Anda di halaman 1dari 3

Para Penjilat

perkenalkan saya, hmmm…siapa ya??? (dengan wajah pura-pura tahu). Sebut saja
saya Robert, atau Michael. Ya hanya nama itu yang bisa mencerminkan betapa
kayanya saya.

( berjalan-jalan mengelilingi stage, sambil berpikir lagi )

aku memang kaya, tapi maaf saya bukan maksud hati untuk sombong atau congkak,
tapi buat apa minta maaf, iya khan? (dengan wajah sinis)

( duduk dikursi sambil mengangkat kaki satu keatasnya )

kalian tahu, sebenarnya saya ini ramah, sudah kaya pula. Tapi kenapa kalian-kalian
memaksa ku menjadi begini?(dengan nada marah)

( berdiri dan naik keatas kursi )

apa? Apa kau lihat-lihat? mau nantangin? Apa? Menyuruhku minta maaf? Gara-gara
aku tak sopan? Pintar sekali kau. Enyah (semakin marah)

( kembali duduk di kursi )

baiklah, baik saya akan beri tahu kenapa saya seperti ini dan kenapa saya sangat
enggan meminta maaf. (dengan ekspresi jengkel).

( membuka jas dan memutari kursi )

mama, aku sudah pulang kerja Mama? Ma? Masih di salon ya? (sambil melihat jam
tangan)

papa? Oh iya, papa masih di amrik ya? Ck, bisa-bisanya aku lupa. Sudah lah.

rumah segede ini yang tinggal Cuma aku? Payah. Benar-benar payah jadi orang kaya,
sangat kesepian, dengan tetangga saja tak kenal, bukannya aku tak mau tapi pasti
mereka juga tak mau. Maklum, pasti sibuk alasannya. Alasan klasik yang manjur juga
untuk menolak sesuatu.

( kembali berdiri dan mengelilingi stage )


1
mana bisa tahan kalau hidup ditengah-tengah orang yang hidupnya hanya memikirkan
harta dan kekayaan saja.

pengen rasanya aku hidup sederhana, atau miskin sekalian. Yang penting dapat
merasakan suasana kekeluargaan yang bahagia, yang dimana tak ada yang bersifat
individualis dan hanya mencari uang tanpa peduli dengan keluarga dan anaknya
sendiri.

( ke backstage mengganti pakaian )

pagi ibu, saya Michael. Boleh tidak saya tinggal beberapa waktu?(dengan wajah
tersenyum).

boleh? Bener nich? Terima kasih ya bu.

( duduk di lantai )

kalo ibu kerjanya apa? Adik-adik, masih pada sekolah khan? Bapak kerjanya apa?

oh begitu(dengan wajah sedih). Jadi bapak tak kerja lagi ya? Jadi adik-adik ini sudah
tak sekolah lagi ya? Oh, adik-adik masih sekolah tapi sudah tak punya uang lagi ya
untuk melanjutkan sekolah?

adik kalau sekolah di jemput ya bu? Enggak? Tapi khan adik masih terlalu kecil kalau
jalan sendiri. (merasa kasihan dan cemas)

ibu punya HP? Saya ingin menelfon ke rumah agar mereka tahu bahwa saya baik-baik
saja. Tidak punya ya? Maaf ya bu(dengan tampang menyesal )

ya bu? Ibu butuh uang? Untuk beli dan bayar uang sekolah adik-adik? Oh ya, ini bu.
Adik-adik juga?ini buat jajan ya(dengan perasaan senang)

(keesokan harinya )

pagi pak, duduk-duduk saja nich? Ah, bapak jangan seperti itu, saya tidak kaya hanya
saja memiliki harta yang cukup.

apa? Bapak ingin motor? Iya, iya ntar saya usahakan.( dengan rasa sedikit jengkel)

bapak, saya izin keluar dulu ya? Sebentar saja kok.


2
( kemudian si Michael memutuskan untuk pergi dari rumah miskin itu selamanya )

semuanya sama saja. Keparat. Tak ada yang bermoral baik, yang kaya egois. Yang
miskin pemeras. Semua sama, enyah saja( dengan nada marah dan berteriak)

( kembali ke belakang stage dan mengganti baju )

sekarang sudah tahu kenapa saya enggan minta maaf? Dasar para penjilat.

Anda mungkin juga menyukai