Anda di halaman 1dari 31

MANUSIA ALTERNATIF:

NASRUDIN HOJA
FAHRUDDIN FAIZ
“Jangan engkau jauhkan dirimu dari mendengar sesuatu
tentang kejadian sederhana yang lucu. Sebab bila engkau
tidak mau memperhatikannya, pemahamanmu akan
menjadi picik dan watakmu menjadi kurang tanggap. Dan
bila engkau tidak mampu menikmati segarnya humor, awan
kelabu kehidupan yang serius bakal menghancurkan dirimu”
Abu Hayyan at-Tauhidi dalam al-Bashair wa al-Dakhair
FUNGSI HUMOR SUFI

 Penggugah pikiran/media penalaran


 Motivasi diri & Introspeksi diri
 Kritik situasi
 Dakwah
• Banyak penduduk Timur Dekat, Timur Tengah, dan Asia Tengah mengklaim
Nasruddin sebagai milik mereka (misalnya Turki, Afganistan, Iran, dan Uzbek).
Namanya dieja dalam berbagai variasi: Nasrudeen, Nasrudin, Nasruddin, Nasr ud-
Din, Nasredin, Naseeruddin, Nasr Eddin, Nastradhin, Nasreddine, Nastratin,
Nusrettin, Nasrettin, Nostradin, Nastradin, dan Nazaruddin.
• Gelar: "Hoxha", "Khwaje", "Hodja", "Hoja", "Hojja", "Hodscha", "Hodža", "Hoca",
"Hogea", "Mullah", "Mulla", "Mula", "Molla", "Efendi", "Afandi", "Ependi"), "Haji".
• Di negara-negara berbahasa Arab, dikenal sebagai "Juha", "Djoha", "Djuha",
"Dschuha", "Giufà", "Chotzas", "Goha". Juha sebenarnya adalah tokoh yang berbeda
dari literatur Arabik semenjak abad ke-9 Masehi, dan populer sejak abad ke-11.
• Kadang rancu dengan tokoh “Abu Nawas” (sang penyair) sebagaimana dalam
Masyarakat Swahili dan Indonesia.
• Di Asia tengah dipanggil “afandi”; Di China disebut Āfāngtí, ( dari Bahasa Uighur
Āfántí). Bangsa Uyghur percaya bahwa ia berasal dari Xinjiang, sementara Uzbek
percaya ia berasal dari Bukhara.
• Beberapa sumber menyebutkan tempat
kelahirannya di Desa Hortu di Sivrihisar,
Provinsi Eskişehir, sekarang Turki, pada
abad ke-13. Ia kemudian tinggal di
Akşehir, dan kemudian di Konya saat
pemerintahan Dinasti Seljuk. Ia
meninggal pada tahun 1275/6 atau
1285/6 M.
• Makam Nasruddin dipercaya berada di
Akşehir
• "Festival Internasional Nasreddin Hodja"
diadakan setiap tahunnya di Akşehir
pada 5–10 Juli.
• Nasreddin Hoca Year: 1996 (UNESCO)
• Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri, Abdullah Effendi
yang merupakan imam di desanya. Lalu ia belajar di
Madrasah Sivrihisar dan Konya. Setelah tamat ia melanjutkan
tugas ayahnya sebagai imam dan mendapat amanah sebagai
asisten Qadi, serta kemudian belajar sufisme dari Sayyid
Mohammed Hayrani.
• Konon ia sempat belajar fiqh serta belajar tasawuf langsung
pada Mawlana Jala al-Din al-Rumi (1207-1273) di Konya
• Karena telah tinggal di berbagai kota dan area luas dan setia
melawan invasi Mongol serta berkarakter yang jenaka, ia
diterima berbagai bangsa dan kultur dari Turki sampai Arab,
dan dari Rusia hingga China, yang kebanyakan merupakan
bangsa-bangsa yang menderita akibat invasi Mongol.
 SEORANG MULLAH (KHAWAS)
 BERPURA-PURA BODOH (AWAM)
 BERKATADAN BERPERILAKU ANEH, LUCU, NAMUN
PENUH HIKMAH
 BERANI MENGKRITIK PENGUASA DENGAN CARANYA
 BERANI MENGKRITIK TRADISI DENGAN CARANYA
 BERANI MENGKRITIK MASYARAKAT DENGAN CARANYA

SOSOK NASRUDDIN
 Lucu
 Membelakangi dunia
 Mampu menjikkan ego sehingga tahu
sendiri tujuannya
 Tidak mau membelakangi murid-
muridnya
KRITIK DAN SINDIRAN NASRUDDIN

• MORALITAS PENGUASA
• MORALITAS MASYARAKAT
• KEJUMUDAN BERPIKIR
• FORMALISME DAN KEKAKUAN IDEAL BERBUDAYA-BERMASYARAKAT
• FORMALISME DAN KEKAKUAN BERAGAMA
WORLDVIEW

 Mentransformasikan penderitaan menjadi sesuatu yang menyenangkan


dan keluar dari peristiwa dengan kegembiraan.
 Sikap atau perilaku yang pura-pura bodoh, menggambarkan kecerdasan
terpendam yang mencari inti hakikat sesuatu persoalan, bukan sikap
tolol atau kurang waras.
 Menguraikan sisi persoalan yang paling mendekati kebenaran dan
kenyataan, meskipun kadang harus kontradiksi dengan sikap dan perilaku
orang-orang lain.
 Terus terang, tidak terlalu peduli pada ‘tata & stabilitas’ sosial-politik
 Sering mengandalkan spontanitas pemahaman atas kebenaran.
 Pemberani, tidak memiliki perasaan takut, sehingga tampak lebih kuat
dari orang-orang lain, dan seolah terbebas dari tugas sosial.
KISAH-KISAH NASRUDDIN

• FABRICATED & MULTIPLIED BY TYPES


• HUMANISTIC MISSION:
• Kegembiraan
• Menikmati hidup
• Keragaman manusia dan dinamikanya
• SUFISTIC MISSION:
• Menertawakan dunia dan Keremehannya
• Ketidakterikatan kepada materi
• Makna dan kedalaman beragama, bukan formalitasnya
• PERBAIKAN MORAL SOSIAL-POLITIK
"It is believed that the mystical effect of
seven Nasrudin tales, studied in succession,
is enough to prepare an individual for
enlightenment."
--Idris Shah--

"If you want
special illumination,
look upon a human face:
see deeply,
within laughter,
the essence
of ultimate
truth...“

--Jallaludin Rumi --
ANEKDOT: MENUNGGANG KELEDAI

• Nasruddin bersama putranya berangkat ke pasar. Karena rasa sayangnya, ia


mendudukkan putranya di atas keledai, sementara ia sendiri berjalan menuntun
keledainya itu. Di tengah jalan, beberapa orang berceloteh bahwa kelakuan
mereka itu tidak pantas. Mengapa seorang anak muda yang sehat duduk di atas
keledai, sementara ayahnya yang tua berjalan di sampingnya. Nasruddin merasa
malu sehingga ia menyuruh putranya turun dan ia sendiri yang menunggang
keledai. Tapi kali ini pun orang-orang menganggapnya sangat tega kepada

PERSPEKTIF KEBENARAN
putranya sendiri, "Masa seorang ayah tega membiarkan putranya berjalan
menuntun keledai, sementara ia enak-enakan duduk?"
• Akhirnya Nasruddin menyuruh putranya ikut naik menunggangi keledai dan

KEYAKINAN DIRI
duduk di depannya, kali ini orang-orang menggerutu mengapa tidak kasihan

PERCAYA DIRI
kepada keledai. Akhirnya ia mengajak anaknya menuntun saja keledai itu, dan
orang menggerutu ‘bodoh sekali membawa keledai tidak dinaiki.

PESAN:
NASEHAT NASRUDDIN:

“Nak, Nanti setelah kamu memiliki keledai, jangan pernah


mencukur bulu ekornya di depan orang lain! Beberapa
akan berkata kamu memotong terlalu banyak, sementara
yang lain berkata kamu memotong terlalu sedikit. Jika
kamu ingin menyenangkan semua orang, pada akhirnya
keledaimu tidak akan memiliki ekor sama sekali."
Nasrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan
dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa
selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar: "Aku rasa engkau benar."
Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika. Setelah pengacara
selesai, Nasrudin kembali berkomentar: "Aku rasa engkau benar."
Petugas mengingatkan Nasrudin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus
pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nasrudin menatapnya, dan
kemudian berkomentar: "Aku rasa engkau benar."

• Konflik itu bisa dan lebih sering bermodel: kebenaran vs kebenaran


• Memutuskan satu hukum tidak bisa berdasar „keyakinan kebenaran‟
masing-masing orang
• Mengharapkan dunia dalam ideal kita terwujud secara sempurna
hanya akan membuat kita galau
ANEKDOT: CERMIN
Ketika Timur Lenk mengunjungi dusun Nasrudin, tentu saja sang penguasa ini mengundang
Nasrudin yang sudah menjadi orang terkenal di dusunnya. Timur Lenk berkata, “semua
orang berkata bahwa kau adalah manusia berpengetahuan tinggi; kau bagaikan cahaya
penyingkap kegelapan; kau bisa melakukan hal-hal mustahil. Kau adalah hal terajaib di
dunia.”
Nasrudin tersenyum mendengarnya, “memang demikianlah hamba.” Mendengar
kesombongan Nasrudin, Timur Lenk marah besar. Ia berteriak, “jika kau memang sehebat
itu, tunjukkanlah, wahai Nasrudin! Tunjukkan kepadaku, seperti apa wajah setan!”
“Tentu saja saya akan menunjukkannya,” Nasrudin berkata sambil menyodorkan sesuatu,
“jika Anda ingin melihat setan; lihatlah siapa yang ada di dalam cermin ini”.

• Setan ada dalam diri kita saat marah


• Jangan terburu menghakimi, jangan-jangan kita juga sama jeleknya
• Mengatasi kesombongan, kemarahan dll: “Ambillah cermin”
 “Ayo melempar koin saja untuk menentukan siapa yang benar,” kata
teman Nasrudin
 “Baik,” Kata Nasrudin “Kalau gambar kepala aku menang, kalau
gambar ekor engkau kalah.”

• Seorang yang cerdas selalu menemukan cara untuk menang


• Kadang-kadang dalam hidup, apapun yang kita pilih tidak
membawa kemenangan
• „Koin‟ tidak seharusnya menjadi ukuran benar-salah
• Rancanglah sendiri kesuksesanmu, kalau harus “berjudi”,
pastikan kemenanganmu, apapun yang terjadi.
 Seorang traveler sedang lewat di tempat Nasrudin, kebetulan ada rombongan
pengusung jenazah lewat. Ia melihat Nasruddin sedang berdiri menghormati iringan
jenazah tersebut. Lalu ia bertanya kepada Nasruddin: “Siapa yang meninggal?”
 “Tidak tahu”, jawab Nasrudin. “Tetapi menurutku orang yang ada dalam keranda itu”

• Berbicaralah hanya kebenaran yang kamu ketahui


• Saat seseorang sudah meninggal, identitas dan status saat ia hidup tidak lagi
terlalu penting.
• Seorang traveler tetap tidak akan tahu siapa yang meninggal meskipun
sudah disebut Namanya. Pertanyaan yang bodoh akan mendapat jawaban
yang bodoh pula.
ANEKDOT: SIAPA YANG KAMU PERCAYA?
Seorang tetangga mengetuk pagar rumah Nasruddin, sang Mulla
menemuinya di luar. "Bolehkan, Mulla," tanya si tetangga, "aku meminjam
keledaimu hari ini? Aku harus mengantar beberapa barang ke kota sebelah."
Sebenarnya Nasruddin merasa sayang untuk meminjamkan keledainya, maka
ia menjawab, "Maaf, aku sudah meminjamkannya kepada orang lain."
Tiba-tiba terdengar ringkikan keledai dari belakang rumah. Si tetangga
berkata, "Saya mendengar suara keledaimu dari belakang sana." Nasruddin
yang terkejut segera menjawab, "Siapa yang kamu percaya? keledai atau
Mullamu?“

PESAN: KEBENARAN YANG NYATA, ATAUKAH ‘PATRON’-MU?


ANEKDOT: RASANYA SAMA SAJA
Beberapa anak melihat Nasruddin datang dari ladang anggur sambil membawa
dua keranjang penuh anggur di atas keledainya. Mereka segera mengelilingi
Nasruddin untuk mencicipi. Nasruddin mengambil setangkai anggur dan
memberi masing-masing anak sebutir anggur. "Anda punya banyak sekali
anggur," gerutu seorang anak, "kenapa memberi kami sangat sedikit?"
Nasruddin menjawab, "Tidak ada bedanya jika kamu makan anggur sebutir atau
sekeranjang penuh. Semua rasanya sama." Ia kemudian melanjutkan
perjalanannya.
PESAN: BENARKAH KUALITAS LEBIH PENTING DARI KUANTITAS?
RASA LEBIH PENTING DARI JUMLAH?
ANEKDOT: MEMPEROLEH PENCERAHAN
Nasruddin berjalan di pasar sambil diikuti sekelompok besar pengikut. Apapun yang ia lakukan, para
pengikutnya segera mengikuti. Setiap beberapa langkah, ia akan berhenti kemudian melambaikan
tangannya ke udara, menyentuh kakinya, dan melompat sambil berseru, "Hu Hu Hu!" Pengikutnya
juga berhenti dan melakukan persis sama seperti yang ia lakukan.
Salah satu pedagang yang kenal dekat dengan Nasruddin secara diam-diam bertanya
kepadanya,"Apa yang kamu lakukan, kawan lamaku? Mengapa orang-orang ini menirumu?" "Aku
menjadi Syekh Sufi," jawabnya, "Mereka ini adalah murid-muridku; Aku menolong mereka untuk
mencapai pencerahan."
"Bagaimana kamu tahu bilamana mereka telah mencapai pencerahan?" tanya di pedagang. "Itu
merupakan bagian yang paling mudah!" jawab Nasruddin, "Setiap pagi aku menghitung jumlah
mereka. Setiap orang yang tidak datang lagi - mereka telah memperoleh pencerahan!"

PESAN: TAKLID BUTA, PENCERAHAN VIA PENYANGKALAN


ANEKDOT: PERIUK BERANAK PESAN: KENYATAAN,
KEPENTINGAN, KEUNTUNGAN,
FUNGSI AKAL
Suatu hari, Nasruddin meminjam periuk tetangganya. Ia mengembalikan periuk
tersebut setelah beberapa hari. Tetangganya melongok ke dalam periuknya dan
menemukan sebuah panci kecil di dalamnya, "Kok ada panci di sini?" Mulla
Nasruddin menjawab, "Luar biasa! Periuknya mempunyai anak!" Si tetangga
menertawakan kebodohan Nasruddin dan mengambil periuk beserta pancinya masuk
ke dalam rumah.
Beberapa minggu kemudian, Nasruddin kembali meminjam periuknya. Dengan
senang hati, si tetangga meminjamkan periuknya. Namun, kali ini, setelah berminggu-
minggu Nasruddin belum juga mengembalikan periuk tersebut. Akhirnya ia datang
menemui Nasruddin dan menanyakan periuknya itu. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un,"
jawab Nasruddin, "periukmu sudah wafat." "Wafat?!" teriak tetangganya, "Sejak
kapan ada periuk yang bisa wafat?" Nasruddin menjawabnya dengan lugas, "Sejak
mereka bisa beranak."
 Suatu ketika Mullah membanggakan kekuatannya yang tidak berubah sejak muda.
“Aku masih sekuat saat masih muda dulu”. Orang-orang bertanya: “bagaimana
mungkin?”.
 Mullah menjawab: “Ada batu besar di luar rumahku. Dulu, aku tidak dapat
memindahkannya dan sekarang pun demikian”

• Manusia memiliki batasnya


• Seseorang harus lebih hati-hati memilih standar yang digunakan untuk
mengukur. Kalau standar terlalu tinggi ia tidak akan dapat mencapainya,
kalau terlalu rendah ia tidak akan dapat memaksimalkan potensinya.
• Segala bentuk kelemahan dan kekurangan dalam hidup ini berasal dari
pembandingan.
Seorang pelancong mendatangi Mullah yang sedang bekerja di
kebunnya dan menanyakan arah mana yang harus diambil untuk
menuju kota tertentu. Mullah menunjuk arah. Ketika orang itu bertanya
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kota itu? Mullah
hanya diam saja dan tidak. Orang itu bertanya lagi, Mullah malah
mulai bekerja lagi. Sambil marah-marah orang itu pun mulai berjalan
pergi. Setelah beberapa saat ia berjalan, Mullah berteriak “Tiga Jam”.
Sambil marah ia bertanya: „mengapa Mullah tidak menjawab
sebelumnya?‟. Mullah menjawab: “Aku harus melihat seberapa cepat
kau berjalan.”
Kunci Kesuksesan: Arah yang benar,
penunjuk jalan, Kesungguhan/keseriusan
Mullah Nasrudin sedang beristirahat di bawah pohon ceri, mengamati alam sekitar.
“Aku tahu Allah Maha Sempurna,” gumam Nasrudin. “Tetapi kenapa kok pohon ceri
begini besar buahnya kecil? Sementara tanaman labu buahnya besar, tapi pohonnya
kecil.”
Tenggelam dalam pikiran, Mullah tertidur di bawah pohon. Tiba-tiba saja ada buah
ceri jatuh — langsung menimpa kepala sang Mullah!
“Allah Maha Besar!” teriak Nasrudin, terbangun sambil gagap. “Bayangkan
seandainya buah labu jatuh dari pohon, menimpa kepalaku! Pasti aku sudah tewas!”

KESEMPURNAAN & KETERBATASAN AKAL


Nasruddin diceritakan mengalami gagal panen, kemudian mencoba untuk mencari
pekerjaan. Tuan yang akan mempekerjakannya bertanya: “Apa anda bisa membaca
dan menulis?”
Nasrudin menjawab: “Saya tidak bisa membaca, tetapi bisa menulis.”
Sang Tuan terheran-heran. “Kalau begitu coba menulislah,” kata sang Tuan dan
menyodori Nasrudin kertas dan pena. Nasrudin pun segera menulis dengan cepat
hingga beberapa halaman. Sang Tuan tiba-tiba teriak : “stop-stop…kamu menulis
apa, saya tidak bisa membacanya. Coba kamu baca…”
Nasrudin menjawab: “Kan sudah saya bilang, saya tidak dapat membaca.”

Kemampuan baca (berpikir) berpikir diperlukan sebelum


bertindak, tanpa itu yang dilakukan hanya „ngawur‟.
ANEKDOT: UKURAN MORAL
Seorang filsuf dan moralis yang terkenal singgah di kota Ak Shehir tempat Nasruddin Hoja tinggal.
Filsuf itu telah banyak mendengar tentang kebijaksanaan Nasruddin Hoja, ia bermaksud mengajaknya
berdiskusi. Untuk itu ia mengundang Nasruddin Hoja makan di suatu restoran. Setelah memesan
makanan, mereka pun berdiskusi. Tak lama kemudian pelayan datang menghidangkan dua ekor ikan
bakar. Salah satu ikan bakar itu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ikan lainnya. Tanpa ragu-
ragu Nasruddin Hoja mengambil ikan yang terbesar. Sang filsuf menggerenyitkan keningnya menatap
Nasruddin Hoja dengan tatapan yang tak percaya. Kemudian Sang Filsuf mengatakan bahwa apa yang
dilakukan Nasruddin adalah suatu hal yang hina dan egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip
moral, etika dan kepercayaaan masyarakat pada umumnya.
“Kalau begitu Tuan, seharusnya apa yang akan kau lakukan ?” tanya Nasruddin Hoja kemudian.
“Kalau saya, sebagai orang yang bijak. Saya tidak akan mementingkan diri sendiri dan tentunya akan
mengambil ikan yang lebih kecil untuk diriku sendiri.” Kata Sang Filsuf.
“Silakan kalau begitu !” kata Nasruddin Hoja singkat, sambil menyodorkan ikan yang kecil pada
Sang Filsuf.
ANEKDOT: KEBUTUHAN SETIAP ORANG
Nasrudin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim berkata, "Kalau Anda
memiliki pilihan: kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?"
Nasrudin menjawab seketika, "Tentu, saya memilih kekayaan.“
Hakim membalas sinis, "Memalukan. Anda adalah cendekiawan yang diakui
masyarakat. Dan Anda memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?"
Nasrudin balik bertanya, "Kalau pilihan Anda sendiri?"
Hakim menjawab tegas, "Tentu, saya memilih kebijaksanaan."
Dan Nasrudin menutup, "Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa
yang belum dimilikinya."
ANEKDOT: PERUSUH RAKYAT
Kebetulan Nasrudin sedang ke kota raja. Tampaknya ada kesibukan luar biasa di istana. Karena
ingin tahu, Nasrudin mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak
ramah.
"Menjauhlah engkau!" teriak pengawal. "Mengapa ?" tanya Nasrudin.
"Raja sedang menerima tamu-tamu agung dari seluruh negeri. Saat ini sedang berlangsung
pembicaraan penting. Pergilah !" "Tapi mengapa rakyat harus menjauh ?"
"Pembicaraan ini menyangkut nasib rakyat. Kami hanya menjaga agar tidak ada perusuh yang
masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah !"
"Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana ?“ kata Nasrudin
sambil beranjak dari tempatnya.
IDRIES SHAH, THE WORLD OF NASRUDIN

Anda mungkin juga menyukai