Anda di halaman 1dari 7

KONSERVASI ENERGI LISTRIK

TUGAS KE – 4

PERUBAHAN ENERGI BATUBARA KE MEKANIK PADA PLTU

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Iffan Aulia

Mata Kuliah : Konservasi Energi listrik

Rombel : 02 (Dua)

NIM : 5301412072

Nama Dosen : Dr. H. Eko Supraptono

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO S1


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

Turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja dipergunakan langsung
untuk memutar roda/poros turbin. Pada turbin tidak terdapat bagian mesin yang bergerak
translasi, melainkan gerakan rotasi. Bagian turbin yang berputar biasa disebut dengan istilah
rotor/roda/poros turbin, sedangkan bagian turbin yang tidak berputar dinamai dengan istilah
stator. Roda turbin terletak didalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang
digerakkannya atau memutar bebannya (generator listrik, pompa, kompresor, baling-baling,
dll).

PLTU batubara, bahan bakar yang digunakan adalah batubara uap yang terdiri dari
kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat tempat sebagai bahan bakar
pada PLTU belakangan ini, seiring dengan perkembangan teknologi pembangkitan yang
mampu mengakomodasi batubara berkualitas rendah.

Didalam turbin fluida kerja mengalami ekspansi, yaitu proses penurunan tekanan dan
mengalir secara kontinyu. Penamaan turbin didasarkan pada jenis fluida yang mengalir
didalamnya, apabila fluida kerjanya berupa uap maka turbin biasa disebut dengan turbin uap.

PRINSIP KERJA PUSAT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

Pusat listrik tenaga uap (PLTU) mempunyai bagian-bagian utama seperti:

a. Turbin uap (steam turbine).


b. Boiler (steam generator).
c. Kondensor (condenser).
d. Pompa-pompa (pumps).

Prinsip kerja dari pusat listrik tenaga uap (PLTU) didasarkan pada siklus Rankine seperti
pada diagram T vs s dan h vs s dibawah ini.
Turbin uap untuk pembangkit menggunakan siklus uap tertutup, uap yang telah memutar
turbin dengan energinya dikondensasikan kembali menjadi air dan dipompa ke boiler,
selanjutnya dipanaskan lagi didalam boiler tersebut. Demikian seterusnya siklus ini terjadi
terus menerus.

Daerah dibawah garis lengkung k – K – k’ pada diagram T – s dan h – s merupakan daerah


campuran fasa cair dan uap. Uap didalam daerah tersebut biasanya juga dinamakan uap
basah. Garis k – K dinamai garis cair (jenuh), dimana pada dan disebelah kiri garis tersebut
air ada dalam fasa cair. Sedangkan garis k – k’ dinamai garis uap jenuh, dimana pada dan
disebelah kanan garis tersebut air ada dalam fasa uap (gas). Uap didalam daerah tersebut
terakhir biasanya dinamai uap kering. Titik K dinamai titik kritis, dimana temperature kritis
dan tekanan kritis. Pada titik kritis keadaan cair jenu adalah identik.

1. Dari titik 1 ke titik 2 merupakan proses isentropis,didalam pompa.


2. Dari titik 1 ke titik 2’ dan ke titik 3 merupakan proses pemasukan kalor atau
pemanasan pada tekanan konstan didalam boiler/ketel.
3. Dari titik 3 ke titik 4 merupakan proses ekspansi isentropic didalam turbin atau mesin
uap lainnya.
4. Dari titik 4 ke titik 1 merupakan proses pengeluaran kalor atau pengembunan pada
tekanan konstan, didalam kondensor.

Secara sederhana sebuah pembangkit listrik tenaga uap digambarkan seperti pada gambar
dibawah.

Perbaikan siklus tenaga uap.

Perbaikan siklus tenaga uap dapat dilakukan dengan jalan pemanasan ulang (reheat),
dimana setelah uap berekspansi didalam turbin, uap tersebut keluar dari turbin dan dialirkan
kedalam alat pemanas lanjut (reheater) yang berada didalam ketel/boiler untuk dipanaskan
kembali, kemudian baru uap itu dimasukkan kedalam turbin berikutnya. Dengan demikian
uap yang dialirkan ke turbin energinya telah diperbesar dan setelah berekspansi di turbin uap,
kondisi akhir uap tekanannya menjadi berkurang (kurang dari 1 atmosfir) didalam kondensor
dengan kebasahan yang tertentu. Siklus proses ini seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.

Air laut yang jumlahnya melimpah ruah dipompa oleh CWP (Circulating Water
Pump) (1) yang sebagian besar dipakai untuk media pendingin di Condenser (6) dan sebagian
lagi dijadikan air tawar di Desalination Evaporator (2). Setelah air menjadi tawar, kemudian
dipompa oleh Distillate Pump (3) untuk kemudian dimasukkan ke dalam Make Up Water
Tank (4) yang kemudian dipompa lagi masuk ke sistem pemurnian air (Demineralizer) dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam Demin Water Tank (5). Dari sini air dipompa lagi untuk
dimasukkan ke dalam Condenser bersatu dengan air kondensat sebagai air benam ban. Air
kondensat yang kondisinya sudah dalam keadaan murni dipompa lagi dengan menggunakan
pompa kondensat, kemudian dimasukkan ke dalam 2 buah pemanas Low Pressure Heater (7)
dan kemudian diteruskan ke Deaerator (8) untuk mengeluarkan atau membebaskan unsur O2
yang terkandung dalam air tadi. Selanjutnya air tersebut dipompa lagi dengan bantuan Boiler
Feed Pump (9) dipanaskan lagi ke dalam 2 buah High Pressure Heater (10) untuk diteruskan
ke dalam boiler yang terlebih dahulu dipanaskan lagi dengan Economizer (11) baru kemudian
masuk ke dalam Steam Drum (12). Proses pemanasan di ruang bakar menghasilkan uap jenuh
dalam steam drum, dipanaskan lagi oleh Superheater (14) untuk kemudian dialirkan dan
memutar Turbin Uap (15). Uap bekas yang keluar turbin diembunkan dalam condenser
dengan bantuan pendinginan air laut kemudian air kondensat ditampung di hot well.

Bahan bakar berupa residu/MFO dialirkan dari kapal/tongkang (16) ke dalam


Pumping House (17) untuk dimasukkan ke dalam Fuel Oil Tank (18). Dari sini dipompa lagi
dengan fuel oil pump selanjutnya masuk ke dalam Fuel Oil Heater (19) untuk dikabutkan di
dalam Burner (20) sebagai alat proses pembakaran bahan bakar dalam Boiler.
Udara di luar dihisap oleh FDF (Forced Draught Fan) (21) yang kemudian dialirkan
ke dalam pemanas udara (Air Heater) (22) dengan memakai gas bekas sisa pembakaran
bahan bakar di dalam Boiler (13) sebelum dibuang ke udara luar melalui Cerobong/Stack
(23).

Perputaran Generator (24) akan menghasilkan energi listrik yang oleh penguat/exciter
tegangan mencapai 11,5 kV, kemudian oleh Trafo Utama/Main Transformater (25) tegangan
dinaikkan menjadi 150 kV. Energi listrik itu lalu dibagi melalui Switch Yard (26) untuk
kemudian dikirim ke Gardu Induk melalui Transmisi Tegangan Tinggi (27). Kemudian,
tenaga listrik itu dialirkan lagi pada para konsumen.

Terdapat 2 (dua) jenis turbin uap yang bisa diaplikasikan didalam pusat listrik tenaga uap,
sebagai berikut :

1. Turbin Impuls.

Turbin impuls adalah turbin dimana proses ekspansi (penurunan tekanan) dan fluida
kerja.uap hanya terjadi didalam nosel atau baris sudu tetapnya saja. Penurunan tekanan uap
inilah yang akan menimbulkan terjadinya perubahan kecepatan, dan hal ini terjadi karena
sudu gerak berputar maka ada kecepatan relative antara uap dengan sudu gerak.

2. Turbin Reaksi.

Turbin rekasi adalah turbin dimana proses ekspansi (penurunan tekanan) terjadi baik
didalam baris sudu tetap maupun sudu geraknya. Dalam hal ini baris sudu tetap maupun sudu
geraknya berfungsi sebagai nosel (nozzle), sehingga kecepatan relative uap keluar setiap sudu
lebih besar dan kecepatan relative uap masuk sudu yang bersangkutan.

Meskipun demikian kecepatan absolute uap keluar sudu gerak lebih kecil dari pada
kecepatan absolute uap masuk sudu gerak yang bersangkutan, oleh karena itu sebagian energi
kinetiknya diubah menjadi kerja memutar roda turbin. Tekanan uap keluar sudu lebih rendah
dan pada tekanan masuk sudu yang bersangkutan, sehingga hal tersebut memperbesar gaya
aksial yang terjadi pada rotor turbin tersebut.

Adapun sebagai pendukung pusat listrik tenaga uap ini digunakan beberapa alat bantu
(auxiliary equipments) untuk membantu proses siklus turbin uap berjalan dengan baik,
seperti:

1. Sistem pelumas (lube oil system).


2. Sistem bahan bakar (fuel system).
3. Sistem pendingin (cooler system).
4. Sistem udara kontrol (air control system).
5. Sistem udara servis (air service system).
6. Sistem hidrolik (hydraulic system).
7. Sistem udara tekan (`ir pressure system).
8. Sistem udara pengkabutan (atomizing air system).

Manfaat Pembangkit Listrik Tenaga UAP (PLTU)

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara memiliki dua
reputasi yang saling bertolak belakang. Di satu fihak PLTU betubara mempunyai reputasi
baik karena mampu memproduksi listrik dengan biaya paling murah dibandingkan sistim
pembangkit listrik lainnya. Biaya operasi PLTU batubara kurang lebih 30 persen lebih rendah
dibandingkan sistim pembangkit listrik yang lain. Namun di lain fihak, PLTU batubara juga
mempunyai reputasi buruk karena merupakan sumber pencemar utama terhadap atmosfer
kita.

Selama ini reputasi bahan bakar fosil, terutama batubara, memang sangat buruk
apabila dikaitkan dengan masalah pencemaran lingkungan seperti yang baru-baru ini terjadi
di cilacap terkait dengan flay ash batu bara yang beterbangan kerumah penduduk disekitar
penampungan flay ash batu bara. Walaupun stasiun pembangkit listrik batubara saat ini telah
menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel
kecil dari asap pembakaran batubara, namun hal yang harus sangat diperhatikan adalah
senyawa-senyawa seperti SOx dan NOx yang berbentuk gas dengan bebasnya naik melewati
cerobong dan terlepas ke udara bebas. Kedua gas tersebut dapat bereaksi dengan uap air yang
ada di udara sehingga membentuk H2SO4 (asam sulfat) dan HNO3 (asam nitrat). Keduanya
dapat jatuh bersama-sama air hujan sehingga mengakibatkan terjadinya hujan asam. Berbagai
kerusakan lingkungan serta gangguan terhadap kesehatan dapat muncul karena terjadinya
hujan asam tersebut.

Fenomena hujan asam sebetulnya sudah dikenali oleh para pemerhati lingkungan
sejak tahun 1950-an. Namun masalahnya menjadi bertambah parah seiring dengan semakin
meningkatnya permintaan energi listrik yang disuplai melalui PLTU batubara. Masalah hujan
asam mungkin akan merupakan masalah lingkungan jangka panjang yang teramat serius.
Hujan asam bisa juga menjadi isu politik besar terutama karena sumber asal dan para
korbannya sering berada di tempat yang berbeda. Bahan pencemar NOx dan SOx dapat
bergerak terbawa udara hingga ratusan bahkan ribuan kilometer, mencapai lintas batas antar
negara.

Dalam keadaan udara bersih, air hujan bersifat agak asam dengan derajad keasaman
(pH) 5,6. Penyebab keasaman ini adalah adanya senyawa carbon dioksida (CO2), suatu
senyawa alamiah penyusun udara yang dalam air hujan membentuk asam lemah. Senyawa ini
dikeluarkan baik oleh manusia, hewan maupun tanaman melalui sistim pernafasan. Air hujan
dikatagorikan sebagai asam apabila nilai pH-nya di bawah 5,6. Air untuk konsumsi manusia
harus memiliki nilai pH antara 6-9. Asam dalam air hujan menambah kemampuan air itu
untuk melarutkan dan membawa lebih banyak logam-logam berat keluar dari tanah, seperti
merkuri (Hg) dan aluminium (Al). Air asam ini juga dapat melarutkan tembaga (Cu) dan
timbal (Pb) dari pipa-pipa logam untuk menyalurkan air. Peristiwa ini tentu saja akan
menggganggu persediaan air untuk konsumsi manusia. Air dengan pH 5 menyebabkan
beberapa ikan tidak mampu berkembang biak. Pada pH sekitar 4,5, ikan lenyap dari perairan.
Sedang pada pH 4, perairan menjadi tanpa kehidupan. Pada pH mendekati 3, daun tanaman
menjadi rusak. Di berbagai belahan dunia, manusia mulai semakin menyadari perlunya
menyelamatkan lingkungan hidup. Tindakan-tindakan protektif kini sedang digiatkan untuk
melindungi sumber-sumber alam yang tak ternilai harganya ini dari kehancuran total.

Dewasa ini manusia di berbagai belahan dunia mulai sadar akan perlunya
menyelamatkan lingkungan dengan cara mereduksi maupun menjinakkan polutan-polutan
yang terlepas ke lingkungan. Beberapa negara maju telah mengeluarkan peraturan sangat
ketat dan menanamkan investasi cukup besar dalam rangka mengurangi polusi udara dari gas
buang. Untuk penyelesaian jangka panjang, salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
menghindari terjadinya hujan asam adalah dengan menghentikan sumber hujan asam
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai