan menggunkan air
mengalir sampai bersih (spon tetap dipegang)
j. Mengambil kembali chlorehexidin pada busa, remas-remas dan gosokkan
pada tangan hingga ¾ lengan
k. Membersihkan tangan menggunakan spon pada tangan kanan dan kiri secara
bergantian (menggosok telapak tangan, punggung tangan dan seluruh jari
masing-masing selama 15 detik secara berurutan) kemudian membuang spon
ke tempat sampah.
l. Bilas tangan hingga bersih dibawah air mengalir
m. Mengambil kembali chlorehexidine 4%, lumuri tangan sampai pergelangan
tangan, dilanjutkan cuci tangan prosedural (6 langkah cuci tangan)
n. Membilas tangan dengan air mengalir sampai bersih.
37

o. Angkat tangan diantara bahu dan pusar, tangan harus tetap menghadap
keatas, biarkan air mengalir sampai kesiku, jangan dikibaskan.

D. GOWNING GLOVING
1. Dokter operator, asisten operator, dan perawat instrument mengeringkan
tangan menggunakan towel kemudian memakai jas operasi dan glove steril
dengan bantuan perawat sirkuler.
2. Perawat instrument menyiapkan meja mayo meliputi memasang sarung
meja, perlak dan duk sedang dan menyiapkan instrument di meja mayo.

E. INSTRUMENTASI
1. Scrubing nurse/ perawat instrument menyiapkan instrument orthopedi set dan
bahan habis pakai meliputi glove steril/ handscoon Steril, kassa steril, water steril,
povidone iodine10%, plester, silk 3-0, PGA 2-0, bisturi no 10, spuit 10cc, kassa,
alkohol 70%.

F. ASEPSIS
Perawat instrument memberikan kassa steril yang telah dijepit menggukan
sponge holder forcep dan bowl yang berisi povidon iodine 10% dan dan alkohol
70% di bowl kepada operator untuk melakukan asepsis pada area operasi
memutar dari dalam ke luar berlawanan arah jarum jam.

G. DRAPPING
Perawat instrumen memberikan duk steril kepada asisten operator untuk
melakukan drapping.
1. Perawat instrument mengambil perlak steril di pasang di bawah area insisi ke
arah bawah, kemudian mengambil duk steril membantu asisten operator
38

untuk melakukan drapping. Duk besar pertama dan kedua diletakkan bagian
bawah area yang akan di operasi, duk kecil yang dibentuk segitiga untuk
bagian proksimal area insisi dan berikan towel clamp, kemudian berikan duk
lubang besar pada area yang akan di operasi dan towel clamp. Kemudian duk
besar lagi area caudal pasien.
2. Pasang dan fiksasi selang suction dan couter menggunakan kassa dan towel
clamp.

H. TIME OUT
Perawat sirkuler memimpin time out

a. Seluruh anggota telah menyebutkan nama dan peran masing-masing


b. Konfirmasi klien mengenai (identitas klien, diagnose, prosedur oprasi dan
area insisi)
c. Antibiotic provilaksis telah diberikan dalam 60 menit ? (ya/tidak)
ANTISIPASI KEJADIAN KRITIS :

 Operator
a. Hal kritis atau langkah tak terduga apakah yang mungkin diambil ?
(tidak ada)
b. Berapa estimasi lama operasi ? (1 jam)
c. Antisipasi kehilangan darah yang di persiapkan ? (tidak ada)
 Tim anastesi
a. Adakah masalah spesifik yang timbul ? (tidak ada)
b. Adakah terdapat hal penting mengenai pasien yang perlu di
perhatikan ? (airway dan hemodinamik)
 Tim keperawatan
a. Apakah peralatan sudah steril ? ( sesuai indicator)
39

b. Adakah alat khusus harus diperhatikan ? (tidak ada)


DIPERSILAHKAN OPERATOR MEMIMPIN DOA

LANGKAH –LANGKAH OPERASI


INSTRUMENT, BHP DAN
No. URAIAN LANGKAH – LANGKAH OPERASI
SPONGE
1. Perawat instrumen memberikan couter dan pinset 1. Handpiece couter (1)
cirurgis kepada dokter operator untuk melakukan 2. Pinset cirurgis (1)
insisi kulit sampai lemak dan memberikan pinset 3. Pinset anatomis (1)
anatomis, haemostatic forceps + kassa kepada 4. Haemostatic forceps
asisten operator untuk mempermudah proses insisi (1)
dan merawat perdarahan. 5. Kassa (1)
2. Perawat instrument memberikan langenbeck kepada 6. langenbeck (2)
asisten operator untuk membuka lapang operasi.
3. Perawat instrumen memberikan rasparatorium 7. Raspatorium (1)
untuk membebaskan jaringan yang menempel di
tulang

4. Perawat instrumen memberikan reduction kepada 8. Reduction (2)


operator dan asisten untuk memfiksasi tulang dan
mereposisi tulang yang patah.
5. Kemudian perawat instrumen memberikan 9. Haemostatic forceps
haemostatic forceps kepada operator mengekspose (1)
tulang dan memberikan cobra bone besar kepada 10. Cobra bone besar (2)
asisten operator untuk menahan posisi tulang.
6. Perawat instrumen memberikan narrow plate 11. Reduction (1)
kepada operator dan memfiksasi dengan reduction 12. Broad plate (1)
pada tulang yang patah.

7. Perawat instrumen memberikan bor tulang dan mata 13. Bor tulang (1)
40

bor ukuran 2,7 kepada operator untuk mengebor 14. Mata bor (1)
tulang dan asisten memfiksasi radius menggunakan 15. cobra bone (2)
cobra bone untuk mempermudah proses 16. Spuit 10 cc (1)
pengeboran. Perawat instrumen melakukan irigasi
tulang dengan NaCl menggunakan spuit 10 cc

8. Perawat instrumen memberikan bor tulang dan 17. Bor tulang (1)
tapper kepada operator untuk mengebor tulang dan 18. Mata bor (1)
asisten memfiksasi radius menggunakan cobra bone 19. cobra bone (2)
untuk mempermudah proses pengeboran. Perawat 20. Spuit 10 cc (1)
instrumen melakukan irigasi tulang dengan NaCl 21. suction (1)
menggunakan spuit 10 cc dan melakukan suctioning..

9. Perawat instrumen memberikan screw driver kepada 22. Screw driver (1)
operator dan screw no 18/20 sesuai kebutuhan dan 23. Screw no 18 / 20
instruksi dokter operator. 24. Kassa (1)
25. suction (1)
Perawat instrument melakukan suctioning dan
merawat perdarahan.
10. Dokter operator melakukan kontrol perdarahan 26. Homeosrarik forcep
dengan hemostatic forcep dan couter untuk (1)
koagulasi, asisten operator membantu mengeksplor 27. Handpiece couter
dengan langenbeck dan membersihkan darah 28. Langenbeck (1)
dengan kassa 29. Kassa (1)

11. Perawat instrumen memberikan NaCl 0,9% dan 30. NaCl 0.9%
povidon iodine 10% kepada operator untuk 31. Povidone iodine 10%
membersihkan area operasi. Kemudian memberikan 32. Kassa (2)
kassa kepada asisten operator untuk mengeringkan 33. Suction (1)
area operasi. perawat instrument melakukan
suctioning.

12. SIGN OUT


41

Lakukan penghitungan instrument yang digunakan

Nama barang Pre intra (+) Post


Instrumen 43 43 - 43

Kasa 20 30 10 30
Jarum 2 2 - 2

Perdarahan 60 cc di tabung suction dan 6 kassa basah dengan darah

- Labeling specimen tumor (minimal terdapat asal jaringan, nama


pasien, no. rm, tanggal lahir)? (ada)
- Apakah terdapat permasalahan peralatan yang perlu disikapi?
(tidak ada)
Kepada operator, dokter anastesi dan tim keperawatan, apakah terdapat pesan
khusus untuk pemulihan pasien? (monitor hemodinamik, perdarahan post, re-
assesment nyeri)

13. Perawat instrumen memberikan benang PGA 2-0 34. Needle holder (1)
tapper yang terpasang di needle holder dan pinset 35. Benang PGA 2-0
cirurgis kepada dokter operator untuk heacting pada tapper (1)
fasia dan lemak, kemudian memberikan gunting 36. Pinset cirurgis (1)
benang kepada asisten operator untuk menggunting 37. Gunting benang (1)
benang yang sudah tersimpul

14. Perawat instrumen memberikan benang silk 3-0 38. Needle holder (1)
cutting kepada dokter operator untuk melakukan 39. Benang Silk 3-0 (1)
heacting kulit dengan teknik jelujur subcutikuler 40. Gunting benang (1)
dibantu asisten operator untuk menggunting benang 41. Kassa (1)
dan membersihkan darah selama proses heacting
15. Perawat instrumen membersihkan area insisi dari 42. Kassa (5)
sisa darah menggunakan kassa yang telah diberi NaCl 43. Providone iodine 10
0,9%, setelah bersih diberi providone iodine 10%. %
42

Kemudian diberi sufratule dan ditutup dengan kassa 44. NaCl 0,9%
lalu difiksasi dengan plester. 45. Sufratule (1)
16. Kemudian tangan di balut dengan elastis bandage 6 46. Elastis bandage 6
inci. inci.
11. 1. Perawat instrument meletakkan instrument
ke tempat box alat kotor setelah di hitung
kelengkapan.
2. Perawat instrument, sirkuler, operator
melepas jas steril, melepas sarung tangan,
apron, setelah itu cuci tangan procedural.
3. Perawat sirkuler memindahkan pasien ke
brankart dan di bawa ke recovery room
4. Sesampainya di RR, perawat RR melakukan
observasi hemodinamik, pemasangan BSM
(Bed Side Monitor).
5. Monitor kesadaran, TTV klien, dan atur posisi
6. Perawat RR memantau keadaan pasien dan
menghitung aldrette score ≥8, maka pasien
bisa dipindah ke ruangan rawat inap.
7. Timbang terima antara perawat RR dengan
perawat ruangan.
43

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. Penyebab/ Pencetus Fraktur radius


Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu
retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot
dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak
mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur
yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai
fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014). Pada klien Sdr. M faktor yang
dapat menjadi penyebab/pencetus: Agen cidera fisik akibat benturan yang keras.

B. Tanda dan Gejala Fraktur radius


Manifestasi klinis fraktur radius yang terjadit pada Sdr. M adalah :
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.
2. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
3. Spasme otot.
4. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan normal.
5. Adanya luka pada daerah fraktur.
6. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen
tulang.
7. Krepitasi jika digerakkan.
8. Hematoma.
9. Keterbatasan mobilisasi.
44

C. Diagnosa yang muncul pada Sdr.M adalah :


Pre operasi :
-Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
-Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
Intra operasi :
-Hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis (obat anaestesi)
-Risiko cedera ditandai dengan adanya faktor risiko efek sekunder penggunaan ESU
Post operasi :
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak (efek
anastesi).
45
46

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Faktur radius terjadi karena tekanan berlebihan atau trauma langsung pada
tulang menyebabkan suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot
dan jaringan. Pada Sdr. M fraktur terjadi karena agen cidera fisik yaitu benturan
yang menyebabkan tulang rusak patah menjadi 2 segmen.
Diagnosa yang diambil dalam asuhan keperawatan perioperatif ini, ada beberapa :
Pre operasi :
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
- Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
Intra operasi :
- Hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis (obat anaestesi)
- Risiko cedera ditandai dengan adanya faktor risiko efek sekunder
penggunaan ESU
Post operasi :
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak
(efek anastesi).

B. SARAN
Bagi peserta pelatihan HIPKABI angkatan 43

Diharapkan makalah ini, dapat menjadi sumber pengetahuan seputar penyakit


sistem Muskulus skeletal terkhususnya Fraktur, sehingga dapat diketahui
penanganan yang pasti berdasarkan karakteristik tiap pasiennya serta tipe fraktur
yang di derita. Penanganan saat di meja operasi pun akan disesuaikan dengan yang
47

ada saat operasi berlangsung, baik dari peralatan yang digunakan, letak insisi, tipe
pengawasan serta observasi apa yang tepat untuk digunakan.

Bagi perawat kamar bedah dan rumah sakit

Menjadi sumber refresh informasi pengetahuan seputar penyakit mioma


uteri dan penanganan operatif tiap rumah sakit dan tim operasi itu berbeda-beda
dan harus didasarkan pada tingkat penyakit yang dialami pasien dan situasi yang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8


volume 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Herdman,H.T. (2015). Diagnosis Keperawatan Defenisidan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Mary, Digiulio (2014). Buku Keperwatan Medikal Bedah, Yogyakarta: Rapha
Publishing
Mubarak. W.I. (2011). Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha Ilmu.
Muttaqin, Arif. (2012). Buku saku gangguan muskuluskeletal aplikasi pada praktik
klinik keperawatan. Jakarta : salemba medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogjakarta: MediAction.
Sjamsuhidajat. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC.
Susanti, Ayu Dwi. (2018). Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta: Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai